Latar Belakang
Enzim amilase adalah salah satu enzim pencernaan yang berasal dari getah
pankreas. Enzim amilase juga terdapat di dalam duodenum yang sumbernya
berasal dari pankreas, duodenum merupakan muara dari getah pankreas (Ningrum
dan Yuanita 2012). Amilase terdiri atas 3 jenis yaitu α-amilase, β-amilase, dan
glukoamilase. Enzim α-amilase bekerja dengan memutus ikatan α-1,4-glikosidik
pada rantai lurus amilum sehingga menghasilkan glukosa dalam konfigurasi
alpha, maltosa dan dekstrin. Enzim β-amilase bekerja dengan memecah ikatan α-
1,4 glikosidik dan tidak mampu melewati ikatan percabangan α-1,6 glikosidik
sehingga menghasilkan maltosa dalam konfigurasi beta. Enzim glukoamilase
bekerja dengan menghidrolisis ikatan α-1,4 dan α-1,6 glikosidik dari gugus non
pereduksi sehingga menghasilkan D-glukosa (Jayanti 2011).
Fungsi utama dari enzim amilase ialah untuk memecah pati dalam
makanan sehingga mereka dapat digunakan oleh tubuh. Amilase juga disintesis
dalam buah tanaman selama pematangan maka dari itu buah menjadi lebih manis.
Enzim amilase banyak digunakan dalam industri. Hal ini digunakan dalam
industri pembuatan dan fermentasi bir untuk konversi pati menjadi gula
terfermentasi. Pada industri tekstil, amilase digunakan untuk merancang tekstil,
kemudian pada industri deterjen, amilase tercampur dengan enzim protease dan
lipase sebagai pencuci noda pakaian dan dalam industri makanan digunakan untuk
pembuatan sirup manis, meningkatkan konten diastase tepung, modifikasi
makanan bayi, dan menghilangkan pati dalam produksi jelly (Ariandi 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase antara lain
temperatur, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, dan aktivator (Bahri
2012). Pada enzim dan substrat dimana kecepatan reaksi bergantung pada
konsentrasi kompleks enzim-substratnya, pH karena struktur ion enzim tergantung
pada pH lingkungannya, kenaikkan suhu juga dapat menyebabkan proses
denaturasi yang menyebabkan sisi aktif enzim terganggu dan mengurangi
kecepatan reaksi, waktu reaksi dapat menentukan efektivitas kerja enzim karena
semakin lama waktu reaksi maka kerja enzim juga akan semakin optimum, dan
produk akhir dapat menurunkan produktivitas kerja enzim. Apabila faktor tersebut
berada pada kondisi yang optimum, maka kerja enzim akan maksimal (Irawati
2016).
Tujuan
Enzim Amilase
Enzim merupakan protein yang terdiri atas serangkaian asam amino dalam
komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Di dalam sel, enzim
memegang peranan dalam berbagai reaksi biokimia seperti konversi energi,
metabolisme pertahanan sel dan komunikasi antar sel. Salah satu enzim yang saat
ini sangat besar penggunaannya dalam industri makanan dan minuman Indonesia
adalah α-amilase. Amilase adalah enzim hidrolase glikosida yang mengkatalisis
pemecahan pati menjadi gula. Amilase merupakan salah satu enzim yang paling
penting dalam bioteknologi saat ini (Wahjuni et al 2017).
Alfa Amilase
Beta Amilase
Saliva Buatan
Saliva merupakan cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air dan berbagai
elektrolit yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba,
glikoprotein mukosa, albumin, dan polipeptida. Saliva buatan memiliki fungsi
sebagai penyangga fosfat. Adanya air liur yang mengandung larutan penyangga
fosfat yang dapat menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa
makanan. Air ludah dapat mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8 (Sahri
2010). Penggunaan saliva buatan atau larutan McDougall digunakan untuk
mempertahankan pH selama proses fermentasi berlangsung.
Larutan I2 dalam KI
Iodine (I2) atau biasa disebut dengan yodium atau iodium. Iodine adalah senyawa
kimia yang berbentuk kristal dan berwarna abu–abu metalik. Kristal iodine dapat
berubah dari padat ke gas. Sebagai gas, iodine adalah uap berwarna ungu.
Iodine mudah larut dalam kloroform, karbon tetra klorida, karbon disulfida.
Iodine sukar larut dalam air sehingga dalam pembuatan larutan iodine perlu
penambahan zat pembantu yaitu kalium iodida (KI).
Larutan Amilosa
Amilosa adalah komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut
dalam air. Umumnya komposisi amilosa sebagai penyusun pati adalah 15 – 30%.
Amilosa terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan (1,4) D-
glukosa. Struktur amilosa yang tidak bercabang menyebabkan amilosa memiliki
sifat kristalin. Sifat kristalin pada amilosa menyebabkan molekul pati menjadi
rapuh bila digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik, sehingga perlu
dilakukan pemisahan antara amilosa dan amilopektin untuk mendapatkan plastik
dengan hasil yang lebih baik. Amilosa yang telah terpisah dari amilopektin dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan film. Film yang dibuat dari amilosa
murni memiliki sifat mekanik yang lebih baik dibandingkan dengan film yang
dibuat dari pati dan amilopektin murni (Boediono 2012).
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, waterbath,
spoit, stopwatch, termometer, dan kulkas. Bahan yang digunakan yaitu saliva Mc
Dougall, saliva sapi, amilosa 1%, I2 dalam KI.
Metode
Perlakuan Waktu
Menyiapkan 5 buah tabung reaksi lalu masukan masing-masing 3 ml
larutan amilosa. Teteskan 2-3 tetes air liur sapi atau manusia, stopwatch mulai
dihidupkan. Amati setiap 5 menit. Identifikasi adanya amilosa sesuai dengan
waktu yang ditetapkan dengan meneteskan larutan I2 dalam KI sebanyak 1-2 tetes.
Penilaian kecepatan terlihat dari intensitas warna yang dihasilkan yaitu biru
sampai violet. Lakukan prosedur 1-5 untuk saliva buatan (Mc Dougall).
Perlakuan Suhu
Menyiapkan 4 buah tabung reaksi lalu masukkan 3 ml larutan amilosa 1%.
Tambahkan 2-3 tetes air liur sapi atau manusia beri label 0℃, 30℃, 50℃, dan
70℃. Tabung pada temperatur 0℃ disimpan di dalam kulkas dan tabung pada
temperatur 30℃, 50℃ dan 70℃ disimpan ke waterbath selama 15 menit. Angkat
tabung reaksi kemudian biarkan menjadi dingin kembali atau mencapai suhu
ruangan. Setelah itu, tetesi dengan larutan I2 dalam KI, lakukan pengamatan
apabila terbentuk warna biru atau violet berarti masih terdapat amilosa. Lakukan
prosedur 1-2 untuk saliva buatan (Mc Dougall).
Hasil
Keterangan :
+ : Biru agak bening
++ : Biru muda
+++ : Biru tua
++++ : Biru pekat
Pembahasan
SIMPULAN
Ainezzahra, Multri HD, Kiyat WE, Nacing N, Dari DW. 2019. Review:
pemanfaatan enzim alpha-amilase pada modifikasi pati singkong sebagai
substitusi gelatin produk marsmallow. Jurnal Agroindustri Halal. 5(2): 222-
223.
Ariandi. 2016. Pengenalan enzim amilase (alpha-amylase) dan reaksi
enzimatisnya menghidrolisis amilosa pati menjadi glukosa. Jurnal Dinamika.
7(1): 74-75.
Bahri S, Mirzan M, Hasan M. 2012. Karakterisasi enzim amilase dari kecambah
biji jagung ketan (Zea mays ceratina L.). Jurnal Natural Science. 1(1): 133.
Boediono MPADR. 2012. Pemisahan dan pencirian amilosa dan amilopektin dari
pati jagung dan pati kentang pada berbagai suhu[skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Budiansyah A, Resmi, Wiryawan KG, Soehartono MT, Widyastuti Y, Ramli N.
2010. Isolasi dan karakterisasi enzim karbohidrase cairan rumen sapi asal
rumah potong hewan. Media Peternakan. 33(1): 39-40.
Irawati R. 2016. Karakterisasi pH, suhu dan konsentrasi substrat pada enz im
selulase kasar yang diproduksi oleh Bacillus circulans[skripsi]. Malang (ID):
Universitas Islam Negeri.
Iswendi. 2010. Penentuan aktivitas amilase dari umbi bengkuang (Pachyrrizus
arosus L.Urb) hasil ekstraksi dengan etanol dan ammonium sulfat. Jurnal
Sainstek. 11(2): 95.
Jaka K. 2012. Isolasi dan uji aktivitas enzim amilase dari bakteri termofilik pada
sumber air panas desa pincara kecamatan Masamba kabupaten Luwu
Utara[skripsi]. Makassar (ID): UIN Alauddin Makassar.
Jayanti RT. 2011. Pengaruh pH, suhu hidrolisis enzim α-amilase dan konsentrasi
ragi roti untuk produksi etanol menggunakan pati bekatul[skripsi]. Surakarta
(ID): Universitas Sebelas Maret.
Nangin D, Sutrisno A. 2015. Enzim amilase pemecah pati mentah dari mikroba:
kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3): 1033-1036.
Ningrum SM, Yuanita L. 2012. Aktivitas enzim amilase Rattus norveicus pada
diet tinggi serat pangan : variasi pH dan lama perebusan. UNESA Journal of
Chemistry. 1(1): 101.
Ningsih DR, Rastuti U, Kamaludin R. 2012. Karakterisasi enzim amilase dari
bakteri bacillus amyloliquefaciens. Prosiding Seminar Nasional; 2012;
Purwakerto, Indonesia. Purwakerto (ID): Universitas Jenderal Soedirman.
Romadona DN. 2012. Hidrolisis pati palma menggunakan α-amilase[skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sahri DM. 2010. Belajar Kimia. Klaten (ID) : Sankal Putung Press.
Soeka YS, Rahmansyah M, Sulistiani. 2015. Optimasi enzim α-amilase dari
Bacillus amyloliquefaciens O1 yang diinduksi substrat dedak padi dan
karboksimetilselulosa. Jurnal Biologi Indonesia. 11(2): 259-260.
Wahjuni S, Suarya P, Saputra IMA. 2017. Isolasi enzim amilase dari kecambah
biji jagung lokal seraya (Zea mays L.) untuk hidrolisis pati. Jurnal Kimia.
11(2): 122-123.
LAMPIRAN