NIM 2105030367
FAKULTAS PETERNAKAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patutlah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Anugerahnya, Makalah yang berjudul “Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Ternak”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis untuk mendapatkan nilai tugas dan persyaratan untuk mengikuti ujian
akhir semester dari mata kuliah Bahasa Indonesia, Prodi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan,
Universitas Nusa Cendana. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik secara material atau nonmaterial. Penulis
menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
Kesimpulan.............................................................................................................. 10
Saran ....................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ton/ha/panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman padi yang
digunakan.
Dalam penggunaan jerami padi dari hasil fermentasi sebagai pakan ternak sangat cocok
sebagai makanan ternak pada saat musim kemarau, yang dimana pada musim kemarau
jumlah hijauan sebagai pakan ternak pastinya berkurang karena cuaca dan iklim yang panas.
Dan ternak peliharaan pastinya tetap menbutuhkan pakan yang secukupnya untuk
pertumbuhan ternak yang dipelihara.
1.3. TUJUAN
1. Mempelajari pengolahan limbah jerami padi dengan metode fermentasi
2. Untuk mengetahui apa saja potensi dari jerami padi yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak
3. Mempelajari kendala dalam pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak
4. Mengetahui pengolahan limbah jerami padi unruk bahan pakan ternak
5. Mempelajari nutrisi- nutrsi yang terkandung dalam jerami padi
1.4. MANFAAT
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peternak
Dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai pakan ternak dan
inovasinya terkhusus pakan ternak yang berasal dari limbah jerami padi sehingga
para peternak memanfaatkan sisa jerami sebagai salah satu pakan bagi ternaknya.
2
2. Penyuluh peternakan
Dapat dimanfaatkan sebagai oleh para ahli serta pakar dalam peternakan berkaitan
dengan pakan ternak jerami serta bagaimana cara mengolahnya yang kemudian
disampaikan kepada para peternak dalam kegiatan penyuluhan
3. Masyarakat
Dapat dimanfaatkan masyarakat umum sebagai sumber informasi dalam usaha
ternak terutama berkaitan dengan pakan jerami dan kualitasnya
4. Penulis
Dapat penulis gunakan sebagai tugas sekaligus menambah pengetahuan dan
wawasan, serta pemahaman tentang pemanfaatan limbah jerami padi menjadi
pakan ternak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
padi sawah di Jawa dan Bali tahun 2001 sekitar 10.419.400 ha, dan padi ladang
1.086.600 ha (BPS, 2001). Dengan luasan tersebut maka produksi jerami padi sawah per
panen sebanyak: 10.419.400 x 3,86 = 40.218.884 ton bahan kering, dan padi ladang
sebanyak 1.086.600 x 2,76 = 2.999.016 ton bahan kering. Total bahan kering jerami padi
dari sawah dan ladang yang tersedia sebanyak 43.217.900 ton/panen. Menurut UTOMO
at al. (1998), ternak ruminansia hanya mampu mengkonsumsi jerami padi sebanyak 2%
dari bobot badan (dikonversi dalam bahan kering). Bila diasumsikan ternak besar (sapi)
bobot badannya 300 kg, sehari membutuhkan bahan kering jerami sebanyak 300 x 0,02 =
6 kg/hari; dan untuk kambing/domba dengan bobot badan rata-rata 30 kg, membutuhkan
sebanyak 30 x 0,02 = 0,6 kg/hari.
Dengan demikian bahan kering jerami yang tersedia dapat menampung sapi untuk
selama lima bulan musim kemarau sekitar 43.217.900/(6x150) = 48.020.000 ekor setara
dengan 480.200.000 ekor domba/kambing. Jerami segar yang melimpah setelah bulir
padinya dirontokkan, biasanya ditumpuk di tengah petakan sawah atau di pinggir
pematang sawah, dan dibiarkan membusuk dan mengering. Sebenarnya ketersediaan
jerami padi ini cukup potensial bila diawetkan melalui pengeringan sinar matahari, lalu
ditumpuk di tempat yang diberi naungan agar tidak kehujanan untuk dimanfaatkan
sebagai cadangan pakan ternak di saat musim kemarau (AGUS et al., 2000). Pemanfaatan
jerami padi ini pada umumnya masih terbatas untuk pakan ternak ruminansia besar yaitu
kerbau dan sapi potong kereman atau sapi penggemukan, sedangkan pada ruminansia
kecil masih terbatas pada taraf mencoba.
5
Rendahnya kecernaan ini menyebabkan rendahnya kemampuan konsumsi bahan
kering, yaitu hanya 2% dari bobot badan (Jackson, 1977; Utomo et al., 1998). Sebagai
akibatnya, konsumsi energi juga rendah. Dibanding dengan jerami lain (misal jerami
gandum), jerami padi mempunyai kandungan lignin yang rendah yaitu 6–7% sedangkan
jerami barley dan oat antara 8–12% (Mcdonald Et Al., 1988). Namun dilain pihak, jerami
padi mempunyai kandungan silika (13 vs 3%) yang lebih tinggi (Doyle et al., 1986).
Kandungan silika ini menjadi faktor pembatas dari pemanfaatan jerami padi sebagai
pakan ruminansia. Hal ini disebabkan karena silika bersama-sama dengan lignin
memperkuat dan memperkeras dinding sel tanaman, sehingga membuat dinding sel
tersebut tidak dapat dicerna oleh mikroba Rumen (Van Soest, 1982). Rendahnya nilai
kecernaan jerami padi disebabkan oleh lignifikasi dinding sel tanaman. Lignin ini
merupakan bagian dari dinding sel tanaman yang terbentuk pada waktu penebalan
dinding sekunder (JUNG, 1989).
Sejalan dengan meningkatnya umur tanaman, kandungan silika pada dinding sel
juga meningkat dan akibatnya dapat menurunkan nilai kecernaan (Sutardi et al., 1982).
Dinding sel pada prinsipnya terdiri dari pektin, hemisellulosa, sellulosa dan lignin
(Hartfield, 1990). Terikatnya lignin dengan sellulosa dan hemisellulosa akan
menghambat ketersediaan karbohidrat (Chesson, 1988). Hal ini disebabkan karena
penebalan dinding sel oleh lignin akan melindungi dinding sel secara keseluruhan dari
serangan mikroba rumen (Sutardi Et Al., 1982).
6
2) Bahan Dan Ukuran Untuk Fermentasi:
Jerami padi kering, kadar air -/+ 10%, bisa dalam bentuk jerami utuh sebanyak
800 kg
Probiotik In Vivo/vitro 3 liter
Molase/tetes tebu sebagai sumber energy awal buat mikrobia pada awal
inkubasi 20 kg
Air biasa sumur tanpa klorinasi 177 liter.
Jika jeraminya basah, kadar air 20 – 25%, maka menambah airnya sedikit saja
atau diperkirakan nantinya jerami mengandung air berkisar 25 – 30%.
3) Cara Pengolahan:
Cari tempat yang berlantai tanah atau semen, lebih tinggi minimum 50 cm dari
sekitarnya, ditaburi kapur dan harus yang teduh (tidak terkena panas dan
hujan)
Tumpuk jerami padi setebal 20 cm padatkan dengan cara diinjak-injak atau
dipadatkan pakai alat stemper (pemadat tanah uruk)
Menyiapkan formula probiotik sebagai bioactivator. Campur Win_Prob In
Vivo dengan molase 2% dan air (sesuai ukuran yang disediakan di awal)
Siramkan ke seluruh permukaan jerami agar merata (jika jerami sudah basah,
tidak perlu disiram dengan air, cukup dipercik-percikan dengan larutan
probiotika)
Tumpuk lagi dengan jerami setinggi 20 cm, disiram larutan probiotika sambil
dipadatkan, bisa sampai 5 lapis atau lebih
Ulangi lagi sesuai langkah (3) hingga jerami habis. Kemudian ditutup total
dengan plastik atau terpal dan biarkan terfermentasi selama 30 hari
Pada hari ke-7 bila periksa aroma (bau) yang timbul pada tumpukan jerami.
Jika aroma jerami sudah berubah beraroma harum seperti tape dan serat-serat
jerami sudah lunak (periksa dengan cara pegang dan remas-remas), serta
tumpukan dalam jerami sudah mengeluarkan jamur berwarna putih dan
kuning, maka proses pembuatan fermentasi sudah selesai
7
4) Cara Pemberian:
Berikan jerami fermentasi secukupnya, 1 ekor sapi dewasa, bobot badannya >400
kg, cukup 10 kg/hari. Tapi mesti diangin-anginkan terlebih dahulu minimum 5 menit,
baru berikan kepada sapi. Sebaiknya pemberian dibagi dua atau tiga kali dalam sehari,
yakni pagi, setelah diberi konsentrat, siang hari setelah diberi konsentrat.
5) Ciri- Ciri Hasil Fermentasi Yang Baik:
Menurut Utomo (1999) proses fermentasi yang baik dan benar akan
menghasilkan silase yang baik pula, secara umum karakteristik silase yang baik
yaitu :
Warna silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan.
Sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau kehitaman.
Bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam. Bebas dari bau amonia
dan bau H2S.
Tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas. Tidak menggumpal, tidak lembek dan
tidak berlendir.
Keasaman atau pH, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih
rendah.
Jamur, terlihat ada atau tidaknya jamur. Silase yang baik adalah yang bebas
dari jamur.
6) Penyimpanan Hasil Fermentasi
Jerami fermentasi dapat disimpan sampai satu tahun.
Caranya: setelah fermentasinya sudah jadi (matang), bongkar dan angin-anginkan
sampai kering, kemudian diikat kembali atau bila perlu di-pres agar dapat lebih padat
dan mudah diatur. Maka buatlah jerami fermentasi sebanyak-banyaknya untuk
disimpan dan digunakan pada musim kemarau (cadangan pakan).
8
kandungan lignin dan silika pada jerami padi menyebabkan daya cernanya menjadi
rendah dan mempunyai kandungan mencapai 7,46% dan 11,45%. Kandungan nutrisi
jerami padi berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh umur panen, jenis padi serta lokas.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan nutrisi jerami padi sangat
rendah. Maka dari itu sebelum jerami padi diberikan kepada ternak sebaiknya dilakukan
proses fermentasi terlebih dahulu. Proses fermentasi jerami padi dengan menggunakan
urea dan probiotik yang diperam selama 21 hari. yang dikembangkan oleh Haryanto
(2003) yaitu dengan menggunakan 2,5 kg probion dan 2,5 kg urea dengan 1000 kg dan
diperam selama 21 hari mampu meningkatkan kandungan protein kasar dari 3% menjadi
7% dan meningkatkan daya cerna dari 28-30% menjadi 50-55%. Ditambahkan oleh
Utomo (2004) jerami padi hasil fermentasi mengandung PK sebesar 7,16% lebih tinggi
dari pada PK jerami padi yang tidak terfermentasi yakni 5,72%. Selama proses fermentasi
telah terjadi perombakan karbohidrat terstruktur dan karbohidrat non struktur terbukti
oleh turunnya kandungan SK pada jerami padi fermentasi sebesar 30,90% dari
kandungan SK jerami padi tidak terfermentasi sebesar 32,56% (Utomo, 2004). Jerami
padi fermentasi mengandung 79,1% BK, 7,7% PK, 32,2% SK, 2,4% LK, dan 54,6%
TDN (Agus et al., 2005). Ditambahkan oleh Mahendri et al. (2006) bahwa pemberian
jerami padi fermentasi yang ditambah dengan konsentrat pada sapi PO mampu
meningkatkan bobot badan harian 1,02 kg/ekor/hari.
9
BAB III
PEUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pakan fermentasi yang sangat membantu
para pengusaha ternak pada musim kemarau dan dapat dijadikan sebagai bahan cadangan
makanan bagi ternak karena hasil dari fermentasi dapat disimpan dalam jangka waktu lama
dalam kurun waktu setahun.Dari pembahasan di atas dapat kita lihat bahwa jerami padi dari hasil
pertamiam yang sangat banyak jumlahnya dapat dimanfaatkan oleh para peternak sebagai pakan
dari hasil fermentasi dan kandungan nutrisi yang terkandung dalam jerami hasil fermentasi itu
baik bagi hewan ternak yang dipelihara.
Jerami padi dapat menggantikan 10% dari hijauan segar bagi ternak. Sementara itu
apabila digunakan bersamaan dengan konsentrat, maka jerami padi fermentasi dapat
menggantikan rumput segar sebanyak 30%. Jerami padi cukup potensial sebagai bahan pakan
ternak ruminansia, tetapi tidak dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak tunggal. Berbagai
perlakuan terhadap jerami padi untuk meningkatkan nilai gizi telah banyak digunakan. Namun
untuk pemanfaatan pakan di pedesaan, tampaknya suplementasi jerami padi dengan sisa hasil
industri pertanian ataupun tanaman leguminosa merupakan pilihan yang mudah diterapkan.
Seperti yang kita tahu dimana cara memanfaatkan jerami juga dibilang mudah, sehingga para
peternak tidak kesusahan dalam mengolah limbah tersebut.
SARAN
Perlu diadakan sosialisasi di tempat atau di pedesaan yang para pengusaha ternak belum
tahu atau belum sepenuhnya menguasai ilmu bahwa limbah dari pertanian yaitu jeram padi juga
bisa dijadikan sebagai pakan ternak, yang bisa membantu para peternak disaat kesulitan
mendapatkan pakan untuk ternak ruminansia yang dipelihara pada musim kemsrau.
10
DAFTAR PUSTAKA
AGUS, A., MUHSON, JAUHARI dan S. PADMONOWIJONO. 2000. Komposisi kimia dan degradasi in
sacco jerami padi segar fermentasi. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak,
Bogor. hlm. 353−361.
ALI, A dan NOERJANTO. 1983. Penggunaan jerami padi dalam ransum ternak; Pengaruhnya pada
konsumsi dan berat badan sapi Aceh. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak, Bogor.
hlm. 37−40.
ANONIMOUS. 1982. Inventarisasi limbah pertanian Jawa dan Bali, Fakultas Peternakan UGM dan
Direktorat Bina Produksi, Ditjen Peternakan.
Abdulah Fathul Alim dkk.,2002. Produksi dan Pemanfaatan Hijauan pada Buku Petunjuk Teknologi Sapi
Perah Di Indonesia, soni sugema, Bandung
Antonius. 2009. Potensi Jerami Padi Hasil Fermentasi Probion Sebagai Bahan Pakan Dalam Ransum Sapi
Simmental. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Loka Penelitian Kambing Potong, Po
Box 1 Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara.
Basuni et al. 2010. Sistem integrasi padisapi potong di lahan sawah. Jurnal IPTEK Tanaman Pangan. Vol
5 No 1,2010
HARYANTO, B. 2003. Jerami padi fermentasi sebagai ransum dasar ruminansia. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 25 (3): 1–2.
Haryanto, B., I. Inounu, I.G.M. Budiarsana, dan K. Dwiyanto. 2003. Panduan teknis integrasi padi-ternak
(SIPT). Departemen Pertanian
https://sumbarprov.go.id/home/news/12336-mengolah-fermentasi-jerami-untuk-pakan-ternak-.html
https://fapet.ugm.ac.id/id/pakan-komplet-fermentasi-solusi-pakan-di-musim-kemarau/
Judoamidjojo, Muljono; Darwis, Abdul Aziz; Sa'id, Endang Gumbira (2019-12-02). "Teknologi
Fermentasi"
Sutardi et al., 1982; ZulbardI et al., 1983; Sitorus, 1989; Jackson, 1977; Kendala Pemanfaatan Jerami
Fermentasi
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
Setiawan dan Arsa (2005) bahan pakan untuk ternak
Sarwono, B Dan H.B. Arianto.2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.
unilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia.
Karya Ilmiah. Fakultas Pertaian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
USRI, T., R. ANA dan TARMIDI. 1979. Pengaruh penggantian rumput lapangan segar dengan jerami
padi kering dalam ransum terdadap pertumbuhan domba. Pros. Seminar Penelitian dan Penunjang
Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor. hlm. 112−116.
11