Anda di halaman 1dari 4

MITIASI BENCANA

M Daffa’ Rahman Ramadhan

11 MIPA 4

1. Arti mitigasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dan/ atau menghapus
kerugian dan korban yang mungkin terjadi akibat bencana, yaitu dengan cara membuat
persiapan sebelum terjadinya bencana.

2. a. Menimalisir risiko dan/ atau dampak yang mungkin terjadi karena suatu bencana,
seperti korba jiwa (kematian), kerugian ekonomi, dan kerusakan sumber daya alam.

b. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat perencanaan pembangunan di suatu


tempat.

c. Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi


risiko dan dampak bencana.

3. a. Sebelum bencana (mitigasi)


b. Saat terjadi bencana (perlindungan dan evakuasi)
c. Sesaat setelah bencana (pencarian dan penyelamatan)
d. Pasca bencana (pemulihan).

Bagian terpenting dalam kegiatan mitigasi adalah pemahaman tentang sifat bencana
karena setiap tempat memiliki berbagai tipe bahaya yang berbeda-beda. Misalnya,
beberapa negara sangat sering mengalami gempa bumi, sedangkan negara lainnya sangat
rentan terhadap ancaman banjir.

Sebagian besar negara-negara di dunia sangat rentan terhadap kombinasi beberapa


bencana. Sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap berbagai bahaya bencana
tersebut yang merupakan tanggungjawab dari para ahli dan ilmuwan (hidrologi,
seismologi, vulkanologi, dan lainnya).

4. a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana


tsunami, sehingga mereka selalu waspada dan memahami gejala awal terjadinya tsunami
dan dapat segera melakukan evakuasi bila terjadi bencana

b. Menerapkan sistem peringatan dini, yaitu Tsunami Early Warning System (TEWS).
c. Pembuatan jalur dan tempat evakuasi
d. Pembuatan green belt di kawasan pantai
e. Pembangunan sistim DART (Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis)
sebagai alat deteksi dan peringatan dini.
f. Menerapkan bangunan berbahan baja
5. a. Fase Mitigasi

Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat
bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode
bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur
ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan
lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural,
diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi
lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta
dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.

b. Preparedness

Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya
dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan
terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan
harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tingkat
kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya sangat penting pada
tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi
dampak akibat bencana. Selain itu jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang
yang menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana
(mitigasi non struktur), serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang
aman terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur).

c. Response

Jenis aktivitas respon emergensi


1. Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration)
Melakukan evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
2. Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue – SAR)
Malakukan pencaharian baik korban yang meninggal dan korban yang hilang.
3. Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment)
Melakukan penilaian terhadap bencana yang terjadi
4. Respon dan Pemulihan (Response and relief)
Memberikan respond an pemulihan terhadap korban bencana
5. Logistik dan suplai (Logistics and supply)
Manyalurkan bantuan logistik kepada korban bencana
6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and information
management)
Memberikan informasi dan komunikasi kepada media massa mengenai jumlah kerugian
korban bencana
7. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu Hamil, anak-anak
dan orang Manula
8. Keamanan (Security)
Mamberikan pelayanan keamanan terhadap korban jiwa, baik itu harta benda dan yang
lain.
9. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations management)
Melakukan manajemen pengoperasian emergenci pada saat terjadinya bencana

d. Recovery

Secara garis-besar, kegiatan-kegiatan utama pada tahap ini antara lain, mencakup:
1. Pembangunan kembali perumahan dan lingkungan pemukiman penduduk berbasis
kebutuhan dan kemampuan mereka sendiri dengan penekanan pada aspek sistem sanitasi
lingkungan organik daur-ulang.
2. Penataan kembali prasarana utama daerah yang tertimpa bencana, khususnya yang
berkaitan dengan sistem produksi pertanian.
3. Pembangunan basis-basis perekonomian desa dengan pendekatan penghidupan
berkelanjutan, terutama pada kedaulatan dan keamanan pangan dan ketersediaan energi
yang dapat diperbaharui (renewable energy); serta perintisan model sistem kesehatan
yang terjangkau dan efektif.
2. Lembaga/Institusi (Pemerintah dan non-pemerintah, NGO) yang aktif dalam PB dan
pada Fase mana perannya yang paling menonjol.
Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan dilakukan bersama-sama oleh
pemerintahan, swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana, antara lain:
1. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha
preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di lokasi
yang rawan bencana;
2. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai dari
identifikasi daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan dampak yang ditimbulkan
oleh bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya preventif kebencanaan;
3. Indentifikasi lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya
menangani kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik;
4. Pelaksanaan program atau tindakan ril dari pemerintah yang merupakan pelaksanaan
dari kebijakan yang ada, yang bersifat preventif kebencanaan;
5. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri alam setempat yang
memberikan indikasi akan adanya ancaman bencana.
Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah daerah dalam kegiatan sebelum/pra
bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/lembaga yang telah ada dan pelatihan
kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga antar daerah maupun
dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal wilayah administrasi,
sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulangan bencana yang potensial di
wilayahnya.

Anda mungkin juga menyukai