Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,
rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil
akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsuhidayat, 2005).
1
d. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
2
rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis
berisi sumsum tulang.
b. Tulang pendek (carpals)
Bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak)
Tulang pendek datar terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata)
Tulang yang tidak beraturan sama seperti dengan tulang
pendek.Tulangsesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak
di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan
didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap
lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%subtansi
dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan).
Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang
berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa.
Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut
merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella
terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang
berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan
dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
3
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat
dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon
dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah,
danlimfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga
sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang
kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara
rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship
(cekungan pada permukaan tulang).
2) Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan
paru paru) dan jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
kontraksi dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum
tulang belakang (hema topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
4
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi frakturyaitu :
a. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
b. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan
daya tahan ntuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi
dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
5
5. Pathways
FRAKTUR
TERBUKA TERTUTUP
DEFORMITAS
NYERI BENGKAK
GANGGUAN
FUNGSI
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK
6
Pola Pengkajian Fungsional Gordon
1) Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola aktivitas – latihan
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang,
dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan
kualitas olah raga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas
(seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi).
3) Pola tidur – istirahat
Menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.
4) Pola metabolik – Nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan
suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit,
rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat
badan.
5) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit); termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan,
dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
6) Pola persepsi – kognitif
Menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.
7
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri;
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8) Pola hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi – seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas :
termasuk status reproduksi wanita.
10) Pola koping – toleransi stress
Menggambarkan pola koping umum dan keefektifan keterampilan
koping dalam mentoleransi stres.
11) Pola nilai – kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup.
(Potter, 1996 : 16)
8
6. Kasus
An J dengan usia 7 tahun bersama orang tua datang ke IGD RSUD Tidar Kota
Magelang pada Selasa, 26 Juli 2017 pukul 14.00 WIB. Dengan sakit didaerah
tulang kering kanan seusai terjatuh dari tangga rumahnya, suhu 36oC, RR 24
x/menit, nadi 80x/menit dan tekanan darah 130/90. Klien tampak menangis dan
cemas.
7. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
-Nama : An. J
-Umur : Tahun
-Jenis kelamin : Laki-laki
-Suku : Jawa
-Agama : Islam
-Alamat : Salaman, Magelang
b. Identitas Penanggung jawab :
-Nama : Ny.H
-Jenis kelamin : Perempuan
-Suku : Jawa
-Agama : Islam
-Pendidikan : SMA
-Pekerjaan : Pedagang
-Hubungan : Ibu Pasien
-Alamat : Salaman, Magelang
9
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Ibu Klien mengatakan bahwa anaknya mengeluh sakit di daerah kaki kiri
setelah jatuh dari tangga
Alasan Pasien Masuk Rumah Sakit
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien diantar orang tuanya ke ke IGD RSUD Tidar Kota Magelang pada
Selasa, 26 Juli 2013 pukul 14.00 WIB dengan keluhan nyeri ddidaerah
kaki sebelah kiri.
Penyakit yang pernah Diderita
Ibu klien mengatakan bahwa klien baru pertama kali menderita penyakit
seperti sekarang. Sebelumnya klien hanya panas, batuk, dan pilek.
Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien. Keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit
menurun ataupun menular.
10
3. Pola Pengkajian Fungsional Gordon
• Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Ibu klien mengatakan bahwa klien merasa nyeri didaerah kaki.
• Pola aktivitas – latihan
Sebelum Sakit : Selalu aktif bergerak dan ceria.
Saat sakit : Sering menangis dan terbatas dalam bergerak
• Pola tidur – istirahat
Sebelum sakit : Klien selalu tidur siang selama 2 jam dan tidur malam
selama 9 jam dari pukul 19.30 hingga pukul 04.30 WIB.
Saat sakit : klien tidur siang hanya selama 1 jam dan tidur malam selama 5
jam, sering terbangun.
• Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : Klien makan 2 kali/hari dengan nasi, sayur, dan lauk-
pauk serta klien minum 6 gelas/hari
Saat sakit : klien makan setengah porsi dengan bubur dan
sayur serta klien minum 3 gelas/hari
• Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x/hari, BAK 4kali/hari
Saat sakit :BAB 2x/hari,BAK 5x/hari
• Pola persepsi – kognitif
Klien mengatakan dapat melihat dan mendengar dengan baik.
• Pola persepsi diri – konsep diri
Ibu klien mengatakan kurang mengerti dengan penyakit yang dialami
anaknya.
• Pola hubungan peran
Klien lebih dekat dengan ibunya,klien kurang kooperatif dengan tindakan
perawat.
• Pola reproduksi – seksualitas
klien berjenis kelamin laki-laki.
• Pola koping – toleransi stress
Keluarga klien menerima penyakit yang dialami klien
• Pola nilai – kepercayaan
Keluarga klien selalu beribadah rutin dan berdoa untuk kesehatan anaknya.
11
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
12
Pemeriksaan Fisik
Jantung :
Paru-paru :
Inspeksi : Pengembangan paru kanan dan kiri simetrik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus antara kanan
dan kiri sama.
Perkusi : resonan
Auskultasi : Suara dasar paru normal, terdengar vesikuler, tidak
ada whezzing.
Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada asites, bentuk simetris, tidak ada
benjolan/ massa.
Auskultasi : Bising usus 16 x/ menit
Perkusi : Tidak ada pembesaran pada hati, tidak ada
nyeri tekan, suara tympani.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
13
S (Scale) : skala nyeri: 6 saat dilakukan pengkajian post
operasi hari kedua.
T (Time) : terus menerus berhenti jika posisi enak dan tidak
bergerak.
Kiri : Pasien dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal, tampak pada lutut dan di bawah lutut sebelah
kiri luka-luka post trauma, luka sedikit kering dan warna merah.
Kulit : Turgor kulit baik (< 2 detik), tidak ada decubitus,
pada tungkai kaki kanan yang telah di operasi ORIF tampak
adanya 10 jahitan, daerah luka tampak berwarna kemerahan dan
bengkak.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Rontgen : Untuk mengetahui lokasi, tipe fraktur dan garis
fraktur secara langsung. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan
operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2) Skor tulang tomography, skor C1, MRI : dapat digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi )
atau menrurun. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.
7. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1) Nyeri Akut
a. Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the
Study of Pain)
b. Batasan Karakterik:
a) Ekspresi wajah nyeri (mis.,mata kurang bercahaya,tampak
kacu,gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,meringis)
b) Mengekspresikan
perilaku(mis.,gelisah,merengek,menangis,waspada)
c) Sikap melindungi area nyeri
2) Hambatan mobilitas Fisik
a. Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas mandiri dan terarah
b. Batasan karakteristik:
a) Ketidaknyamanan
14
b) Gangguan sikap berjalan
c) Keterbatasan rentang gerak
d) Kesulitan membolak balik posisi
8. Intervensi
1) Nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat
dikontrol, ekspresi wajah tenang.
a. Intervensi :
a) Kaji lokasi intensitas dan tipe nyeri gunakan peringkat nyeri
b) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c) Bantu dan ajarkan metoda alternatif penatalaksanaan rasa nyeri
d) Beri posisi yang nyaman sesuai dengan toleransi klien
e) Berikan lingkungan yang nyaman dan berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas segera
f) Lakukan dan awasi latihan gerak aktif dan pasif.
g) Lakukan kompres dingin atau es 24-48 jam pertama
h) Pemberian obat-obat analgetik
2) Hambatan mobilitas fisik
Tujuan : Dapat melakukan fisik seoptimal mungkin
Kriteria hasil : Pasien menyatakan dapat melakukan ADL secara
mandiri.
a. Intervensi
a) Kaji immobilitas pasien
b) Dorong partisipasi klien pada aktivitas terapeutik atau rekreasi
c) Bantu pasien untuk rentang gerak aktif dan pasif.
d) Bantu/dorong untuk perawatan diri
e) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
15
27-06-17 DS :Pasien mengatakan Nyeri akut Agen-agen Perawat
nyeri pada luka post cidera fisik
08.00 operasi hari kedua pada
WIB tungkai kakinya sebelah
kanan, skala nyeri: 6
DO :
1. P : Tungkai sebelah
kanan nyeri jika untuk
bergerak
3. R : Tungkai sebelah
kanan menempel lutut
(sebelah 1/3proksimal
tepatnya pada tulang
tibia)
6. Pasien tampak
menahan sakit
8. TTV : TD : 130/ 80
mmHg
N : 80 x/ menit
S : 367 oC
RR : 24 x/ menit
27-06-17 DS :
1. Pasien Hambatan Nyeri Perawat
08.00 mengatakan takut mobilitas
16
untuk bergerak fisik
WIB dan nyeri pada
tungkai kakinya
sebelah kanan jika
untuk bergeran
2. Pasien
mengatakan kaki
kanan tidak bisa
digerakkan dan
nyeri jika untuk
bergerak
DO :
1. TTV : TD : 130/
90 mmHg
N : 80 x/ menit
S : 367 oC
RR : 24 x/ menit
2. Tampak balutan
post operasi hari
kedua
3. Pasien tampak
lemah
4. Pasien tampak
takut bergerak
5. Dalam
aktivitasnya
pasien dibantu
oleh keluarga dan
perawat
6. Pasien tampak
membatasi
gerakan
17
Tangga No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional TTD
l/Jam Dx Hasil
18
27 JUNI 1 Setelah dilakukan 1. Ajarkan dan dorong 1. Memfokuskan perawat
2017 tindakan keperawatan untuk manajemen kembali perhatian
selama 2×24 jam stress (relaksasi koping terhadap
08.00 diharapkan nyeri distraksi, nafas stress sehingga
WIB berkurang atau hilang dalam,sentuhan dapat menurunkan
dengan kriteria hasil: terapeutik). nyeri.
2. Monitor TTV dan 2. Untuk mengetahui
1. Skala nyeri 2-3. observasi KU perkembangan
2. Ekspresi wajah pasien dan keluhan kesehatan klien.
santai dan tenang pasien. 3. Mengurangi nyeri
3. TTV dalam batas 3. Atur posisi yang dan pergerakan.
normal. aman dan nyaman. 4. Nyeri dan spasme
4. Pasien tampak 4. Pertahankan dikontrol dengan
rileks. imobilisasi pada imobilisasi.
5. Kaji tingkat bagian yang sakit. 5. Program
nyeri dengan 5. Kolaborasi dengan pengobatan untuk
standar PQRST. dokter dalam menurunkan nyeri.
pemberian
analgetik.
19
3. Pasien mampu 4. Beri bantuan dalam
beraktivitas menggunakan alat
secara bertahap. gerak.
4. Pasien mampu
menggunakan
alat bantu gerak.
20
1. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan keterbatasan rentang gerak
1. Implementasi
DS:
2. Mengajarkan nafas
dalam Pasien mengatakan bisa
melakukan nafas dalam jika nyeri
timbul.
DO:
1. Pasien tampak
memperagakan nafas
dalam dengan benar.
2. Pasien tampak rileks.
21
3. Mengubah posisi DS:
pasien dengan sering ke
kanan dan ke kiri. Pasien mengatakan bersedia untuk
ubah posisi.
DO:
DO:
TD : 110/ 70 mmHg
S : 36 6 o C
N : 84 x/ menit
RR : 22 x/ menit
14.30 WIB 1. Mengatur posisi DS:
yang aman dan Pasien mengatakan nyaman
nyaman pada pasien dengan posisi tidur seperti ini.
dengan elevasi tungkai
DO:
22
Pasien tampak tertidur.
DO:
23
jika posisi nyaman.
DO:
DO:
24
Berkolaborasi dengan ahli DS:
fisioterapi dalam melatih
bergerak jari, tungkai dan Pasien mengatakan sudah tidak
telapak kaki kanan secara takut untuk bergerak.
pasif (ekstensi dan fleksi)
dan melatih kaki kiri untuk DO:
mengangkat secara aktif
(fleksi dan ekstensi). Pasien tampak dibantu oleh
perawat dalam ROM aktif dan
pasif.
15.00 WIB 1 Mengobservasi KU, TTV DS:
pasien dan mengkaji tingkat Pasien mengatakan kaki kanannya
16.00 WIB nyeri masih nyeri walaupun tidak
separah kemarin, skala nyeri: 5
16.30 WIB
DO:
20.00 WIB
1. P : nyeri jika untuk
bergerak
2. Q : nyeri seperti ngilu
3. R : nyeri pada tungkai
kanan 1/3 proksimal
4. S : skala nyeri 5
5. T : nyeri hilang timbul
6. TD : 120/ 80 mmHg
7. N : 82 x/ menit
8. S : 36 oC
9. RR : 22 x/ menit.
.
22.00 WIB 1 Mengatur posisi yang DS:Pasien mengatakan nyaman
nyaman dan aman pada dengan posisi tidur seperti ini.
pasien dengan posisi elevasi
tungkai. DO:
.
Tanggal/ No.D Evaluasi TTD
Jam x
Sabtu 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi perawat
sudah berkurang jika untuk bergerak, skala nyeri: 4
O:
25
p: Nyeri jika untuk bergerak karena tidak hati-hati
3 Mei ‘08 2 perawat
q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
14.00 WIB 3 perawat
r : Nyeri pada luka post operasi pada tungkai kanan
4 perawat
s : Skala nyeri : 4
P : Pertahankan intervensi:
Kekuatan otot
5 5
2 5
P : Lanjutkan intervensi:
26
2. Atur posisi elevasi tungkai
3. Kolaborasi dengan Fisioterapi
27
DAFTAR PUSTAKA
28