Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi

kehidupan manusia karena adanya nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama

yang baik bagi manusia, makhluk yang dimuliakan Allah swt. Untuk mencapai

kehidupan yang bahagia dan menjauhi dari ketimpangan dan penyimpangan,

Allah swt telah membekali syariat dan hukum-hukum Islam agar dilaksanakan

dengan baik. Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar pada batas

pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan

penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi dan agama.1

Batas usia dalam melaksanakan perkawinan sangatlah penting karena

didalam perkawinan menghendaki kematangan pisikologis. Usia perkawinan yang

terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena

kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga.

Perkawinan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung

jawab.2

Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah menaikkan usia

minimal kawin sama-sama antara perempuan dan laki-laki yaitu 19 Tahun, yang

1
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh MunakahatTerj. Abdul Majid Khon (Cet. I; Jakarta:
Amzah, 2009), h. 39.
2
Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia (Cet. I; Bandung : Alfabeta, 2008), h. 221.
1
2

sebelumnya dalam Undang-undang Nomor 1 pasal 7 ayat 1 Tahun 1974

dijelaskan bahwa, Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19

(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas)

tahun. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan

ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar

kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.3

Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa orang yang akan melangsungkan

perkawinan haruslah orang yang siap dan mampu. Firman Allah swt dalam QS.

al-Nūr/24:32 yang berbunyi:

CARI ALQURAN AL-NUR AYAT 32

Terjemahnya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan


orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-
Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
mengetahui.4

Dalam sebuah tarsir al-Misbah menjelaskan bahwa setelah ayat lalu

memerintahkan untuk memelihara kesucian diri dan jiwa kaum mukminin, baik

pria maupun wanita, serta memelihara pandangan, kemaluan dan menutup aurat,

kini para pemilik budak dan para wali diperintahkan untuk membantu budak-

budak mereka, bahkan semua yang tidak memiliki pasangan hidup agar mereka

3
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat (Cet I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2003), h. 22.
4
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya (CV. Penerbit Jakarta, 2005), h.
673 – 674.
3

juga memelihara diri dan kesucian mereka.5Ayat ini memberikan janji dan

harapan untuk memperoleh tambahan rezeki bagi mereka yang akan kawin,

namun belum memiliki modal yang memadai.

Kematangan biologis dan psikologis calon mempelai merupakan salah

satu prinsip yang dianut oleh Undang-undang Perkawinan, karena perkawinan

mempunyai tujuan yang sangat luhur yaitu untuk membentuk keluarga sakinah

dan juga untuk mendapatkan keturunan. Perkawinan yang dilakukan pada usia

yang terlalu muda dikhawatirkan akan menghasilkan keturunan yang kurang baik.

Hal ini bukan saja karena dihasilkan dari bibit yang belum matang, tetapi juga

karena kurangnya pengetahuan pasangan muda-mudi tadi tentang cara-cara

pengasuhan anak sehingga anak akan tumbuh dengan pola pengasuhan dan

pendidikan yang kurang maksimal. Oleh karena itu perkawinan yang belum

memenuhi syarat usiaminimal bolehnya menikah harus diminimalisir untuk

mencegah terjadinya kekhawatiran-kekhawatiran tersebut.6

Berhubungan dengan pernikahan dibawah umur ada beberapa faktor

yang menyebabkan perkawinan dibawah umur antara lain, yaitu: Faktor kehendak

orang tua, faktor kemauan anak itu sendiri, faktor adat dan budaya, faktor

ekonomi, faktor Agama, dan yang terakhir adalah karena rendahnya pendidikan.

Selain faktor tersebut faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi pernikahan

dibawah umur yakni perkembangan teknologi khususnya sosial media.7

5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Cet. V; Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 535.
6
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 144.
7
Khoiruddin Nasution, Hukim Perdata (Keluarga) Islam Di Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim (Cet. I; Yogyakarta: Acamedia Tazzafa, 2009), h. 372.
4

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa

dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring

sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan

bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh

dunia. Media sosial adalah sebuah wadah yang mampu menciptakan berbagai

bentuk komunikasi dan pemberian berbagai macam informasi bagi semua

kalangan masyarakat.8

Pengaruh media sosial terhadap peningkatan angka pernikahan dibawah

umur (Studi pada KUA Kec. Tellu Siattinge) membahas mengenai seperti apa

yang terjadi di Tellu Siattinge tentang pernikahan dibawah umur karena yang

terjadi dalam waktu sekarang ini, pernikahan dibawah umur inilah yang membuat

penulis ingin meneliti mengenai tingkat pernikahan dibawah umur pada wilayah

KUA Kec. Tellu Siattinge, dampak media sosial terhadap peningkatan angka

pernikahan dibawah umur yang terjadi di Kec. Tellu Siattinge, seperti apa usia

ideal yang sebaiknya dilakukan dalam pernikahan agar tidak terjadi sesuatu yang

tidak diinginkan akibat dari media sosial yang dapat mempengaruhi kehidupan di

wilayah KUA Tellu Siattinge.

Oleh karena itu, berdasarkan keterangan dan uraian diatas hal inilah yang

melatar belakangi penulis untuk meneliti lebih jauh tentang pernikahan dibawah

umur, maka dengan ini penulis mengambil judul skripsi.“Pengaruh Media Sosial

Terhadap Peningkatan Angka Pernikahan di Bawah Umur (Studi pada KUA Kec.

Tellu Siattinge)”.

8
Irwan Sahaja,“Pengertian Media Sosial, Manfaat, dan Jenisnya” diakses dari
(http://irwansahaja.blogspot.com) tanggal 10 Juni 2017 pukul 09:55.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

dirumuskan masalah pokok yakni pengaruh media sosial terhadap peningkatan

angka pernikahan dibawah umur di Wilayah kerja KUA Kecamatan Tellu

Siattinge? Adapun sub permasalahan dalam penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana tingkat pernikahan dibawah umur pada wilayah KUA Kecamatan

Tellu Siattinge?

2. Bagaimana dampak media sosial terhadap peningkatan angka pernikahan

dibawah umur di wilayah KUA Kecamatan Tellu Siattinge?

C. Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan mengenai judul skripsi yang

diangkat, terdiri dari rangkaian kata yang saling berhubungan untuk membentuk

satu makna sebagai fokus masalah pada penelitian ini. Untuk memahami dan

memperjelas uraian serta bahasan terhadap kandungan judul ini terhadap ruang

lingkup penelitian, maka diperlukan penjelasan dan batasan definisi kata dan

variabel yang tercakup dalam judul tersebut. Adapun penjelasan sebagai berikut:

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa

dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring

sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan

bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh

dunia. Media sosial adalah sebuah wadah yang mampu menciptakan berbagai
6

bentuk komunikasi dan pemberian berbagai macam informasi bagi semua

kalangan masyarakat.9

Pernikahan dibawah Umur adalah perkawinan yang dilakukan sebelum

mencapai usia sebagaimana diatur dalam pasal 15 Kompilasi Hukum Islam bahwa

“Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh

dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang di tetapkan dalam

pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-

kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16

tahun”. Perkawinan yang dilakukan sebelum mencapai usia tersebut

dikategorikan sebagai perkawinan di bawah umur, yang sekarang berubah

menjadi Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah menaikkan usia minimal

kawin sama-sama antara perempuan dan laki-laki yaitu 19 Tahun10

Pengaruh media sosial terhadap peningkatan angka pernikahan dibawah

umur pada KUA Kec. Tellu Siattinge membahas mengenai pengaruh yang terjadi

di Tellu Siattinge yang diakibatkan dari adanya media sosial yang digunakan oleh

anak dibawah umur, terjadinya perningkatan terhadap pernikahan yang terjadi

bagi anak yang dibawah umur mengakibatkan banyak dampak yang akan terjadi.

Usia ideal dalam sebuah pernikahan memiliki batasan tertentu yakni 19 tahun

untuk laki-laki dan perempuan. Hal tersebut yang menyebab terjadinya

peningkatan angka pernikahan dibawah umur karena banyak warga di wilayah

9
Alwi Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Nasional Balai Pustaka,
2005), h. 849.
10
Kamal Muctar, Hukum Perkawinan Menurut Undang-Undang Pekawinan dan Kompilasi
Hukum Islam (Cet. I; Jakarta : Sinar Grafika, 2006), h. 97.
7

Tellu Siattinge menikah dibawah umur akibat dari pengaruh media sosial yang

digunakan oleh anak dibawah umur.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan media sosial terhadap

peningkatan angka pernikahan dibawah umur di wilayah KUA Kecamatan

Tellu Siattinge.

b. Untuk mengetahui dampak media sosial terhadap peningkatan angka

pernikahan dibawah umur di wilayah KUA Kecamatan Tellu Siattinge.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang sangat diharapkan adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangsi ilmu maupun

pengetahuan dan referensi bagi peneliti maupun pembaca yang akan

nantinya mampu memahami pengaruh media sosial terhadap angka

pernikahan dibawah umur.

b. Secara praktis, yaitu sebagai bahan masukan bagi institusi mengenai

pengaruh media sosial terhadap angka pernikahan dibawah umur dikalangan

masyarakat dan Kantor KUA Tellu Siattinge.

E. Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian yaitu penelaan terhadap hasil penelitian terdahulu

yang memiliki kesamaan topik dan berguna pula untuk mendapatkan ilustrasi
8

bahwa penelitian yang dilakukan bukan merupakan plagiat. Penelitian

sebelumnya kemudian dibandingkan dengan apa yang diteliti sekarang untuk

mengetahui apakah penelitian sebelumnya sama atau berbeda dengan penelitian

yang akan dilakukan penulis saat ini. Adapun beberapa karya yang berhasil

ditemukan oleh penulis antara lain:

Penelitian tentang pengaruh memanfaatan sarana dan prasarana sekolah

terhadap motivasi belajar siswa merupakan suatu yang urgen. Namun demikian,

peneliti dalam skripsi ini belum banyak diangkat dan dikaji dalam suatu aspek

persoalan dan masalah. Oleh karena itu penulis menyadari bahwa kajian tentang

pengaruh pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan terhadap motivasi belajar

siswa, sangat layak dan penting untuk diteliti. Dalam penyusunan karya tulis ini,

beberapa refrensi-refrensi yang penulis gunakan sebagai acuan untuk penyusunan

skripsi ini diantaranya:

Karya tulis berupa buku yang ditulis oleh Dr. Nadiah Thayyarah yang

berjudul “Sains dalam al-Qur’an” yang terdapat pada halaman 175-176 yang

membahas tentang larangan menikahi kerabat. Salah satu pembahasanya

mengatakan bahwa menikah dengan kerabat adalah media untuk memunculkan

sifat-sifat atau penyakit yang tersembunyi dan menyuburkannya pada keturunan.

Akibatnya, keturunan tersebut akan mengalami gangguan kesehatan, baik tubuh

maupun akal.11 Karya tulis berupa buku ini berbeda dengan judul penelitian yang

akan penulis teliti, karena karya tulis ini tidak menjelaskan dampak pernikahan

antar keluarga dekat menurut ilmu kedokteran.

11
Nadiah Thayyarah, Mausû’ah al-I’jâz al Qur’âni, Terj. M. Zaenal Arifin, dkk, Sains
dalam al-Quran (Cet. III; Jakarta: Zaman, 2014), h. 176.
9

Karya tulis berupa buku yang ditulis oleh Drs. Ahsin W. Alhafidz, M.A.

yang berjudul “Fiqh Kesehatan” yang terdapat pada halaman 258-260 yang

membahas tentang beberapa penyakit keturunan. Salah satu pembahasanya

mengatakan bahwa Untuk menghindari anak keturunan yang tidak sehat (cacat),

Islam melarang melakukan perkawinan dengan keluarga dekat, sebaliknya Islam

menganjurkan untuk kawin dengan lawan jenis yang bukan dari keluarga dekat.

Konsep ini sangat sesuai dengan dengan ilmu genetika yang menyatakan bahwa

sifat seseorang itu dapat diwariskan. Berbagai penyakit dan kerentanan terhadap

macam-macam penyakit merupakan faktor keturunan paling penting yang akan

diwariskan pada keturunannya, misalnya penyakit pendarahan, kelumpuhan,

lemah ingatan, bisu, dan tuli. Keturunan cacat yang lainnya seperti kebutaan

tertentu, sumbing, dan pengkor.12Pembahasan dalam karya tulis berupa buku ini

sama-sama membahas mengenai akibat pernikahan antar keluarga dekat namun

tidak dijelaskan secara spesifik mengenai tinjauan hukum Islam terhadap

pernikahan antar keluarga dekat.

Dalam buku yang ditulis oleh Ahmad Rofiq dengan judul “Hukum Islam

di Indonesia” dijelaskan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia

muda (dibawah usia yang ditentukan UU perkawinan dan KHI) akan

menghasilkan keturunan yang dikhawatirkan kesejahteraannya. Akan tetapi

berdasarkan pengamatan hal-hal yang tidak sejalan dengan misi dan tujuan

perkawinan, yaitu terwujudnya ketenteraman dalam rumah tangga berdasarkan

kasih sayang. Tujuan ini akan sulit terwujud apabila masing-masing belum

12
Ahsin W. Alhafidz, Fiqh Kesehatan (Cet. II; Jakarta: Amzah, 2010), h. 259-260.
10

matang jiwa.13Persamaannya terletak pada pembahasan mengenai perkawinan

sedangkan perbedaan terletak pada fokus pembahasan yakni pernikahan dibawah

umur.

Dalam skripsi yang disusun oleh Nurul Izzah dengan judul “Dampak

Sosial Pernikahan Dini di Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro Kabupaten

Pangkajene Dan Kepulauan”,dijelaskan bahwa bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan pernikahan dini antara lain pertama, faktor pergaulan bebas (free

sex) yang sering menimbulkan kehamilan diluar nikah, kedua, faktor kemauan

sendiri bukan karena paksaan orang tua untuk segera menikahkan anak, ketiga,

faktor orang tua atau perjodohan, keempat, faktor ekonomi. Pernikahan dini

menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun negatif. Dampak Positif dari

pernikahan dini yaitu pernikahan menghindarkan dari perbuatan zina, juga

membantu mengurangi beban orang tua, sedangkan dampak negatif dari

pernikahan dini yaitu masalah yang dirasakan oleh kedua belah pihak maupun

orang sekitar karena usia yang masih labil, dan berdampak juga bagi

kesehatan.14Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

terletak pada pembahasan mengenai pernikahan dini atau pernikahan dibawah

umur. Sedangkan perbedaan terletak pada subjek dan objek penelitian.

Dalam tesis yang ditulis oleh Afan Sabili dengan judul “Pernikahan Di

Bawah Umur Dan Implikasinya Terhadap Keharmonian Rumah Tangga (Studi

Kasus Pernikahan di KUA Kecamatan Pegandon Tahun 2012-2017)”,dijelaskan

13
Ahmad Ropiq, Hukum Islam di Indonesia (Cet. I; Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1998),
h. 78.
14
Nurul Izzah.“Dampak Sosial Pernikahan Dini di Kelurahan Samalewa Kecamatan
Bungoro Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan”.(Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Uin
Alauddin Makassar 2016), h. 1-76.
11

bahwa bahwa pernikahan di bawah umur yang terjadi di Kecamatan Pegandon

Kabupaten Kendal disebabkan karena pengaruh kebebasan media yang

mengakibatkan pasangan ini hamil sebelum menikah dan akhirnya menikah muda

karena sudah hamil. Dan pernikahan di bawah umur di Kecamatan Pegandon ini

berjalan dengan harmonis.15 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu terletak pada pembahasan mengenai pernikahan dibawah umur.

Sedangkan perbedaan terletak pada subjek dan objek penelitian.

Dalam jurnal Hardi Fitra dengan judul “Pengaruh Perkawinan Dibawah

Umur Terhadap Tingkat Perceraian di Kabupaten Aceh Tengah”, dijelaskan

bahwa adanya peningkatan angka pernikahan dibawah umur di Kab. Aceh

Tengah dari tahun ke tahun. Peningkatan ini dapat dilihat dari meningkatnya

pengajuan dispensasi perkawinan pada Mahkamah Syar’iyah di kota takengon,

yakni pada tahun 2014 sebanyak 32 kasus permohonan perkawinan pasangan di

bawah umur, 2015 sebanyak 38 kasus dan pada tahun 2016 sebesar 38 kasus.

Terdapat banyak faktor penyebab sehingga perkawinan di bawah umur ini

terlaksana diantaranya karena sebab hamil diluar nikah, sebab telah melakukan

hubungan suami istri diluar nikah, sebab ditangkap oleh masyarakat karena

melakukan hubungan mesum dan lain-lain.16 Persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada pembahasan mengenai

pernikahan dibawah umur.

15
Afan Sabili. “Pernikahan di Bawah Umur Dan Implikasinya Terhadap Keharmonian
Rumah Tangga (Studi Kasus Pernikahan di KUA Kecamatan Pegandon Tahun 2012-2017)” (Tesis
Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018), h. 1-107.
16
Hardi Fitra,“Pengaruh Perkawinan Dibawah Umur Terhadap Tingkat Perceraian Di
Kabupaten Aceh Tengah” (Jurnal Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam-Banda Aceh, 2017), h. 1-10.
12

F. Kerangka Pikir

Berdasakan judul yang diangkat oleh peneliti di atas, maka dari itu

peneliti menguraikan kerangka pemikiran yang dijadikan sebagai pedoman dan

landasan berfikir dalam melaksanakan penelitian. Hal ini perlu dikembangkan

karena berfungsi mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data dan informasi

yang diperlukan guna memecahkan masalah penelitian secara ilmiah. Adapun

kerangka pikirnya bisa dilihat di bawah ini

Pernikahan Anak Usia Dini

Tingkat Media Sosial Dampak Pernikahan

KUA Tellu Siattinge

Hasil

Berdasarkan kerangka pikir di atas bahwa pernikahan anak usia dini ini

memiliki pengaruh dalam media sosial dan juga memiliki pengingkatan dalam
13

angka pernikahan di KUA Tellu Siattinge oleh karena itu pengaruh media sosial

terhadap peningkatan angka pernikahan dibawah umur tentunya mempunyai

tujuan tertentu sehingga perlu diketahui pengaruh dan dampaknya yang diperoleh

sehingga dapat memberikan pemahaman dan kejelasan hukumnya.

G. Sistematika pembahasan

Untuk memudahkan memperoleh gambaran singkat tentang isi skripsi,

penulis membaginya kedalam lima bab uraian sebagai berikut:

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang memaparkan tentang latar

belakang yang mendasari pentingnya penelitian ini, rumusan masalah, definisi

operasional dan ruang lingkup penelitian, buku-buku yang berhubungan dengan

pembahasan yang dituangkan dalam penelitian terdahulu, tujuan dan kegunaan

penelitian dan kerangka isi penelitian yang menggambarkan secara singkat

tentang seluruh pokok-pokok pembahasan yang menjadi komposisi bab.

Bab Kedua, berisi kajian pustaka yang menyangkut media sosial,

pernikahan dibawah umur dan usia ideal terhadap dampak media sosial dalam

peningkatan angka pernikahan dibawah umur.

Bab ketiga, berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan

dengan membahas dampak media sosial terhadap peningkatan angka pernikahan

dibawah umur.

Bab keempat, menganalisis hasil penelitian dengan mengungkapkan dan

memaparkan secara faktual tentang dampak media sosial terhadap peningkatan

angka pernikahan dibawah umur (Studi pada KUA Kec. Tellusiattinge).

Bab kelima, merupakan bab penutup dari keseluruhan isi skripsi yang

berisi tentang kesimpulan yang merujuk pada pembahasan sehingga penelitian ini
14

memperoleh penegasan. Selanjutnya pada bagian implikasi, penulis memberikan

beberapa usulan dan rekomendasi dari penelitian.

Anda mungkin juga menyukai