Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Perkembangan Gerakan Pembaharu di Mesir

Latar belakang sejarah Mesir secara historis dapat kita lihat ketika Mesir
berada dalam kekuasaan Romawi di Timur dengan Bizantium sebagai ibu kotanya
merupakan awal kebangkitan Mesir di abad permulaan Islam yang berkembang
menjadi kota dan negara tujuan setiap orang. Mesir menjadi wilayah Islam pada
zaman Khalifah Umar bin Khattab pada 640 M.1

Pendudukan Mesir oleh Napoleon Bonaparte tahun 1798 M membawa


perubahan yang sangat berarti bagi pembaharuan pemikiran di Mesir. Ekspedisi
Napoleon selain membawa tentara juga membawa para ilmuan dan peralatan
ilmiah. Hal ini membuka mata dan pemikiran pemuka Mesir akan ketertinggalan
selama ini. Pengaruh Ekspedisi Napoleon Bonaparte ke Mesir membawa
perubahan di berbagai bidang diantaranya, dalam bidang mental, sikap serta
pembaharuan nilai-nilai, dalam bidang politik, dalam bidang ilmu pengetahuan
dan budaya, serta dalam bidang industri, perdagangan dan perekonomian2.

Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses
pembaharuan pendidikan Islam, yaitu:

1. Faktor internal yakni, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat
memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan
rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas,
bertaqwa, dan beriman kepada Allah Swt.
2. Faktor eksternal yakni adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan
faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah
menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat islam untuk belajar

1
http://www.kompasiana .com/ikanurazizah/5bec3f71677ffb5b0e3e71f5/pembaharuan-islam-di-
mesir.
2
Zulhimma, Pengaruh Kedatangan Ekspedisi Napoleon Terhadap Upaya Pembaharu Islam din
Mesir, dalam jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari 2015, 139.

3
4

secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini
dirasakan akan bisa terminimalisir.3

Islam mengalami puncak kejayaan di berbagai bidang dan menjadi kiblat


pusat peradaban dunia ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa yang berpusat di
Bagdad. Bersamaan dengan itu, di belahan dunia bagian Barat berdirilah dengan
kokohnya sebuah pusat peradaban yang didirikan oleh keturunan Bani Umayyah
di Spanyol, kemudian diikuti oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir. Ke tiga pusat
kerajaan ini masing-masing menyumbangkan peradaban tiada tara yang bukan
hanya mengharumkan nama Islam, tapi juga menjadi penyebab bangkitnya Eropa
(Barat) dari keterbekangan khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.4

B. Tokoh dan Pemikiran Gerakan Pembaharu Mesir

Upaya pembaharu di Mesir dipelopori oleh sejumlah tokoh antara lain


Muhammad Ali Pasya, Rifa’ah Badawi at-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha dan lain-lain.

1. Muhammad Ali Pasya

Muhammad Ali adalah seorang tokoh pemaru di Mesir yang berasal dari
keturunan Turki, lahir di Kwai Yunani pada tahun 1765 dan meninggal di
Mesir pada tahun 1849. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Orang
uanya bekerja sebagai penjual rokok eceran, karena keterbatasan ekonomi ia
tida memperoleh kesempatan sekolah sehingga ia tidak pandai membaca dan
menulis.5 Meskipun ia tidak pandai membaca dan menulis, namun ia adalah
anak yang cerdas dan pemberani, hal itu terlihat dalam karirnya baik dalam
bidang militer ataupun sipil yang selalu sukses.6

Setelah Muhammad Ali Pasya berusia 18 tahun, ia dinikahkan dengan


perempuan dari kalangan kaum kerabatnya. Perempuan itu orang yang kaya
3
Muhammad Fauzi, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir, dalam jurnal Tarbiyah,
Vol. 24, No. 2, Juli-Desember 2017, 389.
4
Ibid..., 388.
5
Muhammad Fauzi, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir..., 390.
6
Verlin Suzani, Pembaharuan Islam di Mesir, (Riau: t.p, 2017), 10.
5

dan Muhammad Ali Pasya mulai berniaga dengan menggunakan harta


istrinya. Pernigaannya mengalami kemajuan, terutama perniagaan tembakau
sebab saat itu tembakau adalah hasil utama negeri Turki.7 Selanjutnya ia
masuk ke dinas kemileteran, karena kecerdikan dan kecakapannya
menjalankan pangkatnya naik menjadi perwira dalam waktu yang cukup
singkat.8 Pada saat penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki
menirimkan bantuan tentara ke Mesir dan Muhammad Ali Pasya termasuk di
dalamnya. Bahkan, ia ikut bertempur melawan Napoleon pada taun 1801.9

Rakyat Mesir melihat kesuksesan Muhammad Ali Pasya dalam


pembebasan mesir dari tentara Napoleon, maka rakyat Mesir mengangkat
Muhammad Ali Pasya sebabai wali Mesir dan mengharapkan Sultan di Turki
merestuinya. Pengakuan Sultan Turki atas usul rakyatnya tersebut baru
mendapat persetujuannya dua tahun kemudian, setelah Turki dapat
mematahkan intervensi Inggris di Mesir.10

Setelah ekspedisi Napoleon Bona Parte, muncul dua kekuatan besar di


Mesir yakni Kubu Khursyid Pasya dan Kubu Mamluk. Muhammad Ali Pasya
mengadu domba kedua kubu tersebut, dan akhirnya berhasil menguasai
Mesir. Rakyat semakin simpati dan mengangkatnya sebagai wali di Mesir.
Posisi inilah kemudian memungkinkan ia melakukan perubahan yang berguna
bagi masyarakat Mesir.11

Setelah mendapat kepercayaan rakyat dan pemerintah pusat Turki,


Muhammad Ali Pasya menumpas musuh-musuhnya, terutama golongan
Mamluk yang masih berkuasa di daerah-daerah. Dengan demikian, ia menjadi
penguasa tunggal di Mesir. Ia juga disebut sebagai orang pertama yang
meletakkan landasan kebangkitan modern Mesir, bahkan ia disebuut sebagai

7
Hamka, Sejarah Umat Islam (Jakarta: Gema Insana, 2016), 253.
8
Muhammad Fauzi, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir..., 390.
9
Tiy Kusmarrabbi Karo, Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir..., 106.
10
Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1998), 34.
11
Ibid..., 35.
6

bapak pembangunan modern (The Founder of Modern Egypt). Pembaharuan


yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya yaitu:12

a) Membangun kekuatan Militer


b) Pendidikan
c) Ekonomi
d) Bidang pemerintahan
e) Polotik luar negeri.
2. Rifa’ah Badawi at-Tahtawi

Rifa’ah Badawi at-Tahtawi memiliki nama lengkap Rafi’ah Ibn al-


Mahrun as-Sayyid Badawi Rafi’ al-Tahtawi al-Huseini, lahir di Tahta, Mesir
bagian selatan pada tahun 1801 M dan wafat pada tahun 1873 di Kairb. Sejak
kecil ia sudah dipaksa belajar dengan bantuan keluarga dari ibunya. Pada usia
16 tahun, ia belajar di al-Azhar kemudian melanjutkan studinya di Perancis.
Dalam perjalanan ke Paris ia belajar bahasa Perancis dan dalam waktu singkat
dapat menguasainya dengan baik. Dengan kemampuan tersebut, ia membaca
dan mempelajari buku-buku sejarah, filsafat Yunani, ilmu hitung, logika,
bahkan pemikiran para pemikir bangsa Perancis abad ke-19, seperti Voltaire,
Condillac, Rousseau, dan Montesquieu. Selama di sana ia telah
menerjemahkan 12 buku penting dalam berbagai bidang, seperti sejarah,
pertambangan, akhlak dan adat istiadat, ilmu bumi, teknik, hak-hak manusia,
kesehatan jasmani, dan sebagainya.13

Sekembalinya ke Mesir, ia diberi jabatan sebagai guru bahasa Perancis


dan berbagai jabatan kepala sekolah, serta pimpinan Badan Penerjemah
Undang-undang Perancis. Al-Tahtawi juga pernah menjadi pimpinan surat
kabar al-Waqa’i al-Mishriyah. Selain memuat berita-berita resmi ia juga
memuat pengetahuan tentang kemajuan Barat. Di salah satu karangannya ia

12
Tiy Kusmarrabbi Karo, Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir..., 106.
13
Ibid..., 111-112.
7

menerangkan tentang teoriteori demokrasi.14 Pokok-pokok pemikiran al-


Tahtawi dalam mengadakan pembaharuan diantaranya:

a) Para pemimpin harus musyawarah dengan para ulama, kaum terpelajar,


dokter dan ekonom.
b) Syari’ah harus disesuaikan dengan perkembangan modern.
c) Para ulama harus belajar falsafat dan ilmu pengetahuan modern agar sesuai
dengan syariat dan kebutuhan zaman modern.
d) Pendidikan harus bersifat universal untuk semua golongan.
e) Umat Islam harus dinamis dan tidak statis.15
3. Jamaluddin al-Afghani

Jamaluddin al-Afghani memiliki nama lengkap Sayyid Jamaluddin al-


Afghani bin Safar. Ia merupakan keturutan Sayyid Ali al-Tirmidzi yang jika
di runtut nasabnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Hal ini
tercermin dari gelar Sayyid yang disandangnya.

Mengenai tempat lahirnya ada dua versi yang berbeda. Harun Nasution
mengatakan bahwa ia lahir di Afghanistan 1839 M dan wafat di Istanbul 1897
M. Sedangkan Nur Cholish Madjid, Cyrill Glasse dan Jamil Ahmad
mengatakan bahwa ia lahir di Asadabi, Iran (Persia).16

Ia dididik sejak kecil sampai remaja di lungkungan keluarga yang


bermadzhab Hanafi. Kemudian ia sekolah di Kabul dengan sistem pengajaran
yang konservatif. Selain itu ia juga mengambil program eksta kurikuler dalam
bidang filsafat dan ilmu pasti. Selanjutnya ia belajar di India, guna men gikuti
program pendidikan dengan sistem kontemporer selama lebih dari satu tahun.
Disinilah untuk pertama kalinya Jamaluddin al-Afghani mengenal sains dan
teknologi modern. Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Jamaluddin
al-Afghani mulai melakukan aktivitas petualangan politiknya dengan

14
Ibid..., 112.
15
Muhammad Fauzi, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir..., 392.
16
Ibrahim Nasbi, Jamaluddin al-Afghani (Pan-Islamisme dan Ide Lainnya) dalam jurnal Diskursus
Islam, Vol. 7, No. 1, April 2019, 71.
8

mengunjungi Hijaz dan menunaikan badah haji ke Mekkah pada 1857 M.


Setelah kembali dari menunaikan ibadah haji, ia segera melakukan aktvitas
politiknya di Afghanistan. Namun perjuangan politiknya di negeri ini kurang
menguntungkan, lalu ia terpaksa meninggalkan negeri kelahirannya dengan
berkelana menuju berbagai negara Islam dan Eropa seperti India, Mesir,
Inggris, Pransis, Rusia dan Turki Utsmani guna mewujudkan ide-ide
pembaharuannya.17

Pokok-pokok pemikiran Jamaluddin al-Afghani dalam melakukan


pembaharuan antara lain:

a) Umat Islam mundur karena meninggalkan ajaran agamanya yakni Islam


yang sebenarnya.
b) Karena Statis, kurang berpegang pada Taklid.
c) Meninggalkan akhlak yang tinggi dan lupa kepada ilmu pengetahuan
d) Pemerintah harus bersifat musyawarah.

Menurut Jamaluddin al-Afghani pada initinya Islam sangat tepat


dijadikan sebagai landasan bagi masyarakat modern. Islam adalah agama akal
dan membebaskan penggunaan akal pikiran.18

4. Muhammad Abduh

Muhammad Abduh adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaru dalam


Islam di Mesir yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. 19
Muhammad Abduh lahir di suatu desa di propinsi Gharbiyyah Mesir pada
tahun 1265 H/1849 M, namun adapula yang mengatakan ia lahir sebelum
tahun itu. Ayahnya bernama Abdullah Hasan Khairullah berasal dari Turki
yang lama Tinggal di Mesir. Muhammad Abduh adalah seorang yang cerdas,
akan tetapi pada awalnya ia tidak terlalu bersemangat dalam menuntut ilmu.

17
Akmal Hawi, Pemikiran Jamaluddin al-Afghani, dalam jurnal Medina-Te Vol. 16, No. 1, Juni
2017, 10-11.
18
Muhammad Fauzi, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir..., 394.
19
Mursyid Fikri, Rasionalisme Descartes dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharu Islam
Muhamad Abduh dalam Jurnal Tarbawi Vol. 3, No. 2 Juli-Desember 2018, 132.
9

Kemudian ia belajar bersama Syekh Darwisy, bersamanya Abduh menjadi


semangat membaca, karena Syekh Darwisy sering mengajak Abduh untuk
membaca bersama. Setelah selesai belajar bersama Darwisy, Abduh
melanjutkan studinya di al-Azar Mesir. Dalam masa studinya itu, Abduh
bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani, ia pun berguru kepadanya, ia juga
menjadi murid yang paling setia.

Hal-hal yang dilakukan oleh Muhammad Abduh dalam mengadakan


pemikiran pembaharuan di antaranya :

a) Mendirikan majalah ar-urwatul wutsqa bersama rekannya Jamaluddin


al-Afghani.
b) Mengajak umat kembali kepada ajaran Islam sejati.
c) Ajaran kemasyarakatan dalam Islam dapat disesuaikan dengan zaman.
d) Taklid dihapuskan dan ijtihad dihidupkan ulama.
e) Islam katanya rasional, menghendaki akal, waktu, tidak bertentangan
dengan akal, bila lahirnya ayat tidak bertentangan dengan pendapat
akal maka harus dicarikan interpretasinya hingga sesuai dengan
pendapat akal.
f) Islam tidak bertentangan dengan ilmu, Islam maju karena ilmu.20

Menurut Abduh, pendidikan merupakan lembaga yang paling strategis


untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial secara sistematis.
Gagasannya yang paling mendasar dalam sistem pendidikan adalah bahwa ia
sangat menentang sistem dualisme. Menurutnya, dalam lembaga-lembaga
pendidikan umum harus diajarkan agama. Sebaliknya, dalam lembaga-lembaga
pendidikan agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern. Usaha yang
dilakukan oleh Abduh dalam mewujudkan gagasan pembaharuannya adalah
melalui Universitas al-Azhar. Menurutnya, seluruh kurikulum pendidikan
disesuaikan dengan kebutuhan saat itu. Ilmu-ilmu filsafat dan logika yang
sebelumnya tidak diajarkan, dihidupkan kembali.34 Demikian juga dengan ilmu-
ilmu umum perlu diajarkan di Universitas al-Azhar. Dengan memasukkan ilmu
20
Tiy Kusmarrabbi Karo, Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir..., 1113-114.
10

pengetahuan modern ke lembaga-lembaga pendidikan agama dan sebaliknya,


dimaksudkan untuk memperkecil jurang pemisah antara golongan ulama dan ahli
modern, dan diharapkan kedua golongan ini bersatu dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang muncul di zaman modern.21

C. Model Gerakan Pembaharu di Mesir

Gerakan pembaharuan dimesir dimulai pada tahun 1798 yaitu ketika


napoleon bonaparte menginjakkan kakinya dan pada saat itu mesir sangat dalam
kondisi yang memprihatinkan. Secara politik negri ini terbelah menjadi oleh dua
kekuatan yang saling menghancurkan. Sehingga keadaan mesir pada saat itu tidak
dapat dikatakan stabil. Kekacauan, kemerosotan sosial kemasyarakatan sebagai
wilayah yang selalu diperebutkan dan diincar oleh negara-negara islam. Sehingga
membuat para masyarakat mesir berada dalam ketakutan-ketakutan. Dan pada saat
inilah tentara nepoleon melebarkan sayap imperial ke wilayah-wilayah yang
memiliki potensi kekayaan alam, peradaban-peradaban dan warisa-warisan
historis yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai batu pijakan dalam
membangun impian menguasai dunia.

Namun nepoleon hanya menguasai mesir selama tiga tahun, namun meski
begitu pengaruh yang ditinggalkan oleh napoleon bonaperte sangat besar dalam
kehidupan bangsa mesir. Nepoleon ke mesir bukan hanya membawa tentara,
namun juga rombongan 500 kaum sipil dan 500 wanita dan diantara mereka
terdapat 16 ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bahkan kedatangan
nepoleon ini juga berpengaruh untuk pola pikir orang mesir pada waktu itu, ide-
ide tersebut yakni 1. Sistem pemerintahan 2. Persamaan 3. Kebangsaan.22

Sehingga hal inilah yang membuat para pemikir-pemikir islam untuk


melakukan perubahan meninggalkan keterbelakangan menuju modernisasi
diberbagai bidang khususnya bidang pendidikan. Upaya pembaharuan ini
dipelopori oleh muhammad ali pasya dan para pemikir-pemikir lain. Sementara
yang terjadi mesir pada masa itu antara lain dalam pendidikan sangat doktrinal,
21
Ibid..., 114-115.
22
Verlina Suzani, pembaharuan islam di Mesir,(skripsi: riau 2017) 6-8.
11

metode penguasaan ilmu menghafal di luar kepala tanpa ada pengkajian dan
telaah pemahaman, membuat ajaran-ajaran islam seperti dituangkan sedemikian
rupa ke kepala murid dan mahasiswa tinggal menerima apa adanya. Diskusi dan
dialog menjadi barang langka dalam pengkajian keislaman.23

Kehadiran napeloen ini sangat berarti bagi timbulnya pola pendidikan dan
pengajaran barat, sehingga sedikit demi sedikit akan merubah persepsi dan pola
pemikiran umat islam dan hal ini melahirkan semangat pengkajian dan
pembaharuan dalam islam. Perkembangan pola pembaharuan islam kontemporer
di mesirlebih mengarah kepada hal-hal berikut: yaitu pembaharuan sistem berpikir
artinya tata cara berfikir artinya tata cara berfikir umat islam yang harus
meninggalkan pola pikir tradisional yang dogmatik. Kedua, upaya membangun
semangat kolegial umat, agar memperoleh kesempatan melakukan aktualisasi
ajaran terutama partisipasi aktif di dalam dunia percaturan politik, ekonomi dan
hukum. Sebab selama ini, umat islam secara aktif tidak mampu memberikan
partisipasinya dalam percaturan dunia.24

D. Ideologi Gerakan Pembaharu Mesir

Modernisasi islam dan reformasi keagamaan merupakan program


ideologis kelompok intelegensi mesir dalam beberapa dekade. Tujuan dari
gerarakan islam tersebut adalah kebangkitan politik, pendidikan, sosial dan
budaya dan lain-lain. Jamaluddin Al-afghani dan Muhammad Abduh kedua orang
ini merupakan tokoh penting yang memiliki peran dalam gerakan ini. Al-afghani
berfokus pada kebutuhan pragmatis terhadap solidaritas sosial yang mengarah
terhadap yang mengarah pada tujuan yang sama sehingga mencapai penekanan
pada pendidikan hukum dan reformasi sosial. Modernisasi dan dan reformasi
islam yang disampaikan oleh Jamaluddin Al-afghani dan Muhammad Abduh
membuka jalan bagi konsep nasiaonal yang memiliki identitas dan politik mesir.

Sehingga pada tahun 1952 free officer yang dipimpin Muhammad Naquib,
Gamal Abdul Naser dan anwar sadat, menggulingkan raja dan mengatur rezim
23
Ibid..., 8.
24
Ibid..., 9.
12

perlamenter. Sehingga hal ini menimbulkan terjadinya perkembangan bangsa


mesir menuju ke arah nasionalis dan sekuler, walaupun dalam modelnya yang
baru.25

25
Sugeng Wanto,pemikiran Mustafa Kamil dan Gamal Abdul Nasser tentang nasionalisme Islam
dalam jurnal al-harakah, 2019.

Anda mungkin juga menyukai