Tugas Akhir Sri Mulyani Muchtar-Sri Novianti Sultan
Tugas Akhir Sri Mulyani Muchtar-Sri Novianti Sultan
OLEH:
ABSTRAK
Pada simpang di Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan Isma terdapat bundaran
yang merupakan salah satu icon di Kabupaten Sinjai yang terletak di pusat kota dan
dilalui oleh arus kendaraan dari luar dan dalam kota serta menjadi pusat aktivitas di
lingkungan sekitarnya yang merupakan area perkantoran, pendidikan, pertokoan, dan
permukiman. Dengan dibangunnya bundaran tersebut membuat beberapa konflik lalu
lintas dan perilaku lalu lintas dengan semakin tingginya volume lalu lintas yang melewati
bundaran ini menyebabkan seringnya terjadi tundaan dan antrian pada saat membelok
karena adanya pertemuan kendaraan yang cukup padat dari berbagai arah jalan yang dapat
mengurangi keselamatan dan kapasitas jalan. Simpang bundaran bersinyal pada Jl.
Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan Isma di Kabupaten Sinjai memiliki volume
kendaraan pada pendekat Utara (Jalan Persatuan Raya I) sebanyak 1282 kend/jam,
pendekat Selatan (Jalan Persatuan Raya II) sebanyak 1140 kend/jam, pendekat Timur
(Jalan Sultan Isma) sebanyak 323 kend/jam, dan pendekat Barat (Jalan Bhayangkara)
sebanyak 481 kend/jam. Kinerja simpang bundaran bersinyal pada Jl. Persatuan Raya – Jl.
Bhayangkara – Jl. Sultan Isma di Kabupaten Sinjai terjadi panjang antrian sebesar 40
meter yang mengakibatkan tundaan sebesar 29 detik/smp.
ABSTRACT
At the intersection on Jl. Persatuan Raya - Jl. Bhayangkara - Jl. Sultan Isma has a
roundabout which is one of the icons in Sinjai Regency which is located in the city
center and is traversed by the flow of vehicles from outside and inside the city and is
the center of activity in the surrounding environment which is an area of offices,
education, shops and settlements. With the construction of the roundabout, there are
several traffic conflicts and traffic behavior with the increasing volume of traffic
passing through this roundabout causing frequent delays and queues when turning due
to a fairly dense meeting of vehicles from various road directions which can reduce
safety and capacity. Street. The roundabout intersection has a signal on Jl. Persatuan
Raya - Jl. Bhayangkara - Jl. Sultan Isma in Sinjai Regency has a volume of vehicles in
the North approach (Jalan Persatuan Raya I) as much as 1282 vehicles / hour, the
South approach (Jalan Persatuan Raya II) as much as 1140 vehicles / hour, the East
approach (Jalan Sultan Isma) as much as 323 vehicles / hour, and the Western
approach (Jalan Bhayangkara) as much as 481 vehicles / hour. The performance of
the roundabout intersection at Jl. Persatuan Raya - Jl. Bhayangkara - Jl. Sultan Isma
in Sinjai Regency has a queue length of 40 meters which results in a delay of 29
seconds / smp.
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala
diselesaikan.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis
dalam menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada Program Studi Teknik Sipil
Selama pembuatan Tugas Akhir ini, penulis banyak dapatkan bantuan dari
1. Bapak Dr. Ir. H. Mukhtar Thahir Syarkawi S., MT. ATU sebagai Dekan
2. Bapak Dr. Ir. Andi Alifuddin. ST. MT. IPM sebagai Ketua Program Studi
3. Ibu Suriati Abd. Muin, ST.MT. sebagai Sekretaris Program Studi Teknik
4. Ibu Ir. Hj. St. Fauziah Badaron., MT. selaku dosen pembimbing I
5. Bapak Ir. H. Abd. Kadir Salim., MT. selaku dosen pembimbing II
Makassar.
8. Kedua orang tua serta keluarga besar penulis yang senantiasa mendoakan
agar penulis selalu diberi kekuatan dan kesabaran dalam penyusunan tugas
akhir.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan masukan sehingga
Penulis mengharapkan koreksi dan saran atas kekurangan dari tulisan ini
Akhir kata semoga semua bantuan dan amal baik tersebut mendapatkan
Penulis,
SAMPUL....................................................................................................................................................i
TUGAS AKHIR.....................................................................................................................................ii
LEMBAR KESIAPAN......................................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................xii
DAFTAR NOTASI............................................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
vi
2.3.3 Arus Jenuh Dasar (SO) 9
2.3.5 Perbandingan Arus Lalu Lintas (Q) dengan Arus Jenuh (S) 14
2.4 Bundaran............................................................................................................................22
2.5.3 Kapasitas................................................................................................................28
1. Data Primer......................................................................................................47
vii
2. Data Sekunder 48
4.1 Simpang..............................................................................................................................51
viii
4.1.3.13 Tingkat Pelayanan (Level of Service) ........................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.8 Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping, Dan
Tabel 2.9 Ringkasan Variabel Masukan Model Kapasitas Pada Bagian Jalinan .. 34
Tabel 4.1 Kondisi Geometric (Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan
Isma.......................................................................................................................................51
Tabel 4.2 Rekapitulasi Volume Lalu Lintas Pada Jam Puncak Untuk Setiap
Pendekat...............................................................................................................................53
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Arus Lalu Lintas Pada Jam Puncak Untuk Setiap
Pendekat...............................................................................................................................55
Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Rasio Arus Jenuh Pada Masing-Masing Pendekat .. 66
Pendekat...............................................................................................................................68
x
Tabel 4.8 Tingkat Pelayanan Setiap Pendekat Pada Jam Puncak...........................................78
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Foto Lokasi Survey Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan
Isma 45
Gambar 3.2 Sketsa Lokasi survey Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl.
Sultan Isma....................................................................................................................45
Gambar 3.3 Pola Pergerakan Arus Lalu Lintas Pada Bundaran Jl. Persatuan Raya
Gambar 3.4 Sketsa Geometrik Simpang Bundaran Bersinyal Jl. Persatuan Raya –
xii
Gambar 4.1 Volume Lalu Lintas Perjam pada Pendekat Utara (Jl. Persatuan Raya
I). 54
Gambar 4.2 Arus Lalu Lintas Perjam Pada Pendekat Utara (Jl. Persatuan Raya I) 56
Gambar 4.3 Arus Lalu Lintas Persimpangan Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara
xiii
DAFTAR NOTASI
LT = Belok Kiri
ST = Lurus
RT = Belok Kanan
S = Arus Jenuh
DS = Derajat Kejenuhan
FR = Rasio Arus
PR = Rasio Fase
C = Kapasitas
F = Faktor Penyesuaian
D = Tundaan
xiv
QL = Panjang Antrian
NQ = Antrian
NS = Angka Henti
WA = Lebar Pendekat
W = Lebar Masuk
W = Lebar Keluar
We = Lebar Efektif
COM = Komersial
i = Fase
c = Waktu Siklus
g = Waktu Hijau
GR = Rasio Hijau
WX = Lebar Masuk
LW = Panjang Jalinan
W = Jalinan
xv
QTOT = Arus Total
PW = Rasio Jalinan
LV = Kendaraan Ringan
HV = Kendaraan Berat
MC = Sepeda Motor
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai, jumlah penduduk
Kabupaten Sinjai 242.672 jiwa pada tahun 2018 dengan tingkat pertumbuhan
penduduk sebesar 5,70%. Sejalan dengan itu, kebutuhan trasportasi juga semakin
Sinjai salah satunya pada simpang Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan
Isma.
Pada simpang di Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan Isma
terdapat bundaran yang merupakan salah satu icon di Kabupaten Sinjai yang
terletak di pusat kota dan dilalui oleh arus kendaraan dari luar dan dalam kota serta
lalu lintas dan perilaku lalu lintas dengan semakin tingginya volume lalu lintas
yang melewati bundaran ini menyebabkan seringnya terjadi tundaan dan antrian
1
pada saat membelok karena adanya pertemuan kendaraan yang cukup padat dari
berbagai arah jalan yang dapat mengurangi keselamatan dan kapasitas jalan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk dibahas dalam suatu
2. Bagaimana kinerja simpang bundaran bersinyal pada Jl. Persatuan Raya – Jl.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan Studi Kinerja Simpang
Bersinyal Pada Persimpangan Jl. Persatuan Raya- Jl. Bhayangkara- Jl. Sultan Isma
bundaran tersebut.
terdapat bundaran di Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan Isma.
2
2. Untuk mengetahui kinerja simpang bundaran bersinyal pada Jl. Persatuan
persimpangan Jl. Persatuan Raya- Jl. Bhayangkara- Jl. Sultan Isma, antara lain
untuk:
terjadi sesuai dengan kondisi lalu lintas yang ada, sehingga ruas jalan dapat
3
2. Bagi Masyarakat yaitu, meningkatkan keamanan dan kenyamanan pemakai
jalan, sehingga pada waktu yang akan datang ruas jalan dapat memberikan
Untuk memudahkan cara pembahasan dalam penulisan tugas akhir ini, maka
BAB II : Tinjauan Pustaka, dalam bab ini berisi acuan yang menjadi
dasar dari analisis dan evaluasi dalam penulisan tugas akhir.
BAB III : Metodologi Penelitian, dalam bab ini akan dibahas tentang
metodologi yang akan digunakan untuk analisis dan evaluasi.
BAB IV : Hasil dan Pembahasanan, bab ini memberikan gambaran
hasil pembahasan untuk peneliti tentang kondisi lalu lintas
pada saat berdasarkan data volume lalu lintas yang
didapatkan.
BAB V : Penutup, yaitu berisikan kesimpulan dan saran-saran yang
dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil dari analisa
dalam penulisan tugas akhir sebagai usulan-usulan dan
alternatif penyelesaian dari pembahasan masalah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Simpang bersinyal diatur sesuai sistem dengan 3 aspek lampu yaitu merah,
semakin berkurang.
5
Beberapa cara mengatasi masalah–masalah kemacetan lalu lintas pada
persimpangan baik bersinyal maupun tak bersinyal sebagai berikut (Dirjen. Bina
Marga, 1997):
a. Dengan rambu lalu lintas atau marka jalan “STOP” pada jalan minor
jalan mayor.
c. Pengaturan oleh polisi ada jam–jam tertentu saja, seperti pada jam–jam
sibuk.
akan diambil.
Lampu lalu lintas (menurut UU no. 22/2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL) adalah lampu
tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas
lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan
6
masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara
menandakan berhenti adalah warna merah, hati-hati yang ditandai dengan warna
kuning, dan hijau yang berarti dapat berjalan. Adapun tujuan dari adanya lampu
lalu lintas (traffic light) yaitu: Menghindari hambatan karena adanya perbedaan
utama untuk kendaraan dan pejalan kaki dengan jalan sekunder sehingga
kelancaran arus lalu lintas dapat terjamin, mengurangi tingkat kecelakaan yang
lebar bahu jalan lebar median, dan arah untuk tiap lengan simpang. Kondisi
lingkungan ada tiga tipe, yaitu komersial, permukiman, dan akses terbatas.
b. Kondisi arus lalu lintas. Perhitungan dilakukan persatuan jam untuk satu
atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas rencana
jam puncak pagi, siang, dan sore. Arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan
(belok kiri, lurus, dan belok kanan) dikonversi dari kendaraan per jam
7
ekivalen mobil penumpang (emp) untuk masing-masing pendekat terlindung
dan terlawan. Dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2
8
2.3.2 Fase Sinyal
Fase adalah suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu arus
atau beberapa arus, yang mendapatkan identifikasi lampu lalu lintas yang sama.
Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan rata –
rata tundaan rendah (Munawar, 2004:45). Berdasar pada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI 1997 : 2-4,25). Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus
belok kanan dan kiri lawan arah terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan
sebagai terlawan. Arus belok kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus
atau belok kanan tidak di izinkan, maka arus ini dinyatakan sebagai terlindung.
Periode merah semua antar fase harus sama atau lebih besar dari LT setelah
waktu merah semua ditentukan. Total waktu hilang (LTI) dapat dihitung sebagai
penjumlahan periode waktu antar hijau (IG). Panjang waktu kuning pada sinyal
9
Untuk tipe pendekat P (Tipe P = Arus berangkat terlindung)
Keterangan:
Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe
10
2) Faktor koreksi hambatan samping (Fsf) ditentukan sesuai Tabel
11
3) Faktor penyesuaian untuk kelandaian (Fg) sesuai gambar 2.2
12
5) Faktor penyesuaian untuk belok kiri sesuai gambar 2.3
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lebih dari satu fase, yang arus
jenuhnya telah ditentukan secara terpisah maka nilai arus kombinasi harus
Keterangan:
13
Fp = Faktor koreksi parkir
2.3.5 Perbandingan Arus Lalu Lintas (Q) dengan Arus Jenuh (S)
Keterangan:
PR = Rasio fase
Dimana:
Waktu siklus (c) merupakan waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal
(sebagai contoh, diantara dua saat permulaan hijau yang berurutan di dalam
Waktu hijau (g) adalah fase untuk kendali lalu lintas aktuasi kendaraan
(det) dan sebagai waktu nyala hijau dalam suatu pendekat (MKJI,1997).
14
Kapasitas (C) dari suatu pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Keterangan:
C = kapasitas (smp/jam)
kapasitas (C)
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
15
Perilaku lalu lintas pada simpang dipengaruhi oleh panjang antrian, jumlah
kendaraan terhenti dan tundaan. Panjang antrian adalah jumlah kendaraan yang
Keterangan:
C = Kapasitas (smp/jam)
DS = Derajat kejenuhan
Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2) dihitung dengan
formula:
Keterangan:
16
DS = Derajat kejenuhan
Keterangan:
NQ1 = Jumlah antrian smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
NQ2 = Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah Untuk menghitung
Keterangan:
QL = Panjang antrian
Untuk perencanaan dan desain disarankan POL < 5%. Untuk pelaksanaan
POL = 5-10% masih dapat diterima. Pada perhitungan ini kami mengambil POL =
17
Gambar 2.4 Grafik Perhitungan Jumlah Antrian (NQmax) dalam smp
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
b. Kendaraan henti
Jumlah kendaraan henti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas yang
(MKJI, 1997). Angka henti sebagai jumlah rata – rata per smp untuk perancangan
Keterangan:
∑g + LTI
NS = Angka henti
18
Q = Arus lalu lintas (smp/jam)
c = Waktu siklus(det)
Keterangan:
NS = Angka henti
dengan rumus:
Keterangan:
c. Tundaan
19
(MKJI, 1997). Tundaan terdiri dari:
Tundaan lalu lintas adalah waktu yang disebabkan interaksi lalu lintas
dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu lintas rata –
Keterangan:
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
2. Tundaan geometri
20
Keterangan:
pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas rata-rata dan tundaan
Keterangan:
Keterangan:
Keterangan:
21
Dtot = Tundaan Total semua pendekat
2.4 Bundaran
pulau jalan yang bundar dipertengahan persimpangan lampu lalu lintas. Meskipun
dampak lalu-lintas bundaran berupa tundaan selalu lebih baik dari tipe simpang
yang lain misalnya simpang bersinyal, pemasangan sinyal mash lebih disukai
arus jam puncak. Perubahan dari simpang bersinyal atau tak bersinyal menjadi
kendaran lain. Hal ini mungkin terjadi bila kecepatan pendekat ke simpang tinggi
dan/atau jarak pandang untuk gerakan lalu-lintas yang berpotongan tidak cukup
konflikantara pejalan kaki dengan arus lalulintas di daerah yang terbuka luas.
22
Terdapat tiga tipe dasar bundaran:
salah satu pengendalian persimpangan di daerah perkotaan dan luar kota yang
23
Bundaran pada umumnya memiliki tingkat keselamatan yang lebih baik
lintas bundaran sekitar 0,3 kejadian per 1 juta kendaraan (tingkat kecelakaan lalu-
lintas pada persimpangan bersinyal 0,43 dan simpang tak bersinyal 0,6) karena
rendahnya kecepatan lalu-lintas dan kecilnya sudut pertemuan titik konflik, dan
saat melewati bundaran kendaraan tidak harus berhenti pada saat volume lalu
sama ukuran dan tingkat arusnya. Oleh sebab itu bundaran adalah sangat sesuai
bagi persimpangan antara jalan dua lajur dan empat lajur. Kinerja bundaran
kendaraan yang dipilih untuk membelok di dalam jalur lalu-lintas dan jumlah lajur
masuk yang diperlukan. Semakin besar jari-jari bundaran maka tundaan semakin
Bila arus yang melewati bundaran semakin tinggi adakalanya pada beberapa
bundaran lalu lintas. Bundaran atau pulau ditengah persimpangan dapat bertindak
24
sebagai pengontrol, pembagi, pengarah bagi sistem lalu-lintas berputar satu arah.
Pada cara ini gerakan penyilangan hilang dan digantikan dengan gerakan jalinan.
yang berada disisi kanannya. Tujuan utama bundaraan adalah melayani gerakan
yang menerus, namun hal ini tergantung dari kapasitas dan luas daerah yang
digunakan.
jaringan jalan yaitu dengan menerapkan larangan belok kanan pada persimpangan.
persimpangan dapat dikurangi. Untuk itu, sistem jaringan jalan harus mampu
melewatkan kendaraan melalui jalan alternatif yang pada akhirnya menuju pada
Untuk bagian jalinan bundaran, metode dan prosedur yang diuraikan dalam
(MKJI, 1997) mempunyai dasar empiris. Alasan dalam hal aturan memberi jalan,
disiplin lajur, dan antri tidak mungkin digunakannya model yang besar pada
pengambilan celah. Nilai variasi untuk variabel data empiris yang menganggap
25
Tabel 2.5 Rentang Variasi Data Empiris Untuk Variabel Masukan
Variabel Bundaran
Ww/Lw)
Contoh bagian jalinan bundaran antara dua gerakan lalu lintas yang menyatu dan
Keterangan :
26
W2 = Lebar pendekatan 2 yang akan masuk ke bagian jalinan bundaran
Lw = Panjang Jalinan
Ww = Lebar Jalinan
memberikan informasi lebar jalan, batas isi jalan, dan lebar median serta
petunjuk arah untuk tiap lengan persimpangan dapat dilihat pada gambar
2.2 berikut :
27
2.5.1 Tipe Bundaran
R10-22 10 2 7,0 27 9
R14-22 14 2 7,0 31 9
R20-22 20 2 7,0 43 9
antara arus menjalin total dengan arus total dengan 21 sebagai berikut :
Keterangan :
Pw = Rasio Jalinan
2.5.3 Kapasitas
Kapasitas total bagian jalinan adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar
(Co) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian
28
Keterangan :
Co = Kapasitas dasar
tertentu tanpa induksi faktor penyesuaian dapat dihitung dengan rumus 2.20
sebagai berikut:
1,3 0,5 -1,8
Co = 135 x WW x (1+ WE/WW) x (1-pw/3) x (1+ WW/LW) (2.20) MKJI, 1997
Keterangan :
LW = Panjang jalinan
pw = Rasio Jalinan
29
1,3
Gambar 2.7 Faktor Ww = 135 x WW
1,3
Gambar 2.8 Faktor WE/Ww = (1+ WE/Ww)
30
0,5
Gambar 2.9 Faktor faktor pw = (1-pw/3)
-1,8
Gambar 2.10 Faktor WW/LW = (1+ WW/LW)
31
Tabel 2.7 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
32
Tabel 2.8 Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping,
33
Adapun variabel-variabel masukan untuk perkiraan kapasitas
Jalinan
Keterangan:
Co = Kapasitas dasar
34
Pw = Rasio Jalinan
bersinyal mempunyai rumus yang sama yang dirumusakan dengan rumus 2.22
Sebagai berikut:
Keterangan:
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
1. Tundaan lalu lintas (DT) ditentukan dari hubungan empiris antara tundaan
35
2. Tundaan lalu lintas rata-rata (DTR) per kendaraan yang masuk ke dalam
Keterangan:
Keterangan:
36
Gambar 2.12 Grafik Peluang Antrian pada Bagian Jalinan Bundaran
37
3.Mendapatkan MKJI 1997 sebesar 324,66
perancangan det/smp dan metode pendekatan
koordinasi sinyal arus jenuh sebesar 264,26
pada simpang det/smp.
bundaran kecil dan 2. Simpang Bundaran Kecil memiliki
simpang Tambun permasalahan yaitu pada kinerja
Bungai untuk bundaran, terjadi derajat kejenuhan
mengurangi tundaan. (DS) sebesar 0,901 pada jalinan DA
(Jl. R.T.A. Milono – Jl. G. Obos)
untuk kondisi lalu lintas puncak.
Sedangkan jalinan AB (Jl. G. Obos –
Jl.Imam Bonjol), jalinan BC (Jl.
Imam Bonjol – Jl. Diponegoro), dan
jalinan CD (Jl.Diponegoro – Jl.
R.T.A. Milono) masih memiliki
kinerja yang baik, yaitu nilai DS
masih di bawah 0,75.
3. Perlu adanya rekayasa lalu lintas
secara berkala karena lalu lintas yang
terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
2. Kinerja Bundaran Untuk mendapatkan arus Berdasarkan data dan hasil analisis
Bersinyal Digulis lalulintas dan komposisi diperoleh bahwa Bundaran Bersinyal
Kota Pontianak / arus lalu lintas pada Digulis memiliki permasalahan yang
Said, Siti Mayuni, persimpangan empat mempengaruhi kinerja bundaran,
Eti Sulandari lengan Jalan Jenderal yang menyebabkan tingginya Derajat
Ahmad Yani, Jalan Daya Kejenuhan hingga 0,933 pada arah
Nasional, dan Jalan Prof. C-D. Sedangkan kinerja simpang
Dr. H. Hadari Nawawi bersinyalnya, Lengan A, lengan arus
(Bundaran Bersinyal mayor, Jalan Arah Ahmad Yani,
Digulis) memiliki nilai Derajat Kejenuhan
38
0,841. Dengan kinerja seperti ini
terjadi panjang antrean sebesar 148
m untuk arah A dan 128 meter untuk
arah C. Hal ini mengakibatkan
tundaan sebesar 13,73 smp.detik
pada arah A dan 10,64 smp.detik
pada arah B. Kondisi ini tentunya
mengakibatkan kerugian, baik
biaya operasional kendaraan dan
nilai waktu bagi pengendara
kendaraan, dan memerlukan
penanganan segera agar terjadi
efisiensi di jaringan jalan perkotaan.
3. Analisa Kinerja Untuk menganalisa 1.Tingkat Pelayanan/LOS ( Level of
Bundaran kinerja Bundaran servis ) jalinan AB (dari arah
Menggunakan Menggunakan Metode Bakauheni ke arah Tanjung Karang
Metode Manual Manual Kapasitas Jalan dan sebaliknya ) adalah A , BC ( dari
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) dalam arah Tanjung Karang ke arah
Indonesia (MKJI) studi kasus Bundaran Kotabumi dan sebaliknya) adalah B
(Studi Kasus : Radin Inten Bandar sedangkan bagian jalinan CA (dari
Bundaran Radin Lampung arah Kotabumi ke arah Bakauheni
Inten Bandar dan sebaliknya ) adalah E.
Lampung) / Weka 2. Nilai tundaan ketiga bagian jalinan
Indra Dharmawan, ini terhitung kurang baik karena
Devi Oktarina, melebihi tundaan geometrik
Hanif Syahroni kendaraan yang tidak terhambat yaitu
4 detik.
3. Peluang antrian terbesar ada pada
ruas jalan CA (dari arah Kotabumi
ke arah Bakauheni dan sebaliknya )
yaitu batas atas sebesar 67.658% dan
39
batas bawah sebesar 32.232%.
4. Kemacetan terbesar pada jalinan
CA (dari arah Kotabumi ke arah
Bakauheni dan sebaliknya) akibat
kapasitas jalinan tidak dapat
melayani volume lalu lintas yang
ada.
5. Kondisi bundaran Raden Intan
terhitung buruk karena di bagian
jalinan CA nilai LOS ( Level of
servis ) adalah E.
4. Analisis Dan Untuk mendapatkan data 1. Kondisi pola arus lalu lintas atau
Evaluasi Kinerja primer yang diperlukan kinerja yang terjadi pada bundaran
Bundaran Smp dalam perencanaan SMP Negeri 1 Pontianak pada
Negeri 1 Pontianak berdasarkan fakta-fakta kondisi existing atau tahun 2015 ini
/ Sulung Wahyu yang tampak dan masih terbilang memenuhi kapasitas
Kartika, sebagaimana adanya, yang tersedia, yaitu DS = 0,71.
Syafaruddin AS, sehingga diharapkan Sedangkan pada tahun 2020 juga
Sumiyattinah akan mendapatkan memenuhi kapasitas perencanaan,
gambaran yang jelas yaitu DS = 0,69.
mengenai arus lalu lintas, 2. Kondisi existing geometric
kondisi bangunan bundaran SMP Negeri 1 Pontianak
exixting di sekitar tidak sesuai dengan
bundaran, hambatan peraturan Manual Kapasitas Jalan
samping dan ukuran Indonesia 1997 yaitu dengan jari-jari
geometrik bundaran. bundaran 4,5 meter. Dan dalam
perencaaan alternative geometric
bundaran SMP Negeri 1 Pontianak
sudah disesuaikan dengan peraturan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia
40
1997 dan Pedoman Kontruksi dan
Bangunan Perencanaan Bundaran
untuk Persimpangan Sebidang, yaitu
sesuai dengan tipe bundaran R10–2
2, dengan jari-jari 10 meter dengan 2
lajur pendekat dan 2 lajur keluar.
3. Kondisi existing geometric
bundaran SMP Negeri 1 Pontianak
tidak sesuai dengan Pedoman
Kontruksi dan Bangunan
Perencanaan Bundaran untuk
Persimpangan Sebidang, yaitu 3
pulau pemisah (splitter island).
Dalam perencaaan alternative
geometric bundaran SMP Negeri 1
Pontianak sudah disesuaikan dengan
Pedoman Kontruksi dan Bangunan
Perencanaan Bundaran untuk
Persimpangan Sebidang, yaitu
elemen bundaran 4 lengan memiliki
4 pulau pemisah (splitter island).
4. Dalam perambuan lalu lintas di
bundaran, hanya terdapat rambu
dilarang berhenti, dilarang parkir dan
rambu pendahulu petunjuk jurusan,
sedangkan marka jalan sudah tidak
tampak lagi.
5. Analisis Kinerja Untuk menganalisis 1. Dari hasil perhitungan simpang
Simpang Bersinyal kinerja simpang Jalan Gajah Mada – K. H Wahid
(Studi Kasus: Jalan bersinyal (Studi Kasus: Hasyim kondisi eksisting dengan
K.H Wahid Jalan K.H Wahid Hasyim metode perhitungan MKJI 1997
41
Hasyim - Jalan - Jalan Gajah Mada) didapat kinerja persimpangan untuk
Gajah Mada) / pendekat Utara didapat Panjang
Lamhot antrian sebesar 64 meter,Tundaan
Hasudungan rata – rata: 52,370 dengan tingkat
Sariaman pelayanan F. Untuk pendekat
Sitanggang, Joni Selatan; Panjang antrian: 48 m,
Harianto Tundaan rata – rata: 50,163 dengan
tingkat pelayanan F. Untuk pendekat
Barat, Panjang antrian: 94,545 m,
Tundaan rata – rata: 63,278 dengan
tingkat pelayanan F. Untuk pendekat
Timur, Panjang antrian: 116,364 m,
Tundaan rata – rata: 67,769 dengan
tingkat pelayanan F. Dan tundaaan
rata – rata simpang yang dihasilkan
adalah 61,174 dengan tingkat
pelayanan F.
2. Dari hasil perhitungan simpang
Jalan Gajah Mada – K. H Wahid
Hasyim kondisi eksisting dengan
metode perhitungan HCM 2000
didapat kinerja kinerja persimpangan
dengan tundaan untuk pendekat
Utara, tundaanya adalah sebesar
93,425 dengan tingkat pelayanan F.
Untuk pendekat Selatan, tundaannya
adalah sebesar 64,520 dengan tingkat
pelayanan E. Untuk pendekat Barat,
tundaan adalah sebesar 124,351
dengan tingkat pelayanan F. Untuk
pendekat Timur tundaannya adalah
42
sebesar 119,913 dengan tingkat
pelayanan F.Dan tundaan simpang
sebesar 108,93 dengan tingkat
pelayanan F.
3. Dari perhitungan evaluasi kinerja
simpang pada kondisi eksisting
dengan menggunakan 2 metode
diatas dihasilkan antrian dan tundaan
rata – rata yang besar sehingga
menimbulkan panjang antrian yang
cukup besar dan tingkat pelayanan
yang buruk pada tiap pendekatnya.
Dan simpang bersinyal ini
mendapatkan nilai F untuk tingkat
pelayanannya.
43
`
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang ditinjau adalah Jl. Persatuan Raya - Jl. Bhayangkara - Jl. Sultan Isma dan
Jl. Persatuan Raya merupakan jalan provinsi sedangkan Jl. Bhayangkara dan Jl.
Sultan Isma adalah jalan kabupaten dan dapat dilihat pada gambar 3.1 yang
merupakan foto lokasi survey Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan
Isma Kabupaten Sinjai serta gambar 3.2 sebagai sketsa lokasi survey Jl.
Persimpangan ini mempunyai karakteristik jalan dua lajur arah tak terbagi
atau 2/2UD pada Jl. Bhayangkara dan Jl. Sultan Isma sedangkan 4/2UD ada Jl.
rendah maupun pada kondisi volume lalu-lintas yang tinggi dapat dilihat pada
gambar 3.3 yang merupakan pola pergerakan arus simpang bundaran serta
gambar 3.4 sebagai sketsa geometric simpang bundaran bersinyal pada Jl.
Persatuan Raya - Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan Isma. Adapun beberapa sarana
44
`
45
`
Gambar 3.3 Pola Pergerakan Arus Lalu Lintas pada Bundaran Jl.
46
`
Rabu, dan Jumat dengan pertimbangan bahwa Senin merupakan hari mengawali
orang untuk bekerja, hari Rabu merupakan hari-hari yang mewakili hari – hari
selanjutnya atau hari dimana biasa orang melakukan perjalanan rutin dan hari
Jumat merupakan hari menuju akhir pekan. Dimulai pada pagi hari jam 07.00 –
9.00,kemudian pada siang hari 12:00 – 14:00, lalu pada sore hari jam 16:00 –
18:00 dengan periode pengamatan selama 2 jam pagi, 2 jam siang, dan 2 jam
accounting:
1. Data Primer
adanya kendaraan parkir, data fase dan waktu sinyal, serta data geometric
simpang dan bundaran, dimana kendaraan yang diamati berupa kendaraan ringan
(LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC), dan kendaraan tidak bermotor
(UM), dengan pergerakan kendaraan yaitu menerus, belok kanan, dan belok kiri.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah
jumlah penduduk, peta lokasi dan lain sebagainya. Adapun data sekunder yang
digunakan pada penelitian ini adalah jumlah penduduk dan letak geografis yang
Sumber : BPS, Sensus penduduk (SP) 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia
2010-2020
48
`
c. Kamera
d. Laptop 1 unit
49
`
Mulai
`
Survey Lokasi
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengambilan Data
Selesai
50
`
51
BAB IV
4.1 Simpang
Tabel 4.1. Kondisi Geometrik (Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl.
Sultan Isma).
Hambatan Belok Lebar Pendekat (m)
Kode Tipe Samping Median Kiri Pendekat Masuk Belok Kiri Keluar
W W
pende- Lingk. Tinggi/Sed Ya/ Langsung WA MASUK Langsung KELUAR
W
kat Jalan ang/ Tidak Ya/ LTOR
Rendah Tidak
U COM Sedang T T 5 5 - 6,5
S COM Sedang T T 5 5 - 5
T COM Sedang T T 3 3 - 2,5
B COM Sedang T T 3,5 3,5 - 4
Sumber : Hasil Survei, 2020
Keterangan :
COM (Komersial) = lahan niaga (cth: toko, restoran, kantor) dengan jalan
S (Sedang): besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar cukup
51
disepanjang atau melintasi pendekat, keluar –masuk halaman
disamping jalan.
R (Rendah) : besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar tidak
diatas.
52
Tabel 4.2. Rekapitulasi volume lalu lintas pada jam puncak untuk setiap pendekat
53
Grafik volume lalu lintas pada pendekat utara (Jl. Persatuan Raya I) menunjukkan
700
600
500
400
300 MC
200 LV
100
0 HV
7
1
07 00.08-00
07 15.08-15
07 30.08-30
07 45.08-45
08 00.09-00
12 00.13-00
12 15.13-15
12 30.13-30
12 45.13-45
13 00.14-00
16 00.17-00
16 15.17-15
16 30.17-30
16 45.17-45
UM
...... ...
......
00.18-
00
Waktu
Gambar 4.1. Volume Lalu Lintas Per Jam Pada Pendekat utara (Jl. Persatuan Raya I).
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada
54
4.1.2.2. Data Arus Lalu Lintas
Data diperoleh dari hasil pengalian antara total volume lalu lintas dan (emp) masing-masing jenis kendaraan.
Tabel 4.3 Rekapitulasi data arus lalu lintas pada jam puncak untuk setiap pendekat
55
a. Menghitung arus lalu lintas dalam satuan smp/jam
Dimana :
Q = Arus lalu lintas (smp/jam) emp = LV = 1,0
V = Volume lalu lintas (kend/jam) HV = 1,3
MC = 0,4
Secara visualisasi arus lalu lintas pada pendekat selatan (Jl. Persatuan Raya II)
600
500
400
300
200
MC
100
0 LV
Jumlah
00.
17
HV
00.07 00.08-
15.07 15.08-
30.07 30.08-
45.07 45.08-
00.08 00.09-
00.12 00.13-
15.12 15.13-
30.12 30.13-
45.12 45.13-
00.13 00.14-
00.16 00.17-
15.16
45.16
30.16
00.1
8-
45.17-
30.17-
15.17-
Waktu
Gambar 4.2. Arus Lalu Lintas Per Jam Pada Pendekat Utara (Jl. Persatuan Raya
I).
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada
pendekat selatan terjadi waktu puncak arus lalu lintas pada kendaraan yang
belok kiri ke arah Jl. Sultan Isma 12.30-13.30 yaitu sebesar 104 smp/jam,
kendaraan yang belok kanan ke arah Jl. Bhayangkara 12.30-13.30 yaitu sebesar
300 smp/jam, kendaraan yang lurus kearah Jl.Persatuan Raya II pada pukul
56
12.30- 13.30 yaitu sebesar 405 smp/jam, dan waktu puncak total arus lalu lintas
Total arus lalu lintas pada semua pendekat dapat dilihat pada gambar berikut :
256 smp/jam
808 smp/jam
661 smp/jam
181 smp/jam
Gambar 4.3. Arus Lalu Lintas persimpangan Jl. Persatuan Raya – Jl.
Bhayangkara – Jl. Sultan Isma
Waktu sinyal yang berupa waktu hijau (gi) dan waktu siklus (c)
dari tiap pendekat yang digunakan dalam analisis ini berasal dari waktu
57
Tabel 4.4. Waktu Siklus dan Waktu Hijau
Waktu
Lampu Lalu Lintas
Siklus
Pendekat
Merah Hijau Kuning C
(Detik) (Detik) (Detik) (Detik)
Utara dan 21
31 2 54
Selatan
Timur dan
28 24 2 54
Barat
Σg 45
Sumber : Hasil Pengamatan
Untuk lebih jelas, berikut adalah pengaturan lampu lalu lintas exiting yang
All Red
Fase I 21 2 5 26
Timur-Barat
All Red
5
23
Fase II 24 2
Selatan-Timur
Barat-Selatan
58
4.1.3 Perhitungan Kinerja Simpang dengan Metode MKJI 1997
Pada sub bab ini, tabel data yang dimunculkan hanya perhitungan pada
selebihnya terlampir.
59
Jadi, dari gambar diperoleh S5 = 1820
60
Jadi, dari gambar diperolah S3 = 1620 dan S4 = 2200
S3,5 = ( 3,5 – 3 ) x ( S4 – S3 ) + S4
= 2490
61
4.1.3.3. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (Fsf)
fase terlawan yang nilai rasionya dapat dilihat dari tabel 2.8
kelandaiannya adalah 1.
− µ§
3
3 − ¤−2 ¤
=
µ
Keterangan :
pendek).
62
g = Waktu hijau pada pendekat
Utara :
41,
41,6 6 − 21§
3 − 5−2 3 5
=
21 = 0,86
:
Selatan
41,
41,6 6 − 21§
3 − 5−2 3 5
=
21 = 0,86
:
Timur
43,5 43,5 − 24§
3 − 3−2 33
= 24 = 74
:
24 = 77
=
4.1.3.6 Faktor Penyesuaian Untuk Belok Kanan (FRT)
63
4.1.3.7 Faktor Penyesuaian Untuk Belok Kiri (FLT)
Keterangan :
Fg = Faktor kelandaian
Utara :
= 2280 0,83 0,94 1 0,86 1 1 = 1537 #
/)*
Selatan :
= 1820 0,83 0,94 1 0,86 1 1 = 1227 #
/)*
Timur :
= 1640 0,83 0,95 1 0,74 1 1 = 952 #
/)*
Barat :
64
= 2490 0,83 0,94 1 0,77 1 1 = 1503 #
/)*
Arus jenuh
Lebar
Faktor-faktor penyesuaian Nilai Arus
Kode Tipe efektif
S Semua tipe Hanya tipe Jenuh
pendekat pendekat (m) O
pendekat O disesuaikan
W F F F F F F
e CS SF G P RT LT S
U O 5 2280 0,83 0,94 1 0,86 1 1 1537
S O 5 1820 0,83 0,94 1 0,86 1 1 1227
T O 3 1640 0,83 0,95 1 0,74 1 1 952
B O 3,5 2490 0,83 0,94 1 0,77 1 1 1503
Sumber : Hasil Perhitungan
4.1.3.9. Rasio Arus Jenuh
Rasio arus jenuh (FR) dan rasio fase (PR) dihitung dengan
Keterangan :
: -./0
Utara %=
/12
= 0,31
: -,,0
+3
%= = 0,05
Selatan : 3.,
+1
%= = 0,03
: -.2/
4% = %"567 /8
Timur
Barat
Keterangan :
PR = Rasio fase
65
IFR = Perbandingan arus simpang = ΣFRcrit
2,/-
: 4% = = 0,90
Utara dan Selatan 2,.1
2,/-
: 4% = = 0,10
Timur dan Barat 2,21
Nilai rasio arus jenuh pada persimpangan dapat dilihat pada
Keterangan :
Selatan : c:; =
-,. < -+=.
= 37 detik
->2,/-
Keterangan :
: µD
Barat = 37 − 14 0,10 = 2 E76F
c. Waktu Siklus yang disesuaikan
c = Σg + LTI
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
67
c = Waktu siklus yang disesuaikan (detik)
,- #
Utara :H=1537 = 577 /)*
.I
,- #
Selatan
:H=1227 .I = 460 /)*
, = 124 #
Timur :H =952 /)*
-3
,
#
Barat :H =1503 -3
= 195 /)*
J = H
Keterangan :
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas
+,,
J = = 0,73
: .00
Utara J =
/12
= 0,83
: +I2
+3
J= =0,40
Selatan : -,+
J =
+1
=0,25
: -3.
Timur
Barat
Tabel 4.7 Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Pada Masing-Masing
Pendekat
Kode Q G c C
S DS
Pendekat smp/jam Detik Detik smp/jam
U 1537 422 21 56 577 0,73
S 1227 380 21 56 460 0,83
T 952 49 2 19 124 0,40
B 1503 48 2 19 195 0,25
Sumber : Hasil Perhitungan
68
4.1.3.12. Perilaku Lalu Lintas
M , 8J −0,5
K 1=0,25H[ J −1 + J−1 + H
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
DS = Derajat kejenuhan
Utara :
1 O 2,0/>2,.
K 1 = 0,25 577 [ 0,73 − 1 + N0,73 − 1 , +
.00
= 0,85
Selatan :
1 O 2,1/>2,.
K 1 = 0,25 460 [ 0,83 − 1 + N0,83 − 1 , +
+I2
= 1,80
Timur :
1 O 2,+2>2,.
K 1 = 0,25 124 [ 0,40 − 1 + N0,40 − 1 , +
-,+
= 1,00
69
Barat :
1 O 2,,.O2,.
K 1 = 0,25 195 [ 0,25 − 1 + N0,25 − 1 , +
-3.
= 1,00
1−P%
DS = Derajat kejenuhan
Utara :
1 − 0,39 422
70
Untung menghitung jumlah kendaraan antri
K =K1+K2
Keterangan :
sebelumnya
Utara :
K = 0,85 + 5,45 = 6,30
Selatan :
K = 1,80 + 5,17 = 6,97
Timur :
K = 1,00 + 0,68 = 1,68
Barat :
K = 1,00 + 0,65 = 1,65
K * 20
Keterangan : = *#QF
QL = Panjang antrian
71
Utara :
= 9 520 =36
Selatan :
1020
= 5 =40
Timur :
= 1 320 = 7
Selatan :
0,9 20
= 3 =6
b. Kendaraan Terhenti
NS = Angka Henti
Utara :
6,30
72
Selatan :
6,97
masing pendekat
KRS= K
Keterangan :
NS = Angka henti
Utara :
/)*
Selatan :
/)*
Timur :
/)*
Barat :
KRS = 48 2,05 = 99 #
/)*
73
Untuk menghitung angka henting seluruh simpang
WK RS
K TUT¤V = TUT¤V
Keterangan :
33I
Utara
: K TUT¤V = -,1, = 0,78
33I
Selatan
: K TUT¤V = --+2 = 0,87
33I
Timur
: K TUT¤V = /,/ = 3,08
33I
Selatan
: K TUT¤V = +0, = 2,11
c. Tundaan
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
74
NQ1= Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
(smp/jam)
Utara :
0,85 + 3600
J& = 56 0,59 + = 52 E7/#
577
Selatan :
1,80 + 3600
J& = 56 0,62 + = 48
E7/#
460
Timur :
1,00 + 3600
J& = 19 0,52 + = 57
E7/#
124
Barat :
1,00 + 3600
J& = 19 0,51 + = 46
E7/#
195
1. Tundaan Geometri
JP] = 1−
^_
T6+
^_4
Keterangan :
75
Utara :
JP] =
1−0,140,506+ 0,14 4 = 3,14
Selatan :
JP] =
1−0,150,426+ 0,15 4 = 2,76
Timur :
JP] =
1−0,050,726+ 0,05 4 = 4,32
Barat :
JP] =
1−0,050,836+ 0,05 4 = 4,94
Untuk menghitung jumlah dari tundaan lalu lintas rata-
Keterangan :
J] = 52 + 3,14 = 55 detik/smp
Utara :
J] = 46 + 4,94 = 51 detik/smp
Barat :
Untuk menghitung tundaan total pada simpang
J`a`bc = J
76
Keterangan :
J8= WJ
`a`bc
Keterangan :
d +,, O .. 133
Utara : J= = 29 E76F/#
d /12 O .2
Tabel 4.8. tabel tingkat pelayanan setiap pedekat pada jam puncak
78
Tabel. 4.9. Tabel rekapitulasi perhitungan pada setiap pendekat pada jam puncak
Arus Jenuh
Rasio
Lebar
Tipe Kendaraan
Kode Tipe Hambatan Efektif Faktor-Faktor Penyesuaian
Lingk. Tak Nilai Arus
Pendekat Pendekat Samping (m) Hanya Tipe
Jalan Bermotor S0 Semua Tipe Pendekat Jenuh
(We) O
(PUM) (smp/jam) (S)
FCS FSF FG FP FLT FRT
U O COM Sedang 0,03 5 2280 0,83 0,94 1 0,86 1 1 1537
S O COM Sedang 0,02 5 1820 0,83 094 1 0,86 1 1 1227
T O COM Rendah 0,04 3 1640 0,83 0,95 1 0,74 1 1 952
B O COM Sedang 0,03 3,5 2490 0,83 0,94 1 0,77 1 1 1503
79
Traffic Light Antrian Kendaraan
Arus Lalu Volume Lalu Rasio
Kapasitas Derajat
Kode Lintas Lintas Hijau
(C) Kejenuhan Kendaraan
Pendekat (smp/jam) (Kend/Jam) GR Total Rata- Angka Rasio
(smp/jam) (DS) g c NQ1 NQ2 Terhenti NS
(Q) (Q) (g/c) NQ rata Henti Kendaraan TOT
(Detik) (Detik) smp smp (Nsv)
smp NQ NS (Psv)
smp/jam
U 422 1282 577 0,73 21 54 0,38 0,85 5,45 6,30 3,15 0,90 0,14 378 0,78
S 380 1140 460 0,83 21 54 0,38 1,80 5,17 6,96 3,48 1,10 0,15 418 0,87
T 49 323 124 0,40 24 54 0,13 1,00 0,68 1,68 0,84 2,04 0,05 101 3,08
B 48 472 195 0,25 24 54 0,13 1,00 0,65 1,65 0,82 2,05 0,05 99 2,11
Tundaan
Arus Lalu Volume Lalu Traffic Light Rasio
Kapasitas Derajat
Kode Lintas Lintas Hijau Tingkat
(C) Kejenuhan Nilai
Pendekat (smp/jam) (Kend/Jam) GR DT DGj Dj Dtotal DI Pelayanan
(smp/jam) (DS) g c Constant (A)
(Q) (Q) (g/c)
(Detik) (Detik)
80
4.2 Bundaran
Data mengenai ukuran (lebar dan panjang) jalinan pada lokasi bundaran
pada Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara – Jl. Sultan Isma yang diukur dalam m
Jalinan
No Keterangan
AB BC CD DA
1. Lebar Pendekat (W1) 5 2,5 5 3,5
2. Lebar Pendekat (W2) 15,8 17,5 15,8 16
3. Lebar Masuk Rata-rata (We) 5,8 2,5 5,8 3,8
4. Lebar Jalinan (Ww) 12,5 11,7 12,7 12,5
5. Panjang Jalinan (Lw) 16 13 16,5 19
6. Lebar Masuk Rata-rata /Lebar Jalinan (We/Ww) 0,5 0,2 0,5 0,3
7. Rasio Lebar/Panjang (Ww/Lw) 0,8 0,9 0,8 0,7
Sumber: Hasil Survey,2020
81
4.2.3 Perhitungan Rasio Jalinan Bundaran
f
e = TUT¤V
Keterangan :
Pw = rasio jalinan
AB : 1., = 1,17
e= 33.
BC : I-2
e= 3I3 = 1,59
CD : 013
e= -,-2 = 1,53
.03
DA :
e= 311 = 1,71
Tabel 4.12 Perhitungan Rasio Jalinan Bundaran Pada Jam Puncak
Arus
Bagian Arus Masuk Arus masuk bagian Rasio
menjalin
Jalinan Bundaran Qmasuk jalinan QTOTAL menjalin pw
Qw
82
4.2.4 Kapasitas
kapasitas dasar (Co) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu dan faktor-
faktor penyesuaian.
Ha = 135
-,/ f -,. i 2,. f >-,1
1+ g 1− j 1+ h f fh / Vh
Co = Kapasitas dasar
Pw = Rasio Jalinan
1,3
Faktor Ww = 135 x WW
AB :
f = 135 12,5-,/ = 3600,12
BC :
f = 135 11,7-,/ = 3303,51
CD :
f = 135 12,7-,/ = 3675,18
DA :
-,/
f = 135 12,5 = 3600,12
1,3
Faktor WE/Ww = (1+ WE/Ww)
1,3
AB : WE/Ww = (1+ 5,8/12,5) = 1,46
1,3
BC : WE/Ww = (1+ 2,5/11,7) = 1,21
1,3
CD : WE/Ww = (1+ 5,0/12,7) = 1,39
1,3
DA : WE/Ww = (1+ 3,8/12,5) = 1,30
83
0,5
Faktor Pw = (1-Pw/3)
0,5
AB : Pw = (1-1,17/3) = 0,31
0,5
BC : Pw = (1-1,59/3) = 0,24
0,5
CD : Pw = (1-1,53/3) = 0,24
0,5
DA : Pw = (1-1,71/3) = 0,22
-1,8
Faktor WW/LW = (1+ WW/LW)
-1,8
AB : WW/LW = (1+ 12,5/16) = 1,80
-1,8
BC : WW/LW = (1+ 11,7/13) = 1,94
-1,8
CD : WW/LW = (1+ 12,7/16.5) = 1,77
-1,8
DA : WW/LW = (1+ 12.5/19) = 1,66
Kapasitas Dasar
H = HU \R kRl
Keterangan :
Co = Kapasitas dasar
84
AB : H = 2883,53 0,88 0,94 = 2385 #
/)*
J = ^mi
H
Keterangan :
DS = Derajat Kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
995
Xn ∶ J = 2385 = 0,42
969
nH ∶ J = 1510 = 0,64
1210
HJ ∶ J = 1832 = 0,66
988
JX ∶ J = 1391 = 0,71
85
4.2.6 Tundaan Pada Bagian Jalinan Bundaran
Keterangan:
(det/smp)
Q = Jumlah arus total yang masuk bundaran (smp/jam)
= 1210 3,41 809 = 5,095 E7/#
J&k
sebagai berikut:
Jk = J&k + 4
Keterangan :
Keterangan:
87
Xn ∶ 4% = 4 − 10
Peluang antrian QP% pada bagian jalinan AB berdasarkan kurva hubungan
nH ∶ 4% = 10 − 22
Peluang antrian QP% pada bagian jalinan BC berdasarkan kurva hubungan
88
HJ∶ 4%=11−23
Peluang antrian QP% pada bagian jalinan CD berdasarkan kurva hubungan
JX∶ 4%=16−32
Peluang antrian QP% pada bagian jalinan DA berdasarkan kurva hubungan
89
4.2.8 Tingkat Pelayanan Jalinan Pada Bundaran (Level of Service)
Tabel 4.13. tabel tingkat pelayanan setiap pedekat pada jam puncak
90
Tabel 4.14 Tabel Rekapitulasi Perhitungan Pada Setiap Bagian Jalinan Bundaran
Bagian Jalinan Lebar Masuk Lebar Jalinan Panjang Jalinan Rasio Lebar
Pendekat 1 Pendekat 2 Lebar Masuk (Ww) (Lw) WE/WW Panjang
Rata-Rata (WE) (WW/LW)
AB 5 15,8 5,8 12,5 16 0,5 0,8
BC 2,5 17,5 2,5 11,7 13 0,2 0,9
CD 5 15,8 5,8 12,7 16,5 0,5 0,8
DA 3,5 16 3,8 12,5 19 0,3 0,7
Faktor Penyesuaian
Bagian Jalinan Faktor WW Faktor WE/WW Faktor PW Faktor WW/LW Kapasitas Dasar Kapasitas (C)
Ukuran Kota Lingkaran
(CO) F (smp/jam)
CS Jalan FRSU
AB 3600,12 1,46 0,31 1,80 2884 0,88 0,94 2385
BC 3303,51 1,21 0,24 1,94 1825 0,88 0,94 1510
CD 3675,18 1,39 0,24 1,77 2214 0,88 0,94 1832
DA 3600,12 1,30 0,22 1,66 1681 0,88 0,94 1391
Bagian Jalinan Arus Bagian Jalinan Derajat Tundaan Lalu Lintas Tundaan Lalu Lintas Total Peluang Antrian Tingkat
(Q) Kejenuhan (DT) (DTtot) (QP%) Pelayanan
(smp/jam) (DS) (det/smp) (det/jam)
AB 995 0,42 5,14 5110 4–10 B
BC 969 0,64 3,21 3111 10–22 C
CD 1210 0,66 3,41 4122 11–23 C
DA 988 0,71 3,99 3940 16–32 C
Tundaan lalu lintas bundaran rata-rata DTR (det/smp)
Tundaan bundaran rata-rata DR (DTR+4) (det/smp)
91
4.3 Pembahasan
Berdasarkan data survey lalu lintas pada hari Senin (06 Juli 2020), Rabu
(08 Juli 2020) dan Jumat (10 Juli 2020) di Jl. Persatuan Raya – Jl. Bhayangkara –
Jl. Sultan Isma Kabupaten Sinjai, diketahui volume lalu lintas jam puncak terjadi
pada jam 12.30 – 13.30 pada pendekat utara yaitu 1282 kend/jam, jam 13.00 –
14.00 pada pendekat selatan yaitu 1140 kend/jam, jam 13.00 – 14.00 pada
pendekat timur yaitu 323 kend/jam dan jam 13.00 – 14.00 pada pendekat barat
yaitu 472 kend/jam. Simpang bundaran bersinyal Jl. Persatuan Raya – Jl.
pada simpang tersebut. Panjang antrian dan tundaan yang didapatkan dapat dilihat
Dilihat pada tabel 4.15 terjadi panjang antrian sebesar 40 m untuk arah
pendekat selatan (Jl. Persatuan Raya II), 36 m untuk arah pendekat utara (Jl.
Persatuan Raya I), 7 m untuk arah pendekat timur (Jl. Sultan Isma) dan 6 m untuk
arah pendekat barat (Jl. Bhayangkara). Hal ini mengakibatkan tundaan sebesar 29
detik/smp untuk arah pendekat utara (Jl. Persatuan Raya I) dan arah pendekat
92
selatan (Jl. Persatuan Raya II), tundaan sebesar 17 detik/smp untuk arah timur (Jl.
Sultan Isma) dan tundaan sebesar 10 detik/smp untuk arah barat (Jl.
Bhayangkara).
Dilihat pada tabel 4.16 Peluang antrian QP% pada bagian jalinan AB
mendapatkan nilai peluang antrian batas bawah 4% dan batas atas 10%, peluang
antrian QP% pada bagian jalinan BC berdasarkan kurva hubungan antara peluang
antrian dengan derajat kejenuhan mendapatkan nilai peluang antrian batas bawah
10% dan batas atas 22%, peluang antrian QP% pada bagian jalinan CD
mendapatkan nilai peluang antrian batas bawah 11% dan batas atas 23% dan
Peluang antrian QP% pada bagian jalinan DA berdasarkan kurva hubungan antara
peluang antrian dengan derajat kejenuhan mendapatkan nilai peluang antrian batas
bawah 16% dan batas atas 32%. Hal ini mengakibatkan tundaan lalu lintas pada
bagian jalinan bundaran untuk jalinan AB yaitu, 5,14 detik/smp, tundaan lalu
lintas pada bagian jalinan bandaran untuk jalinan BC yaitu, 3,21 detik/smp,
tundaan lalu lintas pada bagian jalinan bundaran untuk jalinan CD yaitu, 3,14
detik/smp dan tundaan lalu lintas pada bagian jalinan bundaran untuk jalinan DA
93
yaitu, 3,99 detik/smp. Dari tundaan lalu lintas pada setiap bagian jalinan
mendapatkan tundaan lalu lintas rata – rata senilai 5,09 detik/smp sehingga
94
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
95
2. Perlu adanya penambahan rambu lalu lintas pada bundaran untuk
96
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana Dan Sumarda. 2017. Analisis Kinerja Lalu Lintas Pada Bundaran Simpang
Amudi, Abdiyah. 2016. Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus: Jalan
Hasyim Asy’ari.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai. 2018. Sinjai Dalam Angka 2018. Sinjai:
Bondan, Yosaphat V.P. 2011. Analisis Simpang Bersinyal dengan Metode MKJI
Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
Indra Dharmawan, Weka dan Hanif Syahroni. 2016. Analisa Kinerja Bundaran
Jakarta: Erlangga.
Mayuni, Siti dan Said dan Eti Sulandari. 2016. Kinerja Bundaran Bersinyal Digulis
Mulyawati, Desy. 2016. Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pada Simpang Boru
Munawar, Ahmad Dan Gati Rahayu. 2009. Analisis Arus Jenuh Dan Panjang
Putranto, Leksmono Suryo. 2016. Rekayasa Lalu Lintas Edisi 3. Jakarta: PT. Indeks
Setia Darma, MA. 2018. Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Dalam Studi Kasus Jl.
Syaikhu, Muhammad dan Esti Widodo. 2016. Analisa Kapasitas dan Tingkat
Kinerja Simpang Bersinyal (jurnal Reka Buana Vol. 1 No. 1). Malang:
Vicente Soares, Antonio Dan Arifianto AK. 2019. Studi Kapasitas Tingkat
Tribhuwana Tunggadewi.
Wahyudi, I Dan Mukhlisin MA. 2007. Evaluasi Kinerja Simpang Bundaran Baron
Widya Permana, Ari. 2016. Kajian Kinerja Simpang Bersinyal Bundaran Kecil Dan