Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SITOSKELETON

Dosen
Prof. Dr. RETNO SRI ISWARI, S. U.
Dr. Nugrahaningsih WH, M. Kes.

Oleh

Edi Satria Watoni 0402519015


Nurul Setiyanika 0402519001
Yana 0402519006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita persembahkan kepada Allah SWT yang maha segalanya
yang telah memberikan kita pengetahuan sehingga kita bisa mengetahui mana
yang baik dan buruk. Dialah yang telah menciptakan alam raya serta akal pikiran,
panca indra manusia sehingga manusia mampu untuk berfikir. Alahamdulillah
kita panjatkan berkat rahmat dan taufiq serta hidayah-Nya, makalah tentang
“Sitoskeleton” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW. Rasul yang mendapatkan mukjizat yaitu Al-Qur’an yang
menjadi pedoman bagi kita semua sebagai umat muslim. Semoga kita sebagai
ummatnya bisa meneladani akhlak dan perilaku belau agar kita menjadi ummat
yang di damba-dambakan oleh Rasulullah SAW.
Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu, keritik dan saran yang sifatnya
membangun kami harapkan datangnya dari pembaca agar kedepan kami bisa
menyusun makalah lebih sempurna lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca. Wassalam.

Semarang, 11 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Pengertian Sitoskeleton .................................................................... 3
B. Fungsi sitoskeleton ........................................................................... 4
C. Jenis Sitoskeleton ............................................................................. 5
D. Struktur Sitoskeleton ........................................................................ 6
BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 12
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tulang pada tubuh manusia ataupun binatang merupakan suatu sistim
yang sudah sangat dikenal. Sifat padat dan keras dari tulang mampu melindungi
dan menyokong keberadaan jaringan lunak tubuh. Jaringan ini memegang peran
yang sangat penting untuk mengatur pergerakan tubuh. Eukariotik sel juga
memiliki suatu sistim tulang yang disebut sebagai sitoskeleton yang mempunyai
peran yang sangat mirip dengan tulang pada tubuh manusia. Sitoskeleton
diketahui mempunyai peran pada pengaturan mekanika sel. Disamping hal
tersebut dipercaya bahwa jaringan ini mempunyai peran yang jauh lebih besar,
yakni ikut mengatur berbagai organela maupun molekul yang tersebar didalam
sel. Sitoskeleton membentuk suatu jaringan terpadu, menghubungkan secara
dianmis hampir semua struktur sel, serta memiliki permukaan yang sangat luas
yang memungkinkan berbagai protein dan komponen sitoplasma dapat terikat
pada permukaannya.
Transportasi berbagai macam protein dalam sel yang melibatkan
sitoskeleton merupakan salah satu bagian dari transduksi signal. Sitoskeleton
yang terdapat dalam sel terdiri dari tiga macam filamen, tersusun saling berkaitan
satu dengan lainnya. Jalinan jaringan ini memungkinkan
adanya jalur hubungan antara dinding sel, inti ataupun berbagai organela yang ada
didalam sel. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peran masing-masing jenis
filament sitoskeleton pada berbagai hantaran mekanik yang dipergunakan sebagai
jalur pergerakan organela maupun protein dalam sel. Jalur ini memungkinkan
pergerakan organela, protein ataupun molekul lemak bergerak menuju tempat
yang dituju. Hal ini memungkinkan pula sitoskeleton terlibat pada transduksi
signal didalam sel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi atau pengertian dari Sitoskeleton ?
2. Apa saja fungsi dari Sitoskeleton ?
3. Apa saja jenis Sitoskeleton ?
4. Bagaimana struktur Sitoskeleton?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sitoskeleton
2. Untuk mengetahui fungsi Sitoskeleton
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Sitoskeleton
4. Untuk mengetahui struktur dari Sitoskeleton

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sitoskeleton
Secara umum sitoskeleton merupakan jejaring serat yang mengorganisasi
struktur dan aktivitas dalam sel. Pada masa awal mikroskopi electron ahli biologi
menduga bahwa organel-organel sel eukariot mengambang bebas dalam sitosol.
Namun perbaikan mutu mikroskopi cahaya maupun mikroskopi electron
mengungkapkan keberadaan sitoskeleton (Cytoskeleton). Sitoskeleton adalah
sebuah kerangka yang terkandung di dalam sitoplasma sel. Sitoskeleton ada
dalam semua sel. Awalnya banyak yang menganggap bahwa sitoskeleton hanya
terdapat di dalam sel eukariotik, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa
sitoskeleton juga terdapat di dalam sel prokariotik. Sitoskeleton berupa jaring
berkas-berkas protein. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk
yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta
merayap di permukaan.
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang
menyusun sitoplasma eukariota. Jaring-jaring ini terdiri dari tiga tipe dasar, yaitu
mikrofilamen (filament aktin) , mikrotubulus, dan intermediat filament. Ketiga
filamen ini terhubung satu sama lain dan saling berkoordinasi. Dengan tiga tipe
filament ini, struktur sel dapat bervariasi antara satu sel dengan sel lainnya.
Efektivitas kerja ketiga filamen protein ini bergantung pada jumlah protein
asesori yang menghubungkan filamen ke komponen sel lain. Protein asesori
penting untuk mengontrol perakitan filamen sitoskeleton pada posisi tertentu,
termasuk di dalamnya protein motorik yang mengerakkan organel pada filamen
atau filamen itu sendiri.

3
B. Fungsi sitoskeleton
Sitoskeleton memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Mengatur distribusi dan tingkah laku dinamis dari filamen.
2. Sitoskeleton menjaga bentuk sel (binatang) dengan desain arsitekturalnya
dan sebagai tempat berlabuh bagi organela di dalam sitosol. Peran
sitoskeleton sangat diperlukan, seperti pada sel hewan yang tidak memiliki
dinding sel. Sitoskeleton distabilkan oleh keseimbangan antara gaya-gaya
yang berlawanan yang dikerahkan oleh unsur-unsurnya.
3. Sitoskeleton bertanggung jawab dalam motilitas di dalam sel, seperti
kontraksi otot dan siklosis, pergerakan internal dari sitoplasma.
4. Selama siklosis, organela dipindahkan di sepanjang saluran sitoskeletal di
dalam sitosol.
5. Sitoskeleton bertanggung jawab untuk pergerakan sel dan pergerakan
eksternal seperti pergerakan amuboid dari sel darah putih dan migrasi sel
selama perkembangan.
6. Sitoskeleton juga berperan dalam pembelahan sel
4
C. Jenis Sitoskeleton
1. Sitoskeleton pada dinding Sel Tanaman
Dinding sel tanaman adalah matriks ekstraseluler yang kokoh. Dinding sel
ini terdiri atas mikrofibrilis dalam banyak matriks polisakarida (sebagian besar
pektin dan hemiselusosa) dan glikoprotein yang saling silang. Pada bagian
korteks dari dinding sel, ada array mikrotubulus yang menentukan posisi
mikrofibrilis. Penyusunan mikrofibrilis ini menentukan arah perkembangan
dinding sel, bentuk akhir sel, serta pola pembelahan sel. Dalam susunannya pada
dinding sel, mikrofibrilis selulosa saling silang dalam jaringan yang diikat oleh
hemiselusosa. Jaringan ini saling ekstensif dengan jaringan polisakarida pektin.
Jaringan selulosa-hemiselulosa memberi kekuatan tegangan sementara jaringan
pektin melawan kompresi. Pada dinding sel utama, jumlah ketiganya secara kasar
sama, tetapi lamela tengah memiliki lebih banyak pektin untuk merekatkan sel
yang berdekatan.
2. Sitoskeleton pada Sel Prokariota
Awalnya, sitoskeleton dianggap hanya terdapat di dalam sel eukariotik,
tetapi baru-baru ini telah ditemukan protein utama dari sitoskeleton di dalam sel
prokariota. Meskipun sedikit berbeda, namun mereka memiliki kesamaan yaitu
struktur dan fungsi dalam mempertahankan bentuk sel. Namun, beberapa struktur
di sitoskeleton pada bakteri mungkin belum diidentifikasi.
2.1. FtsZ adalah protein pertama sitoskeleton prokariotik yang telah
diidentifikasi. Seperti tubulin, FtsZ berbentuk filamen, tetapi filamen ini
tidak termasuk dalam kelompok tubulus. Selama pembelahan sel, FtsZ
adalah protein pertama yang pindah ke masing-masing bagian, dan
kemudian mengantar protein lain yang mensintesis dinding sel antara
sel-sel pembagi.
2.2. MreB dan ParM adalah protein prokariotik, seperti MreB, terlibat dalam
pemeliharaan bentuk sel. Semua bakteri yang berbentuk non bulat

5
memiliki gen untuk mengkode aktin seperti protein, dan protein ini
membentuk jaringan heliks di bawah membran sel yang terlibat dalam
biosintesis protein. Beberapa plasmida menyandikan sistem partisi yang
melibatkan aktivitas proten ParM. Filamen ParM menunjukkan
ketidakstabilan dinamis, dan mungkin partisi plasmid DNA ke dalam
sel pemisah oleh mekanisme yang mirip seperti yang digunakan oleh
mikrotubulus selama proses mitosis pada sel eukariotik.
2.3. Kresentin misal Bakteri Caulobacter crescentus mengandung protein
ke-3 yaitu kresentin (crescentin), yang berhubungan dengan filamen
antara sel-sel eukariotik lainnya. Kresentin juga terlibat dalam
mempertahankan bentuk sel, seperti heliks dan bentuk vibrioid bakteri,
tetapi mekanismenya belum jelas sampai saat ini.
D. Struktur Sitoskeleton
Sitoskeleton tersusun dari tiga macam filamen yang terstruktur dengan
baik, disebut mikrotubulus (microtubules), mikrofilamen (microfilament) yang
disebut juga sebagai filament aktin (actin filament = F-actin), dan filament antara
(intermediate fillament= IF). Ketiga macam filamen menyusun suatu jaringan
kerjasama yang sangat rumit. Modulasi jaringan sitoskeleton akan merubah fungsi
mekanika sel yang mempunyai peran penting pada sitokinesis (cytokinesis),
ataupun pergerakan sel. Terdapat berbagai macam protein yang berasosiasi
dengan masing-masing filamen. Microtubule-associated protein (MAPs)
merupakan protein jembatan penghubung mikrotubulus dengan sekitarnya, baik
antar filamen mikrotubulus maupun dengan filament yang lain. Berbagai protein
lain seperti, sindapin (syndapin), F-actin binding protein Abpi dan kortaktin
(cortactin) merupakan protein pengikat antara filamen aktin (mikrofilamen)
dengan membran tarfficking. IF juga memiliki berbagai protein yang berasosiasi
dengannya.

6
Protein-protein tersebut antara lain: plektin (plectin), fimbrin, filamin,
kinesin, transglutaminase dan beberapa protein lainnya. Melihat posisi dari
masing-masing protein yang berasosiasi dengan berbagai filamen, tampaknya
bahwa fungsi protein tersebut bukan hanya sebagai penghubung
melainkan juga membantu stabilitas dari jaringan sitoskeleton. Jaringan
sitoskeleton terdiri dari tiga macam filamen yang berbeda yang menempati posisi
yang berbeda pula didalam sel namun masih berhubungan satu dengan yang
lainnya. Jaringan tersebut menjadi suatu susunan yang unik dan memungkinkan
terbentuknya struktur elastic tiga dimensi. Struktur elastic demikian tampaknya
akan sangat menunjang peran sitoskeleton sebagai penerus signal mekanik yang
diterima oleh sel. Struktur dari Sitoskeleton terdiri atas 3 macam diantaranya
adalah :
1. Mikrotubulus
Semua sel eukariot memiliki mikrotubulus (microtubule), batang-
batang berongga dengan diameter sekitar 25 nm dan anjang antara 200 mm
samai 25 um. Dinding tabung berongga tersebut tersusun dari protein globular
yang disebut tubulin. Setiap protein tubulin merupakan diner, molekul yang
tersusun atas dua subunit. Suatu dimer tubulin terdiridari dua polipeptida yang
agak berbeda, tubulin A dan tubulin B. Mikrotubulus bertambah panjang
melalui penambahan dimer tubulin; mikrotubulus juga diuraikan dan
tubulinnya pun digunakan untuk membangun mikrotubulus di tempat lain
dalam sel.
Mikrotubulus membentuk dan menyokong sel serta berperan sebagai
jalur yang dapat disusuri oleh organel yang dilengkapi dengan protein
motorik. Untuk memberikan contoh yang berbeda dari mikrotubulus
memandu vesikel sekresi dari aparatus Golgi ke membran plasma.
Mikrotubulus juga memisahkan kromosan saat pembelahan sel.

7
1.1 Fungsi Mikrotubulus (Polimer Tubulin) antara lain:
a. Mempertahankan bentuk sel (penopang penahan-kompresi)
b. Motilitas sel (seperti pada silia atau flagela)
c. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel
d. Pergerakan organel

1.2 Pengelompokan Mikrotubulus


a. Mikrotubulus stabil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan
dengan larutan fisikatif apapun, misalnya aldehida dan suhu
berapapun. Contoh mikrotubulus stabil adalah pembentukan
silia dan flagella.

8
b. Mikrotubulus labil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan
hanya dengan larutan fisiaktif aldehida dan pada suhu sekitar
4oC. Contoh yakni mikrotubulus pembentuk gelendong
pembelahan.
2. Mikrofilamen (filamen aktin)
Mikrofilamen (Microfilament) adalah batang padat yang diameter
sekitar 7 nm. Mikrofilamen disebut juga filamen aktin karena tersusun atas
molekul-molekul aktin (actin), sejenis protein globular. Suatu mikrofilamen
merupakan seutas rantai ganda subunit-subunit aktin yang memuntir. Selain
terdaat sebagai filamen lurus, mikrofilamen dapat membentuk jejaring
struktural, berkat keberadaan protein-protein yang berikatan di sepanjang sisi
filamen aktin dan memungkinkan filamen baru membentang sebagai
cabang. Mikrofilamen tampaknya ditemukan pada semua sel eukariot.
Mikrofilamen terkenal karena perannya dalam motilitas sel,
terutama sebagai bagian aparatus kontraktil sel otot. Berbeda dengan peran
penahan-kompresi oleh mikrotubulus, peran struktural mikrofilamen dalam
sitoskeleton adalah menahan tegangan (gaya taring). Jejaring berdimensi tiga
yang dibentuk oleh mikrofilamen tepat di bagian dalam membran plasma
(mikrofilamen korteks) membantu menyokong bentuk sel. Jejaring ini
menyebabkan lapisan sitoplasma terluar sel, yang disebut korteks, memiliki
konsistensi semisolid gel, kebalikan dari kondisi sitoplasma interior yang
lebih cair (sol). Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mentraspor
materi melintasi membran plasma, misalnya sel usus, berkas mikrofilamen
menjadi inti mikrovili, penjuluran halus yang meningkatkan luas permukaan
sel di usus seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Fungsi Mikrofilamen (Filamen Aktin) antara lain:
a. Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan tegangan)
b. Perubahan bentuk sel

9
c. Kontraksi otot
d. Aliran sitoplasmik
e. Motilitas sel (seperti pada pseudopodia)
f. Pembelahan sel (pembentukan lekukan penyibakan)

3. Filamen intermediat
Filamen Intermediat (Intermediate filament) dinamia karena
berdiameter 8-12 nm, lebih besar dibandingkan dengan diameter
mikrofilamen namun lebih kecil mikrotubulus. Filamen intermediat
terspesialisasi untuk menahan tegangan (seperti mikrofilamen) dan terdiri dari
berbagai kelas unsur sitoskeleton. Setiap tipe tersusun dari subunit molekular

10
berbeda yang tergolong ke dalam suatu famili protein, yang antara lain
beranggotakan keraton. Sebaliknya mikrotubulus dan mikrofilamen
mempunyai diameter dan komsisi yang tetap ada sema sel eukariot.
Filamen intermediat merupakan pengukuh sel yang lebih permanen
daripada mikrofilamen dan mikrotubulus, yang diuraikan dan dirakit kembali
di berbagai bagian sel. Bahkan jika sel mati, jejaring filamen intermediat
seringkali tetap bertahan; misalnya, lapisan terluar kulit kita terdiri atas sel-sel
kulit mati yang penuh protein keratin.
Fungsi Filamen Intermediat antara lain:
a. Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tegangan)
b. Tambatan nukleus dan organel lain tertentu
c. Pembentukan lamina nukleus

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sitoskeleton merupakan jejaring serat yang mengorganisasi struktur dan
aktivitas dalam sel. Sitoskeleton ternyata tidak hanya terdapat pada sel eukariot
tapi juga pada sel prokariota dan dinding sel. Fungsi dari Sitoskeleton antara lain
yaitu untuk menjaga bentuk sel, motilitas dalam sel, pergerakan sel dan
pembelahan sel. Sitoskeleton terdiri atas 3 struktur yaitu mikrotubulus,
mikrofilamen dan filament intermediat.
B. Saran
Makalah ini bisa dijadikan sebagai media untuk belajar, namun masih butuh
penyempurnaan dan sumber yang digunakan masih kurang karena keterbatasan
dari penulis.

12
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B. dkk. 1994. Molecular Biology of The Cell. Third Edition. New York.
Garland Publising Inc.

Rochmah, S. N., Sri Widayati, M.Miah. 2009. Biologi ; SMA dan MA Kelas XI.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta, p. 346.

Reksoatmodjo, 1994. Biologi Sel. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu
Tenaga Kependidikan. Ditjendikti-Depdikbud.

Thorpe. 1984. Cell Biology. New York. John Wiley & Sons.

Wolfe. 1996. Molecular and Cellular Biology. Belmont California. Wadsworth Inc

13

Anda mungkin juga menyukai