Karl Jaspers
Karl Jaspers
4
Ia pindah ke Swiss dan menulis banyak masalah tentang perang damai,
masalah politik, iman filosofis dan sejarah filsafat seluruh dunia. Tahun 1969
Karl Jaspers menghembuskan nafas terakhirnya setelah menyelesaikan Karya
–karya dibidang filsafatnya. (Wahyuni, 2005)
5
tetapi juga membatasi, yang membuat tidak dapat mencapai kesadaran yang
optimal.
Japers memberi nama realitas tersebut dengan Grenzsituationen atau situasi
batas yang bersifat konstitutif.
Situasi batas mempunya dua kategori yaitu, situasi batas umum yang
merupakan nasib (faktisitas), yang mempunyai latar belakang historis, jenis
kelamin, kondisi fisik dan sebagainya, yang berada di luar pilihan individu,
dan situasi batas khusus yang meliputi kematian, penderitaan, perjuangan, dan
kebersalahan.
6
dan eksitensialisme ateis. Eksistensialisme teis adalah aliran eksistensialisme
yang berujung pada pemahaman individu dan pengakuan adanya tuhan
sedangkan eksistensialisme ateis adalah sebaliknya, yaitu menekankan pada
kemampuan manusia sebagai makhluk yang mampu ber-Ada tanpa keber-
Ada-an Tuhan sebagai wujud eksistensi dirinya. Karl Jaspers adalah seorang
pemikir eksistensialisme teis . Bagi Jaspers, manusia adalah suatu kebebasan.
Manusia akan Makin sadar tentang eksistensi diri-nya sebagai kebebasan,
apabila dihadapkan pada berbagai pilihan. Oleh karena itu Jaspers sampai
pada kesimpulan bahwa makin sungguh-sungguh seseorang sadar tentang
kebebasannya, makin makin kuat kepastiannya tentang adanya Tuhan.
Inilah yang kemudian dianggap penting lagi oleh Jaspers dalam
menjelaskan eksistensinya yaitu “Chiffer” merupakan simbol yang
mengantarai pemahaman eksistensi kepada transendensi. “Chiffer” merupakan
penengah antara eksistensi dan transendensi, dimana keilahian tetap
tersembunyi, tetapi manusia dapat membaca melalui bereksistensi dengan
kebebasan, karena Allah “menyembunyikan diri”. Dengan demikian, manusia
berada dalam kebebasan untuk menuju transendensi. Seperti yang telah
diuangkapkan Jaspers: “Makin sejati kebebasan seseorang, makin kuat
kepastiaannya tentang Tuhan. Kalau saya sungguh-sungguh bebas, saya
menjadi pasti bahwa saya tidak bebas karena saya sendiri.”
Apa yang diungkapkan Jaspers diatas menunjukkan bahwa Tuhan
merupakan sumber kebebasan, untuk itu dalam kebebasan, Tuhan dapat
ditemuinya. Jaspers berkesimpulan bahwa Tuhan adalah suatu keterbukaan
yang tak kunjung beku dalam penghayatan manusia sebagai eksistensi yang
bebas.
7
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari filsafat eksistensi Karl jaspers dapat diketahui bahwa eksistensi
merupakan kebebasan manusia. Ia juga terinspirasi dari fenomenologi Edmund
husserl yang akhirnya menjadi landasannya untuk menciptakan aliran
eksistensialisme miliknya. akan tetapi kebebasan manusia tetap terbatas sebab
manusia ada dalam realitas yang tidak hanya memberi peluang tetapi juga
membatasi yang membuat tidak dapat mencapai kesadaran yang optimal disebut
"Grenzsituationen" apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia terbagi
dalam dua karakter, yakni eksistensi ateis yang menekankan manusia sebagai
makhluk yang mampu dan eksistensi teis yang berujung pada pemahaman
individu dan pengakuan terhadap Tuhan. Dan jaspers seorang eksistensi teis yang
menyimpulkan bahwa makin sungguh-sungguh seseorang sadar tentang
kebebasannya, makin kuat kepastiannya akan adanya Tuhan. Inilah yang
kemudian penting oleh jaspers dalam menjelaskan eksistensinya, yaitu "chiffer"
yang merupakan penengah eksistensi dan transendensi titik Tuhan merupakan
sumber kebebasan untuk itu dalam kebebasan Tuhan dapat ditemuinya. menurut
jaspers pula filsafat jaspers permasalahannya bukan hanya individual tapi lebih
banyak menekankan pada hubungan manusia dengan manusia.
Daftar Pustaka
Wahyuni, S. (2005). Kebebasan Manusia Dalam Filsafat Eksistensi
Karl Jaspers.
ttp://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1-2005-
sriwahyuni-528-BAB3_419-5.pdf