Disusun oleh:
Bab I
I. PENDAHULUAN
Agama islam adalah satu-satunya agama disisi Allah yang diridhoi, agama islam juga
mengatur berbagai dimensi hubungan manusia dalam menjalani aspek kehidupan. Ia
mengajarkan bagaimana melakukan hubungan baik antara manusia dengan Sang Khaliq,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya.
Mempelajari dan mengamalkan agama islam sangant diperlukan bagi penganutnya agar tidak
terjerumus pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. di zaman modern, orang
terlalu mudah terpengaruh dengan budaya luar yang tidak sesuai dengan ajaran islam
secara kaffah.
Pendidikan agama tidak terlepas dari pengajaran agama, yaitu pengetahuan yang ditunjukkan
pada pikiran, jiwa dan kepribadian yang berisikan hukum-hukum, syarat-syarat, kewajiban-
kewajian, batas-batas dan norma-norma yang harus dilakukan. Islam sebagai agama yang
terakhir, memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang
sebelumnya.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian epistimologi dan Islam
2. Bagaimana sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3. Bagaimana kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4. Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan Islam.
III. Tujuan
1. Menjelasakn pengertian epistemology dan islam
2. Menjelaskan sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3. Menjelaskan kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4. Menjelasakaqn peranan dan fungsi pengetahuan Islam
IV. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pengertian epistimologi dan Islam
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang peranan dan fungsi pengetahuan Islam
Bab II
V. PEMBAHASAN
1. Pengertian Islam
Secara etimologis islam brasal dari kata aslama yang berarti “menyerahkan diri”. Secara
substansial kata ini mengandung banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada Rasulullah oleh
seorang tak dikenal. Selanjutnya dengan secara gamblang Rosulullah SAW menjelasakan bahwa
kata islam mengandung tiga dimensi dasar yang saling terkait yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Dengan pengertian bahwa seseorang yang menyatakn dirinya sebagai seorang islam dia harus
memenuhi trilogi tersebut.[1]
Kata aslama itulah yang menjadi kata islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung
dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat, menyerahkan diri
kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan
akhirat.[2]
Sedangkn secara istilah Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT.
Nama islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan agama lainnya. Kata islam
tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu
negeri. Kata islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hal demikian dapat dipahami
dari petunjuk ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT
Selanjutnya dilihat dari segi misi ajarannya, islam adalah agama sepanjang sejarah manusia.
Agama dari seluruh nabi dan Rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada bangsa-bangsa
dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S, Nabi Ibrohim, Nabi
Yakub dst. Hal demikin dapat dipahami dri ayat-ayat yangterdapat didalam Al-Quran yang
menugaskan bahwa para nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.[3]
2. Pengertian Epistemologi
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan)
dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter
dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas
dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya,
macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis. [4]
B. Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)
a. Wahyu
Wahyu berasal dari kata arab Al-Wahyu, artinya “suara”, api dan kecepatan. Disamping
itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Selanjutnya al-
wahyu mengandung arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Namun dari sekian
banyak arti itu wahyu lebih dikenal dalam arti “ Apa yang disampaikan Allah kepada para Nabi”.
dengan demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah kepada orang
pilihan-Nya. Agar diteruskan kepada umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik didunia
maupun diakhirat nanti. Dalam Islam wahyu atau sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad, semuanya tersimpan dengan baik dalam Al-Quran. Al-Quran karena itu,
mengandung sabda Tuhan berupa wahyu dalam bahasa arab. Sabda Tuhan dalam Al-Quran tidak
hanya dalam isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan sakaguru ajaran
islam. Namun segera harus ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam, wahyulah yang
pertama dan utama.
Karena Allah adalah sumber pengetahuan, maka Allah dapat memberikan ilmu yang
dikehendaki-Nya tanpa proses berpikir atau pengamatan empiris menurut Al-Ghazali, ilmu ini
tidak diperoleh lewat pengamatan atau pemikiran, tetapi lewat dzanq. Kadang-kadang ilmu ini
disebut sebagai “Ilmu Laduni”.
Al-Quran dan As-Sunnah, keduanya merupakan sumber pertama ilmu. Al-Qur’an
berkali-kali mengingatkan kita untuk memikirkan ayat-ayat – Nya dan mengambil pelajaran
darinya.
b. Akal
Akal, ratio (Latin) akal (bahasa Arab ‘aqli) budi (Sanskerta) akal budi (persatuan Arab
dan Sansekerta) Nous (Yunani) Rasion (Prancis) Reason (Inggris), adalah potensi rohaniah
manusia sanggup mengerti mengenai teori realita kosmis.
Dalam epistemologi, juga didapatkan bahwa akal adalah sumber pengetahuan manusia,
karena manusia itu pandai berpikir maka ia berpengetahuan dan sekalian pengetahuannya
dibentuk oleh pikirannya. Tidaklah mudah membuat definisi akal sebagai sumber pengetahuan.
Akal sebagai sumber pengetahuan dengan indera, saling berhubungan. Akal budi tidak
dapat menyerap sesuatu dan panca indera tidak memikirkan sesuatu. Bila keduanya bergabung
maka timbullah pengetahuan. Menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi adalah kebutaan, dan
pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Akal dan indera saling mengisi dalam memperoleh
pengetahuan, akal berperan sebagai pengolah apa yang telah diserap oleh indera.
Aktivitas akal sebagai sumber pengetahuan disebut berpikir, berpikir merupakan ciri khas
manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi ini. disini timbul masalah
apakah berpikir itu? Secara umum maka setiap perkembangan ide dan konsep dan sebagainya
disebut berpikir. Dimana seseorang berpikir sunguh-sungguh takkan membiarkan ide dan konsep
yang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun ditujukan pada arah tertentu yaitu pengetahuan.
[5]
c. Rasa
Rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, tanggapan hati terhadap sesuatu.
Munculnya rasa lebih bersifat jujur, berbeda dengan pikiran. Ketika merasa lapar, pikiran belum
tentu sepakat memenuhi kebutuhan atas rasa lapar itu. Jika dikatakan sebuah kesadaran, pikiran
dan rasa adalah sebuah kesadaran yang mendua, tergantung kehendak mana yang akan diikuti.
Dalam hal ini, manusia senantiasa berada dalam konflik “abadi” antara dua kepentingan yang
berbeda pandangan, antara rasa dan pikiran. Rasa dan pikiran memungkinkan untuk bersinergi
maupun berkontrakdiksi.[6]
Setelah semua kriteria dipersiapkan barulah muncul langkah berikutnya, yaitu mengerjakan
diantaranya:
a. Memilih dan mendefinisikan masalah
b. Survey terhadap data yang tersedia
c. Memformulasikan hipotesa
d. Membangun kerangka analisa
e. Mengumpulkan data primer
f. Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
g. Membuat generalisasi dan kesimpulan
h. Membuat laporan.
Pandangan Islam akan ukuran kebenaran menunjukkan kepada landasan keimanan dan
keyakinan terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaiman yang diutarakan oleh
Fazrur Rahman : Bahwa semangat dasar dari Al-Qur’an adalah semangat moral, ide-ide keadilan
sosial dan ekonomi. Hukum moral adalah abadi, Ia adalah “perintah Allah”. Manusia tak dapat
membuat atau memusnahkan hokum moral : ia harus menyerahkan diri kepadannya.
Pernyataan ini dinamakan Islam dan implementasinnya dalam kehidupan disebut ibadah
atau pengabdiaan kepada Allah. Tetapi hukum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa
dilaksanakan haruslah diketahui.
Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
Syukur, Amin, Metodologi Studi Islam, (Semarang: Gunung Jati Semarang.1998)
http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi
[1]Amin, Syukur. dkk, Metodologi Studi Islam, Semarang: Gunung Jati: Semarang, 1998.hal. 1
[2] Abudin, Nata, Metodologi Study Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2000.hal.62
[3] Ibid.hal 65-66
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi(senin,4-11-13(08.10))
[5] http://www.referensimakalah.com/2012/11/akal-sebagai-sumber-pengetahuan.html(senin,4-11-
13(08.31WIB)
[6] http://sahlanbahuy.wordpress.com/2013/05/05/ilmu-pengetahuan-rasa-dan-teater-di-sekolah