Laporan Desain Jalan Raya
Laporan Desain Jalan Raya
Disusun oleh :
C
F
A
E D
Desain Jalan Raya
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya | 2020
BAB I
PRELIMINARY DESIGN
1.1 Pendahuluan
Jalan raya merupakan salah satu infrastruktur penting bagi suatu wilayah.
Sejalan dengan perkembangan penduduk tiap tahunnya, akan ada peningkatan
kebutuhan sarana transportasi, sehingga perlu dilkakukan pembangunan
infrastruktur jalan sesuai kebutuhan masyarakat.
Pada laporan desain jalan raya ini akan direncanakan alinyemen vertikal,
horizontal, cut and fill dan perencanaan perkerasan jalan arteri yang terdiri dari
dataran dengan 2 alternatif.
b) Titik BC
c) Titik CD
d) Titik DE
e) Titik EF
f) Titik FA
4. Kelandaian
Kelandaian akan menentukan topografi medan dari suatu jalan.
Kelandaian dengan nilai kurang dari 3% menunjukkan bahwa daerah
topografi jalan tersebut merupakan dataran, untuk daerah perbukitan
memiliki kelandaian sebesar 3-25%, sedangkan pada daerah pegunungan
memiliki kelandaian lebih dari 25% (TPGJAK-No 038/T/BM/1997, Tabel
3.1). Kelandaian dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut
perbedaan elevasi AB
x100%
jarak total
a) Kelandaian titik AB
390 − 370
x100% = 2.32%
860.233
Jenis topografi medan pada titik AB merupakan dataran.
b) Kelandaian titk BC
400 − 390
x100% = 1.75%
570.087
Jenis topografi medan pada titik BC merupakan dataran.
c) Kelandaian titik CD
400 − 390
x100% = 2.84%
231,52
Jenis topografi medan pada titik CD merupakan daerah dataran.
d) Kelandaian titik DE
390 − 390
x100% = 0%
173,205
Jenis topografi medan pada titik DE merupakan daerah dataran.
e) Kelandaian titik EF
390 − 380
x100% = 1.75%
570.087
Jenis topografi medan pada titik EF merupakan daerah dataran.
f) Kelandaian titik FA
380 − 370
x100% = 1.6%
600
Jenis topografi medan pada titik FA merupakan daerah dataran.
5. Azimuth
Berikut ini adalah data perhitungan azimuth
a) Titik BC
𝑋𝐶 − 𝑋𝐵 636.400 − 635.850
∝𝐵𝐶 = 𝑡𝑎𝑛−1 = 𝑡𝑎𝑛−1 = −75,26°
𝑌𝐶 − 𝑌𝐵 455.900 − 456.800
Terletak di kuadran 2, maka
∝𝐵𝐶 = 180° − 75,26° = 104,74°
b) Titik CD
𝑋𝐷 − 𝑋𝐶 636.900 − 636.400
∝𝐶𝐷 = 𝑡𝑎𝑛−1 = 𝑡𝑎𝑛−1 = 4.57°
𝑌𝐷 − 𝑌𝐶 455.660 − 455.900
Terletak di kuardran 2, maka
∝𝐶𝐷 = 180° − 4.57° = 184,57°
c) Titik DE
𝑋𝐸 − 𝑋𝐷 636.200 − 636.900
∝𝐷𝐸 = 𝑡𝑎𝑛−1 = 𝑡𝑎𝑛−1 = −87,14°
𝑌𝐸 − 𝑌𝐷 455.700 − 455.650
Terletak di kuadran 4, maka
∝𝐷𝐸 = 180° − 87,14° = 272,86°
d) Titik EF
𝑋𝐹 − 𝑋𝐸 636.650 − 636.200
∝𝐸𝐹 = 𝑡𝑎𝑛−1 = 𝑡𝑎𝑛−1 = −76,26°
𝑌𝐹 − 𝑌𝐸 455.550 − 455.700
Terletak di kuadran 2, maka
∝𝐸𝐹 = 180° − 76,26° = 103,74°
6. Sudut Tikungan
Berikut adalah sudut tikungan tiap titik.
a) Sudut tikungan B
∆𝐵 = 𝛼𝐵𝐶 − 𝛼𝐴𝐵 = 104,74° − 70,02° = 34,73°
b) Sudut tikungan C
∆𝐶 = 𝛼𝐶𝐷 − 𝛼𝐵𝐶 = 184,57° − 104,74° = 79,83°
c) Sudut tikungan D
∆𝐷 = 𝛼𝐷𝐶 − 𝛼𝐷𝐸 = 272,86° − 184,57° = −88,28°
d) Sudut tikungan E
∆𝐸 = 𝛼𝐸𝐷 − 𝛼𝐸𝐹 = 103,74° − 272,86° = −169,13°
e) Sudut tikungan F
∆𝐹 = 𝛼𝐸𝐷 − 𝛼𝐸𝐹 = 282,53° − 103,74° = 178,79°
BAB II
CUT AND FILL
Timbunan
= 648,075 𝑚3
Galian
Timbunan = 648,075 𝑚3
Galian
Galian
Galian
Galian
Galian
Volume = Luas alas x lebar jalan
1
Volume = ( 𝑥 𝑎 𝑥 𝑡) 𝑥 𝐿
2
Volume Galian
1
= ( 𝑥 50𝑥 3,55) 𝑥7
Timbunan 2
= 621,25 𝑚3
BAB III
ALINYEMEN HORIZONTAL
3.1 Alternatif 1
Alternatif 1 terdiri dari dua tikungan, yaitu B dan C. Perencanaan
menggunakan metode binamarga.
1. Tikungan B
Tikungan B menggunakan tikungan Spiral – Circle – Spiral. Data
perencanaan pada tikungan B adalah yaitu
𝑘𝑚 90 𝐿𝑆 90 60
𝑉𝑅 = 70 𝜃𝑠 = + = + = 8,18
𝑗𝑎𝑚 𝜋 𝑅𝐶 𝜋 318
∆ = 34,72° 𝜃𝑐 = 34,72° − 2𝑥34,72° = 23,91°
𝑅 = 318 𝑚 𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,10 𝑒𝑚𝑖𝑛 = 0,04
Perhitungan Ls dengan menggunakan 4 persamaan untuk mendapatkan
nilai tertinggi yang akan dipakai dalam perencanaan (Saodang, 2010).
a. Berdasarkan waktu tempuh (3 detik), maka panjang lengkung
𝑉𝑅 70
𝐿𝑆1 = − 𝑇= − (3) = −58,33 𝑚
3,6 3,6
b. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal
𝑉𝑅 3 𝑉𝑅 . 𝑒 703 70. 0,1
𝐿𝑆2 = 0,022 − 2,727 = 0,022 − 2,727 = 42,11 𝑚
𝑅. 𝐶 𝐶 210. 0,4 0,4
c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(𝑒𝑚 − 𝑒𝑛 ) (0,10 − 0,04)
𝐿𝑆3 = . 𝑉𝑅 = . 70 = 48 𝑚
3,6 𝑟𝑒 3,6 . 0,025
d. Berdasarkan tabel Binamarga
𝐿𝑆4 = 60 𝑚 (dipakai)
𝜃𝑐 246,25
𝐿𝑐 = 𝑥 2𝜋𝑅𝐶 = 𝑥 2𝜋381 = 132,64 𝑚
360 360
𝐿 = 𝐿𝑐 + 2𝑥 𝐿𝑠 = 𝑚 + 2𝑥60 = 252,64 𝑚
𝐿𝑠 2 602
𝑃= − 𝑅𝑐(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠) = − 205(1 − cos(8,38)) = 0,47
6𝑅𝑐 6𝑥205
1 1
𝐸𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) sec ∆ − 𝑅𝑐 = (318 + 0,74) sec 34,72 − 381 = 15,68 𝑚
2 2
1 1
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) tan ∆ + 𝑘 = (318 + 0,74) tan 34,72 + 29,99 = 247,49 𝑚
2 2
2. Tikungan C
Tikungan C menggunakan tikungan Spiral – Circle – Spiral. Data
perencanaan pada tikungan C adalah yaitu
𝑘𝑚 90 𝐿𝑆 90 70
𝑉𝑅 = 70 𝜃𝑠 = + = + = 5,14
𝑗𝑎𝑚 𝜋 𝑅𝐶 𝜋 318
∆ = 79,83° 𝜃𝑐 = 79,83° − 2𝑥5,14° = 69,01°
𝑅 = 318 𝑚 𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,08 𝑒𝑚𝑖𝑛 = 0,068
Perhitungan Ls dengan menggunakan 4 persamaan untuk mendapatkan
nilai tertinggi yang akan dipakai dalam perencanaan (Saodang, 2010).
e. Berdasarkan waktu tempuh (3 detik), maka panjang lengkung
𝑉𝑅 70
𝐿𝑆1 = − 𝑇= − (3) = −58,33 𝑚
3,6 3,6
Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
2020
Desain Jalan Raya
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya | 2020
1 1
𝐸𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) sec ∆ − 𝑅𝑐 = (318 + 0,71) sec 79,83 − 318 = 468,45 𝑚
2 2
1 1
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) tan ∆ + 𝑘 = (318 + 0,74) tan 79,83 + 29,92 = 1802,16 𝑚
2 2
3.2 Alternatif 2
Alternatif 2 terdiri dari dua tikungan, yaitu F dan E. Perencanaan
menggunakan metode binamarga.
1. Tikungan E
Tikungan E menggunakan tikungan Spiral – Spiral. Data perencanaan
pada tikungan E adalah yaitu
𝑘𝑚 1 1
𝑉𝑅 = 70 𝑗𝑎𝑚 𝜃𝑠 = 2 ∆ = 2 (−88,29°) = −44,15°
2. Tikungan F
Tikungan F menggunakan tikungan Spiral – Circle – Spiral. Data
perencanaan pada tikungan F adalah yaitu
𝑘𝑚 90 𝐿𝑆 90 60
𝑉𝑅 = 70 𝜃𝑠 = + = + = 8,18°
𝑗𝑎𝑚 𝜋 𝑅𝐶 𝜋 210
∆ = 39,47° 𝜃𝑐 = 39,47° − 2𝑥8,38° = 23,11°
𝑅 = 210 𝑚 𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,08 𝑒𝑚𝑖𝑛 = 0,068
b. Diagram Superelevasi F
BAB IV
ALINYEMEN VERTIKAL
A
Gambar 4.1 Lengkung titik ABC
Elevasi pada lengkung ABC adalah sebagai berikut
Tabel 4.1 Data Elevasi Tanah Asli dan Rencana Lengkung ABC
Elevasi
Titik STA
Tanah Asli Tanah Rencana
A 0+000 370 375
B 0+620 390 380
C 1+240 400 400
Sumber : Data Hasil Olahan Pribadi, 2020
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
70 − 60 𝑦−8
=
80 − 60 5− 8
10 𝑦−8
=
20 −3
10 𝑥 − 3 = 20(𝑦 − 8)
130 = 20𝑦
6,5 % = 𝑦
10 𝑥 20 = 20(𝑦 − 55)
−30 = 20𝑦 − 1100
−30 + 1100 = 20𝑦
1070 = 20𝑦
53,5 = 𝑦
2. Menghitung Panjang L
Perhitungan panjang (L) menggunakan 3 parameter; yaitu berdasarkan
Jarak pandang henti (Jh), Jarak pandang mendahului (Jd), keluwesan bentuk,
dan persyaratan drainase. Perhitungan panjang (L) adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan jarak pandang henti (Jh)
1) Syarat Jh<L
𝐴 𝑥 𝐽ℎ 2 2,46 𝑥 53,52
𝐿= 𝑥 100 = 𝑥 100 = 17,64 𝑚
399 399
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dengan syarat Jh<L, maka
syarat tersebut Tidak Memenuhi
2) Syarat Jh>L
399 399
𝐿 = 2𝑥𝐽ℎ − = 2𝑥 53,5 − = 55,195 𝑚
𝐴 2,46
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dengan syarat Jh<L, maka
syarat tersebut Memenuhi
Dari hasil perhitungan diatas, maka diambil nilai terbesar. Nilai terbesar
didapatkan dengan persyaratan jarak pandang mendahului yaitu sebesar 263,57
meter
3. Menghitung Panjang Ev
Berikut adalah perhitungan panjang Ev
𝐴𝑋𝐿 2,46 𝑋 263,57
𝐸𝑣 = = = 0,81 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
800 800
1 1
𝑋 = 𝑥 𝐿𝑣 = 𝑥 263,57 = 65,89 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
4 4
𝐴 𝑥 𝑋2 2,46 𝑥 65,982
𝑌= = = 0,203 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
200 𝑥 𝐿𝑣 200 𝑥 263,57
F E
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
70 − 60 𝑦−8
=
80 − 60 5− 8
10 𝑦−8
=
20 −3
10 𝑥 − 3 = 20(𝑦 − 8)
130 = 20𝑦
6,5 % = 𝑦
10 𝑥 20 = 20(𝑦 − 55)
−30 = 20𝑦 − 1100
−30 + 1100 = 20𝑦
1070 = 20𝑦
53,5 = 𝑦
5. Menghitung Panjang L
Perhitungan panjang (L) menggunakan 3 parameter; yaitu berdasarkan
Jarak pandang henti (Jh), Jarak pandang mendahului (Jd), keluwesan bentuk,
dan persyaratan drainase. Perhitungan panjang (L) adalah sebagai berikut.
e. Berdasarkan jarak pandang henti (Jh)
3) Syarat Jh<L
𝐴 𝑥 𝐽ℎ 2 0,0934 𝑥 53,52
𝐿= 𝑥 100 = 𝑥 100 = 67,00 𝑚
399 399
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dengan syarat Jh<L, maka
syarat tersebut Tidak Memenuhi
4) Syarat Jh>L
399 399
𝐿 = 2𝑥𝐽ℎ − = 2𝑥 53,5 − = 4164,94 𝑚
𝐴 0,0934
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dengan syarat Jh<L, maka
syarat tersebut Memenuhi
Dari hasil perhitungan diatas, maka diambil nilai terbesar. Nilai terbesar
didapatkan dengan persyaratan jarak pandang mendahului yaitu sebesar
4164,94 meter
6. Menghitung Panjang Ev
Berikut adalah perhitungan panjang Ev
𝐴𝑋𝐿 0,0934 𝑋 4164,94
𝐸𝑣 = = = 0,486 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
800 800
1 1
𝑋 = 𝑥 𝐿𝑣 = 𝑥 4164,94 = 1041,24 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
4 4
𝐴 𝑥 𝑋2 0,0934 𝑥 1041,242
𝑌= = = 0,122 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
200 𝑥 𝐿𝑣 200 𝑥 4164,94
BAB V
Perencanaan Perkerasan Jalan
5.1 Aspek lalu lintas
Untuk kelancaran arus lalu lintas dan pejalan kaki yang menggunakan jalan
tersebut, data LHR (Lalu Lintas Harian Rata-Rata) sangat diperlukan, agar kita bisa
mendapatkan tingkat pelayanan lalu lintas yang optimal. Data LHR diperoleh melalui
pengamatan lapangan pada daerah jalan tersebut dibangun. Biasanya
LHR berisi jumlah dan kendaraan di suatu jalan selama satu tahun.LHR
adalah hasil bagi antara jumlah kendaraan dengan lamanya waktu pengamatan.
Pengamatan dilakukan pada waktu yang menggambarkan fluktasi llu lintas selama 1
tahun. Data LHR yang digunakan adalah nilai rata-rata dari beberapa pengamatan.
Adapun data perencanaan jalan sebagai berikut:
Dan data Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) dijalan Lingkar Selatan
Purwodadi Jawa Tengah, pada tahun 2019 didapat data sebagai berikut:
Dari data LHR akhir umur rencana, koefisien distribusi kendaraan (c), dan
angka ekivalen (E), bisa dilakukan perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA). Berikut adalah hasil perhitungan LEP dan LEAA
untuk semua jenis kendaraan
(𝐿𝐸𝑃+𝐿𝐸𝐴) (194,05+632,89
Lintas Ekivalen Tengah (LET) = = = 413,47
2 2
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 15
Faktor Penyesuaian (FP) = = 10 = 1,5
10
Dalam perencanaan ini digunakan perkerasan lentur, dengan data dan klasifikasi
desain sebagai beikut:
Setelah itu diperlukan Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) yang merupakan suatu
skala yang dipakai dalam penetapan tebal perkerasan untuk menyaatukan kekuatan
tanah dasar. Nilai DDT ditetapkan berdasarkan gafik korelasi DDT dan CBR berikut:
Setelah itu ditentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) yaitu suatu angka yang
berhubungan dengan penentuan tebal perkerasan menggunakan noogram berikut:
Dari gambar 5.2 penetapan tebal perkerasan didapatkan nilai ITP yaitu sebesar 12,5
Dari nilai ITP yang didapatkan selanjutnya digunakan untuk mencari tebal
perkerasan setiap lapisan dan koefisien kekuatan relatif berdasarkan tabel berikut:
Untuk lapisan pondasi bawah untuk setiap nilai ITP bia digunakan pondasi
bawah, tebal minimum adalah 10 cm
- - 0,13 - - 70 Sirtu/Pitrun
(kelas A)
- - 0,12 - - 50 Sirtu/Pitrun
(kelas B)
- - 0,11 - - 30 Sirtu/Pitrun
(kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tanah/Lempung
Kepasiran
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (PU Bina Marga1987)
Sehingga didapatkan tebal perkerasan untuk tiap lapisan didapat sebagai berikut:
Diketahui
Penyelesaian :
Jika tebal total di tingkatkan menjadi 300mm, maka nilai CBR berdasarkan
kriteria (c) menjadi 2,5x2(300/150)=10%. Dalam hal ini CBR terendah adalah
CBR berdasarkan kriteria (c) sehingga CBR perencanaan menjadi 10%
No. CBR No. CBR No. CBR No. CBR No. CBR
urut (%) urut (%) urut (%) urut (%) urut (%)
1 3 6 4 11 4,5 16 5,5 21 6
2 3 7 4 12 4,5 17 5,5 22 6
3 3 8 4 13 4,5 18 5,5 23 6
4 3 9 4 14 4,5 19 5,5 24 7
5 4 10 4 15 5,5 20 6 25 7
Penyelesaian:
CBR Jumlah yang sama Persen (%) yang sama atau lebih besar
atau lebih besar
3 25 25/25 x 100%=100%
3 - -
3 - -
3 - -
4 21 21/25 x 100%=84%
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
4,5 15 15/25 x 100%=60%
4,5 - -
4,5 - -
4,5 - -
5,5 11 11/25 x 100%= 44%
5,5 - -
5,5 - -
5,5 - -
5,5 - -
6 6 6/25 x 100%=24%
6 - -
6 - -
6 - -
7 2 2/25 x 100%=8%
7 - -
BAB VI
Perencanaan Dimensi Saluran Drainase
Berdasarkan Hasil Badan Pusat Rata-rata Harian Aliran Sungai, Tinggi Aliran, dan
Volume Air di Beberapa Sungai yang Daerah Pengalirannya Lebih dari 100 km2,
2015.
Direncanakan berdasarkan table diatas
Dipakai pada Sungai Brantas dengan:
Q = 5,8 m³/detik
Q saluran = v x A
𝑄 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 5,8
A = = 0,7 = 8,29 m²
𝑣
Saluran Persegi
A=bxh
8,29 = 3,5h x h
8,29 = 3,5h²
3,5
h² = 8,29
= 0,42 m
h = 0,65m
b = 3,5h = 3,5 x 0,65 = 2,27m
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan perencanaan diatas yaitu dimulai preliminary
design, cut and fill, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal serta perencanaan
perkerasan, didapatkan bahwa trase yang paling efektif untuk digunakan yaitu
trase A-B-C-D dengan panjang jalur 1375,45 meter, kelandaian rata-rata 2,3%,
dengan tikungan B spiral – circle – spiral dan tikungan C spiral – spiral.
Pemilihan trase yang paling efisien dipertimbangkan dari nilai volume cut
and fill yang lebih kecil daripada tikungan D – E – F – A, lalu dipertimbangkan
dengan fluktuasi nilai kelandaian antar titik yang tidak terlalu besar, dan panjang
jalur paling pendek antara titik A dengan D.