Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

ETHICAL CLEARANCE

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian adalah kegiatan atau aktivitas untuk memperoleh informasi dan penjelasan
dari fenomena yang baru dari alam atau sosial yang direncanakan secara sistematis dengan
metode tertentu yang bermanfaat untuk pengembangan keilmuan. Endra, 2017 hal 1;
Notoatmodjo, 2010 hal 198). Penelitian yang melibatkan subyek hewan termasuk manusia,
jaringan biologis atau zat berbahaya memerlukan peninjauan oleh komite independen untuk
menentukan apakah penelitian yang diusulkan menimbulkan risiko yang tidak pantas baik
untuk subjek atau peneliti. Proses ini umumnya dilakukan oleh Komite Etika Penelitian
Manusia (Human Research Ethics Committee) (Wiliams, 2000)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


bertanggungjawab dalam pelaksanaan penelitian bidang kesehatan. Badan penelitian
berkewajiban menjamin pelaksanaan penelitian yang etis sesuai dengan standar etik
penelitian kesehatan yang berlaku secara internasional, dengan memperhatikan keleluasaan
pribadi (privacy), martabat (dignity) subjek penelitian dan juga perlakuan yang beradab
(humane) terhadap hewan coba. ( Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Nasional, 2017).

Berdasarkan uraian diatas, terdapat prinip dan dasar dalam etika penelitan, yaitu
menghargai dan menghormati manusia baik individu atau kelompok, bermanfaat, keadilan,
advokasi, kebenaran yang harus disampaikan, kerahasiaan, dan relokasi sumber. (Wiliams,
2000; Notoatmodjo, 2010; Bosek dan Savage 2007 dalam buku Sumijatun 2011 hal 194;
Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional, 2017). Sehingga, dalam
makalah ini kelompok akan membahas jenis, keuntungan serta langkah – langkah melakukan
Klirens Etik (ethical clearance).

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memahami definisi klirens etik (ethical clearance).


2. Untuk memahami Prinsip-prinsip klirens etik (ethical clearance).
3. Untuk memahami jenis klirens etik (ethical clearance).

2
4. Untuk memahami Langkah langkah melakukan klirens etik (ethical
clearance).

C. Manfaat
Makalah ini memiliki manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mahasiswa
dalam proses penelitian khususnya etika penelitian sebelum melakukan penelitian.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Etika berasal dari Bahasa Yunani “ Ethos (tunggal) atau etha (jamak). Etika
dalam bahasa latin berasal dari kata mos (tunggal) atau mores (jamak) yang artinya
kebiasaan, adat, norma etis yang berlaku. Poerwadarmita , 1953 dalam buku
Notoadmojo, 2010 menyimpulkan bahwa etika sama dengan akhlak, yaitu
pemahaman tentang apa yang baik dan yang buruk serta pemahaman tentang hak dan
kewajiban orang. Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan etika adalah ilmu
yang mempelajari sikap manusia terhadap sesama manusia.

Etika penelitian adalah rangkaian peraturan yang dilakukan selama penelitian


untuk panduan para peneliti baik dalam melakukan penelitian klinik, yang bersifat
terapeutik maupun non terapeutik. (Sumijatun, 2011, hal 192). Etik penelitian
membantu merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma – norma baru
yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam kehidupan
masyarakat. Dalam melakukan penelitian, peneliti harus senantiasa memegang sikap
yang ilmiah (scientific attitude) dan menggunakan prinsip – prinsip etika penelitian.

Klirens Etik (ethical clearance) adalah suatu instrumen untuk mengukur


keberterimaan secara etik suatu rangkaian proses penelitian. Semua penelitian yang
melibatkan manusia tidak boleh melanggar standar etik yang berlaku universal, tetapi
juga harus memperhatikan berbagai aspek sosial budaya masyarakat yang diteliti.
Klirens Etika ini disusun untuk dijadikan pedoman pelaksanaan Kode Etika Peneliti.
(CIOMS, 2016; Aminullah, E, dkk, 2013).

B. Prinsip etik penelitian

Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat pada


tahun 1976 melahirkan The Belmont Report yang merekomendasikan tiga prinsip etik
umum penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subjek
penelitian. Secara universal, ketiga prinsip tersebut telah disepakati dan diakui sebagai
prinsip etik umum penelitian kesehatan yang memiliki kekuatan moral, sehingga

4
suatu penelitian dapat dipertanggung-jawabkan baik menurut pandangan etik maupun
hukum.
Prinsip Etik menurut Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional,
2017; Sumantri, 2015, hal 15 adalah:
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia
sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan berkehendak atau
memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap
keputusannya sendiri. Tujuan dari prinsip menghormati adalah untuk
menghormati otonomi, yang mempersyaratkan bahwa manusia yang mampu
memahami pilihan pribadinya untuk mengambil keputusan mandiri
(selfdetermination), dan melindungi manusia yang otonominya terganggu atau
kurang, mempersyaratkan bahwa manusia yang berketergantungan
(dependent) atau rentan (vulnerable) perlu diberikan perlindungan terhadap
kerugian atau penyalahgunaan (harm and abuse). Tindakan yang terkait
dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah:
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan
c. Penjelasan maafaat yang didapatkan
d. Persetujuan peneliti yang dapat menjawab setiap yang berkaitan
dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. Jaminan anonimitas
2. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-maleficence)
Prinsip etik berbuat baik mengupayakan penelitian yang dilakukan bermanfaat
secara maksimal dengan kerugian minimal. Prinsip etik berbuat baik,
mempersyaratkan:
a. Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang
diharapkan;
b. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically
sound);
c. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subjek penelitian dan;

5
d. Prinsip do no harm (non maleficent - tidak merugikan) yang
menentang segala tindakan dengan sengaja merugikan subjek
penelitian. Prinsip tidak merugikan adalah jika tidak dapat melakukan
hal yang bermanfaat, maka sebaiknya jangan merugikan orang lain.
Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek penelitian tidak
diperlakukan sebagai sarana dan memberikan perlindungan terhadap
tindakan penyalahgunaan.
3. Prinsip keadilan (justice)
Prinsip etik keadilan memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom)
sama dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya. Prinsip
ini menyangkut keadilan yang merata (distributive justice) yang
mempersyaratkan pembagian seimbang (equitable), dalam hal beban dan
manfaat yang diperoleh subjek dari keikutsertaan dalam penelitian. Ini
dilakukan dengan memperhatikan distribusi usia dan gender, status ekonomi,
budaya dan pertimbangan etnik. Kerentanan adalah ketidakmampuan untuk
melindungi kepentingan diri sendiri dan kesulitan memberi persetujuan,
kurangnya kemampuan menentukan pilihan untuk memperoleh pelayanan atau
keperluan lain yang mahal, atau karena tergolong yang muda atau
berkedudukan rendah pada hirarki kelompoknya sehingga diperlukan
ketentuan khusus untuk melindungi hak dan kesejahteraan subjek yang rentan.
Peneliti dapat menggunakan koding sebagai pengganti identitas responden.
4. Menghormati privacy dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for prifacy
and confidentiality)
Pada dasaranya penelitian akan memberikan informasi akibat terbukanya
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua
orang menginginkan informasinya diketahui olah orang lain, sehingga peneliti
perlu memperhatikan hak – hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya
peneliti tidak boleh menyebutkan identitas baik nama atau alamat asal subjek
dalam kuesioner.

C. Jenis Penelitian yang membutuhkan Ethical Clereance


Penelitian yang membutuhkan Ethical Clereance pada dasarnya merupakan
seluruh penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, baik

6
penelitian yang melakukan pengambilan specimen ataupun yang tidak melakukan
pengambilan specimen. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian biomedik yang
mencakup riset pada farmaseti, alat kesehatan, radiasi, pemotretan, prosedur bedah,
rekam medis, sampel biologic serta penelitian epidemiologis, sosial dan psikososial.
(Sumantri, 2015, hal 17 )
D. Keuntungan menggunakannya Ethical Clereance

1. Membantu peneliti menghindari kesalahan dan penyalahgunaan penelitian


yang berujung pada pelanggaran kode etik peneliti
2. Membantu peneliti dalam memelihara pemahaman kaidah etika dan
mengatasinya sebelum menjadi masalah etika.

E. Langkah-langkah melakukan Ethical Clereance

Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional (2017),


mengatakan peneliti diharapkan memahami standar etik penelitian, persyaratan
hukum, dan peraturan untuk penelitian atas subjek manusia di negaranya sendiri serta
persyaratan internasional yang berlaku, dengan tujuan agar subjek penelitian terutama
manusia tidak dirugikan. Peneliti juga diharapkan mampu menyampaikan informasi
penting penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) untuk dilakukan
telaah dan atau kajian termasuk protokol penelitian dan pernyataan peneliti
menyangkut konflik kepentingan peneliti. Dalam melakukan penelitian kesehatan,
peneliti diharapkan memenuhi kriteria standar etik penelitian yang pelaksanaannya
terbagi menjadi tiga fase seperti berikut dibawah ini:

1. Sebelum penelitian
a. Peneliti memiliki penguasaan yang baik atau kompeten dibidang topik
penelitian.
b. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan subjek manusia harus
dilaksanakan hanya oleh orang yang berkualifikasi ilmiah dan di bawah
pengawasan petugas medis yang kompeten secara klinis. Tanggung
jawab atas subjek manusia harus selalu berada pada orang yang
berkualifikasi medis dan tidak pernah pada subjek penelitian, meskipun
subjek telah memberikan izin.
c. Peneliti memahami standar etik penelitian yang mengikutsertakan
subjek manusia. Peneliti memahami deklarasi Helsinki yang memuat

7
panduan untuk para peneliti / Ilmuwan/dokter dalam penelitian
kesehatan yang melibatkan subjek manusia dan dasar prinsip etik yaitu:
respect for persons, beneficence, dan justice.
d. Sebelumnya peneliti harus melakukan penilaian cermat mengenai
risiko dan beban yang dapat diprediksi pada subjek manusia
dibandingkan dengan manfaat yang dapat terlihat bagi subjek tersebut
atau pihak lainnya.
e. Peneliti harus berupaya meminimalkan risiko dan ketidaknyamanan
yang akan dialami subjek. Peneliti harus memberikan perlindungan
khusus bila penelitian itu mengikutsertakan subjek yang rentan
(vulnerable).
f. Perlindungan subjek yang berpartisipasi dalam penelitian, meliputi:
a) Penggunaan protokol penelitian sesuai kaidah ilmiah dan
teknis, yang secara efektif menempatkan kesejahteraan peserta
di atas kepentingan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
b) Memiliki tugas untuk berkomunikasi dengan calon subjek atas
semua informasi yang diperlukan untuk persetujuan
diinformasikan.
c) Melindungi kerahasiaan peserta sebagaimana diatur dalam
informed consent
d) Meminimalkan / menghindari stigma dalam masyarakat
setempat
g. Peneliti harus melakukan penelitian sesuai dengan protokol yang
disetujui; hanya dapat membuat perubahan dengan persetujuan terlebih
dahulu dari sponsor dan KEPK
h. Bila penelitian menggunakan hewan, peneliti wajib mengetahui spesies
hewan yang digunakan, jumlah hewan yang diperlukan. Hanya hewan
yang dibenarkan secara hukum yang dapat digunakan untuk penelitian.
2. Saat pelaksanaan penelitian
a. Peneliti mengirim aplikasi kajian etik penelitian kepada KEPK
1) Peneliti wajib mengisi dan mengirim aplikasi kajian etik
proposal penelitian kepada KEPK. Peneliti bertanggung jawab
langsung baik ilmiah maupun etik pada penelitian yang
dilakukan, maka seorang peneliti harus kompeten dan

8
“qualified” pada topik penelitian termasuk perlakuan dasar etik
penelitian yang mencakup respect for persons, beneficence dan
justice
2) Rancangan dan kinerja setiap prosedur penelitian yang
mengikutsertakan subjek manusia harus dirumuskan dengan
jelas dalam protokol penelitian. Protokol ini harus diajukan
untuk pertimbangan, komentar, petunjuk, dan bila mungkin,
persetujuan dari komisi telaah etik yang ditunjuk, yang harus
independen dari peneliti, sponsor atau pengaruh tidak
semestinya.
3) Bila peneliti seorang peserta didik, maka tanggung jawab
pengisian dan pengiriman aplikasi kajian etik penelitian berada
pada pembimbing/pembina/supervisor atau staf pengajar.
4) Semua informasi terkait kajian etik penelitian harus ditulis
lengkap dan dikirim ke KEPK termasuk bila terdapat
pernyataan konflik kepentingan peneliti.
5) Peneliti wajib memenuhi permintaan perbaikan protokol yang
diminta oleh KEPK dan tidak melakukan pekerjaan apa pun
terkait penelitian sebelum mendapat ethical approval dan
mendapat informed consent dari calon subjek (misalnya
pemeriksaan skrining)
b. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan protokol yang telah
disetujui KEPK.
c. Peneliti tidak diperbolehkan melakukan deviasi atau perubahan
terhadap protokol tanpa pemberitahuan dan persetujuan KEPK
sebelumnya, kecuali harus melakukan tindakan segera untuk
menghindari kondisi berbahaya bagi subjek penelitian. Setelah ini,
peneliti harus segera melaporkan deviasi ini ke sponsor dengan
menjelaskan alasannya. Perubahan protokol yang tidak meningkatkan
risiko atau ketidaknyaman subjek (misalnya perubahan nomor HP
peneliti) dapat disampaikan dalam bentuk notifikasi kepada KEPK.
Notifikasi ini tidak memerlukan persetujuan dari KEPK.
d. Peneliti harus memberi informasi kepada KEPK bila terdapat
perubahan di tempat penelitian yang akan berpengaruh pada

9
pelaksanaan penelitian, misal menurunkan proteksi, mengurangi
keuntungan dan meningkatkan risiko bagi subjek penelitian.
e. Melaporkan keamanan yang terjadi saat pelaksanaan penelitian.
a) Peneliti wajib melaporkan semua kejadian yang tidak
diinginkan, kejadian serius berhubungan dengan pelaksanaan
penelitian atau masalah yang tidak dapat diantisipasi terkait
risiko berbahaya terhadap subjek penelitian atau lainnya kepada
KEPK dan/atau badan penanggung jawab lain sesuai aturan
tertulis KEPK.
b) Khusus untuk Kejadian yang Tidak Diinginkan yang serius
(serious adverse event, SAE), peneliti harus melaporkannya ke
sponsor dalam waktu 1 x 24 jam sejak pertama kali ia
mengetahui terjadinya SAE tersebut. Pelaporan yang sama
kemudian ditujukan ke KEPK dan BPOM dalam waktu secepat
mungkin.
c) Peneliti harus segera melaksanakan rekomendasi atau keputusan
KEPK terkait laporan masalah keamanan tersebut.
f. Melaporkan kemajuan penelitian dan tindak lanjut
a) Peneliti melaporkan dan mengirimkan ringkasan tertulis
kemajuan penelitian kepada KEPK secara berkala, minimal
sekali dalam setahun, atau dengan waktu yang lebih cepat /
sering bila memang dibutuhkan oleh KEPK.
b) Bila peneliti atau sponsor menghentikan lebih awal pelaksanaan
penelitian, peneliti harus melaporkan alasan atau penyebab
penghentian tersebut. Selain itu peneliti harus memberikan
laporan hasil penelitian sebelum penelitian dihentikan dan
menjelaskan kepada subjek penelitian tentang penghentian
penelitian serta rencana perawatan dan tindak lanjut pasca
penghentian penelitian.
c) Bila KEPK menghentikan atau membatalkan persetujuan
penelitian, peneliti diminta menginformasikan kepada institusi
penyelenggara penelitian, sponsor dan organisasi lain yang
terkait dengan penelitian tersebut.
g. Informasi kepada subjek penelitian saat penelitian berlangsung

10
a) Peneliti mempunyai tanggung jawab memberi informasi kepada
semua subjek penelitian tentang kemajuan penelitian dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, misal: bila
penelitian dihentikan lebih awal, terjadi perubahan pada
pelaksanaan penelitian yang berpotensi merugikan atau
menguntungkan subjek penelitian.
b) Peneliti harus memberi informasi kepada subjek penelitian
mengenai hak untuk menolak ikut dalam penelitian dan juga
bila ia sudah menyatakan mau ikut dalam penelitian, ia tetap
dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa dampak negatif apa
pun.
3. Setelah pelaksanaan Penelitian
a. Peneliti berkewajiban melaporkan ke KEPK saat penelitian sudah
selesai. Subjek penelitian juga harus diberitahu bila penelitian telah
selesai, termasuk memberi informasi hasil penelitian dan rencana
perawatan pasca penelitian.
b. Penulis mempunyai kewajiban etik mempublikasikan hasil penelitian
dengan tetap menjaga akurasi hasil penelitian.
1) Peneliti mengelola, melaksanakan, dan melaporkan hasil
penelitian ilmiahnya secara bertanggung jawab, cermat, dan
saksama.Hasil negatif dan positif harus dipublikasi atau
sekurang-kurangnya terbuka bagi publik. Namun juga peneliti
harus memahami ketentuan yang berlaku secara internasional
bahwa semua uji klinik terkait pengembangan obat baru yang
datanya akan digunakan untuk permohonan ijin pemasaran
bersifat konfidensial, dan peneliti tidak diperkenankan
melakukan publikasi sendiri-sendiri tanpa ijin tertulis dari
sponsor.
2) Peneliti menyebarkan informasi tertulis dari hasil penelitiannya,
informasi pendalaman pemahaman ilmiah dan/atau pengetahuan
baru yang terungkap dan diperolehnya, disampaikan ke dunia
ilmu pengetahuan pertama kali dan sekali, tanpa melakukan
duplikasi atau berganda atau diulang-ulang.

11
Sebelum melakukan penelitian perlu diperhatikan proses Ethical Clereance yaitu:

1. Validitas ilmiah
a. Keterkaitan antara topik, tujuan, dan pertanyaan penelitian yang utama.
b. Pemilihan sampel yang memadai untuk kedua pendekatan penelitian,
kualitatif dan kuantitatif.
c. Penyeleksian setiap aspek dari pengumpulan data.
d. Penyerahan instrumen penelitian: kuesioner/pedoman pertanyaan,
jadwal penelitian, formulir observasi, dan lain -lain
e. Metode penelitian harus sesuai dengan pertanyaan penelitian.
2. Manajemen data
a. Manajemen data harus dijelaskan secara rinci (penyimpanan dan
pemusnahan).
b. Menjaga kerahasiaan dan privasi.
3. Consent (Informed Consent) yang berisikan:
a. Lembar Informasi (judul penelitian, tujuan penelitian, instrumen
pengumpulan data, lama pengumpulan data, resiko/manfaat dari
penelitian, alamat kontak komisi etik , koordinator peneliti.
b. Pernyataan Consent (konfirmasi dari subyek penelitian bahwa yang
bersangkutan memahami proses penelitian, dan haknya termasuk hak
untuk menolak atau mengundurkan diri dari penelitian tanpa ada
konsekuensi negatif, serta pemahaman bahwa keikutsertaan dalam
penelitian bersifat sukarela). Peneliti juga perlu memohon ijin untuk
melakukan perekaman (audio maupun video) selama wawancara. Hal
ini bisa dilakukan dengan menambahkan kalimat: Dengan ini saya
bersedia/tidak bersedia untuk direkam selama wawancara.
c. Tanda tangan dari subyek penelitian, tanggal, tempat, dan lain – lain.
Bila dibutuhkan, khusus untuk anak-anak consent dari orang tua perlu
diperhatikan.
4. Penelitian dengan resiko minimal atau resiko tinggi
Semua penelitian dengan resiko minimal atau resiko tinggi harus menunjukkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana menjaga kerahasiaan dan privasi dari informasi/subyek
penelitian?

12
b. Bagaimana kebutuhan psiko-sosial subyek penelitian diperhatikan?
c. Bagaimana pola rujukan/mekanisme yang digunakan?
d. Apakah diperlukan dana (biaya rujukan, konsultasi dll)?
e. Apa yang akan dilakukan untuk meminimalkan potensi resiko?
5. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses klirens etik
a. Bagaimana hasil penelitian ini akan didiseminasikan dengan baik
diantara anggota yang berpartisipasi dalam penelitian?
b. Klirens Etik menjamin untuk memaksimalkan manfaat penelitian
c. Apakah terdapat akses intervensi untuk mengkontrol di dalam
penelitian ini (dimana sebuah intervensi dapat memberikan hasil yang
positif).
d. Apakah nilai sosial dari tujuan studi ini?

Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti adalah sebagai hubungan antara
yang memerlukan informasi dan mereka yang memberikan informasi. Peneliti yang
memerlukan informasi, seyogianya menempatkan diri lebih rendah dari pihak yang
memberikan informasi. Responden mempunyai hak untuk tidak memberikan
informasi kepada peneliti. Oleh sebab itu hak responden yang memberikan informasi
harus didahulukan. Sebagai perwujutan hak responden sebelum melakukan
pengambilan data atau wawancara terlebih dahulu responden dimintakan persetujuan
(inform consent), terlebih jika informasi ttersebut diambil dari tubuh informan yang
menimbilkan rasa sakit ( seperti mengambil sampel darah). Hak responden jika
responden tidak bersedia dilakukan wawancara atau pengambilan data. (Notoatmodjo,
2012).
Hak-hak dan kewajiban peneliti dan yang diteliti (informan) menurut
Notoatmodjo, 2012 hal 201 adalah sebagai berikut :
1. Hak dan Kewajiban Responden :
Hak-hak responden :
a. Hak untuk dihargai privacy-nya :
privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk
memperoleh privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula
responden sebagai objek penelitian di tempat kediamannya masing-
masing. Seorang tamu, termasuk peneliti atau pewawancara yang

13
datang ke rumahnya, lebih-lebih akan menyita waktunya untuk
diawancarai, jelas merampas privacy orang atau responden tersebut.
b. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri.
Tetapi karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau
pewawancara, maka kerahasiaan informasi perlu dijamin oleh peneliti.
Apabila informasi tersebut kemudian diberikan kepada peneliti dan
kemudian diolahnya maka bentuknya bukan informasi individual dari
orang per orang dengan nama tertentu, tetapi dalam bentuk agregat atau
kelompok responden. Oleh sebab itu realisasi hak responden untuk
merahasiakan informasi dari masing-masing responden maka nama
responden pun tidak perlu dicantumkan, cukup dengan kode-kode
tertentu saja.
c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari
informasi yang diberikan.
Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak terhadap
keamanan dan keselamatan bagi dirinya atau keluarganya maka peneliti
harus bertanggungjawab terhadap akibat tersebut.
d. Hak memperoleh imbalan dan kompensasi : apabila semua kewajiban
telah dilakukan, dalam arti telah memberikan informasi yang
diperlukan oleh peneliti atau pewawancara, responden berhak
menerima imbalan atau kompensasi dari pihak pengambil data atau
informasi (Notoatmodjo, 2012 hal 202
Kewajiban Responden :
Setelah adanya inform concent dari responden atau informan, artinya
responden atau informan, artinya responden sudah mempunyai keterikatan
dengan peneliti responden atau pewawancara berupa kewajiban responden
untuk memberikan informasi yang diberikan peneliti. Tetapi selama belum ada
inform concent, responden tidak ada kewajiban apapun terhadap peneliti atau
pewawancara (Notoatmodjo, 2012 hal 202)
2. Hak dan Kewajiban Peneliti Atau Pewawancara
Hak Peneliti :
Bila responden bersedia diminta informasinya (menyetujui inform
concent), peneliti mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan

14
sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden atau informan.
Apabila hak ini tidak diterima dari responden, dalam arti responden
menyembunyikan informasi yang diperlukan, maka responden perlu
diingatkan kembali terhadap inform concent yang diberikan (Notoatmodjo,
2012 hal 203)
Kewajiban Peneliti :
a. Menjaga privacy responden
Posisi peneliti lebih rendah dibandingkan dengan responden. Oleh
sebab itu dalam melakukan wawancara atau memperoleh informasi dari
responden harus menjaga privacy mereka. Untuk itu peneliti atau
pewawancara harus menyesuaikan diri dengan responden tentang
waktu dan tempat dilakukannya wawancara atau pengambilan data,
sehingga responden tidak merasa diganggu privacy nya.

b. Menjaga kerahasiaan responden


Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga
kerahasiaannya. Peneliti atau pewawancara tidak dibenarkan untuk
menyampaikan kepada orang lain tentang apapun yang diketahui oleh
peneliti tentang responden di luar untuk kepentingan atau mencapai
tujuan penelitian.
c. Memberikan kompensasi
Jika informasi yang diperlukan telah diperoleh dari responden atau
informan maka peneliti atau pewawancara juga memenuhi
kewajibannya. Kewajiban peneliti atau pewawancara sebaiknya bukan
sekedar ucapan terima kasih saja kepada responden. Tetapi diwujudkan
dalam bentuk penghargaan yang lain, misalnya berupa kenang-
kenangan atau apapun sebagai apresiasi peneliti terhadap responden
atau informan yang telah mengorbankan waktu, pikiran, mungkin
tenaga dalam rangka memberikan informasi yang diperlukan peneliti
atau pewawancara (Notoatmodjo, 2012 hal 203)

15
16
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Judul Jurnal
Jurnal yang kami angkat dalam makalah ini berjudul “Managing Gap In the
Continuity of Nursing care to Enhance Patient Safety”. Jurnal ini dipublikasikan
secara online pada bulan Februari 2019. Jurnal ini merupakan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Angela Jones, Megan -Jane Johnstone di Australia

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses perawat yang
digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan yang berpotensi berbahaya dalam
kelangsungan perawatan pasien dan mengelola kesenjangan yang diidentifikasi
sebagai aspek kunci dari perawatan yang aman.

C. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif kualitatif. Data
dikumpulkan dari sampel yang dari tujuh puluh satu perawat terdaftar dari gawat
darurat, perawatan kritis, perioperatif, rehabilitasi dan perawatan transisi, dan
pengaturan neurosains di Australia dan dianalisis menggunakan konten dan strategi
analisis tematik.

D. Pertimbangan Etik
Penelitian ini sudah melewati proses etik dimana penelitian ini telah disetujui
oleh Komite Penelitian dan Etika Manusia di Universitas Deakin dan satu layanan
kesehatan metropolitan di mana prose perekrutan participant dan wawancara terjadi.

E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi dan pengelolaan
kesenjangan didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman perawat tentang: di mana
kesenjangan terjadi; jenis celah yang terjadi; hal-hal yang terjadi, salah dan diabaikan;
lingkungan klinis; peralatan yang tersedia; dan memperbaiki proses dan prosedur.
Kesenjangan yang diidentifikasi termasuk kegagalan untuk mengenali dan

17
menanggapi pasien yang memburuk, tidak memperhatikan 'hal-hal sederhana', praktik
memotong sudut, dan penyimpangan dalam pemikiran kritis. Tiga proses deliberatif
yang digunakan untuk mengelola kesenjangan yang diidentifikasi adalah melalui
pengawasan keperawatan, kerja tim, dan komunikasi.

F. Prinsip Etik yang digunakan


1. Menghormati manusia (harkat dan martabat, individu atau kelompok
Berdasarkan jurnal yang diambil kelompok, peneliti
mempertimbangkan partisipan dimana sebelum melakukan penelitian, peneliti
menginformasikan dan mempersentasikan secara terbuka tujuan penelitian
pada kelompok keperawatan profesional yang relevan. Proses perekrutan
dilakukan secara terbuka. Perawat yang bersedia menjadi partisipan 71
perawat yang terdiri 19 perawat emergensi, 20 perawat critical care, 14
perawat Rehabilitation
& transitional care, 2 perawat neorosince.
2. Kerahasiaan
Peneliti menjamin kerahasiaan dari identitas partisipan dimana peneliti tidak
menjabarkan dengan jelas tentang identitas partisipan. Peneliti hanya
menjabarkan tentang jumlah peserta penelitian kompetensi responden yaitu
perawat emergensi, perawat critical care, perawat Rehabilitation
& transitional care, perawat neorosince

3. Bermanfaat
Penelitian ini menggunakan prinsip bermaanfaat, dimana hasil penelitian
mengidentifikasi kesenjangan yang berpotensi berbahaya dalam kelangsungan
perawatan pasien dan mengelola kesenjangan yang diidentifikasi sebagai
aspek kunci dari perawatan yang aman. Partisipan dalam penelitian ini adalah
perawat yang bekerja di unit gawat darurat, perawatan kritis, perioperatif,
neuroscience, dan rehabilitasi dan perawatan transisi di rumah sakit
metropolitan atau regional / pedesaan dan rumah sakit terkait di semua Negara
Bagian dan Wilayah Australia daratan. Area klinis dipilih karena mereka
sering dirujuk dalam penelitian internasional tentang tingkat cedera iatrogenik
dalam konteks rumah sakit. Aranaz-Andrés et al., 2011; Baker et al., 2004;
Leape et al., 1991; Vincent, Neale , & Woloshynowych, 2001; Wilson et al.,

18
1995). Tujuan merekrut perawat dari konteks yang berbeda ini (yaitu
ketajaman, kepastian, kecenderungan untuk berubah) adalah untuk menangkap
data tentang kesenjangan dari berbagai sumber dan perspektif. Hal ini
memungkinkan triangulasi sumber data untuk dilakukan sehingga
berkontribusi pada ketelitian penelitian.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika penelitian bukan sekedar hubungan prilaku antara pihak peneliti dengan
pihak yang diteliti, tetapi juga pemanfaatan hasil penelitian bagi masyarakat. Semua
penelitian harus mempunyai asas kemanfaatan tidak saja untuk ilmu, peneliti, tetapi
juga masyarakat. Oleh karena itu peneliti harus senantiasa memperhatikan prinsip -
prinsip etika penelitian

B. SARAN
Dari makalah ini diharapkan peneliti senantiasa memperhatikan etika
penelitian sehingga hasil peneliti dapat berguna dan tidak menimbulkan masalah
dikemudian hari.

20
Daftar pustaka

Aminullah, E, dkk. (2013). Konsep Pedoman Penilaian Etika penelitian dan Publikasi.
Jakarta: Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek) – LIPI
Endra, Febri. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian. Sidoarjo: Zifatama Zawara.
Hartono, B. (2013). Buku Kode Etik Riset. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
International Ethical Guidelines for Health-related Research Involving Humans, (2016).
Fourth Edition. Geneva: Council for International Organizations of Medical Sciences
(CIOMS);
Jones, A. Johnstone,M. (2018), Managing Gaps In the Continuity of Nursing care to Enhance
Patient Safety. Elsevier Ltd on behalf of Australian college of Nursing Ltd. Diakses
tanggal 21 September 2019. Dari Journal homepage: www.elsevier.com/local
Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional Kementerian keseharan
Republik Indonesia. (2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional. Jakarta:. Kemenkes RI
Notoatmodjo,S. (2010). Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Williams, M. (2000). Ethical clearance – Just a Rubber Stamp?. Australian Journal of
Physiotherapy. Vol.46. Diakses tanggal 21 September 2019 dari https:// reader.
Elsevier .com/reader/sd/pii/S0004951414603159

21

Anda mungkin juga menyukai