Mekanisme coping
Fakultas Kesehatan
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanallahu wa ta’alaa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan sebuah laporan
pendahuluan dengan judul MEKANISME COPING .
Penulis berharap setelah membaca dan mempelajari laporan pendahulan ini, pembaca
mendapatkan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang lebih baik.
Mengingat proses penulisan laporan pendahuluan ini masih penulis rasakan jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan
sehingga makalah ini dapat lebih sempurna dan bermanfaat.
2
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PEMBUKAAN...................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Isu global yang ada di Indonesia........................................................5
A. Kesimpulan .......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit mental saat ini menjadi topik utama di seluruh dunia, karena semakin
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekitar 700 juta orang di seluruh dunia
menderita beberapa bentuk gangguan mental atau neurologis. Suatu hal yang tidak
biasa untuk menemukan keluarga yang tidak memiliki setidaknya satu anggota
keluarga yang menderita gangguan mental (Pompeo, Carvalho, Olive, Souza, &
Galera, 2016).
4
Teori stress menjelaskan mengenai sebuah krisis yang timbul karena sumber-sumber
dan stategi adaptif tidak 4 secara efektif dapat mengatasi stressor, hal ini
menyebabkan keluarga tidak dapat secara efektif memecahkan masalah yang
membuat keluarga menjadi kurang bermanfaat. Ciri-ciri dari krisi atau stress keluarga
yaitu ketidakstabillan dalam keluarga. Saat muncul stress keluarga lebih memilih
menolak nasehat dan informasi karena merasa kurang nyaman (Wardaningsih,
Rochmawati, & Sutarjo, 2010).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Koping merupakan suatu proses kognitif dan tingkah laku bertujuan untuk
mengurangi perasaan tertekan yang muncul ketika menghadapi situasi stress
(Rubbyana, 2012).
Mekanisme koping diartikan sebagai proses atau cara untuk mengelola dan
mengolah tekanan psikis (baik secara eksternal maupun internal) yang terdiri atas
usaha baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk intrapsikis seperti
peredaman emosi, pengolahan input dalam kognitif (Hasan & Rufaidah, 2013).
6
B. Jenis mekanisme koping
Menurut Taylor (2012) mekanisme koping dibagi menjadi dua kategori:
1. Direct action (strategi koping yang berfokus pada masalah problem focused
coping) yaitu segala tindakan yang diusahakan individu untuk mengatasi atau
menanggulangi stres yang langsung diarahkan pada penyebab stres atau stresor.
2. Palliation (strategi koping yang berfokus pada emosi emotional focused coping),
perilaku kategori ini merupakan suatu usaha yang diarahkan untuk mengatasi,
mengurangi, atau menghilangkan ketegangan emosional yang timbul dari situasi
stres, atau bertahan terhadap tekanan emosi negatif yang dirasakan akibat masalah
yang dihadapi.
Jenis mekanisme koping yang berfokus pada masalah mencakup tindakan secara
langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi
yaitu (Mutoharoh, 2010; Taylor, 2012):
1. Konfrontasi, jenis ini memiliki ciri dengan usaha untuk mengubah situasi atau
keadaan. Jenis ini juga disebut strategi active coping karena ada penekanan pada
tindakan aktif individu untuk mencoba mengatasi masalah maupun untuk
mengurangi dampak dari masalah tersebut.
2. Perencanaan masalah, menggambarkan pertimbangan, usaha-usaha yang
difokuskan pada masalah untuk mencari jalan keluar. Jenis ini melibatkan usaha
memikirkan, menyusun rencana strategi tindakan dan langkah yang akan diambil,
serta kemungkinan berhasilnya usaha tersebut.
3. Mencari dukungan sosial berupa bantuan, merupakan usaha mencari dukungan
sosial berupa nasehat, informasi, atau bantuan yang diharapkan agar membantu
individu memecahkan masalah dan mengatasi stresor yang dihadapi. Jenis ini
memiliki ciri khas yaitu usaha untuk memperoleh informasi dari orang lain.
4. Penekanan kegiatan lain (suppression of competiting activities), mencakup usaha
membatasi ruang gerak atau aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan
masalah. Hal ini dilakukan agar perhatian individu sepenuhnya tercurah untuk
mengatasi stress.
5. Penundaan perilaku mengatasi stres (restraint coping), adalah usaha mengatasi
masalah dengan tidak melakukan tindakan apapun sampai ada kesempatan yang
tepat untuk bertindak.
7
Mekanisme koping yang berfokus pada emosi merujuk pada berbagai upaya
untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres yaitu
(Mutoharoh, 2010; Taylor, 2012):
1. Penerimaan, menggambarkan penerimaan akan keadaan. Penerimaan
diharapkan terjadi dalam keadaan dimana stresor merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari dan bukan hal yang mudah diubah.
2. Menjaga jarak, menggambarkan usaha-usaha untuk melepaskan atau
memisahkan diri dari keadaan yang penuh stress.
3. Kontrol diri, menggambarkan usaha-usaha untuk mengatur perasaan atau diri
sendiri. Mekanisme koping ini lebih mengarahkan usahanya untuk
mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan daripada menghadapi
sumber stres itu sendiri secara langsung.
4. Penghindaran, menggambarkan akan harapan atau usaha untuk lari atau
menghindari dari situasi. Mekanisme koping ini kadang-kadang muncul
sebagai suatu respon terhadap stresor dan terjadi pada penilaian awal.
Penghindaran akan berguna pada tahap awal menghadapi stress namun akan
menyulitkan mekanisme koping pada tahap selanjutnya.
5. Kembali ke agama, individu mencari pegangan pada agama saat ia mengalami
stress.
6. Penilaian positif, usaha-usaha untuk menemukan arti positif dalam
pengalaman yang terjadi. Individu secara emosional dapat lebih tenang dan
berpikir jernih sehingga dapat meneruskan atau memulai kembali tindakan
mekanisme koping yang terarah pada masalah secara aktif.
8
Mekanisme koping berorientasi pada masalah lebih sering dilakukan
pada masalah yang dianggap dapat diubah sedangkan pada masalah yang tidak
dapat diubah lebih menggunakan mekanisme koping berorientasi emosi
(Mutoharoh, 2010). Mekanisme koping berfokus pada emosi lebih mengarah
kepada mekanisme koping yang lebih buruk dibandingkan mekanisme koping
berfokus masalah karena penyelesaian masalah dengan Mekanisme koping
berfokus emosi biasanya bertahan sementara waktu saja karena sifatnya hanya
menghindari bukan menyelesaikan masalah (Taylor, 2012)
9
Mekanisme coping negative Mekanisme coping positif
• kekerasan dan pelecehan (menyerang mengelola stress
secara fisik, verbal, mental, spiritual) • mengelola kemarahan (bernapas
• bertindak keluar (nakal sengaja) dalam-dalam)
• yang pasif (tidak mencoba untuk • mengenal diri
mengatasi, selalu dalam situasi di mana • mencari dukungan dari teman dan
ia / dia korban) keluarga
• kecanduan (alkohol, obat-obatan, • komunikasi (berbicara tentang
pelarut, obat-obatan, perjudian, dll) perasaan kita)
• meminimalkan (hal-hal yang tidak • aktivitas fisik (hubungan seksual yang
seburuk) sehat)
• rasionalisasi (dia / dia tidak tahu lebih • kebiasaan makan yang sehat
baik) • penolakan (tidak ada masalah) • • kebiasaan tidur yang sehat
represi (lupa) • hobi (beadwork) dan olahraga
• mengembangkan 'diri palsu' • menikmati alam (berjalan,
(berperilaku seperti seseorang yang mendapatkan udara segar, terhubung
Anda tidak) dengan Ibu Pertiwi)
• disasosiasikan diri dari situasi • mencari seorang Sesepuh, pemimpin
(melamun, berpikir tidak merasa) spiritual
• perilaku pengendali • menjadi • belajar kesabaran
pekerjaan-a-holic (tetap sibuk untuk • menghormati orang lain (pilihan
menghindari perasaan) mereka, kita tidak bisa mengubah siapa
• melarikan diri (fisik, mental, pun)
emosional, spiritual) • belajar penerimaan
• merugikan diri, percobaan bunuh diri • belajar pengampunan
• mengisolasi diri dan penarikan • menangis, tertawa, berteriak-teriak di
• berbohong, menyalahkan orang lain tempat yang aman
(yang tidak bertanggung jawab) • kepercayaan
• memanipulasi • membaca, memperluas pengetahuan
• depresi Anda
• tidak berkomunikasi • berpikiran terbuka
• harapan yang rendah (diri dan orang • jurnal (write segalanya, doodle)
lain) • memotong kayu, memancing, 'pergi'
10
• berfantasi (melarikan diri ke dalam • menghabiskan waktu berkualitas
dunia 'sempurna') dengan keluarga, pasangan
• menjadi kompulsif (terlalu banyak • bicara diri yang positif
hal: makan, minum, judi) • bermeditasi, noda, doa
• menciptakan krisis • tujuan pengaturan
• terlalu membantu (membantu orang • memasak / memanggang / dry
lain atas diri sendiri) • mengunjungi seorang pekerja
kesehatan mental / pekerja komunitas
• tanggung jawab delegasi
• membuat waktu untuk diri
• membangun atau menciptakan sesuatu
• terlibat dalam acara komunitas
• menonton film, mendengarkan musik
• bermain dengan hewan peliharaan
• memvisualisasikan (membayangkan)
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mekanisme koping juga dapat digambarkan sebagai 'keterampilan bertahan
hidup'. Mekanisme koping adalah strategi yang digunakan orang untuk mengatasi
tekanan, rasa sakit, dan perubahan alam yang kita alami dalam kehidupan.
Mempelajari mekanisme koping untuk mengatasi pola perilaku. Kita belajar dari
orang lain cara untuk mengelola stres kita. Ada mekanisme koping negatif dan
mekanisme koping positif. Banyak orang menggunakan mekanisme koping mereka
untuk menguntungkan mereka dengan cara yang positif. Namun, kita tidak selalu
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang kita hadapi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ghazanfar, L., & Shafiq, S. (2016). Coping Strategies and Family Functioning as
Predictors of Stress among Caregivers of Mentally Ill Patients, 4(1), 8–16.
Pompeo, D. A., Carvalho, A. de, Olive, A. M., Souza, M. da G. G., & Galera, S. A. F.
(2016). Strategies for coping with family members of patients with mental disorders.
Revista Latino-Americana de Enfermagem, 24(0).
Wardaningsih, S., Rochmawati, E., & Sutarjo, P. (2010). Gambaran Strategi Koping
Keluarga dalam Merawat Pasien Skizofrenia di Wilayah Kecamatan Kasihan Bantul.
Mutiara Medika Vol. 10 No. 1.
Rubbyana, Urifah (2012). Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup
pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental Universitas Airlangga Surabaya .Volume 1, Nomor 02, Juni 2012.
Hasan, N., & Rufaidah, E.R. 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan
Strategi Coping pada Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Talenta
Psikologi. Volume 2. No. 1 (41-62)
Ahyar (2010). Konsep Diri dan Mekanisme Koping. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kupriyanov, R., & Zhdanov, R. (2014). The eustress concept: Problems and outlooks.
World Journal of Medical Sciences, 11(2), 179-185. doi: 10.5829/idosi.wjms.
2014.11.2.8433.
Lin, S. H., & Huang, Y. C. (2014). Life stress and academic burnout. Active Learning
in Higher Education, 15(1), 77-90. doi: 10.1177/1469787413514651.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O. 2012. Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas.
Jakarta: Kencana.
13
Konsep Stres Akademik Siswa Mufadhal Barseli1 , Ifdil Ifdil2 & Nikmarijal
NikmarijalJurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online:
2337-6880.
14