Anda di halaman 1dari 3

71

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Tingkat Pernikahan Dibawah Umur pada Wilayah KUA Kecamatan Tellu

siattinge, salah satu atau kedua calon mempelai berusia di bawah 19 tahun,

pernikahan di bawah umur ini di bolehkan oleh Negara dengan syarat dan

ketentuan tertentu. Pernikahan usia muda atau pernikahan di bawah umur

dapat diartikan menikah dengan usia yang masih sangat muda yaitu sangat di

awal waktu tertentu, dalam artian masih dalam kadaan kehidupanya yang

belum mapan secara sikis dan psikologi. Pernikahan dibawah Umur adalah

perkawinan yang dilakukan sebelum mencapai usia sebagaimana diatur dalam

pasal 15 Kompilasi Hukum Islam bahwa “Untuk kemaslahatan keluarga dan

rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah

mencapai umur yang di tetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri

sekurang-kurangnya berumur 16 tahun”. Perkawinan yang dilakukan sebelum

mencapai usia tersebut dikategorikan sebagai perkawinan di bawah umur, yang

sekarang berubah menjadi Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang

perubahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah

menaikkan usia minimal kawin sama-sama antara perempuan dan laki-laki

yaitu 19 Tahun. .
Hal-hal ini yang diperhatikan diantaranya adalah sebagai

berikut: memiliki kesiapan merupakan faktor utama terlaksananya pernikahan,


72

memiliki kematangan emosi, mempunyai bekal ilmu, kemampuan memenuhi

tanggung jawab. Hasil Penelitian bahwa menggunakan media sosial maka

pernikahan dibawah umur terus meningkat, namun semenjak berlakunya

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 menjadi menurun. Pernikahan dibawah

umur, semenjak berkurang dimana pada tahun sebelumnya, pernikahan

dibawah umur mencapai 50%, sedangkan pada tahun 2020 hanya sampai 36%

karena pernikahan dibawah umur hanya dapat dilakukan apabila ada

persetujuan dispensasi nikah da nada juga yang melakukan nikah sirri:

Perkawinan dilihat dari segi hukum, sosial, dan Agama.

1. Dampak Media Sosial Terhadap Peningkatan Angka Pernikahan dibawah

Umur di wilayah KUA Kecamatan Tellusiattinge, Dampak Psikologi dari

perkawinan remaja pada perkawinan remaja yang akan digali secara mendala

Dampak Pendidikan terhadap keluarga adalah tempat pertama belajar,

dukungan keluarga akan menjadikan anak yang tumbuh dengan penuh kasih

sayang, percaya akan diri sendiri. Pendidikan anak di desa nusa bakti sangat

baik. Pernikahan dini sangat berdampak bagi pendidikan anak yang masih

memerlukan bimbingan dari orang tua terutama orang tua yang kurang dalam

memberikan kasih sayang terhadap anak. Upaya orang tua dalam mendidik

anak dalam keluarga yang menikah dini sebagai pendidik utama dalam

penanaman keimanan dan pengetahuan. Orang tua yang Menikah dini telah

berupaya dalam mendidik anak-anaknya dengan baik, dan menjalankan

tugasnya dengan baik. Dampak Sosial dan ekonomi, pergaulan bebas (free sex)

yang sering menimbulkan kehamilan diluar nikah, kedua, faktor kemauan


73

sendiri bukan karena paksaan orang tua untuk segera menikahkan anak, ketiga,

faktor orang tua atau perjodohan, keempat, faktor ekonomi.

B. Implikasi

1. Pernikahan dini memang tidak dilarang, akan tetapi lebih baiknya jika

pernikahan dilakukan dengan kesiapan yang benar-benar matang karena

dalam pernikahan mengharuskan matang jiwa raga untuk menciptakan

keharmonisan rumah tangga.

2. Sebaiknyapenggumnaan media sosialharusdibatasikarenadampak yang

dapatditimbulkansangatberanekaragam.

3. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentangmedia

sosial, sebaiknya meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

peningkatanangkapernikahandibawahumur.

Anda mungkin juga menyukai