Anda di halaman 1dari 9

(Pada zaman dahulu kala, tersebutlah sebuah kerajaan yang damai aman dan sejahtera dibawah

kepemimpinan raja yang bijaksana. Raja tersebut akan melakukan perjalanan ke negara tetangga.)

Raja                             : Prajurit, tolong siapkan iring-iringan kecil beserta perlengkapan dan buah tangan
untuk perjalanan ke Negara tetangga

Ratu                            : tapi kakanda, jika kakanda tidak ada di tempat, lalu siapa yang akan memegang
tampuk kepemimpinan negeri ini selama kakanda pergi?

Raja                             : (tertawa kecil) Dinda, dinda… Tentu saja orang itu adalah kau. Kau adalah
permaisuri yang menggantikan diriku memipin kerajaan ini kala aku tidak ada.

Ratu                            : Tapi kakanda, dinda tidaklah terlalu piawai dalam mengambil keputusan.

 Selir                            : Benar, kakanda. Seorang wanita tidaklah sepandai para ksatria dalam mengurusi
urusan kenegaraan. Apalagi negeri yang besar seperti kerajaan kita ini.

Kadita                         : (membungkuk memberi salam) salam saya, ayahanda.

Raja                             : baiklah putriku, katakana pada ayah ada apa gerangan hingga kau mampir ke
balairung ini untuk menemui ayah.

Kadita                         : (malu-malu) jadi begini ayah, saya tadi mendengar bahwa ayahanda akan
mengunjungi negeri seberang ketika purnama, jadi…. (malu-malu)

Raja                             : Jadi? (menunggu lanjutan kadita)


 Kadita                        : emm… (ragu-ragu) Ayahanda, maafkan jika saya lancang, tapi saya hanya bertanya-
tanya apakah saya boleh ikut menemani ayahanda dalam pertemuan itu?

Selir                             : Putri kadita, bukannya saya bermaksud lancang… tapi Kunjungan ini bukanlah hal
yang main-main. Sebaiknya kau mengurungkan niat untuk ikut serta.

Raja                             : (bangun dari kursi menghampiri kadita, merangkulnya lalu berjalan ke sudut
bersama kadita) Kadita putriku sayang. Kau belum perlu ikut dalam kunjungan diplomasi itu. Kau hanya
akan membuang waktumu disana

Kadita                         : Tapi ayah, saya sangat ingin menjaga dan melindungi ayah disana

Raja                             : tenang saja kadita, ayah akan pergi bersama patih. Kami akan baik-baik saja. Dan
lagipula kau masih banyak waktu untuk mempelajari ilmu diplomasi. Putriku yang cantik, janganlah
bersedih dahulu. Sebagai gantinya… selama ayah pergi, kau yang harus bertanggung jawab pada negeri
ini karena tampuk kepemimpinan negeri ini akan ayah serahkan padamu.

Kadita                         : Daulat raja, saya akan menjaga negeri ini sebaik-baiknya

Raja                             : terimakasih putriku,

(Kadita langsung pergi)

Selir :‘Tapi Baginda, bukankah Putri Kadita masih terlalu muda untuk memegang tahta kerajaan?’

Raja : ‘Ya memang, tetapi anggap saja Putri Kadita sekalian mempelajarinya untuk kelak ia
menjabat sebagai ratu’
Selir : ‘Tapi apakah saat ini ia akan disetujui oleh para bangsawan untuk memegang tahta ini
walaupun hanya untuk sementara?’

Raja :‘Ya pasti akan disetujui, apalagi putri Kadita adalah seorang putri mahkota walaupun
sepertinya akan penuh pertimbangan’

Selir : ‘Apakah putri kita tidak dapat menggantikanmu untuk sementara? Putri kita sudah cukup
umur untuk memegang tahta ini walaupun hanya untuk sementara’

Raja : ‘Putri kita? (Tertawa) Ya, memang. Tetapi Putri Kadita akan menjadi ratu negeri ini, jadi
kanda pikir putri kadita akan melakukannya dengan baik meskipun putri kadita masih terlalu muda’

Selir :‘Tapi putri kita mungkin saja akan lebih baik dalam menjalankan tugas ini’

Raja : ‘Tetap saja, putri kadita adalah putri permaisuri. Dan aku sangat menyayangi Kadita.’

(Raja pergi meninggalkan selir)

Selir                             : anakku cepatlah kemari!

Putri selir                    : Ada apa ibu memanggil saya kemari?

Selir                             : aku sedang dilanda masalah. Baginda raja tidak berkenan mendaulatkan mu
sebagai putri mahkota kerajaan ini. Dia malah lebih memilih kadita yang merupakan seorang anak
permaisuri ketimbang kamu yang wadon! Padahal kalian sama sama anaknya. Jika ada satu saja
malapetaka yang dapat menghentikan keputusan raja. haaah mengobrol saja tidak dapat menjadikan
mu sebagai penerus tahta.
Putri selir                    : (berpikir sejenak) aha! Ngomong-ngomong soal malapetaka… mengapa tidak kita
ciptakan saja malapetaka untuk mereka, Bu?

Selir                             : maksudmu?

Putri selir                    : aduh ibu ini lugu sekali… ya santet lah, santet… itu loo malapetaka dari dukun
yang menggunakan ilmu hitam.

Selir                             : Santet?! Haduh gustiii, mengerikan sekali ide itu, nak! Nanti jika tidak berhasil dan
ketahuan raja bagaimana? Lagipula kanda raja kan kebal oleh sihir!

Putri selir                    : Maksud ku , yang dikenai santet itu adalah permaisuri dan kadita. Kan dengan
begitu, raja tidak mungkin mengangkatnya menjadi penerus.

Selir                             : wah hebat juga tuh idemu. (diam sejenak) tapi, apa rencana ini pasti berhasil?

Putri selir                   : pasti berhasil. Asalkan kita memakai jasa dukun yang hebat! Jangan sekedar dukun
begituu.

Selir                             : aduh, aku mana kenal dukun sakti di negeri ini.

Putri selir                      : untuk yang satu itu, ibu tidak usah khawatir. Aku kenal baik dengan seorang
dukun paling sakti mandraguna di negeri ini. Saking saktinya, dia sampai terkenal di seluruh pulau jawa.

(Maka berangkatlah Dayang Manika menuju kediaman seorang dukun yang menurut kabar merupakan
duku paling sakti di negeri itu)

Dukun   : Iya. silakan duduk. Apa gerangan yang membuat perempuan sepertimu  mendatangiku? Apa
kau ingin memasang susuk konde?
Putri selir : Kau adalah dukun yang terhebat di negeri ini, tidakkah seharusnya kau mengetahui tujuan
kedatanganku?

Dukun   : aku ini hanya seorang dukun, bukan tuhan yang maha mengetahui. Jadi ceritakanlah maksud
kedatanganmu kesini.

Putri selir : jadi begini … aku ingin mencari sebuah santet yang dapat membuat orang menjadi buruk
rupa.

Dukun   : untuk apa gerangan santet ini?

Putri selir : yaaa ada lah untuk kepentingan pribadiku, kau tidak perlu tahu terlalu banyak. Jadi
bagaimana, sanggupkah kau melakukannya?

Dukun   : aku tidak dapat menyantet orang yang tidak kuketahui. Salah-salah nanti santetnya meleset!

Putri selir : haaaah kau ini, mempersulitku saja! Tapi kumohon kau tutup mulut ya! (bisik2 agak lama
sama dukun)

Dukun   : ooh rupanya titah dewi mutiara? Selir paduka raja yang dipungutnya di pasar itu ya?
Hahahahaa

Putri selir : jadi bagaimana? Sanggup kan?

Dukun   : Asalkan upah yang kau berikan sesuai, termasuk untuk menyumpal mulutku yang sering
kebablasan ini hahaha…
Putri selir : Sudahlah jangan kau permasalahkan itu! Akan ku berikan uang untukmu sangat banyak.
Dengan begitu, persiapkan rencana ini dengan baik dan jangan sampai gagal !

Dukun   : percayakan semuanya padaku

Selir : silahkan ki, laksanakan ritualnya

Dukun : hehehe matur nuwun, matur nuwun dewi, pelancarnya banyaak sekali.

Selir : ah ki dukun. Santai sajalah. Jadi tolonglah cepat laksanakan ritual ini

Dukun : ahhhh rupanya dewi sangat bersemangat ya. Baiklah baiklah kita mulai saja ritualnya.

(Keesokan harinya di Istana terjadi kegentingan dari berita yang dibawa oleh Selir kehadapan Sang Raja)

Selir       : “Kakanda….gawat Kakanda, Putri Kadita dan Ratu, mereka…..mereka……” (terengah-engah)

Raja       : “Ada apa Dinda Mutiara ? Apa yang terjadi pada mereka ?”

Selir       : “Dinda juga tidak tahu apa yang terjadi pada mereka Kakanda. Seluruh wajah dan tubuh
mereka dipenuhi oleh luka-luka yang mengeluarkan nanah dan berbau tidak sedap.”

Raja       : “Apa ? Mengapa hal itu bias terjadi ? Putri Kadita akan segera diangkat sebagai Putri Mahkota
besok dan ia tidak mungkin naik tahta dalam keadaan seperti ini.”

Selir       : “Dinda rasa penyakit yang diderita Ratu dan Putri Kadita sangatlah berbahaya dan bias
menular kepada anggota keluarga kerajaan lainnya. Tidak ada cara lain, selain mengasingkan mereka.”
Raja       : “Tapi aku tidak akan sanggup melakukan itu, Dinda. Mereka adalah Permaisuri dan Putriku.”

Selir     : " Lebih baik mereka diasingkan sementara waktu hingga sembuh dari penyakitnya. Dan untuk
masalah tahta, bagaimana jika Kakanda naikan saja tahta putra kita sebagai Putra Mahkota hingga
saatnya nanti Kadita sembuh.”

Raja       : (merenung sejenak) “Jika ini demi kebaikan semua orang, baiklah. Namun sebelumnya aku
ingin berbicara dengan Permaisuri dan Putriku. Tolong panggilkan mereka.”

Selir     : “Baik, Yang Mulia.”

Ratu & Kadita : (berbicara bersamaan) “Kakanda….Ayah…..tolong kami, kami tidak tahu apa yang
terjadi…..kami tidak ingin seperti ini….tolong kami Kakanda……Ayah…..”

Raja       : “Aku telah mendengar semuanya, Dinda, Kadita. Dan aku telah merundingkannya bersama
Patih dan Selir. Hal ini sangat berat bagiku, tapi aku harus memberi tahu kalian, bahwa untuk sementara
waktu kalian terpaksa diasingkan.”

Kadita   : “Ayah ?” (tidak percaya)

Ratu      : “Kakanda, apakah ini demi kebaikan banyak orang ? Karena jika demikian, Dinda dan Kadita
akan melakukannya.”

Kadita   : “Ibu ? (tidak percaya) Ini tidak bias dilakukan Ibu. (menoleh raja) Ayah, mengapa Ayah tega
melakukan hal ini ?” (mulai menangis)

Ratu      : “Sudahlah nak, tidak ada yang bias kita ubah lagi.”
Raja       : “Maafkan Ayah, Kadita. Maafkan Kakanda, Dinda. Prajurit ku akan menemani kalian selama
pengasingan. Prajurit, temani dan lindungi mereka.”

(Ratu pergi dengan pasrah, Kadita pergi dengan pandangan terluka)

Ratu    : “Besok akan diselenggarakan upacara pengangkatan Putri dari Selir Mutiara sebagai Putri
Mahkota. Sebelum kau sembuh, Ialah yang akan memegang tahta.”

Kadita   : “Apa ? Ini tidak boleh terjadi. Ini tidak adil.”

Ratu      : “Kadita……Kadita……Uhuk…..Uhuk……”

Kadita   : “Ibu, bertahanlah Bu. Ibu tidak boleh menyerah.”

Ratu      : “ ibu rasa sekarang ibu sudah tidak kuat lagi. Ibu hanya ingin berpesan padamu Anakku, jadilah
Putri yang baik, jangan pernah kau pendam dendammu kepada siapa pun itu. Ibu menyanyangimu
Kadita….” (meninggal)

Kadita   : “Ibu……..!!!! (terdiam sejenak) Prajurit, kebumikanlah jasad Ibuku. Tak usah kau risaukan diriku.
Aku akan mencari jalanku sendiri.”

(Selama berhari-hari ia berjalan tanpa arah hingga akhirnya tiba di pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang
memiliki banyak batu karang dan ombak besar. Di salah satu batu karang itu dia kemudian beristirahat
hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Putri Kandita mendengar sebuah suara gaib yang
menyuruhnya menceburkan diri ke laut agar penyakitnya sembuh dan sehat seperti sediakala.)

Kadita                         : siapa disana?


Setelah melihat sekeliling, sejauh mata memandang yang ada hanyalah hamparan pasir putih beserta
ombak bergulung-gulung di sekitarnya. Oleh karena itu, yakinlah Putri Kandita bahwa suara gaib tadi
merupakan sebuah wangsit yang harus dia laksanakan demi kesembuhan dirinya.

Kadita                         : sepertinya aku harus melakukan apa yang suara tadi katakan.

Anda mungkin juga menyukai