Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Tentang

Konsep Dasar Kesejahteraan Sosial

Oleh

Abdul Aziz : 1812040017

Dosen Pembimbing:

Armaidi S.Sos,MA

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL

PADANG

1441 H / 2020
KATA PENGANTAR

‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬

Assalamu’laikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT.shalawat dan


salam kepada Nabi Muhammad SAW.

Kami berterimakasih kepada bapak selaku dosen pembimbing mata kuliah


Kesejahteraan Sosial Bapak Armaidi S.Sos,MA yang telah memberikan bimbingan serta
wawasan pengetahuan. Makalah ini tentang Konsep Dasar Kesejahteraan Sosial.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengamatan penulis.Penulisan makalah ini diupayakan
semaksimal mungkin namun disadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan disebabkan
keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki, karena itu diharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis berikutnya yang
memerlukannya... Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Padang, 10 Juni 2020

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................

1. Latar belakang....................................................................................................

2. Rumusan Masalah...............................................................................................

3. Tujuan Penulisan.................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN..............................................................................................

A. Pengertian Kepemimpinan..................................................................................

B. Fungsi Kepemimpinan.......................................................................................

C. Tipe kepemimpinan...........................................................................................

D. Ciri-ciri Kepemimpinan.......................................................................................

E. Hambatan Dalam Kepemimpinan........................................................................

BAB III : PENUTUP......................................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung
jawab yang tidak hanya dipertanggung jawabkan kepada anggota-anggota yang
dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.

Berkaitan dengan kepemimpinan, tidak ada batasan antara laki-laki dan


perempuan, keduanya sama-sama memiliki hak untuk menjadi pemimpin. Perempuan
dituntut untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri sehingga dapat
mempengaruhi orang lain dengan argumentasi-argumentasi ilmiah dan logis. Kalau hal
tersebut dapat diraih perempuan, maka perempuan memiliki dua “senjata” yang sangat
ampuh, yakni pertama perasaan halus yang dapat menyentuh kalbu, dan kedua
argument kuat yang menyentuh nalar. Kemampuan menyentuh rasa tanpa sentuhan
nalar tidak cukup untuk mewujudkan kepemimpinan yang sehat(Quraish Shihab,
2005 : 337).

Seorang pemimpin harus memiliki kriteria kemampuan memimpin, dapat


dipercaya dan mempercayai orang lain, mencintai kebenaran dan mampu menegakkan
hukum.Setidaknya ada dua pendapat mengenai kepemimpinan wanita dalam Islam.
Pendapat pertama mangatakan bahwa wanita dalam islam tidak bisa menjadi
pemimpin dalam kehidupan publik, Sementara pendapat kedua menyatakan sebaliknya
bahwa sejalan dengan konsep kemitrasejajaran yang diajarkan Islam maka wanita
boleh menjadi pemimpin dalam masyarakat atau dalam kehidupan publik.

Alasan lain yang sering dijadikan sandaran bagi inferioritas perempuan adalah
Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34 yang artinya : :”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin
bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yangsaleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah
memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Al-Hibri mengatakan bahwa kalau kita cermati lebih lanjut dari segi bahasa
Arab maka akan tampak bahwa pertama, kata “qawwamun” tidak harus berarti
“pemimpin” tetapi arti-arti lain seperti “pelindung” atau “penanggung jawab”; dan
kedua, bahwa “qiwam” atau “qawwamun” itu sebagian memang ascribed
(menganggap berasal)tetapi sebagian lainnya adalah acquired(yang diperoleh). Kenapa
demikian? Karena kepemimpinan atau tanggung jawab itu juga lahir sebagai akibat
pria membelanjakan harta bendanya untuk perempuan. Hal yang harus diingat adalah
peranan menafkahkan harta itu sesuatu yang acquired,bukan ascribed. Biarpun laki-
laki, kalau tidak memiliki harta, tentu tidak dapat berperan sebagai pemimpin.
Sebaliknya, biarpun wanita, kalau ia memiliki harta untuk dibelanjakan bagi
keluarganya, maka ia bisa juga menjadi pemimpin

Ini berarti bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dilatih dan
diupayakan, bukan sesuatu yang telah melekat sejak lahir. Ini juga berarti bahwa baik
laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai hak kepemimpinan dalam
kehidupan, tergantung siapa yang berhasil memperoleh kualitas itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kepemimpinan ?
2. Apa Fungsi Kepemimpinan?
3. Bagaimanakah tipe Kepemimpinan ?
4. Apa Ciri-ciri Kepemimpinan ?
5. Apakah hambatan Dakam kepemimpinan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Fungsi Kepemimpinan
3. Untuk mengetahui tipe Kepemimpinan
4. Untuk menegetahui Ciri-ciri Kepemimpinan

5. Untuk mengetahui hambatan Dalam kepemimpinan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata leadership dari asal kata to lead. Dan kata ini
menjadi bahasa Inggris yang diindonesiakan karena sering digunakan dan terdapat di
berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam kata kerja to lead terkandung beberapa
makna yang saling berhubungan erat, yaitu: bergerak lebih cepat, berjalan di depan,
mengambil langkah pertama, berbuat lebih dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran
orang lain, membimbing, menuntun dan menggerakkan orang lain melalui
pengaruhnya.

Islam diartikan damai, tenteram, atau agama yang dibawa oleh nabi
Muhammad SAW dengan kitab suci al-Quran . Arti utama dari Islam adalah tenang,
diam, telah menunaikan kewajiban dan memenuhi kedamaian yang sempurna. Adapun
arti lainnya adalah berserah diri kepada Tuhan pencipta alam semesta.Adapun
kepemimpinan Islam menurut Muhadi Zainuddin kategori kepemimpinan Islam itu
lebih tepat jika didasarkan kepada system yang dipraktekkan dalam memimpin. Jadi
kepemimpinan Islam adalah sebuah kepemimpinanyang mempraktekkan nilai-nilai
ajaran Islam, terlepas pelakunya seorang muslim atau tidak (Mahdi Zainudin, 2002).
Dengan demikian kepemimpinan Islam adalah kemampuan untuk menggerakkan
orang lain secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dengan standard al-Quran dan
Hadits.
Selain itu para ulama Islam juga telah memberikanperhatian yang serius dan
khusus terhadap masalah kepemimpinan, karena memimpin urusan manusiatermasuk
kewajiban terbesar agama, karena tidak akan tegak agama kecuali dengan
kepemimpinan. Sesungguhnya kebutuhan anak Adam tidak akan tercapai secara
sempurna kecuali dengan berjama`ah, karena mereka saling membutuhkan satu sama
lain. Dalam jama`ah itusudah barang tentu harus ada seorang pemimpin.Bukti lain
urgensi kepemimpinan dalam Islam adalah bahwa para sahabat Rasulullah SAW. lebih
memperioritaskan mengurus masalah suksesi kepemimpinan Rasulullah SAW.
dibanding mengurus pemakaman Rasulullah SAW. Artinya bahwa dalam berjama`ah
tidak boleh ada kevakuman pemimpin.

Seorang pemimpin dimampuksn untuk bisa memberikan dampak bagi lingkungannya,


sekaligus menunjukkan kepada obyek yang dipimpinnya bagaimana cara melakukan
pelayanan mengembangkan orang lain menjadi pribadi yang efektif, berkualitas dan
berkarakter kristus.

Seorang pemimpin harus mempunyai sikap profesionalisme yang artinya


adalah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang
terbaik. Pengertian ini memberikan makna yang cukup luas. Sebagai orang Islam kita
punya rujukan yang sangat otentik yaitu Al Quran, seperti yang tercantum di dalam
surat Anaml dan surat Ash Shaff, kedua surat ini terutama dalam ayat ke 4 surat
Anaml dan ayat ke 17 surat Ashaff berbicara tentang profesionalisme.

Dalil Naqli, Al Qur'an Surah 61 ayat 4 :

ٌ‫صفًّا َكَأنَّهُمْ بُ ْنيَانٌ َمرْ صُوص‬


َ ِ‫ِإنَّ هَّللا َ يُ ِحبُّ الَّ ِذينَ يُقَاتِلُونَ فِي َسبِيلِه‬

Artinya :"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya


dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh."

Al Qur'an Surah, 27 ayat 17 :


َ‫س َوالطَّي ِْر فَهُ ْم يُو َز ُعون‬
ِ ‫َو ُح ِش َر لِ ُسلَ ْي َمانَ ُجنُو ُدهُ ِمنَ ْال ِجنِّ َواِإْل ْن‬

Artinya : "Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung,
lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)".

Adapun Hadits riwayat Bukhari yang artinya :"Apabila amanah (kepercayaan)


sudah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat." Seorang Sahabat bertanya:
"Bagaimana menyai-nyiakannya? Rasulullah SAW bersabda: "Apabila sesuatu urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya hari kiamat."

Jadi jika kita ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, mulailah dengan
menguasai ketrampilan dalam memimpin diri sendiri. Biarkan orang lain melihat
karakter dan kualitas hidup kita. Dengan demikian kita akan akan meletakan dasar
kokoh bagi kepemimpinan anda.

Menurut Edwin A. Locke (1991) terdapat empat kunci untuk memimpin


dengan sukses yang ditunjukkan dalam model kepemimpinan. Empat kunci ini adalah:

1. Sifat-sifat pemimpin/ Motives dan traits.


2. Pengetahuan, keahlian, dan kemampuan/ Knowledges, Skill, dan ability
3. Visi
4. Implementasi dari visi

B. Fungsi kepemimpinan
Ada beberapa fungsi-fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif hanya
akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau
organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di
dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial,
karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu
kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju
mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin
mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik.
Sondang P. Siagian dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan
mengatakan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
1. Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan
2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan
pihak-pihak di luar organisasi.
3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif.
4. Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama
dalam menangani situasi konflik.
5. Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral (Siagian,
1999)
Fungsi utama kepemimpinan diantaranya adalah menjaga keutuhan dan
kekompakan anggota didalam berkerja, serta seorang pemimpin harus mampu
dalam memecahakan masalah atau konflik yang terjadi yang datang dari dalam
sebuah organisasi atau bahkan masalah yang datang dari luar organisasi.

1. Membantu mencapai sasaran organisasi


2. Menggerakan anggota menuju sasaran tersebut
3. Mewujudkan interaksi dan keterikatan antar individu
4. Memelihara kekuatan dan kohesi anggota

C. Tipe-Tipe Kepemimpinan

1.Tipe Karismatis

Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energy, daya tarik dan wibawa yang
luar biasauntuk mempengaruhi orang lain, sehingga pemimpin seperti ini mempunyai
pengikut yang sangat besar jumlahnyadan pengawal-pengawal yang dapat dipercaya.

Tipe kepemimpinan seperti ini dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang


menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat pribadi dalam mempengaruhi pikiran,
perasaan dan tingkah laku pada orang lain, sehingga orang lain akan mengagumi dan
mengagungkan serta bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki pemimpin(Hadari
Nawai, 1993).

2.Tipe Paternalistis

Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan atau yang memposisikan sebagai


bapak dan anggota dalam lembaganya dan bawahan dianggap sebagai anak dan
manusia yang belum dewasa. Pemimpin paternalistis selalu serba merasa tahu
sehingga anak buah jarang diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan inovatif. Tipe
paternalistis memang lebih mengedepankan asas kekelargaan. Tipe kepemimpinan
kebapakan ini mempunyai sifat tidak memberi atau tidak pernah memberikan
kesempatan pada bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri dan selalu bersikap maha tahu dan maha benar (Kartini kartanto, 2002).

3.Tipe Militeristik

Tipe kepemimpinan ini mempunyai sifat kemiliter-militeran, hanya gaya luarnya saja
yang mencontoh militer. Tetapi jika dilihat dengan seksama, tipe ini mirip sekali
dengan tipe kepemimpinan otoriter (Kartini kartanto, 2002). Sifat kepemimpinan
militeristik ini memiliki ciri ciri diantaranya: lebih banyak menggunakan perintah
komando kepada bawahannya, menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahannya,
menyenangi formalitas (upacara-upacara), menuntut disiplin kerja, tidak menghendaki
saran, usul dan kritik dari bawahan, dan komunikasi hanya berlangsung satu arah.

4.Tipe Otokratis

Otokrat berasal dari kata autos yang artinya sendiri dan kratos berarti
kekuasaan, kekuatan. Jadi otokrat adalah penguasa penuh. Kepemimpinan ini
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipenuhi. Sikap dan
prinsipnya sangat konservatif, selalu berperan sebagai pemai tunggal, sebab setiap
perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa komunikasi dengan bawahan.

5.Tipe Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,
tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri.
Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
Diantara pemimpin model ini adalah, Ir Soekarno dan Gus Dur.6.Tipe
DemokratisKepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada
semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri
sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak
pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang Tepat.

Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk
diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki
keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya
kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang
demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana
kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga,
organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya
gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.

D. Ciri-ciri kepemimpinan

Ada beberapa karekteristik pemimpin yang efektif. Karakteristik pemimpin


merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpin dalam melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya. Ada empat karakteristik atau syarat pokok yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin (Sunindhia dan Widiyanti diacu dalam Hakiem 2003):
a. Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saran dan
nasehat dari orang-orang di sekitarnya.
b. Pemimpin harus menjadi teladan dalam lingkungannya.
c. Pemimpin harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya dan kepada
organisasinya.
d. Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani
setelah semua faktor yang relevan diperhitungkan.

1. untuk mengembangkan visi yang besar seseorang yang menginspirasi dan


memotivasi tim mereka dan mewujudkannya menjadi suatu hal yang realitas.
Hal ini tidak hanya membutuhkan passion untuk sebuah visi, tetapi juga
kejelasan dalam berkomunikasi dan kecerdasan juga pengalaman yang penting
untuk menjalankannya.
2. Kemampuan untuk mempengaruhi dan menginspirasi: Saya pikir ini adalah hal
yang penting untuk membantu orang lain dengan hanya tidak bermimpi namun
melakukannya. Mereka harus mampu melihat bahwa Anda juga sama seperti
mereka, dan Anda dapat melakukannya. Ingatlah bahwa pekerjaan dan
kesuksesan Anda tidak hanya bergantung pada Anda. Salah satu ciri pemimpin
yang baik, mereka akan mengetahui bagaimana menyatukan orang-orang di
sekitarnya untuk menuju tujuan yang sama.
3. Kemampuan untuk beradaptasi: Pemimpin yang sesungguhnya memiliki
kepercayaan diri untuk berdiri sendiri, keberanian untuk mengambil keputusan
yang berat, dan kelembutan dalam mendengarkan kebutuhan orang lain. Satu-
satunya hal yang konstan – dalam pekerjaan dan kehidupan, dan pemimpin
yang baik akan mengetahui bagaimana menavigasi sesuatu hal yang penting.
Perubahan tidak selalu menjadi sebuah tantangan, tetapi dapat menjadi sebuah
kesempatan untuk inventif, beradaptasi, dan menentukan sesuatu hal yang tidak
pasti. Ini juga sebuah kesempatan yang sempurna untuk menunjukkan kepada
mereka bahwa mereka dapat bergantung kepada Anda dalam membuat
keputusan yang besar.
4. Kerelaan untuk menerima tanggung jawab: Jika Anda memilih untuk disukai,
Anda akan siap untuk berkompromi pada apapun kapan saja, dan Anda tidak
akan mencapai apapun.

Sebagai seorang pemimpin dalam suatu tim, Anda menganggap tanggung


jawab tidak hanya untuk diri Anda sendiri dan pekerjaan Anda, tetapi juga untuk
pekerjaan, sikap, begitu juga untuk pencapaian orang lain. Ini bukan prestasi kecil;
Anda melangkah ke atas ‘untuk memastikan bahwa Anda tidak hanya akan
menunjukkan tim Anda ke mana harus pergi dan apa yang harus dilakukan, tetapi juga
mendorong mereka, menjawab pertanyaan, melacak kemajuan, dan memberikan
motivasi. Mengapa? Karena kesuksesan mereka adalah kesuksesan Anda dan
kegagalan mereka juga menjadi milik Anda.

Dalam Alquran ayat yang mengisyaratkan nilai/prinsip itu, antara lain sebagai
berikut:

‫ض فَا ْنفُ ُذوا† اَل تَ ْنفُ ُذونَ ِإاَّل بِس ُْلطَان‬


ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ †ِ َ‫س ِإ ِن ا ْستَطَ ْعتُْ†م َأ ْن تَ ْنفُ ُذوا ِم ْن َأ ْقط‬
َ ‫ار ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬ ِ ‫يَا َم ْع َش َر ْال ِجنِّ َواِإْل ْن‬

Artinya :“Wahai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan”(QS. Al-Rahman (55): 33).

Ayat diatas mengingatkan manusia bahwa apa saja yang dipikirkan dan
dibayangkan dalam bentuk visi dan misi semuanya bisa menjadi kenyataan, asalkan
manusia memiliki sulthan (kekuatan/kemampuan). Kemampuan merupakan kriteria
dasar bagi setiap pemimpin dalam mengelola serta mengembangkan
organisasi/institusi. Kemampuan oleh para ahli dapat diklasifikasi menjadi 3 (tiga)
jenis. Kemampuan intelektual, kemampuan emosional, dan kemampuan spiritual.
Ketiga kemampuan ini harus dimiliki oleh setiap pemimpin di setiap level
kepemimpinan. Ia harus mempunyai akal dan pikiran yang cerdas, karena dengan itu ia
bisa merencanakan, mengorganisir, dan mengendalikan organisasi secara rasional,
tidak menghayal dan membabi buta dalam membuat police atau kebijakan. Dengan
berfikir rasional, seorang pemimpin dapat membuat prediksi-prediksi yang visible,
sehingga dapat dijadikan dasar dalam bertindak.

Mengandalkan kemampuan intelektual saja bagi seorang pemimpin/manajer


tidak akan cukup untuk membawa lembaga/organisasi mencapai kesuksesan. Mengapa
demikian ?. Hal ini disebabkan suatu kesuksesan yang diperoleh bukan sekedar karena
manajer atau pemimpin mampu menata serta mengembangkan aspek-aspek organisasi
tertentu secara rasional, seperti membuat prediksi, ramalan-ramalan, dan prakiraan-
prakiraan. Namun lebih dari itu, ada aspek-aspek organisasional tertentu yang
membutuhkan penanganan dengan sentuhan-sentuhan emosi, seperti memotivasi
bawahan/karyawan, memunculkan rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab terhadap
organisasi (sens of belonging and sens of responsibility), membuat kebijakan-
kebijakan simpatik, baik terhadap anggota organisasi maupun bagi masyarakat
lingkungan sebagai stakeholder. Banyak pemimpin yang gagal mengeksplorasi aspek-
aspek emosi ini, yang kemudian berakibat pada demonstrasi dan unjuk rasa karyawan
yang tidak menguntungkan bahkan berakibat fatal bagi keberadaan serta
keberlangsungan organisasi. Semua manajer/pemimpin tidak menghendaki kejadian
seperti itu terjadi dan dialami organisasi yang mereka pimpin, jika saja mereka mau
mengembangkan kemampuan atau kecerdasan emosionalnya bersamaan dengan
kemampuan intelektual dalam kepemimpinan mereka.

Sama halnya dengan kemampuan spiritual, sebahagian orang sangat menaruh


harapan besar terhadap kemampuan ini. Bahwa bila sikap spiritual seseorang muncul,
seperti senantiasa mendekatkan diri kepada tuhan, selalu bertawakal kepada-Nya,
bertindak dan berbuat karena tuhan, menganggap semua sarwa yang ada adalah milik
tuhan serta sadar bahwa pada saatnya nanti semua pekerjaan yang dilakukan pasti
akan dimintai pertanggung jawabannya kelak dihadapan tuhan. Kesadaran seperti ini
dapat memunculkan perilaku yang positif, seperti berprasangka baik, selalu berbuat
yang terbaik, optimis, rela berkorban, iklas dalam menjalankan tugas, kesederhanaan,
arif dalam bertindak, humanis, memiliki komitmen yang tinggi, menghargai orang
lain, dan seterusnya. Sikap-sikap ini merupakan representasi dari kualitas iman yang
dimiliki seseorang.

Orang yang beriman atau kemampuan spiritualnya baik, senantiasa merasa


berkewajiban untuk mengawal dirinya dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna,
apalagi yang bertentangan dengan pesan-pesan agama. Mereka beranggapan bahwa
pekerjaan-pekerjaan demikian dapat menjauhkan dirinya dari rahmat dan kasih sayang
tuhan. Karena itu, kecerdasan spirituallah yang harus memberi arah (visi) bagi
kecerdasan intelektual dan emosional seseorang. Jarang orang mempunyai
kemampuan/kecerdasan emosional dapat mendorong lahirnya kemampuan/kecerdasan
spiritual yang baik. Meskipun begitu, kemampuan spiritual tidak bisa mewakili
kemampuan emosional, sebab ada perilaku emosional tertentu seperti kemampuan
menjalin hubungan, mampu berkomunikasi secara baik, dan kemampuan memotivasi,
tidak sepenuhnya akan diperoleh secara baik dari kemampuan spiritual.

Mengandalkan kecerdasan emosional saja tidaklah cukup, khususnya bagi


perkembangan kejiwaan yang berdimensi ketuhanan. Sebab kecerdasan ini lebih
berpusat hanya pada rekonstruksi hubungan yang bersifat horizontal (sosial),
sementara ada dimensi lain yang tidak kalah penting bagi manusia yang bersifat
vertikal. Kemampuan dalam membangun hubungan vertikal inilah yang sering dikenal
dengan istilah kecerdasan spiritual (spiritual quotient).

Oleh karena itu, kemampuan intelektual, kemampuan emosional, dan


kemampuan spiritual secara simultan harus dimiliki seorang pemimpin, karena ketiga
bentuk kemampuan/kecerdasan ini saling mendukung dan melengkapi dalam proses
keberhasilan dan kesuksesan seseorang membawa organisasi mencapai tujuan.

E. Hambatan Dalam kepemimpinan.

Sikap dari seorang Pemimpin kepadan orang-orang yang di pimpinnya pasti


berbeda dengan sikapnya dengan orang lain dalam menjalani kepemimpinannya
didalam suatu organisasi. Oleh karena itu pasti ada hambatan dalam kepemimpinan
seseorang tersebut yaitu yang salah satunya bersangkutang dengan sikap dan juga
perilakunya dalam berinteraksi atau juga beraktivitas dalam kepemimpinanya. Sikap
dalam kepemimpinan tersebut meliputi perilaku yang jujur, berkomunikasi dengan
baik, bersikap adil, bertanggung jawab, membangun tim dengan baik, percaya diri,
memahami kondisi, memiliki selera humor, bersikap kreatif, manajemen waktu yang
baik, oleh karena itu pemimpin yang baik pasti memiliki keharusan dalam sikap ini.
dengan demikian kepemimpinan tersebut bisa dikatakan kepemimpinan yang sukses
dan yang baik serta yang telah diharapkan semua pihak yang bersangkutan. Akan
tetapi ketika sikap itu hanyalah kebalikannya maka kepemimpinan tersebut ialah gagal
dan adapun hambatannya pasti dengan pengalaman dalam kasus atau masalah yang
telah dihadapi oleh siakp tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seorang pemimpin harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan


dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko yang timbul sebagai konsekuensi
daripada keputusan yang diambilnya tentunya dalam mengambil keputusan.

Seorang pemimpin harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, informasi


yang mendalam dalam proses menyaring keputusan yang tepat. Disamping itu seorang
pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan segala
tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala tingkah laku bawahan
sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan. Untuk itu seorang pemimpin
setidaknya harus memiliki kriteria-kriteria tertentu , misalnya kemampuan bisa
“perceptive dan objektif.

Dalam mengarahkan dan memotivasi bawahan agar melakukan pekerjaan


dengan sesuai, seorang pemimpin bisa memilih suatu gaya kepemimpinan tertentu
apakah gaya otokratis, partisipatif, dan gaya free rein yang sesuai dengan situasi dan
lingkungan para bawahan. Hanya dengan jalan demikian pencapaian tujuan dapat
terlaksana dengan efisien dan efektif.

B. Saran

Mungkin dalam penulisan dan pembuatan masih terdapat kekurangan dan


kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
tercapainya pembuatan makalah yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Adair John, 2005, Cara Menumbuhkan Pemimpin yang Efektif, Gramedia: Jakarta

Surat Anaml dan As Shaff, Al Qur’an (Diqital Qur’an)

Fahrudin Ali Prabowo (1999), Meningkatkan Efektivitas Dan Profesionalitas


Kepemimpinan Sumber : suplemen Harian Umum Republika, 29 November 1999.

https://jurnaltahkim.wordpress.com/2009/05/11/implementasi-nilai-nilai-islam-dalam-
kepemimpinan-efektif/

Anda mungkin juga menyukai