Anda di halaman 1dari 19

Virus Secara Umum

Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian


Untuk kegunaan lain, lihat Virus (disambiguasi).
Virus

Rotavirus
Klasifikasi virus
Grup: I–VII
Grup
 I: Virus dsDNA
 II: Virus ssDNA
 III: Virus dsRNA
 IV: Virus ssRNA (+)
 V: Virus ssRNA (-)
 VI: Virus ssRNA-RT
 VII: Virus dsDNA-RT

Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk hidup. Virus hanya dapat
bereplikasi di dalam sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat diinfeksi oleh virus, mulai dari hewan,
tumbuhan, hingga bakteri dan arkea.[1] Istilah virus biasanya digunakan pada jenis virus yang
menginfeksi sel-sel eukariota, sementara virus yang menginfeksi sel prokariota—seperti bakteri
dan arkea—dikenal sebagai bakteriofag.

Ketika tidak berada di dalam sel atau tidak dalam proses menginfeksi sel, virus berada dalam
bentuk partikel independen yang disebut virion. Virion terdiri atas materi genetik berupa asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi lapisan protein
yang disebut kapsid. Pada beberapa virus terdapat amplop eksternal yang terbuat dari lipid.

Terdapat perbedaan pendapat mengenai status virus sebagai makhluk hidup atau sebagai struktur
organik yang berinteraksi dengan makhluk hidup.[2] Karena karakteristik khasnya ini, virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV),
hewan (misalnya virus flu burung), atau tumbuhan (misalnya virus mosaik tembakau). Ilmu yang
mempelajari virus disebut virologi.

Etimologi

Kata virus berasal dari bahasa Latin vīrus yang berarti 'racun' dan cairan berbahaya lainnya.[3]
Definisi "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan pada tahun 1728,[3]
sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitri Ivanovsky pada tahun 1892.

Sejarah penemuan

Virus mosaik tembakau merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron.

 Virus telah menginfeksi sejak zaman sebelum Masehi, hal tersebut terbukti dengan adanya
beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglif di
Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400 SM) yang menunjukkan adanya penyakit poliomyelitis.
Selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada 1196 SM dan dipercaya meninggal karena
terserang virus smallpox.
 Pada zaman sebelum Masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah virus smallpox yang
menyerang masyarakat Tiongkok pada tahun 1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798, Edward
Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal
tersebut diduga karena virus pox yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari pox.
Penemuan tersebut yang dipahami kemudian merupakan pelopor penggunaan vaksin.
 Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu
bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat
Koch yang sangat terkenal hingga saat ini, yaitu:
1. Agen penyakit harus ada di dalam setiap kasus penyakit
2. Agen harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
3. Ketika kultur agen muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka dapat
menimbulkan penyakit
4. Agen yang sama dapat diambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut
 Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki
bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa
penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot
dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba pada getah
tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang
lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
 Pada tahun 1892, Dmitri Ivanovsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang
sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky
lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut
berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut
mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. [4] Kemungkinan kedua ini dibantah pada
tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam
getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan
penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman. [4] Patogen mosaik
tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum,
yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit. [4]
 Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut
dan kaki sapi dapat melewati saringan yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun, mereka
menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil. [4]
 Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari
Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal
sebagai virus mosaik tembakau.[5] Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali
divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A.
Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska. [6]
 Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel tumor
dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena kanker. [7] Selain
itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya
dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam
sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker. [7] Rous
menyimpulkan kanker disebabkan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang
menginfeksi sel ayam yang sehat.[7] Penemuan tersebut merupakan penemuan pertama virus
onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous
dinamakan Rous Sarcoma Virus (RSV).[7]
 Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV) yang
ditemukan oleh Dr. Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada manusia yang
disebabkan oleh virus.[8] Dr. Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor
pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada
kelinci tersebut.[8]
 Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun
1935.[9] Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus (TMV).[9] Stanley
mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi. [9]
 Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofag.[10]
Bakterofag merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya dapat bereplikasi di
dalam sel bakteri.[10]
Struktur

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3.
kapsid.

Virus adalah organisme subseluler yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus
tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih
kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop
cahaya.[11]

Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[12] Genom virus dapat terdiri dari DNA untai
ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[12] Selain itu, asam
nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler.[12] Jumlah gen virus bervariasi
dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar.[11][12] Bahan
genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan
kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.[12]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[12] Protein yang menjadi lapisan
pelindung tersebut disebut kapsid.[12] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat
(sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang
disandikan oleh genom virus.[12] Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut
kapsomer.[11][12]

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi inang.

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat
langsung dengan genom virus.[13] Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid
terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer.[13]
Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[13] Pada virus campak,
nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein
yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[13] Bagian-bagian ini berfungsi
dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[13]

Virus cacar air memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan
dengan asam nukleat seperti virus heliks.[14] Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer
hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri
ikosahedral.[14] Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan
dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.[14] Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka
T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid.[14] Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian
jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung
terlibat dalam penginfeksian sel.[14]

Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus
pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[15] Selubung ini
mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan
glikoprotein yang berasal dari virus.[15] Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga
membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag
yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut
digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.[16] Partikel lengkap virus disebut virion.
Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid
bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[16]

Patogenesis
Macam-macam infeksi virus

Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya.[17] ada yang
berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat
yang dihasilkan tidak terlalu besar.[17]

1. Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat namun dapat juga
berakibat fatal.[17] Akibat dari infeksi akut adalah:
o sembuh tanpa kerusakan (sembuh total); [17]
o sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya polio;[17]
o berlanjut kepada infeksi kronis;[17]
o kematian.[17]
2. Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada risiko gejala penyakit
muncul kembali.[17] Contoh dari infeksi kronis adalah:
o silent subclinical infection seumur hidup, contoh: Cytomegalovirus (CMV);[17]
o periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh: HIV [17]
o reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh: shingles;[17]
o penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh: HBV, HCV;
o kanker, contoh: HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[17]

Replikasi

Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan
mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.

Pelekatan virus

Pelekatan virus (adsorpsi) merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan molekul
reseptor pada permukaan sel inang.[18] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik antara molekul
reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[18] Beberapa jenis virus memerlukan molekul
lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.[18]

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein (biasanya
glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[18]

Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih dari satu reseptor
sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.[18]

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda:

 molekul immunoglobulin-like superfamily


 reseptor terkait membran
 saluran dan transporter transmembran[18]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki:

 Human rhinovirus (HRV)

Human rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1).[19] Molekul


tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya adalah untuk mengikatkan sel
kepada substratnya.[19] struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C
dan V sehingga digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin[19]
Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function
antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria
infected erythocytes).[19]
Sepuluh serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe lainnya
menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor. [19]

 Poliovirus

Poliovirus mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota dari
molekul superfamily immunoglobulin.[20] Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa
variabel dan dua konstan.[20]

 Virus influenza

Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus yaitu
hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[21] HA akan berikatan dengan reseptor virus influenza
yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid). [21] Virus ini berikatan dengan muatan negatif
dari moieties asam sialat yang ada pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan
dengan glikoprotein pada permukaan sel. [21] Adanya asam sialat pada hampir semua jenis sel
menyebabkan virus influenza bisa berikatan dengan banyak tipe sel. [21]

Penetrasi

Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di
membran sel.[22] Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

 Translokasi partikel virus

Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belum sepenuhnya
dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor
membran spesifik.[23]

 Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler

Proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke
dalam sel.[24] Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah digunakan untuk
pengikatan reseptor.[24]

 fusi dari sampul dengan membran sel (untuk virus yang bersampul)

Proses fusi virus bersampul dengan membran sel baik secara langsung maupun dengan
permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma. [24] Diperlukan adanya protein
fusi spesifik dalam sampul virus, misalnya: HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM)
Rhinovirus.[24]
Pelepasan mantel

Tahap ini terjadi setelah proses penetrasi di mana kapsid virus baik seluruhnya maupun sebagian
dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[22] Pada tahap ini genom virus terekspos dalam
bentuk kompleks nukleoprotein.[22] Dalam beberapa kasus, tahap ini berlangsung cukup
sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma.[22] untuk virus
lainnya, tahap ini merupakan proses multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran
nukleus.[22]

Replikasi genom dan ekspresi gen

7 Klasifikasi Baltimore.[25]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus tersebut.
[26]
Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompok seperti pengelompokan David Baltimore.[26]
Proses ekspresi gen akan menentukan semua proses infeksi virus (akut, kronis, persisten, atau
laten).[26]

 Kelas I: DNA utas ganda

Kelompok ini dibagi menjadi dua kelompok.

1. Replikasi terjadi di inti dan relatif tergantung kepada faktor-faktor seluler (Adenoviridae,
Polyomaviridae, Herpesviridae)[26]
2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua faktor-faktor
yang penting untuk transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan kebanyakan tidak
tergantung pada perangkat replikasi dari inangnya [26].

 Kelas II: DNA utas tunggal

Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan bentuk utas ganda intermediate sebagai cetakan
untuk sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[26]

 Kelas III: RNA utas ganda


Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi secara
terpisah untuk menghasilkan monosistronik mRNA individual. contoh: Reoviridae[26]

 Kelas IV: RNA utas tunggal (+)

Virus dengan polisistronik mRNA di mana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang
ditranslasikan untuk membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein matang.
Contoh: Picornaviridae[26]

 Kelas V: RNA utas tunggal (-)

Genom pada kelas ini dibagi menjadi dua tipe:

1. Genom tidak bersegmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi adalah


transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent RNA polimerase untuk
menghasilkan monosistronik mRNA yang juga sebagai cetakan untuk replikasi genom. [26]
2. Genom bersegmen (Orthomyxoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus di mana
monosistronik mRNA untuk masing-masing gen virus dihasilkan oleh transkriptase virus.
[26]

 Kelas VI: RNA utas tunggal (+) dengan DNA Intermediat

Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara langsung
sebagai mRNA tetapi sebagi template untuk reverse transkriptase menjadi DNA. [26]

 Kelas VII: DNA utas ganda dengan RNA Intermediat

Virus kelompok ini bergantung kepada reverse transkriptase, tetapi berbeda dengan retrovirus,
prosesnya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[26]

Perakitan

Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian khusus di


dalam sel.[22] Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[22] Proses ini
tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari
sel.[22] mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-beda. Contoh: proses perakitan
Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu proses perakitan
Adenovirus, Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[22]

Pematangan

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dan bersifat infeksius.[22] Pada tahap ini
terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dihasilkan oleh pemecahan
spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang matang.[22] protease virus dan enzim
seluler lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.[22]
Pelepasan

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme:

 untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses yang sederhana, di
mana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar. [22]
 untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati
membran, proses ini dikenal sebagai budding.[22]

Proses pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan
Togavirus), dan kemungkinan sebagian lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[22]

Klasifikasi
Artikel utama: Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik
fungsional.[27]

 Klasifikasi virus berdasarkan morfologi

Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein membran
terluarnya (sampul) menjadi 4 kelompok, yaitu: [27]

1. Virus DNA
2. Virus RNA
3. Virus berselubung
4. Virus tidak berselubung

Virus hanya mengandung satu jenis asam nukleat: DNA atau RNA.

 Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran

Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi: [27]

1. Virus Enterik
2. Virus Respirasi
3. Arbovirus
4. Virus onkogenik
5. Hepatitis virus

 Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional

Virus diklasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut
juga klasifikasi Baltimore yaitu:[27]
1. Virus tipe I: DNA utas ganda
2. Virus tipe II = DNA utas tunggal
3. Virus tipe III = RNA utas ganda
4. Virus tipe IV = RNA utas tunggal (+)
5. Virus tipe V = RNA utas tunggal (-)
6. Virus tipe VI = RNA utas tunggal (+) dengan DNA perantara (intermediat)
7. Virus tipe VII = DNA utas ganda dengan RNA perantara

Jenis
Virus RNA

Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III hingga VI. Beberapa contoh familia virus
yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae,
dan Arbovirus.[28]

Retroviridae

Retroviridae merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah
dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan
menjadi enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang berguna untuk mengubah
RNA menjadi DNA.[28][29] DNA yang dihasilkan nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel
inang sebagai provirus.[28] Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan
penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.[28] Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan
salah satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi.[28]

Salah satu genus dari familia ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang contoh
spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.[28]

Picornaviridae

Picornaviridae berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif sehingga
termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[30] Virus dalam famili ini mampu
menyebabkan banyak penyakit pada manusia, di antaranya adalah penyakit polio yang
disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.[30]

Orthomyxoviridae

Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA
bersegmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi
Baltimore.[31] Ciri khas dari virus ini adalah virus ini memiliki protein permukaan yang
merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).[31]
Hemmaglutinin merupakan bagian virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi
terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus.[31] Neuraminidase berperan untuk
melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan
infeksi virus.[31]
Virus ini diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu:

1. Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi berbagai spesies baik manusia, burung
(burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut dan paus). [31]
Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic drift dan antigenic shift.[31] Antigenic drift
adalah terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein Hemmaglutinin. Hal tersebut
menyebabkan antibodi yang ada tidak dapat mengenalinya lagi. Kejadian tersebut menyebabkan
terjadinya endemik musiman.[31] Antigenic shift adalah munculnya subtipe barus virus influenza
yang disebabkan karena penggabunggan genetik antara manusia dengan virus hewan atau
dengan transmisi langsung dari hewan unggas ke manusia. karena tidak ada atau sedikitnya
imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi. [31]
2. Influenza tipe B
3. Influenza tipe C
4. Tick-Borne Influenza; virus ini merupakan virus yang berasal dari kutu. [31]

Arbovirus

Arbovirus merupakan singkatan dari Arthropoda-Borne virus yaitu virus yang berasal dari
kelompok Arthropoda.[32] Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu:

1. Togaviridae, contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rubellavirus.[32]
2. Flaviviridae, contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Hepatitis C virus dan
Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[32]
3. Bunyaviridae, contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah California encephalitis
virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[32]
4. Reoviridae, contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah reovirus yang menyebabkan
Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.[32]

Virus DNA

Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang
termasuk ke dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.[33]

Herpesviridae

Herpesviridae merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA utas
ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam
kelompok ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca
kelahiaran pada bayi.[33] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu:

1. Alpha Herpesvirus, virus yang termasuk dalam kelompok Alpha herpesvirus biasanya
menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga. [33] infeksi virus ini
bersifat laten persisten disebabkan karena kemampuan genom virus ini untuk berintergrasi
dengan sel inang.[33] jika kondisi inang sedang lemah, maka ada kemungkinan penyakit dapat
muncul kembali pada tempat yang sama. [33] Contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1
dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.[33]
2. Beta Herpesvirus, virus yang termasuk dalam kelompok beta herpesvirus biasanya
menyebabkan penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[33] virus ini
menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital). [33] Contoh
dari virus ini adalah Cytomegalovirus.[33]
3. Gamma Herpesvirus, virus yang termasuk dalam kelompok ini mampu menyebabkan penyakit
limphopoliperatif jinak dan ganas.[33] Contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.[33]

Parvoviridae

Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga
termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[34] Virus ini tidak memiliki selubung virus
dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.[34] Virus merupakan virus yang tidak
sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebut Adeno-
Associated Virus(AAV).[34] Salah satu contoh kelompok ini adalah virus B-19 yang dapat
menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[34]

Poxviridae

Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di
termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[35] Ciri khas dari virus ini adalah virus ini
memiliki morfologi besar dan kompleks.[35] Virus yang terkenal dalam kelompok ini adalah
Smallpox.[35] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat besar
diseluruh dunia.[35] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[35]

Virus Raksasa

Ilmuwan menemukan virus raksasa yang dikenal dengan istilah Mimivirus, Megavirus, dan
Pandoravirus.

Pandoravirus merupakan jenis virus berukuran sangat besar dengan genom yang jauh lebih besar
dibanding virus-virus lain yang sudah lebih dulu dikenal. Pandoravirus disebut sebagai virus
super raksasa, karena ukurannya mengalahkan virus berukuran raksasa lain seperti Mimivirus
atau Megavirus.

Meski berukuran raksasa, namun tetap tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Virus ini
ditemukan peneliti dari Prancis Jean Michael Claverie dari Universitas Mediterranée.[36]

Pandoravirus berukuran seribu kali lebih besar dibanding virus influenza yang berukuran 100
nanometer. Pandoravirus memiliki 2.556 gen (200 kali lebih banyak dari virus influenza).
Ukuran Pandoravirus lebih besar dua kali lipat dari Megavirus yang hanya memiliki 1.120 gen.

Dampak

Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[17] Melalui terapi gen,
gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh).[17]
Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor biologi pada Purdue's School of Science telah
menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[17] Dalam temuannva yang
dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember 2002, David Sanders berhasil
menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen
kepada sel yang sakit (paru-paru).[17] Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan
terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.[17]

Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.[17]
Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[17] Tiap virus secara khusus
menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran
pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies
menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune
deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah
putih.[17] Tabel berikut ini memuat beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.[17]

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.[17] Tidak
sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya yang sakit atau hasil
panennya yang berkurang.[17]

Penyakit hewan akibat virus

Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam.
Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV).[17] Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis
penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[17] Penyakit kanker pada ayam oleh rous
sarcoma virus (RSV).[17] Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing,
dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[17]

Penyakit tumbuhan akibat virus

Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[4] Penyebabnya
adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit yang menyerang
tanaman padi.[4] Penyebabnya adalah virus Tungro.[4] Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada
jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[4]

Penyakit manusia akibat virus

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa saja
disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan virus HIV),
dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[37] Kanker leher rahim juga diduga
disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang
memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan antara kanker dan
agen-agen infektan.[37] Juga ada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang
sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada
penyakit psikiatris pada manusia.[37]
Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan
virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara
penciptaan varian virus baru di laboratorium.[37]

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah
menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan kepunahan
suatu bangsa.[37] Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit
cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[37] Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah
pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah besar.[37] Penyakit ini secara tidak
langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.[37]

Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus.[37] Grup Filovirus terdiri atas
Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[37] Filovirus adalah
virus berbentuk panjang seperti cacing, yang dalam jumlah besar tampak seperti sepiring mi.[37]
Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola.
Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan
manusia.[37]

Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan mahal.[38]
Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan mahal, termasuk
juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang, misalnya teknisi, ahli biologi
molekular, dan ahli virus.[38] Biasanya proses ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau
dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).[38]

Pencegahan dan pengobatan

Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit
untuk dibunuh.[39] Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi,
untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang
mengatasi gejala akibat infeksi virus.[39]

Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan


antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.[39] Efek
samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik.[39] Karena itulah
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh
bakteri atau virus.[39]

Infeksi virus atau bakteri pada umumnya menimbulkan demam, hanya saja infeksi bakteri akan
meningkatkan kadar Sel darah putih, sedangkan infeksi virus tidak, tetapi infeksi bakteri, virus
bahkan jamur akan meningkatkan kadar Antibodi M (IgM), tetapi pemeriksaan IgM agak mahal.
Pemeriksaan Sel darah putih ataupun IgM tidak dapat menentukan jenis penyakitnya, tetapi
kedua pemeriksaan tersebut hanya mengindikasikan penyakit tersebut diakibatkan oleh apa. Jika
biaya menjadi kendala, maka pemeriksaan Sel darah putih saja sudah cukup.
Virus Corona
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah
virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,
pneumonia akut, sampai kematian.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus
Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja,
baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.

Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir
Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan
ke beberapa negara, termasuk Indonesia.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak
kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga
bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Gejala Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu,
seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala; atau gejala penyakit infeksi
pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri
dada.

Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus
Corona, yaitu:

 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius)


 Batuk
 Sesak napas

Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
terpapar virus Corona.

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-19) seperti yang
disebutkan di atas, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah kembali dari daerah yang
memiliki kasus COVID-19 atau berinteraksi dengan penderita infeksi virus Corona.
Bila Anda mungkin terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa pun, Anda tidak
perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, cukup tinggal di rumah selama 14 hari dan
membatasi kontak dengan orang lain.

Penyebab Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang
menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian
diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

 Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita COVID-19
 Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda
yang terkena cipratan air liur penderita COVID-19
 Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau berjabat tangan

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan
fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang sedang sakit, atau orang yang daya
tahan tubuhnya lemah.

Diagnosis Virus Corona

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang
dialami pasien. Dokter juga akan bertanya apakah pasien bepergian atau tinggal di daerah yang
memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum gejala muncul.

Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan berikut:

 Uji sampel darah


 Tes usap tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes PCR)
 Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru

Pengobatan Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:

 Merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit yang
ditunjuk
 Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk istirahat yang cukup
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan
tubuh

Komplikasi Virus Corona

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius
berikut ini:

 Pneumonia
 Infeksi sekunder pada organ lain
 Gagal ginjal
 Acute cardiac injury
 Acute respiratory distress syndrome
 Kematian

Pencegahan Virus Corona

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh
sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa
menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:

 Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung (social distancing).


 Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol
minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
 Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan hewan, cuci
tangan setelahnya.
 Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat
sampah.
 Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam
pemantauan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke
orang lain, yaitu:

 Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.


 Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda mengalami gejala gangguan pernapasan yang disertai
demam atau memenuhi kriteria PDP (pasien dalam pengawasan).
 Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak
memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan
orang lain.
 Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-
benar sembuh.
 Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
 Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur
dengan orang lain.
 Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama
orang lain.
 Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke
tempat sampah.

Anda mungkin juga menyukai