(Penyuluh Agama Islam Non PNS Kec. Depok Kab. Cirebon)
Film ini menggambarkan bagaimana Kerajaan Sriwijaya mampu mencapai
kejayaannya dengan menerapkan sikap toleransi. Dimana letak Palembang yang strategis sebagai salah satu pusat perdagangan Internasional saat itu, menjadikan Palembang sebagai tempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai Negara dengan beragam etnis, budaya, maupun agama. Namun Raja Sriwijaya tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama lain, sehingga rakyat Kerajaan Sriwijaya mampu hidup berdampingan dengan keragaman yang ada dan kegiatan perdagangan saat itu semakin berkembang. Sikap toleransi tersebut tetap berjalan sampai dengan saat ini. Palembang menjadi salah satu percontohan toleransi dan moderasi beragama. Hal itu tergambar dari kehidupan masyarakat di tepian Sungai Musi. Di tepian Sungai Musi terdapat Kampung Al Munawwar yang merupakan perkampungan etnis Arab Muslim, sementara Kampung Kapitan merupakan perkampungan etnis Tionghoa. Mereka dapat hidup berdampingan dengan tetap mempertahankan tradisi, budaya, dan kepercayaan masing-masing sebagai wujud toleransi dan moderasi. Palembang mampu menginspirasi semua kalangan, khususnya kita sebagai masyarakat Indonesia tentang bagaimana menerapkan sikap moderat terhadap Kebhinekaan yang ada. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang pasti terjadi, sebab Allah menciptakan manusia dengan karakter dan pemikirannya tersendiri. Namun perbedaan tersebut seyogyanya tidak menjadi alat konflik yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan. Sehingga kita dapat hidup rukun dengan saling menghormati dan memberikan kebebasan terhadap pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya.