Anda di halaman 1dari 27

KHITOSAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI

RAYAP YANG RAMAH LINGKUNGAN

DI SUSUN OLEH :

IIS KURNIASIH 060363


RAHAYU PUJI LESTARI 060430
RINNY MANDRIANI 060410

KELAS VI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2009
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis dan Penyebaran..................................................................................... 3
2.2 Perilaku Rayap............................................................................................... 4
2.3 Ekologi Rayap................................................................................................ 6
2.4 Rayap Sebagai Hama Perusak........................................................................ 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode yang digunakan................................................................................ 12
3.2 Teknik pengambilan data.............................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Wawancara.......................................................................................... 14
4.2 Cara Mencegah dan Mengendalikan Serangan Rayap................................... 16
4.3 Khitosan sebagai alternatif pengendali rayap ramah lingkungan......... 19
BAB V KESIMPULAN............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rayap merupakan serangga yang sudah akrab dengan kehidupan manusia.
Sudah sejak lama rayap diidentikkan dengan terjadinya kerusakan pada bangunan,
komponen kayu dalam rumah, buku, arsip, dan dokumen pun tidak luput dari
serangannnya. Sebenarnya rayap dapat berfungsi sebagai pembersih dan pengurai
sampah alam di dalam hutan dan berperan untuk menyuburkan tanah. Namun
setelah terganggunya habitat rayap, untuk menjaga kelangsungan hidupnya,
mereka mulai masuk ke pemukiman manusia guna mencari sumber makanan.
Kasta rayap yang terlibat langsung dalam perusakan aset manusia adalah
kasta pekerja. Untuk itu perlu diadakan upaya pencegahan dan pengendalian
akibat serangan rayap perusak tersebut. Pengendalian dilakukan setelah terjadi
serangan, untuk meminimalisir terjadinya kerusakan. Upaya pengendaian
serangan rayap perlu memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang , kondisi
objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya.
Cara tepat menaggulangi serangan rayap yaitu dengan menggunakan
khitosan, sebagai alternatif pengendali rayap yang ramah lingkungan. Banyak
orang tidak mengetahui apa itu ‘ Khitosan ‘ dan banyak orang pula tidak
mengetahui upaya pencegahan dan pengendalian akibat serangan rayap, sehingga
kerusakan yang diakibatkan oleh rayap perusak tersebut semakin meluas tanpa
adanya upaya pencegahan, dan pengendalian secara tepat.
Kerugian serangan rayap perusak di Indonesia bisa mencapai 224 – 238
milyar rupiah per tahun. Maka untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan
rayap, diperlukan adanya upaya pencegahan, dan pengendalian yang tepat dari
serangan rayap tersebut. Atas dasar itu, kami mencoba melakukan penelitian
tentang upaya pencegahan dan pengendalian serangan rayap, serta penggunaan
khitosan yang dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengendalikan rayap
secara ramah lingkungan..

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Mengapa rayap di kenal sebagai serangga perusak?
2. Bagaimana cara pencegahan dan penaggulangan akibat serangan rayap
perusak?
3. Apakah khitosan dapat dijadikan alternatif pengendali rayap secara ramah
lingkungan?
4. Bagaimana cara membuat khitosan untuk pengendali rayap?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui mengapa rayap di kenal sebagai serangga perusak
2. Mengetahui cara pencegahan dan penaggulangan akibat serangan rayap
perusak
3. Mengetahui apakah khitosan dapat dijadikan alternatif pengendali rayap secara
ramah lingkungan atau tidak.
4. Mengetahiu cara membuat khitosan untuk pengendali rayap.

1.4. Manfaat Penelitian


1) Bagi Mahasiswa:
a. Dapat memotivasi Mahasiswa agar tertarik untuk membuat suatu karya
tulis ilmiah, dan untuk menumbuhkembangkan daya kreativitasnya dalam
menulis suatu karya tulis ilmiah.
b. Dapat dijadikan informasi yang berguna dalam hal pencegahan dan
pengendalian rayap secara ramah lingkungan
c. Dapat Mengetahui manfaat khitosan sebagai alternatif untuk pengendali
rayap
2) Bagi Masyarakat:
a. Masyarakat dapat mencegah dan mengendalikan serangan rayap perusak,
baik rayap yang menyerang buku, arsip, tanaman, ataupun bangunan
secara ramah lingkungan.
b. Masyarakat dapat memanfaatkan limbah cangkang udang untuk dijadikan
khitosan sebagai alternatif untuk pengendali rayap yang ramah lingkungan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis dan Penyebaran


Rayap merupakan jenis serangga dalam ordo isoptera. Dalam siklus
hidupnya, rayap mengalami metamorfosis bertahap atau gradual (hemimetabola),
dari telur kemudian nimfa menjadi dewasa. Setelah menetas dari telur,nimfa akan
menjadi dewasa melalui beberapa instar (bentuk di antara dua tahap perubahan).
Perubahan gradual ini berakibat terhadap kesamaan bentuk badan secara umum,
cara hidup, dan jenis makanan antara nimfa dan dewasa, namun nimfa yang
memiliki tunas, sayapnya akan tumbuh sempurna pada instar terakhir ketika rayap
telah mencapai tingkat dewasa.
Suatu koloni terbentuk dari perkawinan sepasang laron (alates) yang
terbang keluar (swarmig) dari sarang induk. Setelah berkopulasi (kawin) ratu akan
menghasilkan telur yang jumlahnya bisa meencapai ribuan untuk memperbesar
koloni baru. Telur Captotemes curvignathus akan menetas 8-11 hari setelah masa
inkubasi (penetasan). Pada beberapa jenis rayap lain, telur akan menetas 20-70
hari setelah masa inkubasi.Telur yang menetas akan mejadi larva dan berubah
menjadi nimfa muda yang akan mengalami 8 kali pergantian kulit hingga dewasa.
Agar lebih jelas mengenai proses perkembangan telur rayap sampai dewasa dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.1: Perkembangan telur rayap sampai dewasa

3
Koloni rayap yang merupakan jenis serangga sosial, terbagi atas tiga kasta
yang memilki bentuk dan fungsi yang berbeda. Ketiga kasta tesebut adalah:
a) Kasta prajurit
Secara umum kasta prajurit akan mudah dikenali dari bentuk kepalanya dan
adanya penebalan di bagian kutikula. Kasta prajurit ini bertugas menjaga
koloni dari serangan musuh atau predator mereka seperti semut. Secara
genetik, kasta ini bisa berkelamin jantan atau betina.
b) Kasta reproduktif
Kasta reproduktif terbagi atas ratu yang tugasnya bertelur untuk
menghasilkan rayap baru dan raja yang bertugas membuahi ratu. Kasta ini
terdiri dari kasta reproduktif primer dan suplementer (neoten)
c) Kasta pekerja
Kasta pekerja bisa memiliki warna pucat dan sedikit mengalami penebalan
di bagian kutikulanya. Kasta ini bertugas membangun sekaligus
memperbaiki sarang, memelihara ratu, telur, dan rayap muda, serta mecari
makanan untuk semua penghuni koloni, rayap inilah yang bertangguang
jawab terhadap kerusakan pada aset – aset milik manusia dan bahan
berlignoselulosa lainnya. Mereka juga kadang – kadang dapat
memperlihatkan perilaku kanibal, dengan memakan rayap lain yang lemah
atau sudah mati, demi menjaga kelangsungan hidup koloni.

2.2 Perilaku Rayap


Rayap adalah serangga kecil, yang jika dilihat sepintas mirip dengan
semut. Hewan ini hidup berkoloni dan membangun sarang yang cukup besar
sebagai tempat hidupnya. Dibandingakan dengan ukurun tubuh rayap (3 mm),
sarang rayap bisa mencapai 3 – 4 m seperti yang dijumpai di Taman Nasional
Wasur, Papua. Atas dasar kemampuannya tersebut rayap disebut sebagai “ arsitek
mungil alam nan perkasa”
Seperti tubuh serangga pada umumnya tubuh rayap terdiri dari 3 bagian
yang disebut tagmata, yaitu tagmata kepala, thorax, dan abdomen (perut) .
Mungkin belum banyak yang mengetahi bahwa rayap kasta pekerja yang bertugas
membangun sekaligus memperbaiki sarang adalah buta (sistem pengelihatannya
kurang berkembang secara sempurna).

4
Pada dasarnya, rayap merupakan jenis serangga sosial (social insect),
daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang penyebarannya mulai meluas ke
daerah temperate pada batas 500 LU dan 500 LS. Makanan utama rayap adalah
kayu atau bahan yang mengandung selulosa. Sebenarnya, keberadaan rayap sangat
penting dalam kelangsungan hidup ekosistem yaitu sebagai konsumen primer.
Rayap sangat berperan dalam siklus beberapa unsur penting di alam, seperti
nitrogen dan karbon. Awalnya para ahli rayap merasa bingung karena rayap
mampu memakan kayu atau bahan yang mengandung selulosa, padahal manusia
tidak mampu mencera selulosa (bagian berkayu dari sayuran yang dimakan akan
dikeluarkan lagi). Namun rayap mampu mengurai dan menyerapnya.
Memang semua jenis rayap bisa memakan kayu dan bahan berselulosa,
tetapi perilaku makan (feeding behaviour) setiap jenis rayap berbeda. Inilah yang
menjadi salah satu keunikan perilaku rayap. Setelah diteliti secara lebih mendalam
ditemukan di dalam usus belakang rayap (terutama jenis rayap tingkat rendah)
dari sistem pencernaannya terdapat beberapa protozoa falgellata. Protozoa
flagellata berperan sebagai simbion dalam sistem pencernaan rayap yang mampu
menguraikan selulosa menjadi bahan yang dapat diserap rayap. Selain protozoa
falgellata, ada beberapa jenis rayap yang mengandung bakteri dalam sistem
pencernaannya yang memiliki peran yang sama.
Jika diperhatikan, rayap akan saling menjilati, mencium atau
menggosokkan tubuhnya satu sama lain, ketika bertemu. Perilaku rayap tersebut
dinamaka trofalaksis . Melalui cara ini rayap akan saling menyalurkan makanan,
feromon, atau protozoa falgellata yang sangat berperan dalam kehidupan koloni
rayap. Perilaku rayap lainnya adalah aktivitas jelajahnya untuk mencari sumber
makanan. Jika kita lihat ke bagian dalam, rayap akan ditemui di lorong sempit
yang berfungsi sebagai jalan untuk mencari makanannya, ketika melakukan
penjelajahannya, rayap cenderung akan menyembunyikan diri, tidak senang
terhadap cahaya, dan hidup di dalam liang kembara. Sifat seperti ini disebut
kriptobiotik.
Jika kita perhatikan, pada awal musim hujan banyak laron (rayap kasta
reproduktif) yang berterbangan keluar dari sarangnya dan mengelilingi lampu.
Aktivitas tersebut merupakan pengaruh adanya perubahan di dalam sarang
(koloni) rayap. Laron terbang secara acak dan berkelompok akan berusaha
melepaskan sayapnya dengan jalan menggoyang-goyangkan tubuhnya dan

5
menggerak-gerakkan sayap seperti hendak terbang. Ketika sayap telah lepas,
aktivitas kawin (mencari pasangan) akan segera dimulai. Sering terlihat pasangan
laron yang berjalan beriringan. Laron betina (calon ratu) berjalan di depan, dan
laron jantan (calon raja) akan mengikuti di belakangnya. Pasangan laron tersebut
akan mencari tempat yang cocok untuk dijadikan sarang guna membangun koloni
baru (proses kopulasi awal).

2.3 Ekologi Rayap


Rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan
koloni rayap berperan penting dalam biogeochemical (dekomposer bahan organik)
seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur, oksigen, dan fosfor. Mudahnya rayap
beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui dihampir
semua bentuk ekosistem. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan ini
yaitu:
1) Faktor Lingkungan
a. Suhu dan kelembaban
Suhu sangat berpengaruh terhadap semua mahluk hidup, termasuk
rayap. Berikut ini ada beberapa kisaran suhu yang biasa dikenal yaitu:
1. Suhu minimal dan maksimal, yaitu kisaran suhu terendah atau tertinggi
yang dapat mengakibatkan kematian pada serangga.
2. Suhu hibernasi atau estivasi,yaitu kisaran suhu di bawah atau di atas
suhu optimal yang menyebabkan aktivitas serangga berkurang
(dorman).
3. Kisaran suhu optimum, yaitu 15 – 38 0 C. Setiap jenis rayap memiliki
toleransi suhu yang berbeda. Contohnya rayap Neotermes tectonae
memiliki suhu optimum 22 – 260 C.
Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap vegetasi yang akan
mempengaruhi aktivitas dan perilaku rayap. Rayap lebih senang berada di
sarangnya pada tengah hari sampai awal sore hari.
Antisipasi rayap dalam upaya menyesuaikan dengan perubahan suhu dan
kelembaban dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membangun sarang yang tebal, gudang makanan, dan ruang lain di
sekitar sarang.
2. Pengaturan bentuk sarang.

6
3. Mempertahankan kandungan air tanah penyusun sarang. Dengan
demikian suhu dan kelembaban lingkungan tempat rayap hidup tetap
terjaga dan terkontrol.
b. Curah hujan
Curah hujan berpengaruh terhadap koloni rayap dalam membangun
sarang, baik di dalam maupun di permukaan tanah. Pengaruh lainnya
adalah terhadap aktivitas jelajah rayap dan keluarga laron (alate) dari
sarangnya.
2) Tipe Tanah
Koloni rayap senang tinggal di tanah yang berpasir dan sedikit
mengandung bahan organik. Tanah sangat berperan penting sebagai tempat
hidup dan untuk mengisolasi rayap dari perubahan suhu dan dan kelembaban
yang cukup ekstrem. Keberadaan rayap dalam tanah dapat meningkatkan
kesuburan tanah, karena rayap mampu mengubah profil tanah, mempengaruhi
tekstur tanah, dan mendistribusikan bahan organik.
3) Tipe Vegetasi
Aktivitas rayap dapat mengubah keadaan vegetasi melalui modifikasi
profil dan sifat kimia tanah. Contohnya, di sekitar sarang rayap Macrotermes
banyak mengadung silika sehingga hanya jenis tumbuhan tertentu yang dapat
tumbuh di sekitar sarang rayap tersebut. Kejadian ini mirip dengan peristiwa
allalopaty. Allalopaty adalah pengeluaran zat kimia tertentu yang mampu
menghambat pertumbuhan jenis tanaman lain di sekitar tanaman utama,
contohnya serasah daun pinus yang mengandung silika ternyata mampu
menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitar serasah dau pinus.
Tumbuhan lain yang memiliki sifat allalopaty adalah alang – alang (Imperata
cylindrica)
4) Musuh Alami
Ada tiga kelompok yang menjadi musuh alami rayap, yaitu predator,
parasit dan patogen. Dalam siklus hidupnya, ketika laron terbang keluar sarang
merupakan saat yang rentan diserang predator dan parasit. Predator yang
menyerang laron ketika terbang diantaranya burung pemakan serangga,
kelelawar pemakan serangga, dan capung.
Semut merupakan predator yang cukup ganas menyerang rayap hingga ke
dalam sarang rayap. Predator rayap juga bisa berupa mamalia besar seperti

7
trenggiling, tupai, landak, dan beruang yang mampu membongkar sarang
rayap. Predator rayap sering melakukan strategi penyamaran kimiawi
(chemical camouflage) ketika melakukan penetrasi ke sarang rayap.
Contohnya serangga predator rayap yang memiliki banyak kelenjar untuk
menghasilkan senyawa alkohol alifatik 3 oktanol dan 2 undekanol .
Senyawa tersebut mampu menghambat rayap melepaskan senyawa peringatan
dininya (alaram feromon) ketika predator memasuki liang kembara di dalam
sarang rayap. Predator semut mampu menghasilkan suatu seyawa (dari
mandibelnya) yang menyebabkan rayap tidak bisa mengenali pemangsanya.

2.4 Rayap sebagai hama perusak


Sudah sejak lama rayap diidentikkan dengan terjadiya kerusakan pada
bangunan, komponen kayu dalm rumah, buku, arsip, dokumen tidak luput dari
serangannnya. Sebenarnya rayap dapat berfungsi sebagai pembersih dan pengurai
sampah alam di dalam hutan dan berperan untuk menyuburkan tanah. Selain itu,
tidak semua rayap bersarang ditempat hunian manusia.
Kasta rayap yang terlibat langsung dalam perusakan aset manusia adalah
kasta pekerja. Berikut ini beberapa kategori rayap perusak berdasarkan jenis
materi yang diserang, yaitu :
1. Rayap perusak tanaman
Serangan rayap pada tanaman dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan akan
mengganggu perakaran tanaman. Jika perakaran tanaman tergangggu, maka suplai
hara dan air akan terhambat, serta rentan terhadap serangan penyakit. Serangan
rayap pada tanaman biasanya dimulai dari akar atau leher akar, kemudian
merembet ke bagian batang tanaman melalui liang kembara yang di bangun rayap.
Indikasi lanjut adanya serangan rayap pada tanaman adalah terjadinya perubahan
warna daun akibat terganggunya metabolisme tanaman yang akan menyebabkan
tanaman mati.
Berikut ini beberapa rayap perusak tanaman di Indonesia, yaitu:
 Coptotermes curvignathus Holmgren
Jenis rayap ini sebagian besar menyerang tanaman perkebuanan seperti kelapa
sawit, karet, dan kakao. Coptotermes curvignathus Holmgren termasuk dari
jenis subteran dari famili Rhinotermitidae. Mereka hidup di dalam tanah yang

8
banyak mengandung bahan berlignoselulosa seperti kayu yang telah mati atau
membusuk,tunggak pohon yang sudah mati maupun yang masih hidup.
 Neotermes tectonae
Rayap ini kebanyakan menyerang tegakan jati (Tectona grandis). Rayap
Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae) termasuk jenis rayap pohon yang
menyerang pohon hidup. Rayap ini bersarang di dalam pohon dan tak
berhubungan dengan tanah. Ciri tanaman jati yang terserang rayap Neotermes
tectonae adalah timbulnya pembengkakan di bagian batang (bonggol).
Sebenarnya, di dalam kayu jati megandung zat anti rayap alami yang disebut
tectoquinon. Namun , rayap jenis ini masih mampu menembus ke dalam batang
tegakan jati yang masih banyak mengandung selulosa.
 Macrotermes gilvus
Tanaman yang banyak diserang oleh jenis rayap ini adalah kayu putih
(Melaleuca leucadendron). Kayu putih mampu menghasilkan minyak atsiri
yaitu minyak kayu putih (cajeput oil). Seperti jenis rayap perusak lainnya,
serangan rayap Macrotermes gilvus pada tanaman kayu putih yang
menyebabkan kerusakan dan kematian hampir 60 %. Keadaan ini sangat
merugikan karena dapat menurunkan produktivitas minyak kayu putih yang
merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi negara Indonesia.
Rayap Macrotermes gilvus juga menyerang tanaman perkebunan lainnya seperti
kelapa sawit, tetapi tingkat serangannya tidak sampai menyebabkan kematian
pada tanaman.

2. Rayap perusak arsip, buku dan dokumen


Kenapa rayap bisa menyerang dan merusak arsip, buku, dan dokumentasi
lainnya yang umumnya disimpan di tempat khusus seperti lemari, atau di dalam
ruang suatu bangunan. Arsip atau dokumentasi tersebut sebagian besar terbuat
dari kertas atau bahan yang mengandung selulosa lainnya, yang merupakan
sumber makanan rayap.
Arsip, buku,dan dokumen lainnya yang telah diserang rayap menunjukkan
adanya indikasi adanya bekas tanda gigitan rayap yang tepinya berwarna cokelat
dan abu – abu dan sering disertai tanah halus di sekitarnya. Arsip dan buku yang
mudah terserang rayap biasanya yang tersimpan lama, tertumpuk di atas lantai
atau di dalam lemari. Serangan rayap perusak bisa semakin parah jika kondisi

9
suhu di tempat tersebut lembap, gelap, dan jarang dibersihkan. Beberapa jenis
rayapp tersebut diantaranya Coptotermes curvignathus, Microtermes inspiratus
Kemner,dan Coptotermes travians.
Sebenarnya tidak hanya rayap yang menyebabkan kerusakan pada arsip atau
buku, tetapi masih ada beberapa jenis serangga perusak lainnya seperti kutu buku.
Adanya serangga rayap pada arsip, atau dokumen sangat merugikan, apabila
dokumen tersebut memliki nilai sejarah dan sangat berhaarga,seperti manuskrip
atau naskah kuno yang tersimpan di museum.
Cara yang bisa dilakukan untuk mencegah rayap masuk ke dalam ruang
dokumen sebagai berikut :
1. Menyimpan arsip atau dokumen di tempat penyimpanan yang terbuat dari
kayu awet seperti jati, kayu yang telah diawetkan, atau bahan lain yang sukar
ditembus rayap.
2. Mengupayakan ruangan agar tidak lembab, saluran udara baik, cukup
mendapat sinar matahari, serta bersih dari kertas bekas atau baha
berlignoselulosa lainnya yang tidak terpakai.
3. Memeriksa arsip atau dokumen secara periodik agar serangan rayap dapat
diketahui sejak dini.

3. Rayap perusak bangunan


Jenis rayap perusak bangunan di Indonesia ada 3 famili yaitu :
 Kalotermitidae (rayap kayu kering)
 Termitidae (rayap tanah)
 Rhinotermitidae (rayap kayu basah)
Suatu bangunan dapat hancur akibat adanya serangan rayap perusak ini. Jenis
rayap perusak Coptotermes curvignatus dari famili Rhinotermitidae mampu
menyerang suatu bangunan melalui berbagai cara, yaitu:
1. melalui lubang atau retakan kecil pada pondasi, celah dinding semen atau
beton, lantai ubin atau keramik, tiang, pipa saluran air, atau kabel.
2. melalui bagian bangunan dari kayu yang berhubungan dengan tanah.
3. menembus penghalag fisik seperti plat logam atau plastik.
Rayap Coptotermes curvignatus merupakan rayap perusak yang
menimbulkan tingkat serangan paling ganas. Tidak mengherankan jika mereka
mampu menyerang hingga ke lantai atas suatu bangunan bertingkat. Serangan

10
tersebut bisa terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan tanah. Setelah
menyerang, rayap perusak bangunan akan memperluas serangannya dengan
membuat sarang yang cukup lembab .
Rayap perusak bangunan merupakan jenis rayap yang memerlukan
kelembaban yang cukup tinggi untuk mempertahankan hidupnya. Komponen kayu
pada bangunan yang dipasang kurang dari 15 cm di atas lantai merupakan bagian
pertama yang akan diserang rayap Coptotermes curvignatus. Rayap ini akan
masuk ke dalam kayu sampai bagian tengah yang memanjang searah dengan serat
kayu melalui lubang kecil yang ada di permukaan kayu.
Ada perilaku unik yang dilakukan rayap ini ketika menyerang kayu,
bagian luar kayu yang diserang tudak rusak, bagian luar kayu dijadikan pelindung
dari serangan predator atau pemangsa. Selain itu, digunakan untuk menghindari
cahaya langsung (sifat kriptobiotik). Kriptobiotik adalah sifat rayap yang
cenderung menyembunyikan diri dan tidak menyenangi cahaya secara langsung.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode yang digunakan


Metode yang di gunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki tersebut.
Dengan menggunakan metode deskriptif, kami membuat deskripsi atau
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai jenis – jenis rayap,
perilaku, penyebaran, cara pencegahan dan pengendalian rayap perusak
berdasarkan materi yang diserang (tanaman, buku, arsip, dokumen, bangunan/
kayu), serta mendeskripsikan bahwa khitosan dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam pengendalian rayap yang ramah lingkungan.

3.2 Teknik pengambilan data


1. Studi kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, kami mencari data (sumber) yang ada
hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Caranya dengan
mencari literatur – literatur sebanyak mungkin data – data mengenai rayap
yang terdapat di perpustakaan.
2. Wawancara (interview)
Selain menggunakan studi kepustakaan, pengambilan data juga di
lakukan dengan teknik wawancara. Kami mewawancarai 10 orang responden
mengenai hal – hal yang berhubungan dengan rayap. Setelah wawancara
selesai, data hasil wawancara tersebut kemudian di analisis, lalu disimpulkan.

12
2.1 Wawancara di lakukan pada :
Waktu : Rabu tanggal 18 Maret 2009
Tempat : Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pukul : 15.00 – 16.00 WIB

2.2 Instrumen yang digunakan :


1.Daftar Pertanyaan
2.Alat Tulis

Tabel 1. Daftar Pertanyaan Mengenai Rayap


NO PERTANYAAN
1 Menurut pendapat anda hewan seperti apakah rayap itu?
Jenis rayap apakah yang pernah merugikan anda?Rayap perusak
2
tanaman, buku / arsip, ataukah bangunan (kayu)?
Apakah anda mengetahui cara pencegahan dan pengendalian
3
akibat serangan rayap perusak tersebut?
Apakan anda pernah mendengar bahwa khitosan adalah salah satu
4
alternatif dalam upaya pengendalian rayap?

2.3 Objek yang diwawancarai :


Objek yang diwawancarai adalah 10 Mahasiswa Untirta yang
berada di sekitar area kampus Untirta, yang dipilih secara acak
(random).

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Wawancara


Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan pada 10 orang responden,
diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Pertanyaan Mengenai Rayap


NO PERTANYAAN
1 Menurut pendapat anda hewan seperti apakah rayap itu?
2 Jenis rayap apakah yang pernah merugikan anda?Rayap perusak tanaman,
buku / arsip, ataukah bangunan (kayu)?
3 Apakah anda mengetahui cara pencegahan dan pengendalian akibat
serangan rayap perusak tersebut?
4 Apakan anda pernah mendengar bahwa khitosan adalah salah satu
alternatif dalam upaya pengendalian rayap?

Tabel 2. Hasil Jawaban Wawancara dari 10 Orang Responden


NO NAMA JAWABAN
1) Hewan perusak
2) Buku dan bangunan
1 Maya Ismarini
3) Tidak
4) Tidak
1) Hewan perusak
2) Buku dan bangunan
3) Ya, dengan menghindari penyimpanan buku di
2 Elin Herlinawati
tempat yang lembab, dan dengan menggunakan
khitosan.
4) Ya, terbuat dari limbah cangkang udang
1) Hewan perusak
2) Buku, kursi (kayu)
3 Ratna Wulan
3) Tidak
4) Tidak
1) Hewan perusak
2) Buku, pintu
4 Divta Ruli
3) Tidak
4) Tidak
1) Hewan perusak
2) Lemari (kayu)
5 Nia Susilawati
3) Tidak
4) Tidak

14
1) Hewan perusak
2) Bangunan (kayu)
6 Eli Suprianti
3) Tidak
4) Tidak
1) Hewan perusak
2) Buku, lemari
7 Legstiara Putri
3) Ya,
4) Ya, terbuat dari limbah cangkang udang.
1) Hewan perusak
2) Buku, lemari, tanaman.
8 Nurlaela
3) Tidak
4) Tidak
1) Hewan perusak
2) Buku, Bangunan (pintu kayu)
9 Trian Pamungkas
3) Dengan menggunakan khitosan
4) Ya, terbuat dari cangkang udang
1) Hewan perusak
2) Lemari kayu
10 Christine Eka
3) Tidak
4) Tidak

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang


responden, didapatkan data bahwa 10 orang dari responden tersebut semuanya
menganggap bahwa rayap sebagai hewan perusak. Rayap yang sering
menimbulkan kerugian adalah rayap perusak pada buku, bangunan, dan benda –
benda yang terbuat dari kayu misalnya kursi, pintu, lemari dan sebagainya.
Sedangkan rayap perusak pada tanaman hanya dialami oleh 1 responden saja.
Sebagian besar responden tidak mengetahui cara pencegahan dan pengendalian
rayap, tetapi ada 3 responden yang mengetahui manfaat rayap tersebut, yaitu
dengan cara menghindari penyimpanan buku – buku di tempat yang lembab, ada
pula yang menjawab dengan menggunakan khitosan. Sebagian besar responden
juga tidak mengetahui apa itu khitosan, mungkin mereka belum pernah
mendengarnya, tetapi dari 10 responden ternyata ada 3 orang yang mengetahui
apa itu khitosan, meskipun hanya 2 yang tahu secara jelas apa khitosan tersebut.
Hal tersebut membuktikan bahwa istilah khitosan masing terdengar asing di
telinga para responden.
Dari hasil wawancara tersebut, membuktikan bahwa rayap dianggap
sebagai hama perusak, dikarenakan jumlah kerugian yang ditimbulkan lebih
banyak dari pada manfaatnya. Sebagian besar responden juga tidak mengetahui
cara pencegahan dan pengendalian serangan rayap tersebut, selain itu khitosan

15
juga kurang dikenal dikalangan masyarakat, padahal khitosan dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam pengendalian rayap yang ramah lingkungan,
karena terbuat dari limbah cangkang udang.

4.2. Cara Mencegah dan Mengendalikan Serangan Rayap


4.2.1. Pencegahan
Pepatah bijak mengatakan, mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Dengan upaya pencegahan, umur suatu bangunan akan lebih lama dan tahan
terhadap serangan rayap, tetapi dengan upaya pengendalian, material yang
kita miliki sudah rusak dan harus diganti, selain itu kemungkinan rayap
menyerang kembali juga besar.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah
serangan rayap tanah, yaitu :
a) Menghindari adanya bahan berkayu di sekitar areal yang akan
dibangun
Adanya bahan berkayu seperti sisa tunggak pohon atau serasah di
sekitar areal yang akan dibangun harus dihindari. Bahan tersebut akan
menjadi sumber infeksi rayap tanah. Di sekitar areal yang akan dibangun
sebaiknya dibersihkan dan tidak meninggalkan bahan yang berpotensi
menjadi sarang rayap. Hal tersebut sangat penting, karena umumnya
serangan rayap diawali dari bawah bangunan.
b) Menggunakan kayu yang awet atau diawetkan sebagai bahan
bangunan
Penggunaan kayu yang awet atau yang telah diawetkan dengan
bahan pengawat anti rayap dapat mencegah serangan rayap. Jenis kayu
yang awet diantaranya seperti kayu jati, ulin, dan merbau memiliki harga
yang relatif mahal dan pada saat ini jumlahnya pun sudah berkurang.
c) Memasang penghalang fisik
Beberapa bahan yang dapat dipakai sebagai penghalang fisik
adalah gravel, pasir, perlit, dan granit. Bahan tersebut dapat diperoleh di
toko bangunan. Bahan tersebut digunakan dalam konstruksi bangunan
seperti podasi atau tembok. Hasil penelitian menujukkan gravel
berukuran 1,4 – 2,4 mm dapat menahan penetrasi (masuknya) rayap

16
tanah Coptotermes formosanus. Perlit ynag berukuran 1,4 – 1,7 mm
mampu menahan penetrasi rayap tanah Coptotermes curvignathus.

4.2.2. Pengendalian
Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan, untuk meminimalisir
terjadinya kerusakan. Upaya pengendalian serangan rayap perlu
memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang, kondisi objek yang
diserang, dan kondisi ligkungan sekitarnya.
Berikut ini beberapa teknik pengendalian serangan rayap, yaitu:
a) Pengendalian serangan rayap perusak pada tanaman
 Teknik budi daya
Pengendalian rayap dengan teknik budi daya dilakukan sejak
persiapan lahan, pengolahan tanah, pemilihan jenis tanaman, sampai
pemeliharaan tanaman. Areal sekitar tanaman harus bebas dari sisa
kayu dan serasah yang bisa menjadi sumber makanan dan serangan
rayap, kelembaban di sekitar areal harus dijaga melalui teknik irigasi
yag tepat. Kelembaban tanah dapat berpengaruh terhadap aktivitas
jelajah rayap. Semakin tinggi kelembaban tanah, tingkat serangan
rayap pada tanaman akan semakin ganas.
 Sanitasi dan pengendalian secara mekanik
Kelimpahan bahan organik seperti kayu, tunggak pohon, dan
serasah di sekitar areal tanaman harus dikurangi. Bahan organik
tersebut sangat berpotensi menjadi sumber makanan dan tumbuhnya
koloni rayap. Upaya lainnya dapat dilakukan dengan cara membongkar
sarang rayap agar musuh alami bisa masuk ke dalam sarang dan
dengan mudah akan memangsa rayap tersebut..
 Pengendalian hayati
Pengendalian hayati dilakukan melalui penggunaan musuh alami
rayap (predator, patogen, dan parasit) yang mampu mengendalikan
kepadatan populasi rayap. Pengendalian hayati mencakup introduksi
dan manipulasi musuh alami, baik dengan bantuan manusia
(biological control) maupu tanpa bantuan manusia (natural control).
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pengendalian hayati,
yaitu:

17
 Mengintroduksi musuh alami rayap.
 Merangsang efek predator atau patogen dengan cara
memodifikasi habitat atau pelepasan massal.
 Melepas strain tertentu seperti predator yang ganas atau
patogen yang virulen.
Hasil penelitian Al Fazairy dan Ahlam (1987) yang menggunakan
virus Polyhedrosis nucleat hasil isolasi dari ulat daun kapas
Spodoptera littolis ternyata mampu menginfeksi rayap. Diharapkan
penggunaan virus untuk mengendalikan rayap, dapat menjadi
alteratif pengedalian yang ramah lingkungan, namun teknik ini
sering menemui kendala. Beberapa kendala tersebut adalah
terhambatnya upaya perbanyakan patogen, sulit mempertahankan
virulensi patogen di lapangan, efektivitas infeksi terhadap rayap,
dan aplikasi metode yang belum tepat.
b) Pengendalian serangan rayap perusak pada arsip, buku, dan
dokumentasi
Cara tepat menaggulangi serangan rayap pada arsip sebagai berikut:
1. Memeriksa secara akurat berbagai arsip, buku, dan dokumen
lainnya,untuk mengetahui karakteristik rayapnya.
2. Menggunakan khitosan.
c) Pengendalian serangan rayap perusak pada bangunan
Cara tepat menaggulangi serangan rayap pada bangunan yaitu
dengan menggunakan khitosan, sebagai alternatif pengendali rayap yang
ramah lingkungan. Selain itu dapat menggunakan musuh alami rayap
(predator) yang di masukkan ke dalam sarang rayap, dengan cara
membongkar sarang rayap tersebut agar musuh alami bisa masuk ke dalam
sarang dan dengan mudah akan memangsa rayap tersebut.

18
4.3. Khitosan sebagai alternatif pengendali rayap ramah lingkungan
A. Sumber dan Cara Membuatnya
Khitosan dapat dihasilkan dari limbah cangkang udang melalui
beberapa proses, yaitu :
1. Demineralisasi
Limbah cangkang udang dicuci dengan air mengalir sampai air
cucian menjadi bening, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.
Selanjutnya cangkang tadi dicuci menggunakan air panas sebanyak 2
kali sambil diaduk, kemudian direbus selama 10 menit. Setelah direbus,
cangkang udang ditiriskan dan dikeringkan. Cangkang udang yang sudah
kering digiling sampai menjadi serbuk berukuran 40 – 60 mesh. Setelah
itu, serbuk cangkang udang dicampur dengan asam klorida (HCl) 1 N
dengan perbandingan 10 : 1. larutan tersebut diaduk secara merata
selama 1 jam, lalu dipanaskan pada suhu 900 C selama 1 jam. Residu
berupa padatan dicuci dengan air sampai PH netral. Selanjutnya residu
padatan ini dikeringkan dalam oven pada suhu 800 C selama 24 jam atau
dijemur sampai kering.

Gambar 1.2: Proses demineralisasi cangkang udang

19
2. Deproteinasi
Limbah udang yang telah dimineralisasi (residu padatan yang sudah
kering) dicampur dengan larutan sodium hidroksida 3,5% dengan
perbandingan pelarut dan cangkang udang sebesar 6:1. Lalu larutan tadi
diaduk secara merata selama 1 jam, lalu dipanaskan pada suhu 900 C selama 1
jam. Setelah itu larutan disaring dan didinginkan hingga diperoleh residu
padatan. Residu padatan ini dicuci dengan air sampai pH netral dan
dikeringkan pada suhu 800 C selama 24 jam atau dijemur sampai kering.

Gambar 1.3: Residu padatan hasil demineralisasi. Diolah kembali melalui proses
deproteinasi hingga menjadi khitin

3. Deasetilisasi Khitin menjadi Khitosan


Khitosan dibuat dengan menambahkan sodium hidroksida 50% dengan
perbandingan 20:1 (pelarut berbanding khitin). Larutan tersebut diaduk selama
1 jam, lalu dipanaskan selama 90 menit pada suhu 120 – 140 0 C. Larutan tadi
disaring hingga diperoleh residu berupa padatan. Residu padatan ini dicuci
dengan air sampai pH netral, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 70 0 C
selama 24 jam atau dijemur sampai kering.

B. Manfaat dan Aplikasinya


Pada saat ini, khitosan memiliki spektrum penggunaan yang luas dalam
industri dan kesehatan. Penggunaannya lebih luas dibandingkan dengan khitin,
khitosan dapat dimanfaatkan dalam pengolahan limbah cair, pelapis kapsul
obat, pengawet makanan, kosmetika, antikolesterol, pembungkus ikan dalam
industri pengolahan ikan, dan sebagai bahan penstabil (bulking agent)
Melalui beberapa percobaan yang dilakukan El Grauth et.al. tahun 1992
membuktikan khitosan memiliki kemampuan bioaktif. Polikation alami dari

20
khitosan dapat menghambat pertumbuhan patogen seperti Fusarium
oxysporum dan Rhizoctania solani serta germinasi spora dan pertumbuhan
kapang Botharia cinere.
Berdasarkan beberapa sifat tersebut, khitosan diujicobakan untuk
mengendalikan serangan rayap. Sebelum diaplikasikan, terlebih dahulu
khitosan yang berbentuk serbuk, butiran, atau serpih dilarutkan dengan asam
asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi 1-3%. Larutan tersebut diaduk sampai
rata dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya larutan khitosan (berbentuk gel
yang cukup kental) diaplikasikan ke kayu yang sering diserang rayap atau
bahan berlignoselulosa lainnya. Pengaplikasian ini dapat dilakukan melalui
pelaburan, penyemprotan, vakum, impregnasi, atau perendaman dengan
berbagai tingkat konsentrasi, Pemilihan teknik khitosan tergantung dari tujuan
pemakaian dan objek yang akan dilindungi atau diproteksi.

Gambar 1.4: Beberapa bentuk Khitosan, A (serpihan), B (butiran), C (serbuk).

Hasil penelitian membuktikan khitosan mampu meningkatkan derajat


proteksi kayu seiring dengan semakin tingginya konsentrasi khitosan, hal ini
terlihat dari semakin tingginya tingkat mortalitas rayap yang mengonsumsi
kayu tersebut, dibandingkan dengan kayu yang tidak diberi khitosan. Jenis
rayap yang dijadikan penelitian adalah rayap tanah (Coptotermes
curvignathus) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus) yang
merupakan jenis rayap di Indonesia yang paling banyak dan sangat merugikan.

21
BAB IV
KESIMPULAN

Rayap merupakan jenis serangga dalam ordo isoptera. Dalam siklus hidupnya,
rayap mengalami metamorfosis bertahap atau gradual (hemimetabola). Sebagian besar
rayap menjadi hama perusak, baik pada tanaman, arsip, buku, dokumentasi, dan
bangunan. Semua jenis rayap bisa memakan kayu dan bahan berselulosa, tetapi
perilaku makan (feeding behaviour) setiap jenis rayap berbeda. Inilah yang menjadi
salah satu keunikan perilaku rayap. Setelah diteliti secara lebih mendalam ditemukan
di dalam usus belakang rayap (terutama jenis rayap tingkat rendah) dari sistem
pencernaannya terdapat beberapa protozoa falgellata. Protozoa flagellata berperan
sebagai simbion dalam sistem pencernaan rayap yang mampu menguraikan selulosa
menjadi bahan yang dapat diserap rayap.
Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah serangan rayap
yaitu dengan menghindari adanya bahan berkayu di sekitar areal yang akan dibangun,
menggunakan kayu yang awet atau diawetkan sebagai bahan bangunan, dan
memasang penghalang fisik. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan, untuk
meminimalisir terjadinya kerusakan. Pada tanaman yaitu dengan teknik budi daya,
sanitasi dan pengendalian secara mekanik dan pengendalian hayati. Pada arsip, buku,
dan dokumentasi dilakukan dengan cara memeriksa secara akurat berbagai arsip,
buku, dan dokumen lainnya untuk mengetahui karakteristik rayapnya, dan cara tepat
menaggulangi serangan rayap pada bangunan yaitu dengan menggunakan khitosan
sebagai alternatif pengendali rayap yang ramah lingkungan.
Khitosan dapat dihasilkan dari limbah cangkang udang melalui beberapa
proses, yaitu dengan demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilisasi khitin menjadi
khitosan. Hasil penelitian membuktikan khitosan mampu meningkatkan derajat
proteksi kayu seiring dengan semakin tingginya konsentrasi khitosan, hal ini terlihat
dari semakin tingginya tingkat mortalitas (kematian) rayap yang mengonsumsi kayu
tersebut, dibandingkan dengan kayu yang tidak diberi khitosan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Prasetiyo, Kurnia. W. dan Yusuf, Sulaeman. 2005. MENCEGAH DAN MEMBASMI


RAYAP. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Krishna, K. and Weesner, F.M. 1969. Biology of termiter. Volume I. Academic Press:
New York

Nazir. M. 2003. METODE PENELITIAN. Jakarta: Ghalia Indonesia.

http:// adioke.multiply.com/journal/item/Selasa 17 Maret 2009.Pkl 15.20WIB.

www.e-dukasi.net/rayap/Selasa 17 Maret 2009 2009. Pkl 14.15 WIB.

23
LAMPIRAN

Gambar 1: Kasta prajurit bertugas menjaga koloni dari serangan predator

Gambar 2: Ratu (kiri) berukuran lebih besar dari rajanya (kanan)

Gambar 3: Rayap pekerja, bertugas membangun dan meperbaiki sarang,


memelihara ratu, telur dan rayap muda serta mencari makanan untuk
semua koloni.
Gambar 4 : Tanaman kayu putih yang diserang rayap Macrotermes gilvus

A B
Gambar 5: A.Bangunan yang rusak akibat serangan rayap dan B, kayu menjadi lapuk
akibat diserang atau dimakan rayap.

Gambar 6: Beberapa bahan yang dapat dipakai sebagai penghalang fisik

Anda mungkin juga menyukai