Anda di halaman 1dari 7

RESUME PERTEMUAN 1

MATA KULIAH
PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ANAK
TUNADAKSA

Dosen Pengampu:
Dra. Fatmawati, M.Pd

Disusun Oleh:
Egi Yelmayenti
20003008
No. absen 02

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TA. 2021/2022
HAKEKAT ANAK TUNADAKSA
1. Konsep Anak Tunadaksa
Tunadaksa berasal dari kata Tuna yang berarti rugi, kurang dan daksa berarti
tubuh. Dalam banyak literatur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari
pembahasan tentang kesehatan sehingga sering ditemukan judul “Physical and Health
Impairments” (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Sebagai contoh, otak
adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak
(luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau
terhadap fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat,
maupun sesudah kelahiran, Menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).
retardasi dari mental (tunagrahita).
a. Tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh atau tunafisik, berbagai
kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk
melakukan gerakangerakan yang dibutuhkan. Pada jenis anak tunadaksa tertentu
disertai juga kelainan pasca indra dan kelainan kecerdasan.
b. Anak yang mengalami fisik atau motorik (phisically handicapped) adalah anak
yang mengalami gangguan fisik berkaitan dengan tulang, otot, sendi persyarafan,
sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus agar kemampuannya
berkembang secara optimal.
c. Tunadaksa yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi
anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk,
dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu
mengalami penurunan

2. Jenis-jenis Anak Dengan Hambatan Fisik dan Motorik


Hambatan fisik dan motorik merupakan istilah lain dari tunadaksa. Jenis
hambatan fisik dan motorik sangan beragam dan berkelainan mulai dari yang ringan
sampai dengan yang berat. Ada yang memeliki kelainan jelas, sangat jelas, dan tidak
kelihatan. Jenis anak dengan hambatan fisik dan motoric bermacam-macam, salah
satunya apat dilihat dari system kelainannya yang terdiri dari kelainan system cerebral
(otot dengan semua fungsinya) dan kelainan system musculas skeletal (jaringan otot
dan rangka).
Secara intelektual kondisinya sama dengan anak normal, dari intelektual yang
rendah sampai ke intelektual yang tinggi. Ada yang mengalami fisik, motorik,
intelektual dan hanya mengalami kelainan fisik motoric saja.
a. Kelaianan pada system celebral
Kelainan pada system celebral terletak pada system saraf pusat seperti cerebral
palsy atau kelumpuhan otak yang ditandai adanya kelaianan gerak, sikap atau
bentu tubuh, hambatan koordinasi, kadang hambatan psikologis dan sensoris yang
disebabkan adanya kerusakan pada masa perkembangan otak. Celebral artinya
otak sedangkan palsy artinya ketidakmampuan motoricyang disebabkan karena
fungsi otak terganggu. Pada kondisi yang komplek dapat disertai dengan
hambatan pendengaran, penglihatan, kecerdasan, dan bicara. Celebbral palsy
diklasifikasikan alam lima tipe yaitu spastik, athetoid, ataxia, rigid, dan tremor.
Menurut derajat kecacatannya celebral palsy diklasifikasikan menjadi ringan
(dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas, dan dapat menolong diri sendiri),
sedang ( embutuhkan bantuan untuk Latihan berbicara, berjalan, mengurus diri,
alat-aat khusus seperti brace), berat (membutuhkan perawatan tetap dalam
ambulasi, bicara, dan menolong diri).

b. Kelainan pada sistim musculus skeletal


Anak yang termasuk kedala kelompok ini didasarkan pada letak hambatan pada
system otot dan rangka. Hjenis kelainan yang berkaitan dengan sistim otot dan
rangka sebagai berikut:
➢ Polio
Suatu infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus polio, area yang
diserang adalah sel-sel syaraf motoric oada sumsum tulang belakang atau
pada jaringan syaraf pusat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
kelumpuhan atau kelayuan pada anggota gerak yang bersifat menetap.
Kerusakan sel-sel motoric, kelumpuhan anak polio dibedakan menjadi
tiga tipe yaitu spinal, bulbair, dan encephalitis.

➢ Muscular dystrophy
Kelaianan yang ditandai melemahnya pertumbuhan otot. Anak mengalami
kelumpuhan atau kelayuan yang bersifat progresif. Kondisi ini
berlangsung lama sedikit demi sedikit memperlemah dan memperkurus
otototot tubuh sehingga jarang yang dapat mencapai usia dewasa.

➢ Osteogenesis imperfecta
Kondisi tulang yang tidak sempurna suatu keadaan yang ditandai dengan
tulang yang mudah patah. Pertumbuhan kerangka tulang yang tidak normal
sehingga mudah patah atau retak yang memerlukan perlindungan yang
komprehensif.
➢ Spina bifida (meningocele)
Kerusakaan bawaan yang berasal dari masa perkembangan dini janin yang
Sebagian ruas tulang belakang tidak menutup sumsum tulang belakang.
Akibatnya ada bagian tidak terindungi yang lembut menonjol menembus
kulit seperti kantung yang bewarna gelap. Spina bifida mengakibatkan
lemah otot anggota gerak dan hilangnya rasa pada anggota gerak bagian
bawah. Anak-anak akan mengalami kelumpuhan pada anggota tubuh
bagian bawah, kaki lumpuh dan mati rasa dan sdikit daya rasa.

➢ Hambatan fisik dan motoric karena bawaan sejak lahir


Hambatan ini terjadi karena faktor dari dalam (internal) merupakan faktor
keturunan dari ayah, ibu atau keduanya. Faktor dari luar (eksternal) terjadi
karena kecelakaan, racun, dan penyakit lainnya.

3. Karakteristik Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Mengalami hambatan dari segi fisik, baik di salah satu atau beberapa bagian
tubuh. Misalnya memiliki kelemahan pada kaki, tangan, jari-jari, atau bagian
tubuh lainnya.
b. Mengalami hambatan dalam faktor motorik, baik untuk berpindah tempat,
bergerak, berjalan, ataupun kurang bisa mengontrol koordinasi tubuhnya.
Penyandang cerebral palsy sering kali melakukan gerakan ritmis yang bisa saja
beranjak menjadi kekakuan dan kelumpuhan.
c. Memiliki rasa kurang percaya diri.
d. Bagian tubuh oleh otak. Hambatan ini bisa memengaruhi penglihatan,
pendengaran, bahasa, dan daya gerak. Inilah yang membuat para penyandang
disability sering kali mengalami gangguan/hambatan dalam beberapa kategori.
Hal ini dikarenakan dengan cacat ganda.
e. Hambatan dalam faktor kognisi yang membuat penyandang tunadaksa memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata. Terlebih lagi disebabkan oleh berbagai faktor lain
seperti kurang percaya diri dan penangkapan yang sulit dibandingkan dengan
faktor lainnya.
f. Hambatan dalam mempersepsi sesuatu hal dengan tepat. Penyandang tunadaksa
biasanya terjadi karena adanya satu hal yang ada di otak. lnilah yang
menyebabkan keabnormalan fisik sehingga menjadi tunadaksa. Kelainan yang ada
di otak ini (gangguan pada syaraf penghubung dan jaringan saraf otak)
kebanyakan juga memengaruhi fungsi persepsi mereka sehingga kebanyakan
penyandang tunadaksa menanggapi satu stimulus yang berbeda dengan tanggapan
orang-orang lainnya.
g. Hambatan dalam segi emosi dan social yaitu Kekurangan kepercayaan diri yang
terjadi pada penyandang tunadaksa sangat memengaruhi emosi dan hubungan
sosial mereka dengan orang lain. Perasaan malu, minder, rendah diri, dan sesitif
sering kali hadir saat mereka harus bersosialisasi, terutama dengan anak-anak lain
yang bukan penyandang disabillity. Oleh karena pandangan terhadap diri mereka
sendiri yang buruk maka penyandang tunadaksa sering melakukan penolakan pada
orang-orang yang mendekat pada mereka.
h. Kurang mampu mengembangkan konsep diri dan mengaktualisasikan dirinya.
Secara kognitif kebanyakan penyandang tunadaksa sama dengan anak-anak
lainnya, namun kurang percaya diri menghambat proses pembelajaran mereka
sehingga kurang pula memunculkan konsep diri yang utuh.

4. Factor Penyebab Anak Tunadaksa


Kondisi kelainan pada fungsi anggota tubuh atau tunadaksa dapat terjadi sebelum
anak lahir, saat kelahiran, dan setelah anak lahir.
a. Sebelum anak lahir (prenatal)
Kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir
atau ketika dalam kandungan diantaranya dikarenakan faktor genetik dan
kerusakan pada system syaraf pusat, faktor lain yang menyebabkan kelainan pada
bayi selama dalam kandungan adalah anoxia prenatal yang disebabkan oleh
pemisahan bayi di plasenta, penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock,
percobaan abortus, gangguan metabolisme pada ibu, faktor rhesus.

b. Saat kelahiran (neonatal)


Ketunadaksaan yang terjadi pada masa kelahiran bayi seperti kesulitan saat
persalinan karena letak bayi sungsang atau pinggul ibu terlalu kecil, pendarahan
pada otak saat kelahiran, kelahiran premature, gangguan pada plasenta yang dapat
mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya anoxia.

c. Setelah anak lahir (postnatal)


Kelainan fungsi aggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi pada masa setelah
lahir disebabkan oleh faktor penyakit seperti meningitis (radang selaput otak),
enchepalis (radang otak), influenza, dhiptheria, partusis dan lain-lain dan Faktor
kecelakaan, pertumbuhan tubuh atau tulang yang tidak sempurna.

5. Prevelensi Anak Tunadaksa


Kirk (1962. hal. 248) menerangkan seperti halnya jenis – jenis kelainan yang
lain, sukar sekali untuk menentukan secara tepat prevalensi cerebral palsy diantara
anak anak. Banyak kasus ringan yang tidak dapat didiagnosis ataupun ditemukan.
Misalnya, apabila suatu kondisi dikaitkan dengan keterbelakangan mental, ada
kecenderungan bahwa anak tersebut akan dimasukkan pada suatu sekolah yang
menggunakan kategori keterbelakangan mental ( cacat mental ) dan dapat juga di
klasifikasikan sebagai anak cerebral palsy. Banyaknya jenis gangguan fisik dan
motorik serta belum adanya rumusan penegertian tentang populasi ini secara
universal, maka sangat sukar untuk memperoleh data statistik yang tepat.
Suatu survei tentang kelainan anak-anak berkelainan yang berusia antara 3-21
tahun yang mendapatkan pelayanan pendidikan khusus pada tahun ajaran 1984-1985
di Amerika Serikat, terdapat 58.835 anak yang menderita atau mengalami gangguan
atau kerusakan orthopedik, dan 69.119 anak yang mengalami gangguan motorik
lainnya. Apabila kedua angka tersebut disatukan, maka untuk kategori ini kira-kira
3% dari semua anak yang mendapatkan pelayanan pendidiakn khusus. Akan tetapi
sebagaimana disampaikan di atas, jumlah anak yang mengalami gangguan fisik dan
motorik yang masuk dalam kategori yang memerlukan pendidika khusus, yang lain
tidak dapat diketahui tapi mungkin saja dapat diukur. Dalam beberapa program,
separuh atau lebih anak yang mengalami gangguan fisik yang diberikan pelayanan
adalah anak-anak cerebral palsy, sedangkan anak-anak yang menderita spina bipida
dan yang mengalami muscular dystrophy di Amerika mempunyai persentase yang
relatif tinggi di antara anak-anak yang memperoleh pendidikan di sana. Spina bifida
diperkirakan 0,02%.

6. Kebutuhan Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa memiliki beberapa kebutuhan sama halnya dengan anak normal
pada umumnya, kebutuhannya sebagai berikut:
a. Kebutuhan Komunikasi
Kebutuhan komunikasi secara lisan, tulisan, maupun menggunakan isyarat
merupakan prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan anak tunadaksa. Untuk
hal ini perlu pelatihan dari ahli terapi terapi wicara (speech terapi), supaya anak
tunadaksa yang mengalami gangguan ini, dapat berkomunikasi selama mengikuti
kegiatan sehari-hari, mengikuti pendidikan, dan pekerjaan.
b. Kebutuhan Mobilisasi
Kebutuhan mobilisasi meliputi serangkaian gerakan dari berguling, telungkup,
merangkak, duduk, berdiri dan jalan menempuh jarak tertentu (ambulansi), juga
memiliki kemampuan pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti dari
tempat tidur ke kursi (transfer).
c. Kebutuhan memelihara diri sendiri (activities of daily living/ADL)
Kebutuhan memelihara diri sendiri erat hubungannya dengan kemampuan fungsi
tangan. Hilangnya bagian tangan baik akibat cacat lahir atau diperoleh akan di
ganti dengan prothesa (tangan palsu) dan kelemahan yang permanen akan dibantu
dengan alat pembantu seperti orthosis/splint, sehingga menjadi lebih kuat atau
mendekati normal. Usaha untuk mengembalikan fungsi baik untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari maupun untuk keterampilan dibutuhkan penangan okupasi
terapi.
d. Kebutuhan sosial
Secara garis besar kebutuhan sosial bukan hanya menyangkut kebutuhan materi,
tetapi yang terutama adalah sikap dan perhatian keluarga dan lingkungan terhadap
anak tubadaksa yang dapat mendorong yang bersangkutan berusaha untuk
meningkatkan kemmapuannya. Tidak adanya perhatian baik moril maupun materil
akan menghambat tercapainya hasil usaha rehabilitasi yang dilaksanakan.

e. Kebutuhan psikologis
Setiap kecacatan menyebabkan satu trauma psikis baik bagi yang mengalaminya
maupun bagi keluarganya. Reaksi yang timbul dapat berupa tidak mau merima
kenyataan atau menghindari kenyataan seolah-olah tidak ada masalah. Akibat
sikap tersebut maka hilanglah dorongan berusaha untuk mengatasi masalahnya.

f. Kebutuhan Pendidikan
Bagi anak tunadaksa yang memiliki kemmapuan mengikuti pendidikan,
penyaluran ke pendidikan umum atau khusus merupakan usaha memenuhi
kebutuhan akan penddikan.

g. Kebutuhan kekaryaan
Kebutuhan kekaryaan meliputi baik yang belum maupun yang sudah pernah
bekerja. Bagi yang sudah bekerja menegmbalikan secara maksimal kepada fungsi
tugas semula atau mengadakan modofikasi kekaryaan yang ada. Sebaliknya bagi
yang belum memiliki kekaryaan diberikan pendidikan keterampilan sesuai dengan
bakat dan kemampuan mereka.
Daftar Rujukan
Marlina. 2015. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (pendekatan Psikoedukasional). Padang:
UNP PRESS.
Supena, Asep. 2012. Pendidikan Inklusif Untuk ANAK Berkebutuhan Khusus. Jakarta: 28
Jaya Printing & Publisher.
Efendi, Mohammad. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
B Fauziyah Zahrawati. 2018. MEMBEBASKAN ANAK TUNADAKSA DALAM
MEWUJUDKAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL DEMOKRATIS. Jurnal al-maiyyah.
11(1): 171-188.
Maiti, & Bidinger. (1981). Tunadaksa. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Nur’aeni. 1997. Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Anda mungkin juga menyukai