Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA, PENDIDIKAN PENDAHULUAN BELA NEGARA,

GOOD GOVERNANCE DALAM OTONOMI DAERAH

KELOMPOK 4 :
1.ANDI AINUN PUTRI KARIM

2.ANDI ASMAUL HUSNA

3.NUR LATIFAH KHOLISA

4.MARINA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
TAHUN AJARAN
2020/2021
HAK ASASI MANUSIA

A.SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DIDUNIA

Setelah dunia mengalami dua proses peperangan uang melibatkan hampir seluruh
kawasan dunia,dimana hak-hak asasi manusia telah diinjak-injak,timbul keinginan untuk
merumuskan hak-hak asasi manusia itu didalam naskah Interasional.Usaha ini baru dimulai
tahun 1948 dengan diterimanya Universal Declaration of Human Rights yaitu tentang
pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia oleh negara-negara yang tergabung dalam
PBB.Lahirnya deklarasi HAM Universal merupakan reaksi atas kejahatan keji kemanusiaan yang
dilakukan oleh kaum sosialis nasional dijerman selama tahun 1933 sampai dengan tahun 1945.

Deklarasi HAM yang dicetuskan diperserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 10


Desember 1948,tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat manusia
setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang dilakukan negara-
negara Fasis dan Nasi Jerman dalam Perang Dunia II.

Bagi negara-negara anggota PBB Dekalarasi itu sifatnya mengikat.Dengan demikian


setiap pelangaran atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia disuatu negara PBB bukan
semata-mata menjadi masalah internal rakyat dari negara yang bersangkutan,melainkan juga
merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan negara-negara anggota PBB lainnya.

Sejarah perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting didunia

Barat,yaitu Magna Charta (1215),Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Perancis (1789).

B.SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

1.Pada masa prakemerdekaan


Pemikiran modern HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19.Orang Indonesia
pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng
Kartini.Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum
proklamasi kemerdekaan.

2.Pada masa kemerdekaan


A.Pada masa orde lama,Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang
dalam sidang BPUPKI.Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam UUD
1945.Dalam sidang itu adalah Mohammad Hatta dan Mohammad Sukiman.Tetapi,upaya
mereka kurang berhasil,hanya sidikit nilai-nilai HAM yang diatur dala UUD 1945.Sementara
itu,secara menyeluruh HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.

B.Pada masa orde baru,Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai
puncaknya.Ini terjadi terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal (barat) yang
bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila.Karena itu,HAM hanya diakui secara sangat
minimal.Komisi Hak Asasi Manusia tahun 1993.Namun,komisi tersebut tidak dapat berfungsi
dengan baik karena kondisi politik.Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi,bahkan disinyalir
pula berbagai pelanggaran HAM berat.Hal itu akhirnya mendorong munculnya gerakan
reformasi untuk mengakhii kekuasaan orde baru.

C.Pada mada reformasi,Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah


menjadi tekad dan komitmen yang kuat dari segenap komponen bangsa terutama pada era
reformasi sekarang ini.Kemajuan itu ditandai dengan membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya
berbagai dokumen HAM yang lebih baik.Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen,Tap
MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia,dan UU No.26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.Pada tahun
2005,pemerintahan meratifikasi dua instrumen yang sangat penting dalam penegakan
HAM,yaitu Konvenan Internasional tentang hak-hak ekonomi,Sosial dan Budaya (ICF.SCR)
menjad Undang-Undang No.11 tahun 2005,dan Konvenan Internasional tentang hak-hak Sipil
dan Politik (ICCPR) menjadi Undang-undang No.12 tahun 2005.

Namun secara garis besar perkembangan pemikiran HAM di Indonesia dapat dibagi
kedalam dua periode,yaitu : Sebelum Kemerdekaan (1908-1945) dan Sesudah
Kemerdekaan.Hak-hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi enam macam,sebagai berikut.

1.Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)


2.Hak Asasi Politik (Political Rights)
3.Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)
4.Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
5.Hak Asasi Peradilan (Prodecural Rights)
6.Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)
C.PENGERTIAN DASAR HAK ASASI MANUSIA

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang
seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.Hak asasi manusia merupakan
sebuah bentuk anugrah yang diturunkan oleh Tuhan sebagai suatu karunia yang paling
mendasar dalam hidup manusia yang paling berharga.Hak-hak ini berisi tentang kesamaan atau
keselarasan tanpa membedakan suku , golongan , keturunan,jabatan,agama dan lain
sebagainya antara setiap umat manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan
Tuhan.

Hak Asasi Manusia merupakan terjemahan dari “Human Rights” (hak manusia) dan
dalam bahasa Belanda disebut sebagai mensen rechten.Secara definitif hak merupakan unsur
normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,melindungi kebebasan,kekebalan serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.Sementara
kata asasi diambil dari istilah leges fundamentalis (hukum dasar) dimana dalam bahasa Belanda
disebut dengan gron rechten,bahasa Jerman disebut dengan grundrechtc,dalam bahasa Inggris
disebut dengan basic right.

Hak Asasi Manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimilki setiap
pribadi manusia sebagai anugrah Tuhan yang dibawa sejak lahir.Ini berarti bahwa sebagai
anugrah dari Tuhan kepada makhluknya,hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi
manusia itu sendiri.

D.CIRI dan TUJUAN HAK ASASI MANUSIA

Ciri pokok hakikat HAM,yaitu sebagai berikut :

a. HAM tidak perlu diberikan,dibeli ataupun diwarisi.HAM merupakan bagian dari manusia
secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin , ras , agama , etuis ,
pandangan politik , atau asal usul sosial dan bangsanya.
c. HAM tidak dapat dilanggar.Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan
membatasi orang lain.
Tujuan Hak Asasi Manusia :

a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan.
b. HAM mengajarkan saling menghargai antar manusia.
c. HAM mendorong tindakan yang dilandai kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin
bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.

E.PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

Hak asasi manusia bersifat universal,yang artinya berlaku dimana saja, untuk siapa saja,
dan tidak dapat diambil siapapun.Hak-hak tersebut dibutuhkan individu melindungi diri dan
martabat kemanusiaan, juga sebagai landasan moral dalam bergaul dengan sesama
manusia.Meskipun demikian,bukan berarti manusia dengan hak-haknya dapat berbuat sesuka
hatinya maupun seenak-enaknya.
Menurut UU No.26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak
Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini,dan tidak
didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar,berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerinah
dnegan masyarakat dan antar warga masyarakat.Namun yang sering terjadi adalah antara
aparat pemerintah dengan masyarakat.Hal itu tentu saja tidak lepas dari kemauan dan itikad
baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai pemegang kekuasaan sekaligus pegendali
keadilan bagi bangsa ini.

A.Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat,meliputi :

1. Pembunuhan massal (genosida : setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud


menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa).
2.Pembunuhan sewenang-wenang atau diluar putusan pengadilan.
3.Penyiksaan.
4.Penghilangan orang secara paksa.
5.Perbudakan atau diskriminasi.
B.Kasus pelanggaran HAM yang bersifat biasa,meliputi :

1. Pemukulan.
2.Penganiayaan.
3.Pencemaran nama baik.
4.Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya.
5.Menghilangkan nyawa orang lain.

Peradilan HAM mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan persidangan


terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan.
Pengendalian HAM merupakan pengadilan khusus yang berada dilingkungan Pengadilan
Umum.Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Pengadilan HAM berwewenang juga memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berada dan dilakukan diluar batas territorial wilayah
Negara Republik Indonesia oleh Warga Negara Indonesia (WNI).

GOOD GOVERNANCE DALAM OTONOMI DAERAH

Kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka menjawab dan memenuhi
tuntutan reformasi akan demokratisasi hubungan pusat dan daerah serta upaya pemberdayaan
daerah. Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dipahami sebagai
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan di sini bahwa inti dari Otonomi
Daerah adalah demokratisasi dan pemberdayaan. Demokratisasi yang ingin dimunculkan adalah
dalam upaya mewujudkan good governance.

Upaya perwujudan good governance, sebagaimana diketahui bahwa dalam rangka


demokratisasi dan pembatasan kekuasaan, dikenal adanya prinsip pemisahan kekuasaan, baik
secara horizontal maupun vertical. Di dalam hal kaitannya dengan otonomi daerah yaitu
dengan adanya kesetaraan hubungan pusat dan daerah. Walaupun pemerintah pusat memiliki
kewenangan lebih dari berbagai urusan, tetapi pemerintah daerah juga mempunyai hak untuk
mengurus dan mengatur kepentingan daerahnya sendiri.
Asas-asas tersebut guna mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN. Good
governance diharapkan tampil dengan susunan organisasi pemerintahan yang sederhana,
agenda kebijakan yang tepat, pembagian tugas kelembagaan yang jelas, kewenangan yang
seimbang, personel yang profesional, prosedur pelayanan publik yang efisien, kelembagaan
pengawasan yang mantap dan sistem pertanggungjawaban yang tegas. Terhadap reformasi
birokrasi yang terjadi di Indonesia, menyebabkan kewenangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah menjadi semakin jelas.

Pengertian Good Governance dan Otonomi Daerah

 Good Governance
Good governance sering diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik atau disebut juga
dengan istilah civil society. Good governance bisa juga didefinisikan sebagai suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan, pemberdayaan, dan pelayanan yang sejalan
dengan demokrasi (pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat).

Tuntutan untuk mewujudkan good governance sudah menjadi salah satu isu penting di
Indonesia sejak terjadinya krisis finansial yang terjadi pada tahun 1997 s.d. 1998. Krisis tersebut
kemudian meluas menjadi krisis multidimensi dan telah mendorong arus balik yang menuntut
reformasi dalam penyelenggaraan negara termasuk pemerintahannya. Salah satu penyebab
terjadinya krisis multidimensi tersebut adalah karena buruknya/salahnya manajemen dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan (poor governance) yang diindikasikan oleh beberapa
masalah, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Dimensi kekuasaan oleh satu pihak terhadap pihak lainnya, sehingga pengawasan
menjadi sulit dilakukan.
 Terjadinya tindakan KKN; dan
 Rendahnya kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada publik atau masyarakat
di berbagai bidang.
Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Otonomi Daerah

Pengertian “otonom” secara bahasa adalah “berdiri sendiri” atau “dengan pemerintahan
sendiri”. Sedangkan “daerah” adalah suatu “wilayah” atau “lingkungan pemerintah”. Dengan
demikian pengertian secara istilah “otonomi daerah” adalah “wewenang/kekuasaan pada suatu
wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat
itu sendiri.” Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu
wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat
itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk
pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah
lingkungannya.

 Kaitan Otonomi Daerah dengan Good Governance

Dalam pelaksanaan “otonomi daerah”, salah satu kelemahan yang dihadapi adalah standar
penilaian kinerja pemerintahan, orientasi teoretis paradigmatis mengarah pada birokrasi klasik
yang mengutamakan cara (means) daripada tujuan (ends). Pada saat ini tuntutan akan
terselenggaranya good governance semakin mendesak untuk diakomodasikan dalam standar
penilaian kinerja pemerintahan. Dalam rangka otonomi daerah nilai good governance dapat
diketahui sebagai kunci utama karena nilai-nilai terkandung dalam menekankan.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kuantitas dan kualitas


pelayanan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan daya saing daerah.
Proses ini membutuhkan penerapan prinsip-prinsip good governance yang menyeluruh dan
terpadu. Adapun prinsipprinsip good governance adalah:

 Partisipasi, yaitu setiap warga memiliki hak untuk menyampaikan pendapat atau
aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Contohnya praktik Pemilu,
Musrenbang, dan lain sebagainya.
 Penegakan Hukum, yaitu pejabat dan aparat di bawahnya mampu menegakkan hukum
secara adil bagi semua pihak tanpa pengecualian dengan menjunjung tinggi HAM dan
nilai-nilai Pancasila.
 Transparansi, yaitu menyediakan informasi dan menjamin kemudahan dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai sehingga tercipta kepercayaan timbal
balik antara pemerintah dan masyarakat.
 Kesetaraan, yaitu semua masyarakat memiliki peluang yang sama untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kehidupan yang layak.
 Daya Tanggap, yaitu pejabat dan aparat di bawahnya memiliki kepekaan terhadap
aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
 Wawasan ke Depan, yaitu membangun daerah berdasarkan visi dan strategi yang jelas
sehingga tercipta kemajuan daerahnya.
 Akuntabilitas, yaitu penyelenggara pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.
 Pengawasan, yaitu melibatkan pihak swasta dan masyarakat umum dalam
meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggara pemerintahan dan
pembangunan.
 Efisiensi dan Efektivitas, yaitu pejabat dan aparat di bawahnya memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal
dan bertanggung jawab.
 Profesionalisme, yaitu kemampuan dan moral para pejabat dan aparat di bawahnya
dalam memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dan biaya yang terjangkau.
 Hubungan antara good governance dengan otonomi daerah

Meskipun dalam pencapaian good governance rakyat sangat berperan, dalam pembentukan
peraturan rakyat mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi, namun peran negara sebagai
organisasi yang bertujuan mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas. Untuk menghindari
kesenjangan didalam masyarakat pemerinah mempunyai peran yang sangat penting. Kebijakan
publik banyak dibuat dengan menafikan faktor rakyat yang menjadi dasar absahnya sebuah
negara. UU No. 32 tahun 2004 yang memberikan hak otonami kepada daerah juga menjadi
salah satu bentuk bahwa rakyat diberi kewenangan untuk mengatur dan menentukan arah
perkembangan daerahnya sendiri. Dengan demikian, jelas bahwa Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 dipersiapkan untuk menjadi instrumen yang diharapkan dapat menjadi ujung
tombak pelaksanaan konsep good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan di
indonesia.

 Good Governance dalam Otonomi Daerah

Pemberlakuan sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam otonomi sudah sangat


lama, yaitu sejak tahun 2001 (menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah) dan pada tahun 2004 (menggunakan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
sebagai revisi Undang-undang sebelumnya) sampai sekarang. Dalam dua Undang-undang
tentang Pemerintah Daerah tersebut telah diberlakukan sistem desentralisasi sebagai
konsekuensi terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lalu yaitu sistem
kebijakan sentralistik. Dengan adanya perubahan sistem kebijakan ini, pemerintah daerah
mempunyai kewenangan besar untuk merencanakan, merumuskan, dan melaksanakan
kebijakan dan program pembangunan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dalam
perwujudan otonomi darah tersebut harus dibarenagi dengan sistem pemerintahan yang baik
dan bersih dari KKN. Maka terhadap pergeseran kekuasaan tersebut aspirasi rakyat dan
kebutuhan rakyat di daerah dapat terealisasikan sesuai dengan amant Undang-Undang.

Good governance menjadi tolak ukur dalam penyelenggaraan pemerintahan.


Terselenggaranya good governance menjadi syarat mutlak dalam mewujudkan aspirasi
masyarakat untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa. Tujuan dan cita-cita tersebut
setidaknya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dari good governance sebagai
implementasi dari kebijakan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai