Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY

KONSEP STERILISASI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

NI KOMANG AYU SETIAWATI (P07120121001)

JENA PUTRI PURWANTI (P07120121007)

NI KADEK ELSA APRILIYANTI (P07120121032)

KELAS : 1.1

PRODI : D-III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN PEKERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Dalam penyusunan
makalah ini, kami mengalami kendala dan kesulitan, namun berkat Tuhan Yang Maha Esa
yang disertai kesabaran, ketekunan, dan usaha serta bantuan dari berbagai pihak yang telah
tulus ikhlas baik fasilitas, tenaga dan pikiran sehingga makalah yang berjudul "Konsep
Sterilisasi" dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami sungguh berharap makalah ini bisa berguna dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan sekaligus wawasan terkait judul dari makalah ini. Kami sangat mengetahui
bahwa makalah ini ditemukan banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.

Dengan demikian, kami sangat menantikan adanya kritik sekaligus saran untuk
perbaikan makalah yang hendak kami tulis di masa selanjutnya. Sesuatu hal tidak ada yang
sempurna tanpa adanya kritik dan saran. Kami berharap makalah ini bisa dimengerti oleh
setiap pihak yang membacanya. Kami mohon maaf yang sebesar besarnya jika ada kesalahan
atau yang lainnya agar dimaklumi dan dimaafkan.

Denpasar, 23 Februari 2022

Penyusun

Kelompok 10
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau
setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh
semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Dalam bidang mikrobiologi baik
dalam pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat utama
berhasil atau tidaknya pekerjaan kita di laboratorium.
Dalam dunia keperawatan pun sering kali terjadi insiden pasien yang tertular
penyakit ataupun sebaliknya, perawat yang ditulari penyakit oleh si pasien. Untuk
mencegah hal-hal yang membahayakan seperti ini, maka perlu di ambil langkah-
langkah pencegahan. Dan hal utama yang harus dilakukan adalah sterilisasi. Hal ini
dapat mengurangi risiko penularan penyakit dari si pasien ke bidan ataupun dari bidan
kepada pasien.
Dalam bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang penting dan
rasional adalah melakukan setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan. Proses
pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk meminimalkan penularan penyakit
secara silang adalah melakukan sterilisasi

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari sterilisasi?


2. Apa tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi?
3. Apa saja peralatan yang dapat disterilisasi?
4. Bagaimana macam-macam dan metode sterilisasi?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sterilisasi
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya sterilisasi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses sterilisasi
3. Untuk mengetahui macam-macam peralatan yang dapat disterilisasi
4. Untuk mengetahui macam-macam dan metode sterilisasi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi
dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas
(kalor), gas-gas seperti formaldehyde, etilen oksida atau betapriolakton oleh
bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma.
Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan
tinggi atau oleh filtrasi  (Curtis, 2009).
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal
ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang
terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses
fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi
didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode
inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam
nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi
disebut sterilant (Pratiwi, 2006)
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan
membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk
virus, bakteria dan spora dan fungi beserta sporanya. Sterilisasi merupakan suatu
metode atau cara yang digunakan untuk mengeliminasi semua mikroorganisme.

2. Tujuan Sterilisasi dan Faktor yang Mempengaruhi


Tujuan dilakukannya sterilisasi diantaranya :
a. Mencegah terjadinya infeksi
b. Mencegah kontaminasi dari mikroorganisme
c. Menjamin kebersihan alat
d. Menjaga peralatan agar lebih awet
e. Menunjang penyembuhan dalam proses perawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi diantaranya:
a. Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagian mikroorganisme sangat sulit
dibunuh. Sebagian lainnya dapat dengan mudah dibunuh.
b. Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organisme
dari pada yang banyak.
c. Jumlah dan jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme tersebut.
Darah atau jaringan yang menempel pada alat – alat yang kurang bersih
berfungsi sebagai pelindung mikroorganisme selama proses sterilisasi.
d. Jumlah retakan dan celah pada peralatan tempat menempel mikroorganisme.
Mikroorganisme berkumpul di dalam dan dilindungi oleh goresan, retakan
dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dari cunam jaringan.
Akhirnya, tanpa pembersihan yang teliti untuk membuang sisa bahan
organik yang melindungi mikroorganisme selama proses sterilisasi pada alat
– alat, tidak akan dapat menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun waktu
sterilisasi diperpanjang.

3. Jenis Peralatan yang Dapat Disterilisasi


a. Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting,
speculum dan lain-lain.
b. Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung
kimia dan lain-lain.
c. Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan,
pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
d. Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule
trachea dan lain-lain.
e. Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken),
baskom dan lain-lain.
f. Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir,
piring dan lain-lain.
g. Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infuse dan lain-
lain
h. Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon,
dock operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain
4. Macam-Macam Metode Sterilisasi
Beberapa metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Secara Fisik:
 Sterilisasi panas (kering, basah)
 Sterilisasi radiasi
b. Secara Kimia:
 Sterilisasi dingin (perendaman)
 Sterilisasi gas

5. Metode Sterilisasi
a. Pemanasan Basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-
sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf
dan sterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh
bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Tekanan
uap merupakan metode sterilisasi yang paling sering digunakan di rumah
sakit. Uap akan menghancurkan mikroba dengan koagulasi dan denaturasi
protein seluler.
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan
farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang
dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air, larutan dengan
pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastic
serta media untuk pekerjaan mikrobiologi
b. Pemanasan Kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal
ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten
(Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan
oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang
membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang
digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah
(Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam
sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan
suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi
sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda atau bahan yang tidak
mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada
suhu tinggi. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.
c. Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan
terhadap uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap
(tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan
menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut.
Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora
dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada
pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).
d. Perebusan
Perebusan adalah pemanasan di dalam air mendidih atau uap air pada
suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif
dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spuit. Hanya dilakukan
dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme
tetapi tidak sporanya.
Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya
Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun
direbus selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992)
e. Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh
lebih tinggi dari pada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya
desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar
gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Kebanyakan
peralatan yang berasal dari pabrik telah disterilisasi dengan metode radiasi
ionisasi (kobalt 60).
Selain kobalt, sinar Ultraviolet juga dapat digunakan untuk melakukan
sterilisasi. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki
daya antimikroba yang sangat kuat, namun masih berada dibawah kobalt.
Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaan sel.
f. Metode kimia
Bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat
disterilkan secara kimiawi. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain:
 Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol
yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang
lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
 Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang
akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi
inaktivasi enzim.
 Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tirosin, suatu asam
amino dalam enzim atau protein mikroorganisme. Antiseptik berbasis
iodium tidak tepat bila digunakan pada sterilisasi alat medis atau gigi,
karena dapat meninggalkan noda.
 Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk
mematikan sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah
berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. Bahan ini bekerja
secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative sekitar 70%.
Formaldehyde biasa dijual dalam bentuk polimer padat
paraformaldehyde dalam bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk
formalin.
 Glutaraldehide, bahan ini bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat
daripada formaldehid, hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh
bakteri. Bahan ini aktif melawan bakteri vegetatif, spora, jamur, virus
yang mengandung lipid maupun yang tidak.
 Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan
yang dibuat dari plastik.
 Natrium dicloroisocianurato, bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60%
klor. Diterapkan pada tumpahan darah atau cairan yang bersifat
memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru kemudian
dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
 Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hamper
tidak berbau. Bahan ini dapat digunakan untuk membasmi kuman air
pada minuman. Ketika digunakan pada konsentrasi akhir dengan hanya
mengandung 1-2 mg/L klor
 Klor dioksida, bahan ini adalah sebuah germisida kuat dan bekerja
secara cepat. Bahan aktif ini didapat dengan cara mereaksikan asam
klorida dengan natrium hipoklorit.
 Senyawa fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus
lipid, namun tidak aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya
berupa Triklosan dan Kloroksilenol yang biasa digunakan sebagai
antiseptik.
 Senyawa Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan
juga dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol.
 Hidrogen peroksida dan perancis, merupakan oksidan kuat dan
germisida efektif yang berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman
bagi manusia dan lingkungan daripada klor.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sterilisasi adalah proses yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu tindakan, karena
apabila sterilisasi tidak dilakukan secara benar maka akan menyebabkan infeksi silang dan
juga memperbesar resiko infeksi nosokomial. Langkah-langkah standar pengoperasian sistem
sterilisasi juga diperlukan agar alat-alat yang diproses dapat steril secara maksimal tanpa
meninggalkan zat-zat toksik.

Sterilitas alat yang dilakukan sterilisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
jenis dan jumlah mikroorganisme maupun materi organic yang menempel pada alat, serta
adanya retakan atau celah yang dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri atau
mikroorganisme lainnya. Selain itu metode yang digunakan untuk sterilisasi juga dapat
mempengaruhi sterilisasi peralatan. Macam-macam metode sterilisasi diantaranya:

● Pemanasan basah
● Pemanasan kering
● Pemanasan bertahap
● Perebusan
● Radiasi ionisasi
● Sterilisasi dengan zat kimia

3.2 Saran

Sebelum melakukan sterilisasi dengan kimiawi perlu dikaji terlebih dahulu benda
yang akan di sterilisasi. Setelah itu pilih bahan yang efektif sesuai dengan tujuan sterilisasi.
Saat memegang alat sebaiknya praktikan menggunakan handspon, agar dipastikan alat benar-
benar steril.
DAFTAR PUSTAKA

www.bedahradiologi.fkh.ipb.ac.id diakses pada 5 Agustus 2015

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/surgerysterilitation.pdf diakses pada 5


Agustus 2015

https://wordpress.com/2013/12/15/makalah-sterilisasi/ diakses pada 5 Agustus 2015

http://wordpress.com/category/sterilisasi/ diakses pada 5 Agustus 2015

http://www.ocw.usu.ac.id diakses pada 5 Agustus 2015

http://www.journal.ugm.ac.id/index.php diakses pada 5 Agustus 2015

Anda mungkin juga menyukai