Anda di halaman 1dari 1

STUDIUM

GENERALE

Nama : Rahmat Haikal


NIM : 13018108
Program Studi : Teknik Kimia
Fakultas/ Sekolah : Fakultas Teknologi Industri (FTI)
Tema : Perekonomian Indonesia Pasca Pandemi Covid-19:
Hijau, Digital, Inklusif, dan Berkelanjutan
Pembicara : Teguh Dartanto, Ph.D.
Hari/ tanggal : Rabu, 23 Februari 2022
Kelas : 06

RESUME *)

Pada awal perkuliahan Bapak Teguh terdapat tiga outline yang ingin Bapak Teguh sampaikan yaitu Indonesia
sebelum pandemi COVID-19, saat pandemi, dan setelah masa pandemi (masa depan). Terdapat tiga
permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia sebelum pandemi COVID-19 (tantangan utama perekonomian
Indonesia) yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Daya Saing Ekonomi
Indonesia saat ini memiliki daya saing ekonomi yang rendah dibandingkan negara-negara lain di
kawasan ASEAN. Fakta yang mendukung yaitu yang pertama produktivitas kita rendah. Artinya
misalnya satu orang di Indonesia dibandingkan satu tenaga kerja di China itu beda hasilnya. Kedua,
ICOR tinggi (6) artinya untuk memproduksi sepuluh, ibaratnya kita butuh dana modal enam sedangkan
Malaysia untuk memproduksi sepuluh itu hanya membutuhkan sekitar empat. Artinya apa? Kebutuhan
modal untuk memproduksi di Indonesia itu sangat tinggi sekali. Ada isu isu lain yang terkait dengan
birokrasi dan perizinan rumit lama. Ketidakpastian hukum ini adalah isu mengenai daya saing ekonomi
di Indonesia yang selalu kita keluhkan. Ini adalah fakta yang membuat kenapa kita tidak bisa kompetitif
atau kita tidak bisa melawan China di dalam mengekspor barang. Tapi banyak barang China yang ada
masuk ke Indonesia.Sedangkan mimpi kita adalah kalau ekonomi kita daya saing kita tinggi maka kita
pengin semuanya. Apa cepat mudah, murah dan produktif, artinya cepat urusan mudah dalam urusan
murah barang dan tenaga kerja produktif itu permasalahan pertama, permasalahan kedua adalah
2. Transformasi Ekonomi
Intinya perekonomian Indonesia itu masih sangat tergantung dengan sumber daya alam ekspor. Kita
masih didominasi oleh barang tambang dan barang pertanian. Artinya ekspor batu bara, ekspor nikel,
ekspor yang lain lain dan juga pertanian yaitu CPO, dll. Artinya perekonomian kita belum naik kelas.
Indonesia ekspor masih berdasarkan sumber daya alam karena memang skill dari tenaga kerja kita
masih jauh di bawah. Sebagian besar dari tenaga kerja kita pendidikannya masih setara SD. Kalau
setara SD sulit untuk diharapakan untuk memproduksi sesuatu yang luar biasa. Berikutnya adalah
gejala di industrialisasi. Gejala industrialisasi artinya sumbangan sektor industri manufaktur di dalam
perekonomian itu semakin mengecil. Semakin mengecil mestinya ada kemungkinan yang pertama.
Memang dia enggak berkembang artinya segitu segitu saja. Sedangkan sektor-sektor yang lain
berkembang, sehingga secara proporsi industri ini akan semakin kecil dan ada hanya ada inovasi yang
rendah. Artinya memang level inovasi Indonesia rendah karena kreativitas dan daya daya dukung
untuk inovasi itu enggak ada.
3. Demokrasi Ekonomi
Permasalahan ketiga yang muncul adalah demokrasi ekonomi. Di Indonesia saat ini terjadi
ketimpangan antarwilayah. Ada ketimpangan pendapatan aset finansial aset tanah. Di dalam kelompok
masyarakat, Kita selalu berbangga bahwa UMKM ini memberikan lapangan kerja pekerjaan kepada
hampir lebih dari 70% dari tenaga kerja kita. Tetapi kalau kita lihat kontribusi UMKM di dalam
perekonomian itu hanya sekitar tidak lebih dari 60%. Artinya apa orang yang bekerja disitu besar sekali
tapi kontribusinya tidaklah besar. Ini yang mungkin kita harus dorong sehingga kita ingin ada di dalam
perekonomian kita. Ini adalah tantangan yang kita hadapi masa lalu lah ini sebelum covid dan ini juga
masih terus ada.

Anda mungkin juga menyukai