Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Dewa Putu Ryan Raditya Saputra

No : 4/5
Kelas : X PH 2
KESULTANAN ISLAM DAN BUKTI SEJARAHNYA
Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan ada sejak abad ke-13. Saat itu, kerajaan-
kerajaan Islam bermunculan akibat lalu lintas perdagangan laut. Pedagang-pedagang Islam
dari Arab, Persia, India, hingga Tiongkok berbaur dengan masyarakat Nusantara. Masuknya
agama Islam ke Nusantara lewat perdagangan ini yang kemudian turut membawa banyak
perubahan dari sisi budaya hingga pemerintahan. Salah satu penanda perubahan tersebut
terlihat dari kemunculan kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Keterlibatan kerajaan Islam di
Indonesia ini juga berperan dalam menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru Indonesia.
A. KESULTANAN ISLAM DAN BUKTI SEJARAHNYA :

1. Kerajaan Perlak (840-1292)


Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang
terletak di Peureulak, Aceh Timur pada 840-1292 Masehi. Perlak merupakan wilayah yang
dikenal memproduksi kayu perlak yang merupakan bahan baku pembuatan kapal. Tak heran,
Perlak ramai dikunjungi pedagang Gujarat, Arab, dan Persia, sehingga komunitas Islam di
wilayah ini berkembang pesat. Kerajaan Perlak berlangsung cukup lama. Raja pertama
Kerajaan Perlak bernama Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah. Kemudian raja terakhir
Muhammad Amir Syah mengawinkan putrinya dengan Malik Saleh. Malik Saleh inilah cikal
bakal yang mendirikan Kerajaan Samudra Pasai. Bukti sejarah yang memperkuat Kerajaan
Perlak yakni makam salah satu Raja Benoa—negara bagian Kesultanan Perlak—yang terletak
di pinggir Sungai Trenggulon. Diyakini, batu nisan pada makam tersebut dibuat pada abad
ke-11 M.
2. Kerajaan Ternate (1257)
Kerajaan Gapi atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara.
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Marhum pada 1257 ini juga merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Indonesia. Kerajaan Ternate berkembang paling masif dibanding
kerajaan di Maluku lainnya lantaran sumber rempah-rempah yang begitu besar dan militer
yang kuat. Saat itu, banyak saudagar yang datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan
Ternate, di samping menyiarkan agama Islam. Setelah Sultan Mahrum wafat, diteruskan oleh
Sultan Harun dan kemudian digantikan oleh putranya, Sultan Baabullah. Pada masa
pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya. Sejarah
peradaban Kerajaan Ternate yakni Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan Ternate,
Makam Sultan Baabullah, dan Benteng Tolukko.
3. Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521)
Kerajaan Samudra Pasai merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia yang
didirikan oleh Meurah Silu atau lebih dikenal sebagai Sultan Malik al-Saleh pada 1267. Pada
masa kejayaan, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan dengan komoditas utamanya
lada. Banyak saudagar dari berbagai penjuru negeri yang datang berniaga, sebut saja dari
India, Siam, Arab, Persia, hingga Tiongkok. Jejak peninggalan lain yakni ditemukannya
dirham atau mata uang emas murni. Pada masa pemerintahan Sultan Malik At-Tahir,
Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan dirham sebagai alat tukar secara resmi.

4. Kerajaan Gowa (1300-1945)

Kerajaan Gowa adalah kerajaan yang berkembang pesat di Sulawesi Selatan karena letaknya
yang berada di tengah jalur pelayaran yang strategis. Di wilayah ini mayoritas dihuni oleh
masyarakat suku Makassar. Kerajaan Gowa kemudian mencapai puncak kejayaannya
bersama Tallo menghegemoni perdagangan dan militer di timur Nusantara. Usai Gowa
mengadopsi Islam sebagai agama resmi pada awal 1600-an, kerajaan kembar ini kemudian
mendirikan Kerajaan Islam Makassar dengan raja pertamanya Sultan Alauddin. Masa puncak
kejayaan Kerajaan Islam Makassar ini ialah pada saat pemerintahan Sultan Hasanuddin.
Sultan Hasanuddin adalah cucu dari Sultan Alauddin. Beberapa peninggalan Kerajaan Gowa
masih ada yang utuh hingga saat ini dan menjelma menjadi tempat wisata yang dilindungi,
seperti Masjid Tua Katangka, Istana Tamalate, Museum Balla Lompoa, Benteng Ford
Rotterdam, dan Benteng Somba Opu.

5. Kesultanan Malaka (1405-1511)

Kesultanan Malaka atau Melaka merupakan kerajaan Islam Melayu yang terletak di tanah
Malaka. Kerajaan ini pertama kali didirikan oleh Parameswara pada 1405. Kesultanan
Malaka terkenal sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan di selat Malaka sekitar
abad 15. Sultan Mahmud Syah adalah raja kedelapan sekaligus yang terakhir dari Kesultanan
Malaka. Pemerintahannya berakhir akibat serangan Portugis pada 1511. Peninggalan
Kerajaan Malaka yang masih berdiri sampai sekarang antara lain Masjid Raya Baiturrahman
Aceh, dan Masjid Agung Deli.

6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677)

Kerajaan Cirebon atau Kasultanan Cirebon adalah Kasultanan Islam yang cukup besar di
Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi. Lokasinya yang berada di pantai utara Pulau Jawa
menjadikan Kerajaan Cirebon sebagai jalur perdagangan dan pelayaran yang penting. Dari
sinilah Cirebon tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Kasultanan
Cirebon pertama kali didirikan pada 1430 oleh Pangeran Walangsungsang yang dinobatkan
sebagai Sultan Cirebon I. Kemudian pada 1479 Sultan Cirebon I menyerahkan jabatan dan
kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati yang tidak lain ada keponakannya sendiri dan
menjabat sebagai Sultan Cirebon II. Peninggalan Kerajaan Cirebon yang paling terkenal
yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Keprabon, Patung Harimau Putih, Bangunan
Mande, dan Kereta Kasepuhan Singa Barong, dan Mangkok Kayu Berukir.

7. Kerajaan Demak (1478-1554)

Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir Pulau Jawa.
Kerajaan yang berdiri pada 1478 ini dipimpin oleh Raden Patah. Kerajaan Demak merupakan
pelopor penyebaran agama Islam di Nusantara lantaran dukungan para Wali Songo. Kerajaan
ini tercatat memiliki 5 raja tersohor yang pernah berkuasa, seperti Raden Fatah, Pati Unus,
Sultan Trenggono, Sunan Prawata, dan Arya Penangsang. Pada masa kejayaannya, Kerajaan
Demak ini tak tersaingi. Kemunduran Kerajaan Demak dipicu oleh perang saudara antara
Pangeran Surowiyoto dan Trenggono yang berujung saling bunuh untuk merebut
takhta.Kemudian pada 1554, Kerajaan Demak runtuh akibat pemberontakan Jaka Tingkir
yang berhasil mengalihkan pusat kekuasaan ke daerah Pajang dan mendirikan Kerajaan
Pajang.

8. Kerajaan Islam Banten (1526-1813)

Kerajaan Banten pernah berjaya di tanah Pasundan, Banten pada 1526. Sultan pertama
Kerajaan Banten adalah Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan anak dari Sunan
Gunung Jati. Pemimpin yang paling terkenal di Kesultanan Banten adalah Sultan Agung
Tirtayasa. Di bawah kekuasaannya, ia banyak memimpin perlawanan terhadap Belanda
lantaran VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan
Banten. Runtuhnya Kesultanan Banten salah satunya diakibatkan oleh perang saudara. Anak
dari Sultan Ageng Tirtayasa, yakni Sultan Haji, berusaha merebut kekuasaan dari tangan sang
ayah.

9. Kerajaan Pajang (1568-1586)

Kerajaan Pajang berdiri sebagai kelanjutan Kerajaan Demak usai mengalami keruntuhan.
Kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah ini didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau dikenal
sebagai Jaka Tingkir yang berasal lereng Gunung MMerapi Jaka Tingkir merupakan menantu
Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang. Usai merebut kekusaan Demak dari Aria
Penangsang, seluruh kekuasaan dan benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Jaka
Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya dan sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan
Pajang. Bekas peninggalan Kerajaan Panjang yang masih ada antara lain Masjid dan Pasar
Laweyan, Makam Sultan Hadiwijaya, dan kompleks makam pejabat Panjang.

10. Kerajaan Mataram Islam (1588-1680)

Kerajaan Mataram Islam berpusat di Kotagede Yogyakarta pada 1588. Kerajaan ini dipimpin
oleh dinasti yang mengaku sebagai keturunan Majapahit, yakni keturunan Ki Ageng Sela dan
Ki Ageng Pemanahan. Raja pertama adalah Raden Mas Sutawijaya atau Penembahan
Senapati yang tak lain adalah putra Ki Ageng Pemanahan. Kerajaan Islam Mataram
mengalami masa kejayaan pada masa pemeritahan Mas Rangsang atau Sultan Agung.
Kerajaan Mataram Islam mengalami perpecahan usai konflik politik dan mengakibatkan
pembagian wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta
yang tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Peninggalan kerajaan yang hingga kini masih dapat
dijumpai adalah Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Kotagede, Masjid Pathok Negara
Sulthoni Plosokuning, Masjid Agung Surakarta, dan Masjid Al Fatih Kepatihan Solo, batas
administrasi wilayah, dan aksara Jawa Hanacaraka.

Anda mungkin juga menyukai