Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan

Mekanisme coping

Dosen pembimbing : Sri Astutik Andayani, S,Kep.NS,.M.Kes

Disusun oleh : Mohammad Alfian Faisol.M (1831800013)

Program studi S1 Keperawatan

Fakultas Kesehatan

Universitas Nurul Jadid

Paiton Probolinggo 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanallahu wa ta’alaa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan sebuah laporan
pendahuluan dengan judul MEKANISME COPING .

Laporan pendahuluan ini berisi tentang definisi mekanisme coping, jenis-jenis


mekanisme coping dan coping dalam perspektik psikoneuroimunologi.

Penulis berharap setelah membaca dan mempelajari laporan pendahulan ini, pembaca
mendapatkan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang lebih baik.

Mengingat proses penulisan laporan pendahuluan ini masih penulis rasakan jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan
sehingga makalah ini dapat lebih sempurna dan bermanfaat.

2
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................1

KATA PENGANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PEMBUKAAN...................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Isu global yang ada di Indonesia........................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................6

A. Definisi mekanisme coping................................................................6


B. Jenis-jenis mekanisme coping............................................................7
C. Coping dalam prespektif psikoneuroimunologi.................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................12

A. Kesimpulan .......................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit mental saat ini menjadi topik utama di seluruh dunia, karena semakin
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekitar 700 juta orang di seluruh dunia
menderita beberapa bentuk gangguan mental atau neurologis. Suatu hal yang tidak
biasa untuk menemukan keluarga yang tidak memiliki setidaknya satu anggota
keluarga yang menderita gangguan mental (Pompeo, Carvalho, Olive, Souza, &
Galera, 2016).

Sering ditemukan bahwa tidak hanya individu yang terlibat menderita


kerugian yang diakibatkan dari situasi ini, tetapi juga anggota keluarga mereka dan
masyarakat pada umumnya. Keluarga mengalami serangkaian stresor yang
mengganggu kesatuan keluarga, seperti diagnosis penyakit itu sendiri, efek
pengobatan yang ditimbulkan, individu yang tidak mampu untuk melakukan tugas
sehari-hari, perubahan yang mungkin dalam status ekonomi dan sosial, ketidakpastian
apakah ada obat, dan kemungkinan bahwa penyakit tersebut dapat menjadi kronis
(Pompeo et al., 2016).

Ini menyiratkan bahwa setiap anggota keluarga dapat memahami, menghargai


sudut pandang yang berbeda dari semua anggota keluarga dan mengakui bahwa
perilaku semua anggota keluarga saling berhubungan dan berakar dalam pola
interpersonal, dan sebagai hasilnya, ada sedikit kemungkinan saling menyalahkan
dalam keluarga (Ghazanfar & Shafiq, 2016).

4
Teori stress menjelaskan mengenai sebuah krisis yang timbul karena sumber-sumber
dan stategi adaptif tidak 4 secara efektif dapat mengatasi stressor, hal ini
menyebabkan keluarga tidak dapat secara efektif memecahkan masalah yang
membuat keluarga menjadi kurang bermanfaat. Ciri-ciri dari krisi atau stress keluarga
yaitu ketidakstabillan dalam keluarga. Saat muncul stress keluarga lebih memilih
menolak nasehat dan informasi karena merasa kurang nyaman (Wardaningsih,
Rochmawati, & Sutarjo, 2010).

B. Isu global yang ada di Indonesia


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan
sejumlah daerah meliburkan sekolah karena khawatir dengan penyebaran virus corona
jenis baru atau COVID-19 di wilayah masing-masing. Oleh karena itu, Mendikbud
bekerja sama dengan berbagai pihak untuk pembelajaran secara daring.
Beberapa pihak yang fokus mengembangkan sistem pendidikan secara daring adalah
Google Indonesia, Kelas Pintar, Microsoft, Quipper, Ruangguru, Sekolahmu, dan
Zenius. Kemendikbud sendiri memiliki portal belajar sendiri, yakni Rumah Belajar.
Tetapi dengan adanya pembelajaran secara daring ini banyak pelajar yang mengeluh
terutama mahasiswa, karena kurang efektifnya system belajar mengajar.
Disamping kurang efektifnya pembelajaran, ada beberapa tuntutan akademik yang
dinilai terlampau berat. Akibatnya para pelajar mengalami stress akademik. Siswa
yang mengalami stres akademik memiliki persepsi yang maladaptif terhadap tuntutan
akademik. Stres akademik adalah persepsi subjektif terhadap suatu kondisi akademik
atau respon yang dialami siswa berupa reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi
negatif yang muncul akibat adanya tuntutan sekolah atau akademik. Hal ini
menunjukkan perlu adanya upaya guru Bimbingan dan Konseling atau konselor untuk
melakukan pengembangan pada praktik pelayanan Binbingan dan konseling untuk
meningkatkan kualitas atau potensi siswa dalam mengantisipasi muculnya stres
akademik siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya stres akademik.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Koping merupakan suatu proses kognitif dan tingkah laku bertujuan untuk
mengurangi perasaan tertekan yang muncul ketika menghadapi situasi stress
(Rubbyana, 2012).

Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau


beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang
sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang
akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010)

Mekanisme koping diartikan sebagai proses atau cara untuk mengelola dan
mengolah tekanan psikis (baik secara eksternal maupun internal) yang terdiri atas
usaha baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk intrapsikis seperti
peredaman emosi, pengolahan input dalam kognitif (Hasan & Rufaidah, 2013).

Mekanisme koping juga didefinisikan sebagai suatu proses tertentu yang


disertai dengan suatu usaha dalam rangka merubah domain kognitif dan atau perilaku
secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan tekanan eksternal
maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani dan melampaui kemampuan
dan ketahanan individu bersangkutan (Rubbyana, 2012).

6
B. Jenis mekanisme koping
Menurut Taylor (2012) mekanisme koping dibagi menjadi dua kategori:
1. Direct action (strategi koping yang berfokus pada masalah problem focused
coping) yaitu segala tindakan yang diusahakan individu untuk mengatasi atau
menanggulangi stres yang langsung diarahkan pada penyebab stres atau stresor.
2. Palliation (strategi koping yang berfokus pada emosi emotional focused coping),
perilaku kategori ini merupakan suatu usaha yang diarahkan untuk mengatasi,
mengurangi, atau menghilangkan ketegangan emosional yang timbul dari situasi
stres, atau bertahan terhadap tekanan emosi negatif yang dirasakan akibat masalah
yang dihadapi.

Jenis mekanisme koping yang berfokus pada masalah mencakup tindakan secara
langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi
yaitu (Mutoharoh, 2010; Taylor, 2012):

1. Konfrontasi, jenis ini memiliki ciri dengan usaha untuk mengubah situasi atau
keadaan. Jenis ini juga disebut strategi active coping karena ada penekanan pada
tindakan aktif individu untuk mencoba mengatasi masalah maupun untuk
mengurangi dampak dari masalah tersebut.
2. Perencanaan masalah, menggambarkan pertimbangan, usaha-usaha yang
difokuskan pada masalah untuk mencari jalan keluar. Jenis ini melibatkan usaha
memikirkan, menyusun rencana strategi tindakan dan langkah yang akan diambil,
serta kemungkinan berhasilnya usaha tersebut.
3. Mencari dukungan sosial berupa bantuan, merupakan usaha mencari dukungan
sosial berupa nasehat, informasi, atau bantuan yang diharapkan agar membantu
individu memecahkan masalah dan mengatasi stresor yang dihadapi. Jenis ini
memiliki ciri khas yaitu usaha untuk memperoleh informasi dari orang lain.
4. Penekanan kegiatan lain (suppression of competiting activities), mencakup usaha
membatasi ruang gerak atau aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan
masalah. Hal ini dilakukan agar perhatian individu sepenuhnya tercurah untuk
mengatasi stress.
5. Penundaan perilaku mengatasi stres (restraint coping), adalah usaha mengatasi
masalah dengan tidak melakukan tindakan apapun sampai ada kesempatan yang
tepat untuk bertindak.

7
Mekanisme koping yang berfokus pada emosi merujuk pada berbagai upaya
untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres yaitu
(Mutoharoh, 2010; Taylor, 2012):
1. Penerimaan, menggambarkan penerimaan akan keadaan. Penerimaan
diharapkan terjadi dalam keadaan dimana stresor merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari dan bukan hal yang mudah diubah.
2. Menjaga jarak, menggambarkan usaha-usaha untuk melepaskan atau
memisahkan diri dari keadaan yang penuh stress.
3. Kontrol diri, menggambarkan usaha-usaha untuk mengatur perasaan atau diri
sendiri. Mekanisme koping ini lebih mengarahkan usahanya untuk
mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan daripada menghadapi
sumber stres itu sendiri secara langsung.
4. Penghindaran, menggambarkan akan harapan atau usaha untuk lari atau
menghindari dari situasi. Mekanisme koping ini kadang-kadang muncul
sebagai suatu respon terhadap stresor dan terjadi pada penilaian awal.
Penghindaran akan berguna pada tahap awal menghadapi stress namun akan
menyulitkan mekanisme koping pada tahap selanjutnya.
5. Kembali ke agama, individu mencari pegangan pada agama saat ia mengalami
stress.
6. Penilaian positif, usaha-usaha untuk menemukan arti positif dalam
pengalaman yang terjadi. Individu secara emosional dapat lebih tenang dan
berpikir jernih sehingga dapat meneruskan atau memulai kembali tindakan
mekanisme koping yang terarah pada masalah secara aktif.

8
Mekanisme koping berorientasi pada masalah lebih sering dilakukan
pada masalah yang dianggap dapat diubah sedangkan pada masalah yang tidak
dapat diubah lebih menggunakan mekanisme koping berorientasi emosi
(Mutoharoh, 2010). Mekanisme koping berfokus pada emosi lebih mengarah
kepada mekanisme koping yang lebih buruk dibandingkan mekanisme koping
berfokus masalah karena penyelesaian masalah dengan Mekanisme koping
berfokus emosi biasanya bertahan sementara waktu saja karena sifatnya hanya
menghindari bukan menyelesaikan masalah (Taylor, 2012)

C. Coping dalam perspektif psikoneuroimunologi


Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia.
Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah
sebuah atribut kehidupan modren. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian
hidup yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau
dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang. Stres juga bisa menimpa siapapun
termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut usia. Dampaknya adalah
stres itu membahayakan kondisi fisik dan mentalnya. Lin dan Huang (2014)
menyatakan bahwa stres yang jumlahnya begitu banyak bisa membahayakan kepada
setiap orang, termasuk siswa.
Ada berbagai mekanisme koping yang mungkin kita gunakan hari ke hari. Jika
kita menjadi sadar akan negatif koping mekanisme yang kita gunakan (cara-cara yang
lebih berbahaya daripada baik), kita dapat mulai belajar dan mengeksplorasi cara-cara
yang lebih positif untuk mengelola kehidupan kita (cara-cara yang bermanfaat bagi
kehidupan kita).

9
Mekanisme coping negative Mekanisme coping positif
• kekerasan dan pelecehan (menyerang mengelola stress
secara fisik, verbal, mental, spiritual) • mengelola kemarahan (bernapas
• bertindak keluar (nakal sengaja) dalam-dalam)
• yang pasif (tidak mencoba untuk • mengenal diri
mengatasi, selalu dalam situasi di mana • mencari dukungan dari teman dan
ia / dia korban) keluarga
• kecanduan (alkohol, obat-obatan, • komunikasi (berbicara tentang
pelarut, obat-obatan, perjudian, dll) perasaan kita)
• meminimalkan (hal-hal yang tidak • aktivitas fisik (hubungan seksual yang
seburuk) sehat)
• rasionalisasi (dia / dia tidak tahu lebih • kebiasaan makan yang sehat
baik) • penolakan (tidak ada masalah) • • kebiasaan tidur yang sehat
represi (lupa) • hobi (beadwork) dan olahraga
• mengembangkan 'diri palsu' • menikmati alam (berjalan,
(berperilaku seperti seseorang yang mendapatkan udara segar, terhubung
Anda tidak) dengan Ibu Pertiwi)
• disasosiasikan diri dari situasi • mencari seorang Sesepuh, pemimpin
(melamun, berpikir tidak merasa) spiritual
• perilaku pengendali • menjadi • belajar kesabaran
pekerjaan-a-holic (tetap sibuk untuk • menghormati orang lain (pilihan
menghindari perasaan) mereka, kita tidak bisa mengubah siapa
• melarikan diri (fisik, mental, pun)
emosional, spiritual) • belajar penerimaan
• merugikan diri, percobaan bunuh diri • belajar pengampunan
• mengisolasi diri dan penarikan • menangis, tertawa, berteriak-teriak di
• berbohong, menyalahkan orang lain tempat yang aman
(yang tidak bertanggung jawab) • kepercayaan
• memanipulasi • membaca, memperluas pengetahuan
• depresi Anda
• tidak berkomunikasi • berpikiran terbuka
• harapan yang rendah (diri dan orang • jurnal (write segalanya, doodle)
lain) • memotong kayu, memancing, 'pergi'

10
• berfantasi (melarikan diri ke dalam • menghabiskan waktu berkualitas
dunia 'sempurna') dengan keluarga, pasangan
• menjadi kompulsif (terlalu banyak • bicara diri yang positif
hal: makan, minum, judi) • bermeditasi, noda, doa
• menciptakan krisis • tujuan pengaturan
• terlalu membantu (membantu orang • memasak / memanggang / dry
lain atas diri sendiri) • mengunjungi seorang pekerja
kesehatan mental / pekerja komunitas
• tanggung jawab delegasi
• membuat waktu untuk diri
• membangun atau menciptakan sesuatu
• terlibat dalam acara komunitas
• menonton film, mendengarkan musik
• bermain dengan hewan peliharaan
• memvisualisasikan (membayangkan)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mekanisme koping juga dapat digambarkan sebagai 'keterampilan bertahan
hidup'. Mekanisme koping adalah strategi yang digunakan orang untuk mengatasi
tekanan, rasa sakit, dan perubahan alam yang kita alami dalam kehidupan.
Mempelajari mekanisme koping untuk mengatasi pola perilaku. Kita belajar dari
orang lain cara untuk mengelola stres kita. Ada mekanisme koping negatif dan
mekanisme koping positif. Banyak orang menggunakan mekanisme koping mereka
untuk menguntungkan mereka dengan cara yang positif. Namun, kita tidak selalu
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang kita hadapi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ghazanfar, L., & Shafiq, S. (2016). Coping Strategies and Family Functioning as
Predictors of Stress among Caregivers of Mentally Ill Patients, 4(1), 8–16.

Pompeo, D. A., Carvalho, A. de, Olive, A. M., Souza, M. da G. G., & Galera, S. A. F.
(2016). Strategies for coping with family members of patients with mental disorders.
Revista Latino-Americana de Enfermagem, 24(0).

Wardaningsih, S., Rochmawati, E., & Sutarjo, P. (2010). Gambaran Strategi Koping
Keluarga dalam Merawat Pasien Skizofrenia di Wilayah Kecamatan Kasihan Bantul.
Mutiara Medika Vol. 10 No. 1.

Rubbyana, Urifah (2012). Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup
pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental Universitas Airlangga Surabaya .Volume 1, Nomor 02, Juni 2012.

Hasan, N., & Rufaidah, E.R. 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan
Strategi Coping pada Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Talenta
Psikologi. Volume 2. No. 1 (41-62)

Ahyar (2010). Konsep Diri dan Mekanisme Koping. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kupriyanov, R., & Zhdanov, R. (2014). The eustress concept: Problems and outlooks.
World Journal of Medical Sciences, 11(2), 179-185. doi: 10.5829/idosi.wjms.
2014.11.2.8433.

Lin, S. H., & Huang, Y. C. (2014). Life stress and academic burnout. Active Learning
in Higher Education, 15(1), 77-90. doi: 10.1177/1469787413514651.

Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O. 2012. Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas.
Jakarta: Kencana.

13
Konsep Stres Akademik Siswa Mufadhal Barseli1 , Ifdil Ifdil2 & Nikmarijal
NikmarijalJurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online:
2337-6880.

14

Anda mungkin juga menyukai