Anda di halaman 1dari 28

1.

Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,
rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil
akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsuhidayat, 2005).

2. Etiologi dari Fraktur


a. Trauma langsung atau direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung atau indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat
terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang
itu sendiri rapuh atau ada resiko terjadinya penyakit yang
mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.

1
d. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

3. Anatomi Fisiologi Fraktur


1) Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra-seluler. Tulang
berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan
garam kalsium.Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang   dapat  
diklasifikasikan   dalam   lima   kelompok   berdasarkan   bentuknya :
a. Tulang panjang (Femur, Humerus) 
Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal
panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang
disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis
terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat
daerah tulang rawan yang tumbuh, yang
disebut lempengepifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang
panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng
epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang
dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari
spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-
tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan
tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen,
dantestosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang
fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki

2
rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis
berisi sumsum tulang.
b. Tulang pendek (carpals) 
Bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak)
Tulang pendek datar terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata)
Tulang yang tidak beraturan sama seperti dengan tulang
pendek.Tulangsesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak
di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan
didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap
lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%subtansi
dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan).
Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang
berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa.
Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut
merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella
terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang
berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan
dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

3
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat
dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon
dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah,
danlimfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga
sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang
kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara
rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna  Howship
(cekungan pada permukaan tulang).

2) Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan
paru paru) dan jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
kontraksi dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum
tulang belakang (hema topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga

4
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi frakturyaitu :
a. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
b. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan
daya tahan ntuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi
dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.

5
5. Pathways

TRAUMA LANGSUNG TRAUMA TIDAK TRAUMA PATOLOGIS


LANGSUNG

FRAKTUR

TERBUKA TERTUTUP

DEFORMITAS

NYERI BENGKAK

GANGGUAN
FUNGSI

GANGGUAN
MOBILITAS FISIK

6
Pola Pengkajian Fungsional Gordon
1)  Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2)  Pola aktivitas – latihan
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang,
dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan
kualitas olah raga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas
(seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi).
3) Pola tidur – istirahat
Menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.
4)  Pola metabolik – Nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan
suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit,
rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat
badan.
5)  Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit); termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan,
dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
6) Pola persepsi – kognitif
Menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.

7) Pola persepsi diri – konsep diri

7
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri;
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8)  Pola hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi – seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas :
termasuk status reproduksi wanita.
10) Pola koping – toleransi stress
Menggambarkan pola koping umum dan keefektifan keterampilan
koping dalam mentoleransi stres.
11) Pola nilai – kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup. 
(Potter, 1996 : 16)

8
6. Kasus
An J dengan usia 7 tahun bersama orang tua datang ke IGD RSUD Tidar Kota
Magelang pada Selasa, 26 Juli 2017 pukul 14.00 WIB. Dengan sakit didaerah
tulang kering kanan seusai terjatuh dari tangga rumahnya, suhu 36oC, RR 24
x/menit, nadi 80x/menit dan tekanan darah 130/90. Klien tampak menangis dan
cemas.

7. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
-Nama : An. J
-Umur : Tahun
-Jenis kelamin : Laki-laki
-Suku : Jawa
-Agama : Islam
-Alamat : Salaman, Magelang
                
b. Identitas Penanggung jawab :
-Nama : Ny.H
-Jenis kelamin : Perempuan
-Suku : Jawa
-Agama : Islam
-Pendidikan : SMA
-Pekerjaan : Pedagang
-Hubungan : Ibu Pasien
-Alamat : Salaman, Magelang

9
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Ibu Klien mengatakan bahwa anaknya mengeluh sakit di daerah kaki kiri
setelah jatuh dari tangga
 Alasan Pasien Masuk Rumah Sakit
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien diantar orang tuanya ke ke IGD RSUD Tidar Kota Magelang pada
Selasa, 26 Juli 2013 pukul 14.00 WIB dengan keluhan nyeri ddidaerah
kaki sebelah kiri.
 Penyakit yang pernah Diderita
Ibu klien mengatakan bahwa klien baru pertama kali menderita penyakit
seperti sekarang. Sebelumnya klien hanya panas, batuk, dan pilek.
 Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien. Keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit
menurun ataupun menular.

10
3. Pola Pengkajian Fungsional Gordon
• Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Ibu klien mengatakan bahwa klien merasa nyeri didaerah kaki.
• Pola aktivitas – latihan
Sebelum Sakit : Selalu aktif bergerak dan ceria.
Saat sakit : Sering menangis dan terbatas dalam bergerak
• Pola tidur – istirahat
Sebelum sakit : Klien selalu tidur siang selama 2 jam dan tidur malam
selama 9 jam dari pukul 19.30 hingga pukul 04.30 WIB.
Saat sakit : klien tidur siang hanya selama 1 jam dan tidur malam selama 5
jam, sering terbangun.
• Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : Klien makan 2 kali/hari dengan nasi, sayur, dan lauk-
pauk serta klien minum 6 gelas/hari
Saat sakit : klien makan setengah porsi dengan bubur dan
sayur serta klien minum 3 gelas/hari
• Pola eliminasi
 Sebelum sakit : BAB 1x/hari, BAK 4kali/hari
 Saat sakit :BAB 2x/hari,BAK 5x/hari
• Pola persepsi – kognitif
Klien mengatakan dapat melihat dan mendengar dengan baik.
• Pola persepsi diri – konsep diri
Ibu klien mengatakan kurang mengerti dengan penyakit yang dialami
anaknya.
• Pola hubungan peran
Klien lebih dekat dengan ibunya,klien kurang kooperatif dengan tindakan
perawat.
• Pola reproduksi – seksualitas
klien berjenis kelamin laki-laki.
• Pola koping – toleransi stress
Keluarga klien menerima penyakit yang dialami klien
• Pola nilai – kepercayaan
Keluarga klien selalu beribadah rutin dan berdoa untuk kesehatan anaknya.

11
4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum     : Sedang


2. Kesadaran             : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital  :

1)      TD (Tekanan Darah)   : 130/90 mmHg

2)      N (Nadi)                      : 80 x/ menit

3)      S (Suhu)                      : 367 oC

4)      RR (Respirasi)             : 24 x/ menit

1. GCS (Glasgow Coma Scale) : E4 V5 M6


1. Kepala :   Mesochepal, tidak terdapat lesi.
2. Rambut :   Kulit kepala bersih, rambut hitam, lurus, tidak
beruban, rambut pendek, tidak berketombe, rambut bersih.
3. Mata :   Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada gangguan penglihatan,
pupil isokor.
4. Telinga :   Simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran, tidak terdapat serumen, tidak ada nyeri saat telinga
ditekan dan ditarik.
5. Hidung :   Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada
gangguan penciuman, tidak ada massa, tidak ada sekret, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada perdarahan, tidak terpasang O2.
6. Mulut :   Mulut berbau, gigi tidak caries, lidah kotor, tidak
ada stomatitis, tidak memakai gigi palsu, fungsi pengecapan baik,
membran mukosa bibir lembab.
7. Wajah :   Tampak segar, tampak bekas luka jatuh tetapi
luka sudah mengering, kening berkerut menahan nyeri pada
tungkai kakinya sebelah kanan.
8. Leher :   Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, simetris,
tidak ada nyeri tekan dan nyeri telan, tidak ada peningkatan JVP
(Jugular Venous Pressure).

12
Pemeriksaan Fisik

 Jantung      :

Inspeksi           : IC (Ictus Cordis) tidak Nampak

Palpasi             : IC (Ictus Cordis) tidak kuat angkat

Perkusi            : Pekak, batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi       : Bunyi jantung I dan II normal terdengar lupdup, tidak


ada suara tambahan.

 Paru-paru     :
Inspeksi           : Pengembangan paru kanan dan kiri simetrik
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus antara kanan
dan kiri sama.
Perkusi            : resonan
Auskultasi       : Suara dasar paru normal, terdengar vesikuler, tidak
ada whezzing.
 Abdomen      :
Inspeksi               : Tidak ada asites, bentuk simetris, tidak ada
benjolan/ massa.
Auskultasi           :   Bising usus 16 x/ menit
Perkusi                 :  Tidak ada pembesaran pada hati, tidak ada
nyeri tekan, suara tympani.
Palpasi                 :   Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.

 Genetalia       :  Tidak terpasang kateter.  Untuk BAB dan BAK


dengan pispot.

 Ekstremitas   :   5              5 2              5


Ekstremitas atas: Tangan kanan dan kiri dapat melawan tahanan
pemeriksa dengan kekuatan maksimal, tangan kiri terpasang infus
RL 20 tpm (tetes per menit), tidak ada luka pada ekstremitas atas,
dapat digerakkan dengan bebas, dan tidak ada edema.
Ekstremitas bawah      :
Kanan    : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan
gravitasi, tungkai kanan terpasang balutan bekas operasi hari
pertama, balutan kering, tidak tambas, tampak pada jari-jari  kaki
kanan mengalami pembengkakan, tidak terpasang drain.
P (Paliatif)     :   tungkai sebelah kanan, nyeri jika untuk bergerak
Q (Quality)    :   nyeri seperti tertusuk-tusuk
R (Regio)       :   tungkai sebelah kanan menempel lutut (sebelah
1/3 proksimal pada tulang tibia).

13
S (Scale)        :   skala nyeri: 6 saat dilakukan pengkajian post
operasi hari kedua.
T (Time)        :   terus menerus berhenti jika posisi enak dan tidak
bergerak.
Kiri        : Pasien dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal, tampak pada lutut dan di bawah lutut sebelah
kiri luka-luka post trauma, luka sedikit kering dan warna merah.
 Kulit              :   Turgor kulit baik (< 2 detik), tidak ada decubitus,
pada tungkai kaki kanan yang telah di operasi ORIF     tampak
adanya 10 jahitan, daerah luka tampak berwarna kemerahan dan
bengkak.

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Rontgen : Untuk mengetahui lokasi, tipe  fraktur dan garis
fraktur secara langsung. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan
operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2) Skor tulang tomography, skor C1, MRI : dapat digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi )
atau menrurun. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.
7. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1) Nyeri Akut
a. Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the
Study of Pain)
b. Batasan Karakterik:
a) Ekspresi wajah nyeri (mis.,mata kurang bercahaya,tampak
kacu,gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,meringis)
b) Mengekspresikan
perilaku(mis.,gelisah,merengek,menangis,waspada)
c) Sikap melindungi area nyeri
2) Hambatan mobilitas Fisik
a. Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas mandiri dan terarah
b. Batasan karakteristik:
a) Ketidaknyamanan

14
b) Gangguan sikap berjalan
c) Keterbatasan rentang gerak
d) Kesulitan membolak balik posisi
8. Intervensi
1) Nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat
dikontrol, ekspresi wajah tenang.
a. Intervensi :
a) Kaji lokasi intensitas dan tipe nyeri gunakan peringkat nyeri
b) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c) Bantu dan ajarkan metoda alternatif penatalaksanaan rasa nyeri
d) Beri posisi yang nyaman sesuai dengan toleransi klien
e) Berikan lingkungan yang nyaman dan berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas segera
f) Lakukan dan awasi latihan gerak aktif dan pasif.
g) Lakukan kompres dingin atau es 24-48 jam pertama
h) Pemberian obat-obat analgetik
2) Hambatan mobilitas fisik
Tujuan : Dapat melakukan fisik seoptimal mungkin
Kriteria hasil : Pasien menyatakan dapat melakukan ADL secara
mandiri.
a. Intervensi
a) Kaji immobilitas pasien
b) Dorong partisipasi klien pada aktivitas terapeutik atau rekreasi
c) Bantu pasien untuk rentang gerak aktif dan pasif.
d) Bantu/dorong untuk perawatan diri
e) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

Tgl/Jam Data focus Problem Etiologi TTD

15
27-06-17 DS :Pasien mengatakan Nyeri akut Agen-agen Perawat
nyeri pada luka post cidera fisik
08.00 operasi hari kedua pada
WIB tungkai kakinya sebelah
kanan, skala nyeri: 6

DO :

1. P : Tungkai sebelah
kanan nyeri jika untuk
bergerak

2. Q  :  Nyeri seperti


tertusuk-tusuk

3. R : Tungkai sebelah
kanan menempel lutut
(sebelah 1/3proksimal
tepatnya pada tulang
tibia)

4. S    :    Skala nyeri: 6

5. T : Nyeri terus menerus


berhenti saat posisi enak
dan tidak bergerak

6. Pasien tampak
menahan sakit

7. Ekspresi wajah pasien


tampak tegang

8. TTV : TD  : 130/ 80
mmHg

N   : 80 x/ menit

S    : 367 oC

RR : 24 x/ menit

27-06-17 DS :
1. Pasien Hambatan Nyeri Perawat
08.00 mengatakan takut mobilitas

16
untuk bergerak fisik
WIB dan nyeri pada
tungkai kakinya
sebelah kanan jika
untuk bergeran
2. Pasien
mengatakan kaki
kanan tidak bisa
digerakkan dan
nyeri jika untuk
bergerak

DO  :

1. TTV : TD  : 130/
90 mmHg
N   : 80 x/ menit
S    : 367 oC
RR : 24 x/ menit
2. Tampak balutan
post operasi hari
kedua
3. Pasien tampak
lemah
4. Pasien tampak
takut bergerak
5. Dalam
aktivitasnya
pasien dibantu
oleh keluarga dan
perawat
6. Pasien tampak
membatasi
gerakan

17
Tangga No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional TTD
l/Jam Dx Hasil

18
27 JUNI 1 Setelah dilakukan 1. Ajarkan dan dorong 1. Memfokuskan perawat
2017 tindakan keperawatan untuk manajemen kembali perhatian
selama 2×24 jam stress (relaksasi koping terhadap
08.00 diharapkan nyeri distraksi, nafas stress sehingga
WIB berkurang atau hilang dalam,sentuhan dapat menurunkan
dengan kriteria hasil: terapeutik). nyeri.
2. Monitor TTV dan 2. Untuk mengetahui
1. Skala nyeri 2-3. observasi KU perkembangan
2. Ekspresi wajah pasien dan keluhan kesehatan klien.
santai dan tenang pasien. 3. Mengurangi nyeri
3. TTV dalam batas 3. Atur posisi yang dan pergerakan.
normal. aman dan nyaman. 4. Nyeri dan spasme
4. Pasien tampak 4. Pertahankan dikontrol dengan
rileks. imobilisasi pada imobilisasi.
5. Kaji tingkat bagian yang sakit. 5. Program
nyeri dengan 5. Kolaborasi dengan pengobatan untuk
standar PQRST. dokter dalam menurunkan nyeri.
pemberian
analgetik.

27 JUNI 2 Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan perawat


2017 tindakan keperawatan baring dan melatih nyeri dan
selama 2×24 jam tangan serta mencegah salah
08.00 diharapkan masalah ekstremitas sakit posisi
WIB hambatan mobilitas fisik dengan lembut. 2. Meningkatkan
dapat teratasi dengan 2. Latih dan bantu kekuatan otot.
kriteria hasil: ROM (Range Of 3. Meningkatkan
Motion) pasif dan kekuatan otot.
1. Kemampuan aktif. 4. Melatih otot dan
mobilitas pasien 3. Bantu dan dorong sendi-sendi agar
meningkat. pasien untuk tidak mengalami
2. Pasien menjadi melakukan aktivitas kontraktur dan
tidak takut untuk perawatan secara komplikasi.
bergerak. bertahap.

19
3. Pasien mampu 4. Beri bantuan dalam
beraktivitas menggunakan alat
secara bertahap. gerak.
4. Pasien mampu
menggunakan
alat bantu gerak.

20
1. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan keterbatasan rentang gerak

1. Implementasi

Tanggal/jam No Implementasi Respon TTD


Dx
27 JUNI 1 1. Mengobservasi KU DS: Perawat
2017 (Kondisi Umum), TTV Pasien mengatakan nyeri pada
(Tanda-Tanda Vital) tungkai kakinya yang sebelah
08.00 WIB pasien dan mengkaji kanan setelah dioperasi, skala
tingkat nyeri pasien nyeri 6
dengan PQRST
DO:

1. P: Nyeri jika untuk


bergerak
2. Q:Nyeri seperti tertusuk-
tusuk
3. S  : Skala nyeri 6
4. T : Nyeri terus menerus
berhenti jika posisi
nyaman dan tidak bergerak

DS:
2. Mengajarkan nafas
dalam Pasien mengatakan bisa
melakukan nafas dalam jika nyeri
timbul.

DO:

1. Pasien tampak
memperagakan nafas
dalam dengan benar.
2. Pasien tampak rileks.

21
3. Mengubah posisi DS:
pasien dengan sering ke
kanan dan ke kiri. Pasien mengatakan bersedia untuk
ubah posisi.

DO:

Pasien tampak mengubah posisi


tidurnya dengan miring kiri,
kanan, setengah duduk.

4. Melatih pasien DS:


untuk menggerakkan jari
kaki kanan, Pasien mengatakan takut untuk
menggerakkan telapak bergerak.
kaki kanan secara aktif
dan melatih pasien untuk DO:
mengangkat kaki kiri
secara aktif. 1. Pasien tampak dibantu
perawat dalam bergerak
ROM aktif dan pasif.
2. Tampak jari-jari kanan
pasien digerakkan dengan
hati-hati.

5. Mengobservasi TTV DS:


dan KU pasien.
Pasien mengatakan kadang nyeri
timbul lagi jika untuk bergerak.

DO:

TD : 110/ 70 mmHg

S    : 36 6 o C

N   : 84 x/ menit

RR : 22 x/ menit
14.30 WIB 1. Mengatur posisi DS:
yang aman dan Pasien mengatakan nyaman
nyaman pada pasien dengan posisi tidur seperti ini.
dengan elevasi tungkai
DO:

22
Pasien tampak tertidur.

19.30 WIB 2. Mengkaji tingkat DS:


nyeri
Ibu pasien mengatakan pasien
nyeri pada pangkal tungkai kaki
sebelah kanan kadang masih
terasa jika untuk bergerak dan
berkurang dengan nafas dalam,
skala nyeri: 6.

DO:

1. P : nyeri jika untuk


bergerak
2. Q : nyeri seperti ngilu
3. R : nyeri pada pangkal
paha
4. S : skala nyeri 6
5. T : nyeri terus menerus
berhenti jika posisi
nyaman

3. Memberikan injeksi DS:


sesuai dengan saran
dokter yaitu: Pasien mengatakan tidak sakit
 injeksi Cefotaxime waktu disuntik.
2×1 gram per IV
infus DO:
 injeksi Ketorolac
20.00 WIB  3×1 ampul per IV 1. Cefotaxime dan Ketorolac
infus masuk semua lewat selang
 injeksi Actrapid 4 infus tanpa tumpah.
IU per SC 2. Injeksi Actrapid masuk
4. Menginspeksi kulit tanpa tumpah pada lengan
terhadap adanya sebelah kiri
iritasi,
memperhatikan DS:
adanya keluhan
peningkatan nyeri 1. Pasien bersedia diinspeksi
dan menyelidiki dan dikaji.
adanya nyeri yang 2. Pasien mengatakan tidak
muncul tiba-tiba. terjadi peningkatan nyeri.
3. Pasien mengatakan nyeri
terus menerus dan berhenti

23
jika posisi nyaman.

DO:

1. Pasien tampak tenang dan


santai.
2. Terkadang kening tampak
mengkerut menahan nyeri.

28 JUNI 1,2 Mengobservasi KU pasien DS:


‘2017 dan TTVnya.
Ibu pasien mengatakan kondisi
07.45 WIB anaknya baik.

10.00 WIB DO:

10.30 WIB 1. TD : 110/ 70 mmHg


2. RR : 20 x/ menit
12.00 WIB 3. N    : 80 x/ menit
4. S     : 362 oC
12.30 WIB
DS:
13.00 WIB Mengkaji nyeri.
Pasien mengatakan nyeri pada
luka post operasi sudah berkurang.

DO:

1. P :    masih sedikit nyeri


jika digunakan untuk
bergerak
2. Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk      sedikit berkurang
3. R  : nyeri pada tungkai
kanan 1/3 proksimal
4. S     :   skala nyeri 5
5. T : nyeri ± 10 menit
kemudian berhenti jika
posisi nyaman dan nyeri
timbul lagi jika untuk
bergerak.

24
Berkolaborasi dengan ahli DS:
fisioterapi dalam melatih
bergerak jari, tungkai dan Pasien mengatakan sudah tidak
telapak kaki kanan secara takut untuk bergerak.
pasif (ekstensi dan fleksi)
dan melatih kaki kiri untuk DO:
mengangkat secara aktif
(fleksi dan ekstensi). Pasien tampak dibantu oleh
perawat dalam ROM aktif dan
pasif.
15.00 WIB 1 Mengobservasi KU, TTV DS:
pasien dan mengkaji tingkat Pasien mengatakan kaki kanannya
16.00 WIB nyeri masih nyeri walaupun tidak
separah kemarin, skala nyeri: 5
16.30 WIB
DO:
20.00 WIB
1. P : nyeri jika untuk
bergerak
2. Q : nyeri seperti ngilu
3. R : nyeri pada tungkai
kanan 1/3 proksimal
4. S : skala nyeri 5
5. T : nyeri hilang timbul
6. TD : 120/ 80 mmHg
7.  N : 82 x/ menit
8.  S : 36 oC
9.  RR : 22 x/ menit.

.
22.00 WIB 1 Mengatur posisi yang DS:Pasien mengatakan nyaman
nyaman dan aman pada dengan posisi tidur seperti ini.
pasien dengan posisi elevasi
tungkai. DO:

Pasien tampak tertidur pulas.

.
Tanggal/ No.D Evaluasi TTD
Jam x
Sabtu 1 S :  Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi perawat
sudah   berkurang jika untuk bergerak, skala  nyeri: 4
O:

25
p: Nyeri jika untuk bergerak karena tidak hati-hati
3 Mei ‘08 2 perawat
q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
14.00 WIB 3 perawat
r : Nyeri pada luka post operasi pada tungkai kanan
4 perawat
s : Skala nyeri : 4

t : Nyeri kadang-kadang saja jika digunakan untuk


bergerak. Nyeri berkurang bila posisi nyaman dan
dengan  nafas dalam.

TD : 110/ 70 mmHg, N  : 84 x/ menit, S  : 365 oc, RR :


22 x/ menit, KU pasien : baik

A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi:

1. Kaji tingkat nyeri.


2. Monitor TTV, observasi KU dan keluhan pasien
3. Atur posisi aman dan nyaman
4.  Imobilisasikan bagian yang sakit
5.  Lakukan program terapi dari dokter

S : Pasien mengatakan sudah tidak takut untuk bergerak


dan sudah bisa duduk dengan mandiri.

O : Pasien tampak latihan gerak dan duduk di tempat


tidur, pasien tampak rileks dan tidak takut bergerak,
pasien tampak memulai aktivitas secara mandiri.

TD : 110/ 70 mmHg, N  : 84 x/ menit, S  : 365 oc, RR :


22 x/ menit, KU pasien : baik

Kekuatan otot

5         5

2         5

A : Masalah Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi:

1. Pertahankan tirah baring

26
2. Atur posisi elevasi tungkai
3. Kolaborasi dengan Fisioterapi

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Appley, Ag Dan Scloman, L, 1999, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur


Sistem Applay Edisi 7, Widya Medika, Jakarta.
2. Brunner and Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi
8, EGC, Jakarta.
3. Carpunito, L. J, 2000, Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif
(terjemahan), Edisi 2, EGC, Jakarta.
4. Carpenito, L. J, 2000, Hand Book of Nursing Diagnosis, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
5. Depkes, RI, 1996, Asuhan Keperawatan pada Sistem Muskuloskeletal,
Depkes RI, Jakarta.
6. Doenges, E, Marilyn, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan dan Pedoman
untuk Mendokumentasikan Perawatan Pasien (terjemahan), Edisi 3, EGC,
Jakarta.
7. Handei, Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah (terjemahan),volume 3, EGC, Jakarta.
8. Handerson, M. A, 1997, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Enssential
Medika, Yogyakarta.
9. Mansjoer, Areif, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, FKUI, Jakarta.
10. Nanda, 2007, Panduan Diagnosa Keperawatan, Prima Medika, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai