Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

GETARAN MEKANIK

4.1 Pendahuluan

4.1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaaan ini adalah untuk menghitung

karakteristik dinamis dari getaran satu derajat kebebasan (one degree of

freedom vibration) yaitu frekuensi pribadi ꞷn.

4.1.2 Rumusan Masalah

Mencari karakteristik dinamis dari getaran satu derajat kebebasan

pada sistem amplitudo redaman.

4.1.3 Batasan Masalah

1. Pegas dan massa beban M sudah ditentukan

2. Motor listrik diputar dari putaran rendah hingga putaran tinggi dengan

step putaran yang sudah ditentukan

3. Membuat grafik amplitudo sebagai fungsi dari putaran

4. Mencari karakteristik getaran dari grafik.


4.2 Teori Dasar

4.2.1 Pengertian

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu

tertentu secara teratur suatu benda melalui satu titik seimbang. Karena

terjadi dengan teratur, getaran sering juga disebut dengan gerak periodik.
Kuat atau lemahnya pergerakan benda tersebut dipengaruhi oleh jumlah

energi yang diberikan. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan

gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Semua benda yang

mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar, jadi kebanyakan mesin

dan struktur rekayasa (engineering) mengalami getaran sampai derajat

tertentu dan rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat

osilasinya. Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu :

1. Getaran Bebas.

Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya

yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent), dan jika ada gaya luas yang

bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih

frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang

dibentuk oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang

memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau

getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar. Berikut ini adalah gambar

dari sistem pegas massa dan diagram benda bebas yang ditunjukan pada

Gambar 3.1
Gambar 4.1 Sistem pegas massa dan diagram benda bebas

2. Getaran Paksa.

Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena adanya

rangsangan gaya luar yang bekerja pada suatu sistem sehingga sistem

tersebut bergetar. Gaya luar tersebut dapat berupa gaya eksitasi harmonik

paksa yang diperoleh dari ketidakseimbangan yang berputar dan dibatasi

untuk bergerak dalam arah vertikal identic. Jika rangsangan tersebut

berosilasi maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan.

Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural

sistem, maka akan didapat keadaan resonansi dan osilasi besar yang

berbahaya mungkin terjadi. Sistem cenderung bergetar pada frekuensi

sendiri disamping mengikuti gaya eksitasi.

Kerusakan pada struktur besar seperti jembatan, gedung ataupun

sayap pesawat terbang, merupakan kejadian menakutkan yang

disebabkan oleh resonansi. Jadi perhitungan frekuensi natural merupakan

hal yang utama.


Gambar 4.2 Getaran Paksa Dengan Peredam

4.2.2 Gerak Harmonik

Gerak osilasi dapat berulang secara teratur atau dapat juga tidak

teratur, jika gerak itu berulang dalam selang waktu yang sama maka gerak

itu disebut gerak periodik. Waktu pengulangan tersebut disebut perioda

osilasi dan kebalikannya disebut frekuensi. Jika gerak dinyatakan dalam

fungsi waktu x (t), maka setiap gerak periodik harus memenuhi hubungan (t)

= x (t + 0).

Gambar 4.3 Rekaman Gerak Harmonik

 Prinsip D’Alembert

Sebuah alternatif pendekatan untuk mendapatkan persamaan adalah

penggunaan Prinsip D’Alembert yang menyatakan bahwa sebuah sistem

dapat dibuat dalam keadaan keseimbangan dinamis dengan

menambahkan sebuah gaya fiktif pada gaya-gaya luar yang biasanya

dikenal sebagai gaya inersia.

• Persamaan Differential Gerak


Model fisik dari getaran bebas tanpa redaman dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Gambar 4.4 Model Fisik Sistem Getaran Bebas

1 DOF Tanpa Redaman

Dimana,

x : Simpangan

m : Massa

k : Konstanta pegas

Untuk mendapatkan model matematika dari model fisik di atas

yaitu dengan dilakukan analisis diagram benda bebas (Free Body

Diagram Analysis)

Gambar 4.5 Free Body Diagram Analysis (FBDA)


Pada Getaran Bebas 1 DOF Tanpa Redaman

Dimana,

kx adalah gaya pegas

m˙x˙ adalah gaya inersial

Dengan menggunakan persamaan kestimbangan gaya arah

vertikal dapat dinyatakan model matematika dari sistem di atas

adalah sebagai berikut:

m˙x˙ + kx = 0

4.2.3 Pegas Dipasang Seri Atau Paralel

Pemasangan konstanta pegas ekivalen dari suatu sistem dapat

dilakukan melalui dua cara yaitu paralel (Gambar 3.6 (a)) dan seri (Gambar

3.6 (b))

Gambar 4.6 Kombinasi Pegas (a) Pegas Paralel (b) Pegas Seri

Untuk dua pegas paralel, gaya P yang diperlukan untuk membuat

perpindahan pada satu sistem adalah sebesar perkalian antara perpindahan

dengan jumlah kedua konstanta pegas tersebut, sehingga besar kekakuan

pegas total adalah :

Ke = k1 + k2.....................................................................................................(1)
Atau secara umum, dapat dirumuskan sebagai berikut :

n
Ke = ∑ k l…………………………..…….……………………...……….(2)
i=l

Dimana n adalah jumlah pegas yang dipasang paralel, Sedangkan

untuk dua pegas terpasang seri, gaya P menghasilkan perpindahan total y

dari ujung bebas pada susunan pegas sebesar :

P P
y= + ……………..…….…………………………………...……...…(3)
kl kl

Akibatnya, gaya yang diperlu t satu unit perpindahan (konstanta

pegas ekivalen) diberikan oleh :

p
Ke = …………………………….………………………………......…….(4)
y

Dengan mensubstitusi y dari persamaan ini ke dalam persamaan V.4,

maka didapatkan nilai kebalikan dari konstanta pegas :

1 1 1
= + ……………………….………………………..…………..…(5)
ke k1 k2

Secara umum, konstanta pegas ekivalen yang terpasang seri. Dimana n

adalah jumlah pegas terpasang seri.


n
1 1
=∑ ……...……………………………………………………..…(6)
k e l=1 k 1

4.2.4 Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam

Dalam dinamika struktur, jumlah koordinat bebas (independent

coordinates) diperlukan untuk menetapkan susunan atau posisi sistem pada

setiap saat, yang berhubungan dengan jumlah derajat kebebasan (Degree of


freedom). Pada umumnya, struktur yang berkesinambung (continuous

structure) mempunyai jumlah derajat kebebasan (number of degrees of

fredom) tak berhingga. Namun dengan proses idealisasi atau seleksi, sebuah

model matematis yang tepat dapat mereduksi jumlah derajat kebebasan

menjadi suatu jumlah diskrit dan untuk beberapa keadaan dapat menjadi

berderajat kebebasan tunggal. Pada gambar 3.7 terlihat beberapa contoh

struktur yang dapat dianggap sebagai struktur berderajat kebebasan satu

(one degree of freedom) dalam analisis dinamis, yaitu struktur yang

dimodelisasikan sebagai sistem dengan koordinat perpindahan tunggal

(single displacement coordinate).

Gambar 4.7 Contoh Struktur Yang Di Visualisasikan Sebagai Sistem

Derajat Kebebasan Tunggal

Sistem derajat kebebasan tunggal ini dapat dijelaskan secara tepat

dengan model matematis seperti pada Gambar V.2, dimana memiliki

elemen-elemen sebagai berikut :

1. Elemen massa (m), menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur.
2. Elemen pegas (k), menyatakan gaya balik elastis (elastic restoring

force) dan kapasitas energi potensial dari struktur.

3. Elemen redaman (c), menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi

dari struktur.

4. Gaya pengaruh (F(t)), menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem

Struktur

Gambar 4.8 Model Matematis Sistem Derajat Kebebasan Tunggal

Dengan mengambil model matematis pada Gambar 3.8 dianggap

bahwa tiap elemen dalam sistem menyatakan satu sifat khusus, yaitu

1. Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (property of inertia), bukan

elastisitas atau kehilangan energi.

2. Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.

3. Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.

4.2.5 Sistem Tak Teredam (Undamped System)


Dinamika struktur adalah sistem derajat kebebasan tunggal, dimana

gaya geseran atau redaman diabaikan, dan sebagai tambahan, akan ditinjau

sistem yang bebas dari gaya aksi gaya luar selama bergerak atau bergetar.

Pada keadaan ini, sistem tersebut hanya dikendalikan oleh pengaruh atau

kondisi yang dinamakan kondisi awal (initial conditions), yaitu perpindahan

yang diberikan dalam kecepatan pada saat t=0, pada saat pembahasan

dimulai. Sistem derajat kebebasan tunggal tak teredam sering dihubungkan

dengan osilator sederhana tak teredam (simple undamped oscillator) yang

selalu disajikan seperti Gambar 3.9 (a) dan 3.9 (b).

Gambar 4.9 Bentuk Alternatif Model Matematis Sistem Derajat


Kebebasan Tunggal

Kedua gambar tersebut merupakan model matematis secara dinamis

ekivalen.dan hanya tergantung pada pilihan perorangan saja dalam

penggunaannya. Pada model ini massa m dihambat oleh pegas k dan

bergerak menurut garis lurus sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik

mekanis dari pegas digambarkan antara besar gaya Fs yang bekerja pada
ujung pegas dengan hasil perpindahan y seperti terlihat pada Gambar 3.10

yang menunjukkan secara grafik dari tiga jenis pegas yang berbeda.

Gambar 4.10 Hubungan Gaya Dan Perpindahan dari (a) Pegas Kuat,

(b) Pegas Linear, (c) Pegas Lemah

Berdasarkan Gambar 3.10 karakteristik lengkungan (a) menyatakan

sifat dari pegas kuat (hard spring), dimana gaya harus memberikan

pengaruh lebih besar untuk suatu perpindahan yang disyaratkan seiring

dengan terdeformasinya pegas. Sedangkan, karakteristik lengkungan (b),

menyatakan sifat pegas linear, karena deformasinya selaras (proportional)

dengan gaya dan gambar grafisnya mempunyai karakteristik garis lurus.

Konstanta keselarasan antara gaya dan perpindahan dari pegas linier disebus

konstanta pegas (spring constant), yang biasa dinyatakan dengan “k”,

sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara gaya dan

perpindahan pegas linier adalah sebagai berikut :

Fs = Ky…………………………………………………………..………….(7)
Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada gambar V.4 disebut pegas

lemah, dimana pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung

mengecil pada saat deformasi pegas menjadi makin besar.

4.2.6 Hukum Gerak Newton

Hubungan analitis antara perpindahan y dan waktu t, diberikan oleh

Hukum Newton Kedua untuk gerak sebagai berikut :

F = m.a

dimana :

F : Gaya yang bekerja

a : Resultan percepatan

m : Massa

Persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk ekivalen, dimana besaran

komponennya menurut sumbu koordinat x, y dan z, yaitu :

∑ F x =m a x ………………………....……………………………………(8)

∑ F y=¿ m a y ¿……………………………………....……………………....
(9)

∑ F z=m a z……………………………………………………...……...(10)

Percepatan di definisikan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap

waktu, yang berarti ketiga persamaan adalah persamaan differential.

Persamaan Hukum Newton dapat digunakan pada benda idealis seperti


partikel yang bermassa tetapi tidak bervolume, tetapi juga dapat digunakan

pada benda berdimensi yang bergerak. Benda kaku yang bergerak pada

sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak (bidang x-z), sehingga

mengakibatkan Hukum Newton perlu dimodifikasi menjadi :

∑ F x =m(aG ¿ )¿ ……………………………………………….………...(11)
x

∑ F x=m(aG ¿ )¿y…………………………………………………………(12)

∑ F x =m(aG ¿ )¿ …………………………………………………………(13)
z

m(a G) x, m(a G) y : Komponen percepatan sepanjang sumbu x day y dari pusat

benda yang bermassa G

α : Percepatan sudut

IG : Momen inersia massa benda terhadap sumbu melalui

pusat

4.2.7 Diagram Benda Bebas

Digram Free Body adalah suatu sketsa dari benda yang dipisahkan

dari benda lainnya, dimana semua gaya luar pada benda terlihat jelas. Pada

Gambar 3.11(b) Mengilustrasikan Diagram Free Body dari massa osilator

(m) yang dipindahkan pada arah positif menurut koordinat y, yang

memberikan gaya pada pegas sebesar F ky s = (asumsi pegas linier).


Gambar 4.11 Diagram Free Body, (a) Sistem Kebebasan Tunggal,

(b) Gaya-gaya Luar

Berat dari mg dan reaksi normal N dari permukaan penunjang

diperlihatkan juga untuk pelengkap meskipun gaya-gaya ini bekerja pada

arah vertikal dan tidak termasuk dalam persamaan gerak yang ditulis

menurut arah y. Penggunaan Hukum Gerak Newton memberikan.

-ky = mӰ……………………………………………………………….…(14)

Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus

dan percepatan dinyatakan oleh Pada notasi ini, dua titik di atas menyatakan

turunan kedua terhadap waktu dan satu titik menyatakan turunan pertama

terhadap waktu, yaitu kecepatan.

4.2.8 Getaran Bebas Dengan Redaman

Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku

pada massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas. Bila

bergerak dalam fluida benda akan mendapatkan peredaman karena

kekentalan fluida. Gaya akibat kekentalan ini sebanding dengan kecepatan

benda. Konstanta akibat kekentalan (viskositas) c ini dinamakan koefisien

peredam, dengan satuan N s/m (SI)


Gambar 4.12 Getaran Bebas Dengan Redaman

Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita

mendapatkan persamaan :

+ cṙ + kx = 0 ………………………………………...………………..(15)

Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman

cukup kecil, sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan

berhenti. Keadaan ini disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang

paling mendapatkan perhatian dalam analisis vibrasi.

Bila peredaman diperbesar sehingga mencapai titik saat sistem tidak

lagi berosilasi, kita mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman

ditambahkan melewati titik kritis ini sistem disebut dalam keadaan lewat

redam.

4.2.9 Metode Respon Frekuensi

Metode respon frekuensi merupakan suatu analisis harmonik. Sebuah

gaya eksitasi sinusoidal dikenakan pada sistem dan respons keadaan stedi

dapat diuji pada daerah frekuensi tertentu. Untuk sistem linier, gaya eksitasi

maupun respons sistem akan berbentuk sinusoidal dengan frekuensi yang

sama, dan dapat dibuktikan dengan teori persamaan diferensial. Metode


tersebut secara umum digunakan untuk pengukuran getaran sehingga kita

dapat dengan mudah memperoleh spekffurn Fourier dengan bantuan

instmmentasi alat getar dan komputer. Teknik pemodulasian dapat dijadikan

prosedur umum untuk memperoleh data respons frekuensi yang merupakan

karakteristik sistem.

4.3 Langkah Kerja

4.3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan perlengkapan terdiri dari :


1) Panel pengatur putaran motor eksitato yang dilengkapi dengan kontrol

tegangan dan putaran

2) Mikrometer digunakan untuk mengukur ampitudo

3) Massa tak seimbang dan massa dapat diatur sesuai dengan kebutuhan

Balok Lendut

Massa

Tumpuan Rol

Micrometer
Tumpuan engsel
Motor listrik dengan
massa tak seimbang Tachometer

Peredam Kontrol Motor

Bracket Pegas

Pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

1) Letakan motor listrik di balok lentur pada posisi tertentu

2) Timbang beban, (M1)

3) Catat konstanta pegas k

4) Pegas dan massa beban M di set pada posisi tertentu

5) Motor listrik diputar dari putaran rendah hingga putaran tinggi dengan

step putaran ∆ n

6) Untuk tiap putaran catat amplitudo getaran

7) Buat grafik amplitudo sebagai fungsi dari putaran

8) Cari karakteristik getaran dari grafik


9) Eksperimen diulang kembali dengan beban yang berbeda

4.4 Perhitungan

4.4.1. Perhitungan Amplitudo

A. Beban 1 Kg

1. Amplitudo Pada Putaran 260 Rpm

A1 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]


=2 [ 2,53 - 2,37 ]

= 0,32 mm

2. Amplitudo pad Putaran 360 Rpm

A2 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 2,58 - 2,37 ]

= 0,42 mm

3. Amplitudo Pada putaran 460 Rpm

A3 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 3,42 – 2,37 ]

= 2,1 mm

4. Amplitudo Pada Putaran 560 Rpm

A4 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 5,58 - 2,37 ]

= 6,42 mm

5. Amplitudo Pada Putaran 660 Rpm

A5 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 2,58 - 2,37 ]

= 0,42 mm

6. Amplitudo Pada Putaran 760 Rpm

A6 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]


=2 [ 2,50 - 2,37 ]

= 0,26 mm

7. Amplitudo Pada Putaran 860 Rpm

A7 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 2,38 - 2,37 ]

= 0,02 mm

B. Beban 1,5 Kg

1. Amplitudo Pada Putaran 260 Rpm

A1 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

= 2 [ 2,67 – 2,41 ]

= 0,52 mm

2. Amplitudo pad Putaran 360 Rpm

A2 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 2,64 – 2,41 ]

= 0,46 mm

3. Amplitudo Pada putaran 460 Rpm

A3 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 2,79 – 2,41 ]

= 0,76 mm

4. Amplitudo Pada Putaran 560 Rpm

A4 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]


=2 [ 3,04 – 2,41 ]

= 1,26 mm

5. Amplitudo Pada Putaran 660 Rpm

A5 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 3,49 – 2,41 ]

= 2,16 mm

6. Amplitudo Pada Putaran 760 Rpm

A6 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 3,37 – 2,41 ]

= 2,46 mm

7. Amplitudo Pada Putaran 860 Rpm

A7 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 3,37 – 2,41 ]

=1,92 mm

8. Amplitudo Pada Putaran 960 Rpm

A8 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 3,19 – 2,41 ]

= 1,56 mm

9. Amplitudo Pada Putaran 1060 Rpm

A9 =2 .[Posisi simpangan – Posisi awal ]

=2 [ 2,48 – 2,41 ]

= 0,14 mm

Tabel 4.1 Perbandingan Antara Amplitudo Terhadap Putaran


No Putaran Amplitudo (mm)

(Rpm) Beban 1 kg Beban 1,5 kg

1. 260 0,32 0,52

2. 360 0,42 0,46

3. 460 2,1 0,76

4. 560 6,42 1,26


5. 660 0,42 2,16
6. 760 0,26 2,46
7. 860 0,02 1,92
8. 960 1,56
9. 1060 0,14

4.4.2. Konstanta Gaya Pegas

1 1 1 1 1
= + + +
εk k 1 k 2 k 3 k 4

1 1 1 1
¿ + + +
8.192 8.192 8.192 4,841

3 1
¿ +
8,192 4,841

1 22,724
=
εk 39657

39,657
εk ¿ ¿1,745N/mm = 1745 N/m
22,724

4.4.3. Kecepatan Sudut


A. Beban 1 Kg

1. Secara Teoritis

ω 1 Teo=
√ εk
m1

¿
√ 1745
1

¿ √ 1745

rad
¿41,773
s

2. Secara Aktual

60 . n
ω 1 Akt=

60 .560
¿
2 3,14

33600
¿
6,28

rad
¿ 5380,31
s

B. Beban 1,5 Kg

1. Secara Teoritis

ω 2 Teo=
√ εk
m2

¿
√ 1745
1,5

¿ √ 1163,3

rad
¿ 34,107
s
2. Secara Aktual

60 . n
ω 2 Akt=

60 .760
¿
2 3,14

45600
¿
6,28

rad
¿ 7261,146
s

4.4.4. Frekuensi Getraran

A. Beban 1 Kg

1. Secara Teoritis

ω1 Teo
F 1 Teo=

41,773
¿
23,14

41,773
¿
6,28

¿6,651 Hz

2. Secara Aktual

ω 1 Akt
F 1 Akt=

5380,31
¿
2 3,14

5380,31
¿
6,28

¿856,737 Hz
B. Beban 2 Kg

1. Secara Teoritis

ω2 Teo
F 2 Teo=

34,107
¿
23,14

34,107
¿
6,28

¿ 5,431 Hz

2. Secara Aktual

ω 2 Akt
F 2 Akt=

7561,14
¿
23,14

7561,14
¿
6,28

¿1204,003 Hz

4.5. Grafik dan Analisa


Hubungan antara Amplitudo dan Putaran
6.02

5.02

4.02
1 KG
Amplitudo

3.02 1,5 KG

2.02

1.02

0.02
260 360 460 560 660 760 860 960 1060
Putaran (Rpm)

Gambar 4.12 Grafik Hubungan antara Amplitudo dan Putaran

Dari grafik hubungan antara putaran dan amplitudo di atas, terlihat bahwa

beban pada beban 1 Kg terjadi amplitudo terbesar pada putaran 560 Rpm

yaitu 6,42 mm dan amplitudo terkecil pada putaran 860 Rpm yaitu 0,02 mm.

Kemudian pada beban 1,5 Kg terjadi amplitudo terbesar pada putaran 760

Rpm yaitu 2,46 mm dan amplitudo terkecil pada putaran 1060 Rpm yaitu

0,14 mm.

Pada Beban 1 kg kecepatan putaran dari 260 Rpm - 560 Rpm terjadi

kenaikan amplitudo dari 0,02 mm – 6,42 mm. Namun pada kecepatan

putaran dari 560 Rpm - 860 Rpm menyebabkan penurunan nilai amplitudo

dari 6,42 mm - 0,02 mm. Pada Beban 1,5 kg kecepatan putaran dari 260

Rpm - 660 Rpm terjadi kenaikan amplitudo dari 0,52 mm – 2,16 mm.
Namun pada kecepatan putaran dari 660 Rpm - 860 Rpm terjadi penurunan

nilai amplitudo dari 2,16 mm - 0,14 mm.

Hal ini dipengaruhi oleh ketika kecepatan putaran di tingkatkan maka

respon yang terjadi pada sistem adalah peningkatan amplitudo getaran

hingga mencapai titik maksimum atau fase kritis, dimana gaya eksitasi yang

diberikan terhimpit atau mendekati frekuensi natural dari sistem yang

bekerja atau dengan kata lain terjadi resonansi, kemudian amplitudo getaran

akan turun perlahan seiring peningkatan kecepatan putaran setelah melewati

fase kritis tersebut.

4.6. Kesimpulan

Dari hasil Pengujian Getaran mekanik dapat disimpulkan bahwa

karakteristik dinamis getaran satu derajat kebebasan mengakibatkan

perubahan nilai Amplitudo getaran (mm) terhadap Kecepatan Putaran

(Rpm), dimana pada beban 1 kg terjadi amplitudo terbesar (fase kritis)

sebesar 6,42 mm, pada putran 560 rpm. Sedangkan pada beban 1,5 kg

terjadi amplitudo terbesar (fase kritis) sebesar 2,46 mm, pada putran 760

rpm.

Anda mungkin juga menyukai