Anda di halaman 1dari 9

MAKNA NILAI SILA PERTAMA PADA PANCASILA

Oleh

Wahyu Etika Sari (173020)

Abstrak

Pancasila dikenal sebagai filosofi indonesia. Menurut Soekarno Pancasila merupakan filsafat

asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India

(Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli

berasal dari Indonesia. menurut Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui

filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti

interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly

Indonesia”.Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna

adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan alam semsta beserta

isinya. Diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah

manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya

adalah terbatas.

A. Pendahuluan
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila halnya

akan membawa ketidakpastiaan baru. Bukan tidak mungkin akan

timbul chaos (kesalahan) yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya

Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku.

Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (juga hukum-hukum adat)

dalam system sistem hukum negara menjadi penting untuk diterapkan. Pancasila yang

diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati

diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.

Secara filosofis Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung dalam sila pertama

Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar filsafat negara Indonesia, sehingga sila

pertama tersebut sebagai dasar filosofis bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan

dalam hal hubungan negara dengan agama. Dalam peraturan perundang-undangan

Indonesia bukan mengatur ruang akidah umat beragama melainkan mengatur ruang

publik warga negara dalam hubungan antar manusia. Sebagai contoh berbagai produk

peraturan perundangan dalam hukum positif Islam, misalnya UU RI No. 41 tentang

Wakaf, UU RI No. 38 tentang Pengelolaan Zakat, ini mengatur tentang wakaf dan zakat

pada domein kemasyarakatan dan kenegaraan. Secara filosofis relasi ideal antara negara

dengan agama, prinsip dasar negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti

setiap warga negara bebas berkeyakinan atau memeluk agama sesuai dengan keyakinan

dan kepercayaannya. Kebebasan dalam pengertian ini berarti bahwa keputusan beragama

dan beribadah diletakkan pada domain privat atau pada tingkat individu. Dapat juga

dikatakan bahwa agama perupakan persoalan individu dan bukan persoalan negara.
B. Metode penelitian

Dalam penulisan jurnal ini penulis, menggunakam tinjauan pustaka untuk metode

penyelesaian masalah. Dengan mengambil dari berbagai referensi dari beberapa jurnal

terkait tori dan konsep yang sesuai dan mendukung dengan judul yang dibuat oleh

penulis. Semua yang diuraikam oleh penulis dalam jurnal tersebut berasal dari referensi

jurnal, buku yang digunakan sebagai sumber dan acuan dalam menulis jurnal tersebut.

C. Pembahasan

1. Pengertian Filosofi Pancasila

Filsafat sering disamakan artinya dengan pandangan dunia. Pandangan dunia

adalah suatu konsepsi yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, masyarakat

umum, nilai dan norma yang mengatur sikap dan perbuatan manusia dalam

hubungannya dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan masyarakat, alam semesta

dan dengan Penciptanya. Pandangan hidup yang telah dimiliki oleh seseorang

merupakan dasar dari setiap tindakan dalam kehidupannya yang menjadi pedoman

dan pegangan hidup dalam menyelesaikan masalah – masalah yang

dihadapinya.  Pandangan tersebut akan terlihat dari sikap dan cara hidupnya.

Pandangan hidup seseorang itu merupakan hasil pemikiran filsafat.

Pancasila merupakan suatu pandangan hidup Bangsa Indonesia yang sangat asasi

demi kekokohan dan kelestarian hidupnya. Pancasila dapat mempersatukan kita,

dapat memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahir dan

batin meskipun masyarakat kita beraneka ragam sifatnya.

2. Makna nilai sila pertama Pancasila.


Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa

negara mengakui adanya Tuhan. Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini.

Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, Esa dalam zat-Nya,

dalam sifat-Nya maupun dalam perbuatan-Nya. Tuhan sendirilah yang Maha

Mengetahui, dan tiada yang sanggup menandingi keagungan-Nya. Tidak ada yang

bisa mengatur-Nya karena Tuhan mengatur segala aturan. Tuhan tidak diciptakan

oleh makhluk lain melainkan Tuhan yang menciptakan segalanya. Bahagia, tertawa,

sedih, tangis, duka, dan gembira juga Tuhan yang menentukan. Ketuhanan Yang

Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan diantara

makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia.

Sebagai aha Pencipta, kekuaaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya

adalah terbatas.

Sila pertama Pancasila ini juga mengandung arti dan makna perlunya

diberlakukan Kewajiban Asasi Manusia Saling Asih, Saling Asah, Saling Asuh,

karena Tuhan Yang Maha Esa itu bersifat Maha Belas Kasih. Sila ini menghendaki

agar para agamawan bersatu dalam lembaga untuk menebarkan dan mensuburkan

watak berbelaskasih satu sama lain antara semua warga Republik Indonesia secara

menyeluruh dan mereata, oleh karena Tuhan menurunkan Agama-agama itu

walaupun berlain-lain coraknya semua agama itu bertitik-temu pada ajarannya

“Berbelas kasihanlah antara sesama manusia” yang berasal dari satu Bapak (Adam)

dan satu Ibu (Hawa) BHINEKA (beraneka-rupa), tetapi TUNGGAL IKA (sama

seajaran). 

3.  Inti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi menjiwai keempat sila

lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang

didirikan adalah sebagai pengenjawantahan tujuan manusia sebagai mahkluk Tuhan

Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik

negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undanganan negara,

kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha

Esa. Hal tersebut berdasarkan pada hakikat bahwa pendukung pokok negara adalah

manusia, karena negara adalah sebagai lembaga hidup bersama sebagai lembaga

kemanusian dan manusia adalah sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, sehingga

adanya manusia sebagai akibat adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai kuasa prima.

Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, adanya Tuhan adalah mutlak,

sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas serta pula sebagai pengatur tata

tertib alam.

4. Sikap positif yang perlu dilakukan terhadap nilai-nilai “Ketuhanan Yang Maha Esa”

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu :

a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing,

b. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing

d. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-

penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbina kerukunan hidup,


e. Setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya mempunyai pola pikir, sikap,

dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap

warga Negara diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam

memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia.

5. Butir-butir Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esaa.

a. Ketetapan MPR No.I/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancasila menjabarkan kelima

asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengalaman sebagai pedoman praktis bagi

pelaksanaan Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR

No.I/MPR/2013.

b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama

dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d.  Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

e.  Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

f.  Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain.


Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing

dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar

tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya

dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama

pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalanakan  ibadah

sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agamma

kepada orang lain. Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu

bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.

6. Penerapan Pancasila Sila Pertama Dalam Kehidupan Berbangsa Saat Ini.

Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

Misalnya menyayangi binatang; menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya;

selalu menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa

Allah tidak suka pada orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi

Allah senang terhadap orang-orang yang selalu bertaqwa dan selalu berbuat baik.

Lingkunagn hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada

rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib

dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan

penunjang hidup bagi rakyat dan Bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi

kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.

D. Penutupan

1. Kesimpulan

Pancasila merupakan sistem filsafat yang sekiranya dapat menjembatani segala

keanekaragaman bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah berurat-berakar dalam hati


sanubari, adat-istiadat, dan kebudayaan Nusantara, bahkan jauh sejak masa Nusantara

kuno. Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara

hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada

martabat manusia sebagai mahluk Tuhan. Dari butir-butir yang telah disebutkan di

atas, telah di sebutkan bahwa dalam kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan

adanya suatu paksaan. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang

berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, saling tolong

menolong, dan tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan

tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia.

2. Saran

a. Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap pancasila perlu adanya

peningkatan pengamalan butir-bitir pancasila khususnya sila Ketuhanan yag Maha

Esa. Salah satu caranya adalah dengan saling menghargai antar umat beragama.

b. Untuk menjadi sebuah Negara pancasila yang nyaman bagi rakyatnya diperlukan

adanya jaminan terhadap keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang ada

di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan

beribadah.

Daftar Pustaka

Mudhofir.2001. Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan. (online) (jurnal.ugm.ac.id)

diakses tanggal 14 Juli 2019

Soekarno. 2006. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta : Medi

Pressindo.
Wiyono, suko. 2011. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan

Bernegara. Malang : Wisnu Wardhana Press Malang.

Anda mungkin juga menyukai