Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

A. Biografi Karl Jaspres


Filsuf eksistensialisme Karl Theodor Jaspers lahir di Kota Oldenburg,
Jerman Utara pada tanggal 23 Februari tahun 1883. Karl Jaspers terlahir dari
pasangan Carl Wilhelm Jaspers dan Henriette Tantzen. Karl Jaspers dilahirkan
dari keluarga protestan liberal, tetapi keluarga Karl Jaspers bukanlah keluarga
yang taat beragama, praktis Jaspers mendapatkan pelajaran agama hanya dari
sekolah saja. Pada dasarnya pemikiran Jaspers dipengaruhi oleh agama
kristen, tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai seorang kristen. Masa muda
Karl Jaspers sudah terlihat memiliki garis pemikiran tersendiri, mulai dari
penolakannya terhadap peraturan– peraturan yang ada di Gymnasium yang
mana mengharuskan seluruh siswa untuk mengikuti organisasi–organisasi
siswa dengan struktur yang hirarkis. Selain alasan diatas, Karl Jaspers juga
sering sakit-sakitan yang menyebabkan ia menjauhi kegiatan sosial dan
lingkungannya, pada akhirnya hal ini menyebabkan Jaspers mengalami
kesendirian. Keadaan Jaspers yang tidak jarang sakit-sakitan, memaksa ia
menjadi orang yang hidup teratur, akan tetapi keteraturannya ini menjadikan
Karl Jaspers menjadi orang yang mempunyai produktifitas yang luar biasa.
(Wahyuni, 2005)
Kehidupan sehari-hari Karl Jaspers diisi dengan mendalami berbagai ilmu
seni, sastra, dan alam. Karl Jaspers melanjutkan pendidikan ilmu hukum di
Universitas Heidelberg, namun kemudian ia belajar ilmu kedokteran di
Munchen, dengan pilihan spesialisasi psikiatri. Pada awalnya Karl Jaspers
bekerja sebagai Psikiater di Universitas Heidelberg, namun ditempat yang
sama, tahun 1916 ia menjadi Dosen Psikologi dan tahun 1922 ia menjadi guru
besar untuk filsafat.Tahun 1930 Karl Jaspers mulai memusatkan perhatiannya
pada dunia filsafat, banyak buku yang telah ditulis Karl Jaspers. Meskipun
kondisi sosial politik tidak mendukung kehidupan Jaspers tetapi tidak
membuat surut semangat Jaspers untuk menuliskan dan menyebarkan
gagasannya. Setelah Perang Dunia II merupakan masa keemasan Karl Jaspers.

4
Ia pindah ke Swiss dan menulis banyak masalah tentang perang damai,
masalah politik, iman filosofis dan sejarah filsafat seluruh dunia. Tahun 1969
Karl Jaspers menghembuskan nafas terakhirnya setelah menyelesaikan Karya
–karya dibidang filsafatnya. (Wahyuni, 2005)

B. Pemikiran Karl Jaspres


Karl Jespers adalah seorang filsafat eksitensialisme yang terkenal di
zamanya. Gagasanya tentang eksistensialisme dipengaruhi oleh pemikiranya
tentang kebebasan. Selain itu, Ia juga terinspirasi dari fenomenologi Edmund
Husserl yang akhirnya menjadi landasanya untuk menciptakan aliran
eksistensialisme miliknya. Alasan utama mengapa fenomenologi Edmund
Husserl menjadi inspirasi Jespers untuk mengemukakan gagasanya terkait
eksistensialisme, karena fenomenologi Edmund Husserl membantunya untuk
menjawab pertanyaan tentang siapa ‘aku’.
Namun dalam proses memahami ‘aku’ melalui pemikiran fenomenologi
Husserl, Ia menambahkan konsep tentang Das Umgrefeinde. Dimana ‘aku’
bukan semata mata ada-objek namun juga ada yang melingkupi (Das
Umgrefeinde). Das umgrefeinde ini pun belum dapat sepenuhnya menjalaskan
siapa ‘aku’ itu. Oleh karena itu, Jespers tidak pernah secara jelas
mengungkapkan tentang eksistensi. Hal ini dikarenakan eksistensi sendiri
memiliki ketidakpastian. Walaupun begitu, Jespers menganggap bahwa
eksistensi ialah yang paling berharga dalam diri manusia, untuk itu pula dalam
mencapai kejelasan ‘aku’ Jaspers mencari dalam Exstenzerbellung
(penerangan eksistensi), karena menurutnya dengan menerangi diri sendiri
maka orang tersebut dapat mencapai ‘aku’ yang bersifat permanen.

C. Penjelasan Tentang Penerangan Eksistensi dan Situasi Batas


Keterbatasan situasi yang melingkupi manusia. Jaspers mempunyai
pengalaman yang berhadapan dengan para pasien yang membawa kesadaran
tentang situasi-situasi yang membatasi manusia untuk mencapai eksistensi.
Manusia ada dalam ruang atau realitas yang tidak hanya memberi peluang

5
tetapi juga membatasi, yang membuat tidak dapat mencapai kesadaran yang
optimal.
Japers memberi nama realitas tersebut dengan Grenzsituationen atau situasi
batas yang bersifat konstitutif.

Situasi batas mempunya dua kategori yaitu, situasi batas umum yang
merupakan nasib (faktisitas), yang mempunyai latar belakang historis, jenis
kelamin, kondisi fisik dan sebagainya, yang berada di luar pilihan individu,
dan situasi batas khusus yang meliputi kematian, penderitaan, perjuangan, dan
kebersalahan.

1. situasi batas bersifat doubleness


sifat konstitutif situasi batas menunjukan bahwa situasi batas harus dihapadi
apabila ingin mencapai eksistensi.

2. situasi batas sebagai chiffer transendensi


ciri ganda menggambarkan bahwa situasi batas merupakan chiffer
transendensi. Istilah chiffer dimaksudkan sebagai symbol symbol keahlian.
Chiffer, secara umum memiliki kesamaan ciri dengan symbol symbol umum.
Kekhususan chiffer adalah elemen yang dihadirkan dalam shiffer hanya dapat
hadir melalui chiffer yang bersangkutan.

D. Penjelasan Tentang Ajaran Spiritual Timur dan Persepsi Tentang


Kesatuan
Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua
karakter kehidupan spiritual, yaitu : bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam
arti memisahkan antara kehidupan duniawinya dengan kehidupan spiritualnya
dan bangsa-bangsa timur yang spiritual dalam arti kehidupan duniawinya
adalah kehidupan spiritualnya.
Dari segi sejarah perkembangan eksistensialisme di khasanah pemikiran
barat, eksistensialime terbagi kedalam dua bagian, yaitu : eksistensialime teis

6
dan eksitensialisme ateis. Eksistensialisme teis adalah aliran eksistensialisme
yang berujung pada pemahaman individu dan pengakuan adanya tuhan
sedangkan eksistensialisme ateis adalah sebaliknya, yaitu menekankan pada
kemampuan manusia sebagai makhluk yang mampu ber-Ada tanpa keber-
Ada-an Tuhan sebagai wujud eksistensi dirinya. Karl Jaspers adalah seorang
pemikir eksistensialisme teis . Bagi Jaspers, manusia adalah suatu kebebasan.
Manusia akan Makin sadar tentang eksistensi diri-nya sebagai kebebasan,
apabila dihadapkan pada berbagai pilihan. Oleh karena itu Jaspers sampai
pada kesimpulan bahwa makin sungguh-sungguh seseorang sadar tentang
kebebasannya, makin makin kuat kepastiannya tentang adanya Tuhan.
Inilah yang kemudian dianggap penting lagi oleh Jaspers dalam
menjelaskan eksistensinya yaitu “Chiffer” merupakan simbol yang
mengantarai pemahaman eksistensi kepada transendensi. “Chiffer” merupakan
penengah antara eksistensi dan transendensi, dimana keilahian tetap
tersembunyi, tetapi manusia dapat membaca melalui bereksistensi dengan
kebebasan, karena Allah “menyembunyikan diri”. Dengan demikian, manusia
berada dalam kebebasan untuk menuju transendensi. Seperti yang telah
diuangkapkan Jaspers: “Makin sejati kebebasan seseorang, makin kuat
kepastiaannya tentang Tuhan. Kalau saya sungguh-sungguh bebas, saya
menjadi pasti bahwa saya tidak bebas karena saya sendiri.”
Apa yang diungkapkan Jaspers diatas menunjukkan bahwa Tuhan
merupakan sumber kebebasan, untuk itu dalam kebebasan, Tuhan dapat
ditemuinya. Jaspers berkesimpulan bahwa Tuhan adalah suatu keterbukaan
yang tak kunjung beku dalam penghayatan manusia sebagai eksistensi yang
bebas.

Ekspresi pemikiran Jaspers tidak hanya mengenai permasalahan yang


sifatnya hanya individual. Seperti telah diungkap sebelumnya mengenai
filsafat Jaspers bahwa filsafat Jaspers lebih banyak menekankan pada
persoalan hubungan manusia dengan manusia, artinya bersifat sosial, yang
mana lebih menekankan pada kesatuan.

7
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari filsafat eksistensi Karl jaspers dapat diketahui bahwa eksistensi
merupakan kebebasan manusia. Ia juga terinspirasi dari fenomenologi Edmund
husserl yang akhirnya menjadi landasannya untuk menciptakan aliran
eksistensialisme miliknya. akan tetapi kebebasan manusia tetap terbatas sebab
manusia ada dalam realitas yang tidak hanya memberi peluang tetapi juga
membatasi yang membuat tidak dapat mencapai kesadaran yang optimal disebut
"Grenzsituationen" apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia terbagi
dalam dua karakter, yakni eksistensi ateis yang menekankan manusia sebagai
makhluk yang mampu dan eksistensi teis yang berujung pada pemahaman
individu dan pengakuan terhadap Tuhan. Dan jaspers seorang eksistensi teis yang
menyimpulkan bahwa makin sungguh-sungguh seseorang sadar tentang
kebebasannya, makin kuat kepastiannya akan adanya Tuhan. Inilah yang
kemudian penting oleh jaspers dalam menjelaskan eksistensinya, yaitu "chiffer"
yang merupakan penengah eksistensi dan transendensi titik Tuhan merupakan
sumber kebebasan untuk itu dalam kebebasan Tuhan dapat ditemuinya. menurut
jaspers pula filsafat jaspers permasalahannya bukan hanya individual tapi lebih
banyak menekankan pada hubungan manusia dengan manusia.

Daftar Pustaka
Wahyuni, S. (2005). Kebebasan Manusia Dalam Filsafat Eksistensi
Karl Jaspers.
ttp://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1-2005-
sriwahyuni-528-BAB3_419-5.pdf

Anda mungkin juga menyukai