PENDAHULUAN
Dalam pendidikan yang berlangsung, bermula dari sesi pembelajaran yang sangat rendah
sampai pendidikan di perguruan tinggi tentu terjalin komunikasi antara guru dan siswa
ataupun yang disebut dengan interaksi kelas. Menurut Suratmi ( B e r n a r d , N u r m a l a ,
M a r i a m , & R u s t y a n i , 2 0 1 8 ) kemampuan pemecahan masalah yang harus dimiliki
siswa adalah bagaimana cara mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan
kegiatan belajarnya, antara lain pemecahan masalah pada soal matematika. Pemecahan
masalah menurut Tandaliling (Umar, 2012) dalam upaya mengantisipasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, pembelajaran matematika di kelas perlu
direformasi. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of
Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas termasuk aspek
berkomunikasi (Umar, 2012). Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa
dalam menyampaikan ide matematika baik secara lisan maupun tulisan (Siregar, 2018).
Pengajaran berintikan dengan komunikasi antara guru dengan siswa atau sebaliknya, dan
antara siswa dengan siswa dalam proses belajar mengajar. kelas. Menurut Ruseffendi
(Hibattulloh & Sofyan, 2014) yaitu salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah
mampu mendemonstrasikan, menerapkan macam- macam metode dan teknik mengajar
dalam bidang studi yang diajarkan. Hubungan yang harmonis antara guru dan siswa sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan komunikasi yang efektif antara guru dan
siswa akan mempermudah siswa menerima dan mempelajari materi pelajaran dengan baik
(Huriaty, n.d.). Dalam pembelajaran berlangsung guru dituntut mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang kondusif, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan
menyenangkan dalam proses kegiatan pembelajaran (Mulyatiningsih, 2010). Pada
kenyataannya situasi yang kondusif dalam kelas sulit untuk diwujudkan karena siswa selalu
diposisikan sebagai pendengar ceramah dari guru dalam proses belajar mengajar, sehingga
proses pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar.
Matematika merupakan suatu pengetahuan yang mempunyai karakteristik mendorong
siswa untuk berpikir logis, kritis, tekun dan inisiatif, sehingga diharapkan karakteristik ini
terdapat pada siswa yang mempelajari matematika(Apandi, Kariadinata, & Susilawati, 2018).
Matematika merupakan sarana berfikir ilmiah untuk menuju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang selama ini terus berkembang (Rismawati et al., n.d.) .
Berkaitan dengan masalah-masalah di atas, permasalahan yang peneliti temukan dalam
pembelajaran matematika di MA Nur Ilahi Tajinan Malang setelah mengadakan observasi
pendahuluan meliputi: 1. siswa merasa malu dan takut untuk bertanya, mengemukakan ide
dan mengerjakan soal di depan kelas jika tidak ditunjuk oleh guru dan hanya sebagian kecil
siswa yang berani, 2. sebagian siswa masih ada yang ramai atau kurang memperhatikan
penjelasan dari guru sehingga siswa tidak bisa menjawab saat diberikan pertanyaan oleh
guru, 3. siswa terkadang enggan mengerjakan soal yang mereka anggap sulit sehingga hanya
menunggu jawaban dari siswa lain yang mengerjakannya. Untuk mengantisipasi masalah
tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu adanya suatu usaha yang lebih dalam proses
pembelajaran, Pendekatan pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran kooperatif sederhana(Maju, Matematika, Kooperatif, & Jigsaw, 2014).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Johnson (Asri & Ikhsan, 2014) adalah
kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada
pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok. Peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini tak lain
bertujuan untuk mengetahui komunikasi siswa dimulai dari yang belum bisa memahami
materi sampai memahami materi dalam pembelajaran matematika yang disampaikan oleh
guru dengan cara berkelompok. Dalam komunikasi saat sedang berlangsungnya pelaksanaan
pembelajaran, banyak sekali faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidaknya perubahan
yang terjadi pada siswa kearah yang lebih baik. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal
antara lain faktor keluarga atau lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah yang
diantaranya guru dan lembaga pendidikan, alat-alat yang diperlukan dan dipergunakan dalam
mengajar serta motivasi sosial. Dari paparan di atas maka peneliti ingin melakukan
penelitian lebih jauh mengenai Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.
Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
METODE PENELITIAN
Dalam mengumpulkan atau memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
prosedur yaitu: (1) Metode Observasi (pengamatan), Observasi ini dilaksanakan untuk
mengamati interaksi siswa selama proses pembelajaran berlangsung khususnya ketika siswa
sedang melakukan kerja kelompok, peneliti mengamati interaksi siswa ketika berkomunikasi
dengan teman sekelompoknya. (2) Wawancara, Wawancara ini sebagai penguat penelitian
bahwa pembelajaran menggunakan model kooperatif ini dapat menjadi model pembelajaran
yang cocok digunakan untuk memahamkan siswa dalam belajar. Ada 2 macam instrumen
pengumpulan data, yaitu : [1] Instrumen Utama, Instrumen utaman dalam penelitian ini
adalah kehadiran peneliti. Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan
dengan alasan peneliti bertindak sekaligus sebagai instrumen pengumpul data. Kehadiran
peneliti harus dilakukan secara eksplisit dalam laporan penelitian karena peneliti merupakan
instrumen utama yang secara langsung melakukan observasi dan wawancara dalam
mengambil data hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti hadir dan mengamati penuh
serta melakukan wawancara dengan siswa kelas XI MA Nur Ilahi Tajinan Malang terkait
proses interaksi siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. [2] Instrumen Pendukung, Instrumen pendukung dalam penelitian ini
adalah dokumentasi dan wawancara. Agar diperoleh data yang absah dan interpretasi yang
tepat, perlu diteliti kredibilitas data dan interpretasi dengan menggunakan teknik-teknik
sebagai berikut (a) Pembahasan sejawat Dalam kegiatan ini peneliti melakukan wawancara
secara mendalam dan intensif dengan guru mata pelajaran matematika dan siswa yang dipilih
menjadi subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan hal-hal yang tidak
diinginkan seperti subjek tidak jujur dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Peneliti menggunakan teknik sejawat melalui diskusi dengan cara mengekspos hasil
sementara yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Tujuannya
untuk membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran untuk menguji
hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti. Diskusi ini dilakukan dengan dosen
pembimbing dan teman sejawat peneliti yaitu teman sejurusan dari Universitas Islam Malang
yang sedang atau telah melakukan penelitian. Hal ini dilakukakan agar peneliti mendapat
masukan serta saran yang baik dari segi metode maupun konteks penelitian, sehingga data
yang diperoleh tidak menyimpang dan mencerminkan data yang valid. (b) Triangulasi,
Triangulasi adalah cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam
penelitian kualitatif yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi sumber dan triangulasi metode, yaitu dengan mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber yaitu hasil lembar kerja siswa dalam mengerjakan soal yang
diberikan guru.
Peneliti juga membandingkan data hasil observasi dan hasil wawancara dalam penelitian.
Penelitian ini direkam menggunakan handphone dan peneliti memutar lagi video kemudian
menganalisis kemampuan komunikasi siswa ketika pembelajaran berlangsung dengan tujuan
mengetahui kemampuan komunikasi siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa yang
berkemampuan tinggi ketika menyelesaikan soal secara bersama-sama. Selanjutnya peneliti
menyimpulkan bahwa komunikasi tersebut bisa dikategorikan komunikasi yang produktif
atau tidak, dilihat dari hasil observasi dari beberapa nilai kerja siswa untuk menentukan siswa
berkemampuan rendah, sedang maupun tinggi.
Pada tahap ini, dimulai dengan mereduksi data yang diperoleh berupa hasil observasi dan
hasil wawancara. Setelah mereduksi data lalu memaparkan data tersebut secara deskriptif dan
menarik kesimpulan berdasarkan data tersebut.
Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Dalam siklus I Peneliti tidak memberikan model pembelajaran jigsaw. Berdasarkan hasil
analisis data pada observasi menunjukan bahwa jumlah siswa yang memiliki nilai di atas
rendah adalah 4 siswa dengan rincian 1 siswa masuk kategori sangat baik, 1 siswa masuk
dalam kategori baik 2 siswa masuk adalah kategori cukup. Hal ini berarti bahwa masih ada
sejumlah siswa yang memiliki kategori nilai rendah sebanyak 5 siswa termasuk kategori
kurang dan 2 siswa yang kateorinya sangat kurang.
Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Dengan demikian bila dihitung akan di peroleh rata – rata kemampuan komunikasi
matematika siswa pada observasi 36,36%.
Siswa 2
Peneliti : Selamat Pagi, Siapa namanya?
Siswa : Selamat pagi kak, Amaliatul Izza
Peneliti : Selama kamu menempuh pembelajaran di jenjang madrasah aliyah, apakah
pelajaran matematika menyenangkan atau justru membosankan?
Siswa : Terkadang menyenangkan terkadang membosankan.
Peneliti : Membosankan kenapa?
Siswa : Sulit dipahami kak
Peneliti : Sejak kapan tidak menyukai pelajaran matematika?
Siswa : Dari SMP kak
Peneliti : Bagaimana metode pembelajaran matematika di MA Nur Ilahi Tajinan?
Siswa : Kalau metode pembelajaran matematika disini suka langsung dikasih soal
atau
belajar menggunakan metode jigsaw.
Peneliti : Lebih mudah menggunakan yang mana saat pembelajaran matematika
sedang
berlangsung?
Siswa : Lebih mudah yang pakai metode jigsaw karena lebih menyenangkan dan
lebih
memahamkan, dan ada teman yang bisa bantu.
Peneliti : Baik, terima kasih Lia
Siswa : Sama-sama
Siswa 3
Peneliti : Selamat Pagi, Siapa namanya?
Siswa : Selamat pagi kak, Nuril Masnu’ah
Peneliti : Saat belajar matematika langsung menyenangkan atau tidak?
Siswa : Terkadang menyenangkan terkadang membosankan.
Peneliti : Lebih dominan yang mana?
Siswa : Membosankan kak
Peneliti : Itu alasannya kenapa? dari gurunya atau metode belajarnya?
Siswa : Memang dari diri sendiri kak, tidak menyukai pelajaran matematika
Peneliti : Bagaimana jika belajar matematika menggunakan metode jigsaw ? apa tetap
membosankan?
Siswa : Tidak kak, justru menyenangkan saat menggunakan metode jigsaw bisa lebih
mudah memahami karena ada teman sekelompok yang menjelaskan jadi
tidak
malu saat bertanya.
Peneliti : Baik terimakasih Nuril
Siswa : Sama – sama
Siswa 4
Peneliti : Selamat Pagi, Siapa nama lengkapnya?
Siswa : Selamat pagi kak, Nur Halizatus Sa’diah
Peneliti : Menurut kamu belajar matematika menyenangkan atau tidak?
Siswa : Suka dan Menyenangkan kak
Peneliti : Suka matematika mulai dari kapan?
Siswa : Suka dari MTs kak
Peneliti : Lebih mudah belajar matematika dengan metode jigsaw atau langsung
dikasih
soal?
Siswa : Metode jigsaw kak, soalnya kalau langsung dikasih soal masih pusing cari
rumusnya dan lain sebagainya.
Peneliti : Jadi menggunakan metode jigsaw lebih mudah belajarnya ya?
Siswa : Iya kak, lebih mudah memahami dan mengerjakan soal.
Peneliti : Baik, Terima kasih Diah
Siswa : Sama- sama
Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Dari hasil wawancara keempat siswa, 3 diantaranya suka menggunakan metode jigsaw
dengan alasan lebih mudah memahami dan menyenangkan ketika belajar, dan 1 siswa kurang
suka dengan metode jigsaw karena menurut dia yang mengerjakan hanya satu siswa dalam
kelompok tersebut, jadi yang lainnya tidak ikut mengerjakan.
Dari hasil sampel wawancara tersebut dapat disimpulkan beberapa lebih suka menggunakan
metode jigsaw karena lebih mudah dipahami dan menyenangkan. Dan hasil yang diperoleh
ketika menggunakan metode jigsaw adalah kemampuan komunikasi matematika antar siswa
meningkat dibandingkan dengan sebelum menggunakan jigsaw.
Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan metode jig saw lebiih efesien untuk meningkatkan komunikasi siswa. Dilihat
dari meningkatnya hasil observasi dari 36,36% menjadi 63,63%, disitu sudah cukup untuk
meningkatkan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran menggunakan metode
jigsaw.
DAFTAR RUJUKAN
Apandi, D., Kariadinata, R., & Susilawati, W. (2018). Pembelajaran Matematika dengan
Model Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa
pada Pokok Bahasan Perbandingan. Jurnal Analisa, 1(2), 50–56.
https://doi.org/10.15575/ja.v1i2.2894
Asri, K., & Ikhsan, M. (2014). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Komunikasi Matematis Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada
Siswa Sekolah Menengah Atas. Didaktik Matematika, 1(2), 85–97.
https://doi.org/10.24815/dm.v1i2.2080
Bernard, M., Nurmala, N., Mariam, S., & Rustyani, N. (2018). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Kelas IX pada Materi Bangun Datar. SJME
(Supremum Journal of Mathematics Education), 2(2), 77–83.
Hibattulloh, N., & Sofyan, D. (2014). Perbandingan kemampuan komunikasi matematis
siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
konvensional. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(3), 169–178. Retrieved
from https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv3n3_5
Huriaty, D. (n.d.). Efektif Dalam Pembelajaran Di Kelas. 101–112.
Maju, J., Matematika, J. P., Kooperatif, P., & Jigsaw, T. (2014). Pembelajaran Kooperatif
Tipe JIGSAW | 67. 1(1), 67–84.
Mulyatiningsih, E. (2010). ikemPembelajaran Aktif, Kreatif Inovatif, Efektif Dan ,
Menyenangkan (Pa). Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Dan
Menyenangkan, 30. Retrieved from
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808329/pengabdian/5cmodel-pembelajaran-
paikem22810.pdf
Rismawati, M., Peran, M., Peran, M., Sebagai, M., Persada, S., Jl, K. S.-, & Km, P. (n.d.).
Melinda Rismawati.,. 7(2), 203–215.
Siregar, N. F. (2018). Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. Logaritma:
Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Sains, 6(02), 74.
https://doi.org/10.24952/logaritma.v6i02.1275
Umar, W. (2012). Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran
Matematika. Infinity Journal, 1(1), 1. https://doi.org/10.22460/infinity.v1i1.2