Anda di halaman 1dari 20

NAMA:YOHANES GERYLDO SUKANTO

MAPEL:AGAMA KAHTOLIK
PRODI: AGRONOMI

1. AGAMA
Pengertian Agama
Memang, upaya mendefinisikan agama itu
sesuatu yang selalu problematis. Alasannya adalah
bahwa fenomen agama itu sendiri adalah sesuatu
yang sangat kompleks dan meliputi berbagai
kontur hidup manusia. Padahal, proses
mendefinisikan selalu berarti membatasi.
Sekalipun demikian, berikut adalah beberapa
model definisi yang kiranya bisa membantu kita
untuk memahami apa itu agama.

 Arti Etimologis dan Leksikal Agama


Kata agama berasal dari kata bahasa Sanskerta
a-gam-a,. menurut Kitab Samdarigama, a adalah
awalan yang berarti tidak, gama berarti pergi atau
berjalan. a sebagai akhiran menunjuk pada sifat.
Jadi secara etimologis, agama berarti keadaan
tidak pergi, tetap dan kekal. Agama lalu diartikan
sebagai pedoma menuju kekekalan. Menurut

1
Kitab Sunarigama, a berarti hampa atau kosong.
Ga brarti tempat, dan ma berarti terang, matahari.
Artinya pengajaran yang menguraikan tata cara
yang semuanya penuh misteri karena Tuhan
dianggap bersifat rahasia.
Dalam bahasa Gereja di Barat, agama dinamai
religio (Latin), Religione (Italia), Religion (Jerman
dan Inggris) dan goddienst (Belanda). Bahasa
Agama selalu dimengerti dalam kaitannya dengan
keterarahan manusia kepada Allah.
Ensiklopedi Indonesia memberikan enam
buah pengertian dari kata agama:
1. Hubungan manusia dengan kekuasaan di
luar dirinya dan di luar pengalamannya.
2. Kelempok kepercayaan yang berdasar
pada wahyu Tuhan.
3. Kebiasaan-kebiasaan, tradisi berdasarkan
ajaran Kitab Suci;
4. Kepecayaan dan kesadaran manusia akan
adanya Tuhan yang Maha Esa.
5. Hukum dan juga jalan;
6. Menurut Islam: agama adalah apa yang
disyariatkan Allah dengan perantaraan
nabi-nabinya.

2
 Definisi Substantif dan Fungsional Agama
Ada dua model definisi agama yang bisa
digunakan untuk memahami makna agama, yakni
definisi substantif dan definisi fungsional.
a)Definisi Substantif
Tipe definisi ini coba menjawabi pertanyaan
tentang apa itu agama? Dalam upaya menjawab
pertanyaan itu, ia coba memberi definisi tentang
agama berdasarkan muatan, isi atau ciri-ciri
kunci agama. Unsur-unsur ini lalu menjadi
kategori untuk menetapkan entahkah sebuah
fenomen itu betul sebuah fenomen agama atau
tidak. Contoh klasiknya adalah definisi agama
menurut Spiro. Baginya, agama adalah suatu
institusi yang terdiri dari interaksi yang terpolakan
secara kultural – dengan keberadaan yang supra-
human yang secara kultural dipostulatkan.
Dalam definisi di atas, tersirat tiga elemen
kunci dari sebuah fenomen agama: institusi,
interaksi yang terpolakan dan pengakuan
adanya makhluk suprahuman. Bagi Spiro,
istilah institusi itu meliputi berbagai aspek yang
telah melembaga seperti kepercayaan, pola
tindakan atau sistem nilai kolektif. Sedangkan
interaksi yang terpolakan itu terutama menyata

3
dalam pelbagai praktek keagamaan dan dalam
ethos hidup tertentu. Sedangkan makluk supra-
human (yang diimani) itu pada dasarnya
bersifat transenden atau supra-empiris. Ia ada
dalam lingkungan adikodrati atau kosmos ilahi.
Ia diimani sebagai yang punya kuasa (kekuatan
yang lebih besar) atas manusia.

b)Definisi Fungsional
Tipe definisi ini menekankan apa yang
dibuat agama (untuk manusia). karena itu,
agama didefinisikan menurut fungsi sosialnya.
Definisi ini memiliki dua ide kunci yang perlu
dijelaskan.
Pertama, dalam agama ada konsep tentang
suatu tatanan yang umum tentang keberadaan
dan realismenya. Keberadaan tatanan umum itu
atau nomos itu meliputi atau mengatasi
keberadaan segala sesuatu yang lain.
Keberadaan dari nomos ini lebih didasarkan
pada klaim iman. Dengan kata lain, dalam
agama, ia diklaim sebagai seuatu yang riil;
sebuah pancaran faktualitas. Klaim itu dibagun
atau diperteguh oleh praktik-praktik dan ajaran-
ajaran (kepercayaan) agama. Kedua, fungsi

4
utama agama adalah sebagai pemberi makna
yang ultim. Klaim iman atau nomos di atas
dibangun agar manusia bisa memberi makna
terhadap pelbagai pengalaman hidupnya yang
tercecer. Dengan demikian, segala yang nampak
lepas-lepas dan mungkin chaos nampak ada
dalam orde tertentu.

 Kesimpulan
Agama selalu berkaitan dengan seluruh aspek
kehidupan manusia, baik vertikal maupun
horizontal. Dengan berbagai doktrin dan kegiatan
kultusnya agama memberi gambaran tentang
Allah, tentang manusia di depan Allah, dan
tentang dunia ciptaan, serta hubungan ketiganya.
Sedangkan dengan ajaran moralnya agama
memberi petunjuk tentang tingkah laku sebagai
orang beragama dalam menjalin relasi dengan
Tuhan, sesama dan dunia ciptaan sehingga
manusia itu dapat terarah kepada tujuan akhir
hidupnya, yakni Tuhan sendiri. Karena itu setiap
agama pada dasarnya mempunyai tujuan yang
sama, yakni mengarahkan manusia yang
kontingens – berarti hidup manusia di dunia

5
bersifat sementara dan berlalu dalam waktu –
kepada Allah esa yang kudus, transendens,
misterius dan abadi.

 Empat Aspek Agama


Aspek-aspek yang dimaksudkan di sini adalah
pelbagai unsur pembentuk sebuah agama; yang
dengannya kelompok-kelompok agama bisa
mengorganisir diri. Patut dicatat, bahasan tentang
keempat aspek agama ini lebih didasarkan pada
ide Joakim Wachs. Dalam sumber-sumber yang
lain, anda mungkin menemukan unsur-unsur
yang lain; seperti simbol-simbol keagamaaan.
Akan tetapi saya hanya akan lebih mendasarkan
diri pada ide Wach karena di samping
universalitasnya, dalam ide Wachs, unsur-unsur
itu bisa dihubungkan secara logis.

 Pengalaman Keagamaan
a)Hakekat pengalaman keagamaan
Pengalaman keagamaan itu bisa dilihat
sebagai segala bentuk keterlibatan subjektif
dengan yang ilahi atau konfrontasi personal
dengan realitas ultim. Ada tiga hal yang perlu
diingat dari definisi demikian.

6
Pertama, biarpun secara prinsipiil bersifat
personal-subjektif, pengalaman ini juga punya
matra sosialnya. Ada dua alasan untuk itu.
Pertama, ia selalu dikomunikasikan melalui
pelbagai ekspresi agama, knhususnya melalui
ritus dan ajarannya. Dengan itu ada dampak
sosialnya. Kedua, umumnya, settingnya adalah
pelbagai upacara komunal dan simbol
konvensional yang ada dalam tradisi
keagamaan.
nikmat (rasa damai, aman, harmonis dan
gembira) hingga pelbagai pengalaman yang
menakutkan.
Ketiga, pengalaman ini umumnya terwujud
dalam an alternate state of consciousness. Ini
adalah situasi di mana kesadaran seseorang
relatif ‘jauh’ dari lingkungan realitas hariannya.
Orang sepertinya terserap dalam realitas ilahi.
b)Kriteria Pengalaman Religius yang Sejati
1)Ia merupakan respons terhadap suatu
realitas ultim. Itu berarti bahwa dalam
pengalaman itu, seseorang berhadapan
bukan hanyad engan sebuah fenomen yang
(tunggal dan ) terbatas, baik yang material
ataupun yang nonmaterial. Sebaliknya, di

7
situ, ia berhadapan dengan sesuatu yang
mengalasi dan mengkondisikan segala
sesuatu dan yang membangun dunia
pengalaman kita. Karena itu, ia cendrung
bertahan dan sekali dialami orang akan terus
merindukan kelanjutannya.
2)Ia adalah pengalaman seluruh diri
(keberadaan) yang total dan integral.
Artinya, pengalaman itu melibatkan satu
pribadi yang utuh. Ia tidak hanya
melibatkan afeksi, tetapi juga akal budi dan
kehendak.
3)Ia adalah pengalaman manusia yang paling
intens dan eksistensial. Di dalamnya tidak
ada lagi konflik antara pelbagai isnting atau
dorongan-dorongan dasariah. Dengan
demikian, ketaatan religius akan mengatasi
segala loyalitas yang lain.
4) Ia bersifat praktis. Artinya, ia mengandung
imperatif-imperatif moral. Ia selalu punya
‘misi’ khusus. Dengan demikian, ia bukan
sekedar suatu pengalaman estetis yang
intens melainkan juga merupakan
pengalaman moral.

8
 Kepercayaan
Kepercayaan adalah ekspresi kognitif
(intelektual, konseptual) dari pengalaman
keagamaan. Ini ada karena ada pengalaman itu.
Seseorang menangkap atau mengalami suatu
realitas ultim.
Ada dua bentuk formal dari kepercayaan,
yakni mitos dan doktrin. Mitos adalah pelbagai
paradigma tentang pengalaman manusia atau
aspek-aspek hidup, misalnya kelahiran, kelahiran
kembali, asal-usul suku.
Doktrin adalah upaya sistematis untuk
menyatukan dan mengkoordinir pelbagai konsep
yang berkaitan dengan pengalaman keagamaan.
Ia bisa merupakan sistematisasi pelbagai mitos.
Yang pasti perkembangan doktrin mengundang
reaksi dan protes. Karena itu, dia bisa berubah
menjadi semacam pengakuan iman.
Menyangkut isinya, kepercayaan sering
mengandung pelbagai ajaran tentang hakekat dan
atribut dari realitas ultim, yakni keallahan Allah;
hakekat, asal dan tujuan dunia; dan hakekat
manusia. isi kepercayaan ini lalu berkembang
menjadi teologi, kosmologi, antropologi dan
eskatologi.

9
 Ritus atau Upacara Keagamaan
Secara umum, ritus bisa dilihat sebagai pola
tingkahlaku atau tindakan yang sering diulang.
Seperti dalam agama, ia sering dilaksanakan pada
waktu yang pas dan sering ia menggunakan
simbol-simbol. Ritus itu punya dua arti. Pertama,
ia bisa merupakan sebuah terminasi yang aktif
dari transformasi simbolis dari pengalaman
keagamaan. Kedua, ritus merupakan bentuk-
bentuk kegiatan kultis yang khas dan memiliki
matra edukatif, yang melaluinya, kehadiran yang
ilahi diakui. Ritus adalah tindakan-tindakan
simbolis yang menghadirkan atau
mengejawantahkan makna.

 Komunitas Kultis
Komunitas kultis atau religius adalah ekspresi
sosiologis dari kepercayaan dan pengalaman
keagamaan. Ia ada karena pengalaman religius
juga meningkatkan kesadaran anggota sebagai
anggota suatu kelompok tertentu, menciptakan
rasa kekitaan dan kebersamaan sebagai kelompok.
Dari situ muncul rasa identitas bersama di atas.
Menurut bentuknya, ia bisa formal atau pun

10
informal. Kelompok formal dengan organisasinya
yang ketat, seperti Gereja. kelompok ini sangat
esensial untuk menopang kepercayaan dan norma-
norma, dan dengan itu, keberlangsungan dari
agama yang bersangkutan. Hanya saja, ada dua
catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, sebagai suatu pranata sosial, setiap
komunitas religius selalu berciri hierarkis atau
memiliki struktur. Struktur itu bisa bervariasi
sesuai dengan tahap diferensiasinya sepeti
menurut kriteria alamiah (sex, umur, kharisma,
keahlian) atau diferensiasi struktural. Pembedaan
ini memberikan diversitas fungsi.
Kedua, menyangkut dua implikasi dari corak
hierarkis di atas. Implikasi pertama, tiap
komunitas selalu ada tiga unsur: aturan, otoritas,
dan kepemimpinan. Aturan agama punya fungsi
regulatif. Ia beri ruang sekaligus untuk kebebasan
dan disiplin. Otoritas dan kepemimpinan
sebetulnya dua hal yang sama tetapi ditinjau dari
aspek yang berbeda. Otoritas lebih bernuansa
personal; sedangkan kepemimpinan lebih
bernuansa institusional. Implikasi keduanya
adalah bahwa seperti yang nampak dalam sejarah
agama-agama, perkembangan agama sering

11
didasari oleh konflik antara ketiga unsur di atas
dengan anti-tesisnya. Dalamnya ada konflik antara
pengalaman hidup dan otoritas, antara
spiritualitas dan disiplin dan antara nabi dan
imam. Konflik-konflik bisa muncul justru karena
struktur itu berada sekaligus secara objektif
(dalam realitas) dan secara subjektif (dalam
kesadaran pada aktor sosial). Kesenjangan antara
keduanya akan menjadi potensi untuk konflik.
Hanya saja, ia baru menjadi konflik yang terbuka
kalau ada situasi yang memungkinkan.

1.Fungsi Agama
* Pemberi Makna
Di sini, agama tampil untuk memberi makna
terhadap pelbagai peristiwa hidup manusia. Ini
dibuat agama melalui world-viewnya. Di sini
agama tampil sebagai satu sistem penjelasan.
Dalam proposisi Berger, agama adalah langit suci
yang diciptakan untuk memberi struktur atas
pengalaman manusia. Dalam perannya yang
demikian, agama bisa menjadi sumber kekuatan,
penghiburan, peneguhan atau dukungan

12
emosional agar manusia bisa menghadapi badai
hidup. Dalam proses ini, agama bisa
menyanggupkan manusia untuk menerima apa
yang tidak dapat diterima: kekecewaan, frustrasi,
penderitaan, tragedi dan kematian, khususnya hal-
hal yang tidak diantisipasi, diharapkan dan
terjawab.

 Sebagai Basis Solidaritas dan Kontrol Sosial


Rasanya hal ini bisa dibuat agama akrena dua
hal berikut: pertama, karena agama memiliki
aturan yang bersifat regulatif. Dengan itu, ia bisa
mencegah anggota masyarakat agar tidak
menyimpang dari hidup sosial dan menjaga agar
mereka tidak teralienasi. Bahkan, dengan
internalisasi yang memadai tentang aturan itu,
rasa bersalah bisa diperhalus. Dengan demikian,
kohesi, keteraturan dan stabilitas masyarakat bisa
dipertahankan. Kedua, karena agama
memungkinkan keseringan interaksi dari para
aktor sosial yang sama (dalam pandangan hidup
dan pengalaman keagamaan). Ini umumnya
terjadi melalui upacara-upacara keagamaan.
Dengan itu, kohesi sosial diciptakan. Karena

13
fungsinya ini, ia bisa menjadi dasar pembenaran
atas norma-norma dan nilai-nilai masyarakat.

 Fungsi Kritis dan Profetis


Di samping memberikan legitimasi, agama juga
bisa menantang dan merubah tatanan sosial yang
ada. Ini terutama dibuat melalui fungsi kritis-
profetisnya. Fungsi ini sudah selalu muncul dalam
sejarah agama-agama, khususnya dalam yudaisme
dan kekristenan tradisi keagamaan itu berada
dalam tendensi untuk mendukung status quo.
Banyak gerakan sosial yang radikal bersumber
pada agama. Salah satu contoh yang paling jelas
adalah teologi pembebasan di Amerika Latin yang
menghendaki perubahan radikal bagi yang miskin
dan tertindas. Hal itu demikian karena seperti
yang ditegaskan oleh Gustavo Guttierez dalam
pengantar edisi revisi dari A Theology of Liberation,
rahim historis dari teologi pembebasan adalah
kehidupan kaum miskin. Perubahan radikal ini
dirasa mendesak karena memang komunitas
agama adalah juga sebuah komunitas moral:
budaya tanding atau antitesis untuk tatanan sosial
yang ada.

14
 Memberikan Identitas Kelompok
Fungsi ini cuma melengkapi fungsi-fungsi yang
lain di atas. Orang Flores, misalnya, selalu
mengidentikkan dirinya dengan Katolik dan Aceh
dengan Islam. Karena itu, identitas seseorang bisa
dikaitkan dengan komunitas agama di mana ia
adalah anggotanya. Dalam masyarakat yang
pluralistik seperti Indonesia, khususnya di kota-
kota, agama menjadi sumber pemaknaan
kelompok, pemberi arti dan pemersatu. Identitas
etnis dikuatkan oleh institusi agama. Sisi negatif
dari peranan integratif ini adalah bahwa agama
bisa melegitimasi status-quo dan ‘mengucilkan
orang luar’ (menciptakan gap sosial).

1.Hakekat Terdalam Agama Kristen


Rujukan Alkitabiah
Sejumlah teks biblis berbicara perihal agama:
 Perihal kewajiban dalam agama: ingatlah,
jangan kamu melakukan kewajiban agamamu
di hadadapan orang supaya dilihat mereka,
karena jika demikian, kamu tidak beroleh
upah dari Bapamu yang di sorga (Mt 6:1).
 Perihal pengadilan agama yang akan dialami
utusan Yesus: semua orang; karena ada yang

15
akan menyerahkan kamu kepada majelis
agama dan mereka akan menyesah kamu di
rumah ibadatnya (Mt 10:7).
 Perihal perselisihan dalam hal keyakinan
iman: mereka hanya berselisih paham dengan
dia tentang soal-soal agama mereka dan
tentang seorang bernama Yesus, yang sudah
mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti,
bahwa Ia hidup (Kis 25:19).
 Perihal keunggulan Paulus selagi masih
menganut agama Yahudi: dan di dalam agama
Yahudi aku lebih maju dari banyak teman
yang sebaya dengan aku di antara bangsaku,
sebagai orang sangat rajin memelihara adat
istiadat nenek moyangku (Gal 1:14).
 Perihal kejahatan manusia menjelang akhir
zaman: manusia akan mencintai dirinya
sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan
membual dan menyombongkan diri, mereka
akan menjadi pemfitnah, mereka akan
berontak terhadap orangtua dan tidak tahu
berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai,
suka menjelekkan orang,

16
2. Agama Kristen
Agama Kristen adalah agama pewahyuan karena
umat Kristen percaya bahwa Allah membuka
komunikasi dengan umat manusia lewat kata dan
perbuatan-Nya yang memuncak dalam diri Yesus
Kristus, Putra-Nya. Kata dan perbuatan Allah
dalam sejarah penyelamatan tertuang dalam Kitab
Suci orang Kristen.

3. Kekhasan Agama Kristen


Menurut Karl Rahner, agama Kristen memiliki
kekhasan sebagai berikut:
1. Agama Kristen memandang dirinya
sebagai agama universal, diperuntukkan
bagi segenap umat manusia. maka misi
orang Kristen adalah membawa membawa
berita keselamatan kepada seluruh lapisan
masyarakat di seantero jagat raya hingga
akhir zaman (Mt 28:16-20). Agama Kristen
berpegang teguh pada keyakinan bahwa
dalam dirinya terjalin relasi yang benar
antara Allah dengan manusia, sebab relasi
itu dibangun oleh Allah sendiri.
2. Agama Kristen adalah agama historis
yang diwahyukan. Ini berarti hal-hal nyata

17
yang disajikannya dan kebenaran yang
diwartakannya berada di dunia ini, terjadi
dalam kurun waktu dan tempat yang
secara konkret merekah dalam diri Yesus
Kristus.
3. Agama Kristen adalah agama dogmatis
sebab memiliki ajaran kepercayaan yang
dibakukan dalam bahasa manusia.
kebenaran-kebenaran yang telah
dirumuskan tidak berubah atau lekang
dalam perubahan sejarah tetapi
pengungkapannya bisa semakin diperjelas
sesuai dengan kondisi dan situasi pada
masanya.
4. Agama Kristen bercorak Eskatologis
karena membimbing manusia ke arah
penyelesaian sejarah, di mana pewahyuan
kemualiaan Allah akan berakhir. Itulah
sebabnya Gereja menyebut dirinya
musafir yang sedang berziarah menuju
keabadian.
5. Agama Kristen adalah agama yang
rasional sebab tidak henti-hentinya
merefleksikan hidup dan aksinya secara
kritis.

18
4. Hakekat Agama Kristen
1. Allah berkarya dalam diri manusia
2. Berkat rahmat Allah, segenap ciptaan
teristimewa ciptaan yang dikaruniai Roh
diundang Allah untuk mengambil bagian
dalam kehidupan dan kemuliaan-Nya. Allah
tidak hanya mencipta, tetapi juga
mengkomunikasikan dirinya lewat kata dan
perbuatan dan menyatakan kemuliaan serta
kehidupannya yang terdalam.
3. Manusia diberi kebebasan untuk menerima
atau menolak komunikasi diri Allah.
4. Sejarah penyelamatan dan pewahyuan diri
Allah memuncak dalam diri Yesus Kristus.
5. Yesus adalah garansi, manifestasi, dan revelasi
historis dari pihak Allah.
6. Manusia yang berdosa mendapat penebusan
berkat Yesus Kristus.
7. Kristus menginginkan adanya persekutuan
dari mereka yang telah memperoleh
penebusannya dan mengambil bagian dalam
kehidupan ilahi-Nya serta mengaku diri
sebagai murid-Nya.

19
8. Orang Kristen dilengkapi dengan keutamaan:
iman, harapan dan cinta kasih.
9. Arah perziarahan orang Kristen adalah
memandang Allah dari wajah ke wajah.
Dalam Injil orang Kristen ada banyak teks yang
mengungkapkan hakekat terdalam agama atau
iman orang Kristen.

20

Anda mungkin juga menyukai