DI SUSUN OLEH :
KELAS VI B
DAFTAR ISI.......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis dan Penyebaran..................................................................................... 3
2.2 Perilaku Rayap............................................................................................... 4
2.3 Ekologi Rayap................................................................................................ 6
2.4 Rayap Sebagai Hama Perusak........................................................................ 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode yang digunakan................................................................................ 12
3.2 Teknik pengambilan data.............................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Wawancara.......................................................................................... 14
4.2 Cara Mencegah dan Mengendalikan Serangan Rayap................................... 16
4.3 Khitosan sebagai alternatif pengendali rayap ramah lingkungan......... 19
BAB V KESIMPULAN............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Mengapa rayap di kenal sebagai serangga perusak?
2. Bagaimana cara pencegahan dan penaggulangan akibat serangan rayap
perusak?
3. Apakah khitosan dapat dijadikan alternatif pengendali rayap secara ramah
lingkungan?
4. Bagaimana cara membuat khitosan untuk pengendali rayap?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Koloni rayap yang merupakan jenis serangga sosial, terbagi atas tiga kasta
yang memilki bentuk dan fungsi yang berbeda. Ketiga kasta tesebut adalah:
a) Kasta prajurit
Secara umum kasta prajurit akan mudah dikenali dari bentuk kepalanya dan
adanya penebalan di bagian kutikula. Kasta prajurit ini bertugas menjaga
koloni dari serangan musuh atau predator mereka seperti semut. Secara
genetik, kasta ini bisa berkelamin jantan atau betina.
b) Kasta reproduktif
Kasta reproduktif terbagi atas ratu yang tugasnya bertelur untuk
menghasilkan rayap baru dan raja yang bertugas membuahi ratu. Kasta ini
terdiri dari kasta reproduktif primer dan suplementer (neoten)
c) Kasta pekerja
Kasta pekerja bisa memiliki warna pucat dan sedikit mengalami penebalan
di bagian kutikulanya. Kasta ini bertugas membangun sekaligus
memperbaiki sarang, memelihara ratu, telur, dan rayap muda, serta mecari
makanan untuk semua penghuni koloni, rayap inilah yang bertangguang
jawab terhadap kerusakan pada aset – aset milik manusia dan bahan
berlignoselulosa lainnya. Mereka juga kadang – kadang dapat
memperlihatkan perilaku kanibal, dengan memakan rayap lain yang lemah
atau sudah mati, demi menjaga kelangsungan hidup koloni.
4
Pada dasarnya, rayap merupakan jenis serangga sosial (social insect),
daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang penyebarannya mulai meluas ke
daerah temperate pada batas 500 LU dan 500 LS. Makanan utama rayap adalah
kayu atau bahan yang mengandung selulosa. Sebenarnya, keberadaan rayap sangat
penting dalam kelangsungan hidup ekosistem yaitu sebagai konsumen primer.
Rayap sangat berperan dalam siklus beberapa unsur penting di alam, seperti
nitrogen dan karbon. Awalnya para ahli rayap merasa bingung karena rayap
mampu memakan kayu atau bahan yang mengandung selulosa, padahal manusia
tidak mampu mencera selulosa (bagian berkayu dari sayuran yang dimakan akan
dikeluarkan lagi). Namun rayap mampu mengurai dan menyerapnya.
Memang semua jenis rayap bisa memakan kayu dan bahan berselulosa,
tetapi perilaku makan (feeding behaviour) setiap jenis rayap berbeda. Inilah yang
menjadi salah satu keunikan perilaku rayap. Setelah diteliti secara lebih mendalam
ditemukan di dalam usus belakang rayap (terutama jenis rayap tingkat rendah)
dari sistem pencernaannya terdapat beberapa protozoa falgellata. Protozoa
flagellata berperan sebagai simbion dalam sistem pencernaan rayap yang mampu
menguraikan selulosa menjadi bahan yang dapat diserap rayap. Selain protozoa
falgellata, ada beberapa jenis rayap yang mengandung bakteri dalam sistem
pencernaannya yang memiliki peran yang sama.
Jika diperhatikan, rayap akan saling menjilati, mencium atau
menggosokkan tubuhnya satu sama lain, ketika bertemu. Perilaku rayap tersebut
dinamaka trofalaksis . Melalui cara ini rayap akan saling menyalurkan makanan,
feromon, atau protozoa falgellata yang sangat berperan dalam kehidupan koloni
rayap. Perilaku rayap lainnya adalah aktivitas jelajahnya untuk mencari sumber
makanan. Jika kita lihat ke bagian dalam, rayap akan ditemui di lorong sempit
yang berfungsi sebagai jalan untuk mencari makanannya, ketika melakukan
penjelajahannya, rayap cenderung akan menyembunyikan diri, tidak senang
terhadap cahaya, dan hidup di dalam liang kembara. Sifat seperti ini disebut
kriptobiotik.
Jika kita perhatikan, pada awal musim hujan banyak laron (rayap kasta
reproduktif) yang berterbangan keluar dari sarangnya dan mengelilingi lampu.
Aktivitas tersebut merupakan pengaruh adanya perubahan di dalam sarang
(koloni) rayap. Laron terbang secara acak dan berkelompok akan berusaha
melepaskan sayapnya dengan jalan menggoyang-goyangkan tubuhnya dan
5
menggerak-gerakkan sayap seperti hendak terbang. Ketika sayap telah lepas,
aktivitas kawin (mencari pasangan) akan segera dimulai. Sering terlihat pasangan
laron yang berjalan beriringan. Laron betina (calon ratu) berjalan di depan, dan
laron jantan (calon raja) akan mengikuti di belakangnya. Pasangan laron tersebut
akan mencari tempat yang cocok untuk dijadikan sarang guna membangun koloni
baru (proses kopulasi awal).
6
3. Mempertahankan kandungan air tanah penyusun sarang. Dengan
demikian suhu dan kelembaban lingkungan tempat rayap hidup tetap
terjaga dan terkontrol.
b. Curah hujan
Curah hujan berpengaruh terhadap koloni rayap dalam membangun
sarang, baik di dalam maupun di permukaan tanah. Pengaruh lainnya
adalah terhadap aktivitas jelajah rayap dan keluarga laron (alate) dari
sarangnya.
2) Tipe Tanah
Koloni rayap senang tinggal di tanah yang berpasir dan sedikit
mengandung bahan organik. Tanah sangat berperan penting sebagai tempat
hidup dan untuk mengisolasi rayap dari perubahan suhu dan dan kelembaban
yang cukup ekstrem. Keberadaan rayap dalam tanah dapat meningkatkan
kesuburan tanah, karena rayap mampu mengubah profil tanah, mempengaruhi
tekstur tanah, dan mendistribusikan bahan organik.
3) Tipe Vegetasi
Aktivitas rayap dapat mengubah keadaan vegetasi melalui modifikasi
profil dan sifat kimia tanah. Contohnya, di sekitar sarang rayap Macrotermes
banyak mengadung silika sehingga hanya jenis tumbuhan tertentu yang dapat
tumbuh di sekitar sarang rayap tersebut. Kejadian ini mirip dengan peristiwa
allalopaty. Allalopaty adalah pengeluaran zat kimia tertentu yang mampu
menghambat pertumbuhan jenis tanaman lain di sekitar tanaman utama,
contohnya serasah daun pinus yang mengandung silika ternyata mampu
menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitar serasah dau pinus.
Tumbuhan lain yang memiliki sifat allalopaty adalah alang – alang (Imperata
cylindrica)
4) Musuh Alami
Ada tiga kelompok yang menjadi musuh alami rayap, yaitu predator,
parasit dan patogen. Dalam siklus hidupnya, ketika laron terbang keluar sarang
merupakan saat yang rentan diserang predator dan parasit. Predator yang
menyerang laron ketika terbang diantaranya burung pemakan serangga,
kelelawar pemakan serangga, dan capung.
Semut merupakan predator yang cukup ganas menyerang rayap hingga ke
dalam sarang rayap. Predator rayap juga bisa berupa mamalia besar seperti
7
trenggiling, tupai, landak, dan beruang yang mampu membongkar sarang
rayap. Predator rayap sering melakukan strategi penyamaran kimiawi
(chemical camouflage) ketika melakukan penetrasi ke sarang rayap.
Contohnya serangga predator rayap yang memiliki banyak kelenjar untuk
menghasilkan senyawa alkohol alifatik 3 oktanol dan 2 undekanol .
Senyawa tersebut mampu menghambat rayap melepaskan senyawa peringatan
dininya (alaram feromon) ketika predator memasuki liang kembara di dalam
sarang rayap. Predator semut mampu menghasilkan suatu seyawa (dari
mandibelnya) yang menyebabkan rayap tidak bisa mengenali pemangsanya.
8
banyak mengandung bahan berlignoselulosa seperti kayu yang telah mati atau
membusuk,tunggak pohon yang sudah mati maupun yang masih hidup.
Neotermes tectonae
Rayap ini kebanyakan menyerang tegakan jati (Tectona grandis). Rayap
Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae) termasuk jenis rayap pohon yang
menyerang pohon hidup. Rayap ini bersarang di dalam pohon dan tak
berhubungan dengan tanah. Ciri tanaman jati yang terserang rayap Neotermes
tectonae adalah timbulnya pembengkakan di bagian batang (bonggol).
Sebenarnya, di dalam kayu jati megandung zat anti rayap alami yang disebut
tectoquinon. Namun , rayap jenis ini masih mampu menembus ke dalam batang
tegakan jati yang masih banyak mengandung selulosa.
Macrotermes gilvus
Tanaman yang banyak diserang oleh jenis rayap ini adalah kayu putih
(Melaleuca leucadendron). Kayu putih mampu menghasilkan minyak atsiri
yaitu minyak kayu putih (cajeput oil). Seperti jenis rayap perusak lainnya,
serangan rayap Macrotermes gilvus pada tanaman kayu putih yang
menyebabkan kerusakan dan kematian hampir 60 %. Keadaan ini sangat
merugikan karena dapat menurunkan produktivitas minyak kayu putih yang
merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi negara Indonesia.
Rayap Macrotermes gilvus juga menyerang tanaman perkebunan lainnya seperti
kelapa sawit, tetapi tingkat serangannya tidak sampai menyebabkan kematian
pada tanaman.
9
suhu di tempat tersebut lembap, gelap, dan jarang dibersihkan. Beberapa jenis
rayapp tersebut diantaranya Coptotermes curvignathus, Microtermes inspiratus
Kemner,dan Coptotermes travians.
Sebenarnya tidak hanya rayap yang menyebabkan kerusakan pada arsip atau
buku, tetapi masih ada beberapa jenis serangga perusak lainnya seperti kutu buku.
Adanya serangga rayap pada arsip, atau dokumen sangat merugikan, apabila
dokumen tersebut memliki nilai sejarah dan sangat berhaarga,seperti manuskrip
atau naskah kuno yang tersimpan di museum.
Cara yang bisa dilakukan untuk mencegah rayap masuk ke dalam ruang
dokumen sebagai berikut :
1. Menyimpan arsip atau dokumen di tempat penyimpanan yang terbuat dari
kayu awet seperti jati, kayu yang telah diawetkan, atau bahan lain yang sukar
ditembus rayap.
2. Mengupayakan ruangan agar tidak lembab, saluran udara baik, cukup
mendapat sinar matahari, serta bersih dari kertas bekas atau baha
berlignoselulosa lainnya yang tidak terpakai.
3. Memeriksa arsip atau dokumen secara periodik agar serangan rayap dapat
diketahui sejak dini.
10
tersebut bisa terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan tanah. Setelah
menyerang, rayap perusak bangunan akan memperluas serangannya dengan
membuat sarang yang cukup lembab .
Rayap perusak bangunan merupakan jenis rayap yang memerlukan
kelembaban yang cukup tinggi untuk mempertahankan hidupnya. Komponen kayu
pada bangunan yang dipasang kurang dari 15 cm di atas lantai merupakan bagian
pertama yang akan diserang rayap Coptotermes curvignatus. Rayap ini akan
masuk ke dalam kayu sampai bagian tengah yang memanjang searah dengan serat
kayu melalui lubang kecil yang ada di permukaan kayu.
Ada perilaku unik yang dilakukan rayap ini ketika menyerang kayu,
bagian luar kayu yang diserang tudak rusak, bagian luar kayu dijadikan pelindung
dari serangan predator atau pemangsa. Selain itu, digunakan untuk menghindari
cahaya langsung (sifat kriptobiotik). Kriptobiotik adalah sifat rayap yang
cenderung menyembunyikan diri dan tidak menyenangi cahaya secara langsung.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
2.1 Wawancara di lakukan pada :
Waktu : Rabu tanggal 18 Maret 2009
Tempat : Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pukul : 15.00 – 16.00 WIB
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
1) Hewan perusak
2) Bangunan (kayu)
6 Eli Suprianti
3) Tidak
4) Tidak
1) Hewan perusak
2) Buku, lemari
7 Legstiara Putri
3) Ya,
4) Ya, terbuat dari limbah cangkang udang.
1) Hewan perusak
2) Buku, lemari, tanaman.
8 Nurlaela
3) Tidak
4) Tidak
1) Hewan perusak
2) Buku, Bangunan (pintu kayu)
9 Trian Pamungkas
3) Dengan menggunakan khitosan
4) Ya, terbuat dari cangkang udang
1) Hewan perusak
2) Lemari kayu
10 Christine Eka
3) Tidak
4) Tidak
15
juga kurang dikenal dikalangan masyarakat, padahal khitosan dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam pengendalian rayap yang ramah lingkungan,
karena terbuat dari limbah cangkang udang.
16
tanah Coptotermes formosanus. Perlit ynag berukuran 1,4 – 1,7 mm
mampu menahan penetrasi rayap tanah Coptotermes curvignathus.
4.2.2. Pengendalian
Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan, untuk meminimalisir
terjadinya kerusakan. Upaya pengendalian serangan rayap perlu
memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang, kondisi objek yang
diserang, dan kondisi ligkungan sekitarnya.
Berikut ini beberapa teknik pengendalian serangan rayap, yaitu:
a) Pengendalian serangan rayap perusak pada tanaman
Teknik budi daya
Pengendalian rayap dengan teknik budi daya dilakukan sejak
persiapan lahan, pengolahan tanah, pemilihan jenis tanaman, sampai
pemeliharaan tanaman. Areal sekitar tanaman harus bebas dari sisa
kayu dan serasah yang bisa menjadi sumber makanan dan serangan
rayap, kelembaban di sekitar areal harus dijaga melalui teknik irigasi
yag tepat. Kelembaban tanah dapat berpengaruh terhadap aktivitas
jelajah rayap. Semakin tinggi kelembaban tanah, tingkat serangan
rayap pada tanaman akan semakin ganas.
Sanitasi dan pengendalian secara mekanik
Kelimpahan bahan organik seperti kayu, tunggak pohon, dan
serasah di sekitar areal tanaman harus dikurangi. Bahan organik
tersebut sangat berpotensi menjadi sumber makanan dan tumbuhnya
koloni rayap. Upaya lainnya dapat dilakukan dengan cara membongkar
sarang rayap agar musuh alami bisa masuk ke dalam sarang dan
dengan mudah akan memangsa rayap tersebut..
Pengendalian hayati
Pengendalian hayati dilakukan melalui penggunaan musuh alami
rayap (predator, patogen, dan parasit) yang mampu mengendalikan
kepadatan populasi rayap. Pengendalian hayati mencakup introduksi
dan manipulasi musuh alami, baik dengan bantuan manusia
(biological control) maupu tanpa bantuan manusia (natural control).
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pengendalian hayati,
yaitu:
17
Mengintroduksi musuh alami rayap.
Merangsang efek predator atau patogen dengan cara
memodifikasi habitat atau pelepasan massal.
Melepas strain tertentu seperti predator yang ganas atau
patogen yang virulen.
Hasil penelitian Al Fazairy dan Ahlam (1987) yang menggunakan
virus Polyhedrosis nucleat hasil isolasi dari ulat daun kapas
Spodoptera littolis ternyata mampu menginfeksi rayap. Diharapkan
penggunaan virus untuk mengendalikan rayap, dapat menjadi
alteratif pengedalian yang ramah lingkungan, namun teknik ini
sering menemui kendala. Beberapa kendala tersebut adalah
terhambatnya upaya perbanyakan patogen, sulit mempertahankan
virulensi patogen di lapangan, efektivitas infeksi terhadap rayap,
dan aplikasi metode yang belum tepat.
b) Pengendalian serangan rayap perusak pada arsip, buku, dan
dokumentasi
Cara tepat menaggulangi serangan rayap pada arsip sebagai berikut:
1. Memeriksa secara akurat berbagai arsip, buku, dan dokumen
lainnya,untuk mengetahui karakteristik rayapnya.
2. Menggunakan khitosan.
c) Pengendalian serangan rayap perusak pada bangunan
Cara tepat menaggulangi serangan rayap pada bangunan yaitu
dengan menggunakan khitosan, sebagai alternatif pengendali rayap yang
ramah lingkungan. Selain itu dapat menggunakan musuh alami rayap
(predator) yang di masukkan ke dalam sarang rayap, dengan cara
membongkar sarang rayap tersebut agar musuh alami bisa masuk ke dalam
sarang dan dengan mudah akan memangsa rayap tersebut.
18
4.3. Khitosan sebagai alternatif pengendali rayap ramah lingkungan
A. Sumber dan Cara Membuatnya
Khitosan dapat dihasilkan dari limbah cangkang udang melalui
beberapa proses, yaitu :
1. Demineralisasi
Limbah cangkang udang dicuci dengan air mengalir sampai air
cucian menjadi bening, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.
Selanjutnya cangkang tadi dicuci menggunakan air panas sebanyak 2
kali sambil diaduk, kemudian direbus selama 10 menit. Setelah direbus,
cangkang udang ditiriskan dan dikeringkan. Cangkang udang yang sudah
kering digiling sampai menjadi serbuk berukuran 40 – 60 mesh. Setelah
itu, serbuk cangkang udang dicampur dengan asam klorida (HCl) 1 N
dengan perbandingan 10 : 1. larutan tersebut diaduk secara merata
selama 1 jam, lalu dipanaskan pada suhu 900 C selama 1 jam. Residu
berupa padatan dicuci dengan air sampai PH netral. Selanjutnya residu
padatan ini dikeringkan dalam oven pada suhu 800 C selama 24 jam atau
dijemur sampai kering.
19
2. Deproteinasi
Limbah udang yang telah dimineralisasi (residu padatan yang sudah
kering) dicampur dengan larutan sodium hidroksida 3,5% dengan
perbandingan pelarut dan cangkang udang sebesar 6:1. Lalu larutan tadi
diaduk secara merata selama 1 jam, lalu dipanaskan pada suhu 900 C selama 1
jam. Setelah itu larutan disaring dan didinginkan hingga diperoleh residu
padatan. Residu padatan ini dicuci dengan air sampai pH netral dan
dikeringkan pada suhu 800 C selama 24 jam atau dijemur sampai kering.
Gambar 1.3: Residu padatan hasil demineralisasi. Diolah kembali melalui proses
deproteinasi hingga menjadi khitin
20
khitosan dapat menghambat pertumbuhan patogen seperti Fusarium
oxysporum dan Rhizoctania solani serta germinasi spora dan pertumbuhan
kapang Botharia cinere.
Berdasarkan beberapa sifat tersebut, khitosan diujicobakan untuk
mengendalikan serangan rayap. Sebelum diaplikasikan, terlebih dahulu
khitosan yang berbentuk serbuk, butiran, atau serpih dilarutkan dengan asam
asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi 1-3%. Larutan tersebut diaduk sampai
rata dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya larutan khitosan (berbentuk gel
yang cukup kental) diaplikasikan ke kayu yang sering diserang rayap atau
bahan berlignoselulosa lainnya. Pengaplikasian ini dapat dilakukan melalui
pelaburan, penyemprotan, vakum, impregnasi, atau perendaman dengan
berbagai tingkat konsentrasi, Pemilihan teknik khitosan tergantung dari tujuan
pemakaian dan objek yang akan dilindungi atau diproteksi.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Rayap merupakan jenis serangga dalam ordo isoptera. Dalam siklus hidupnya,
rayap mengalami metamorfosis bertahap atau gradual (hemimetabola). Sebagian besar
rayap menjadi hama perusak, baik pada tanaman, arsip, buku, dokumentasi, dan
bangunan. Semua jenis rayap bisa memakan kayu dan bahan berselulosa, tetapi
perilaku makan (feeding behaviour) setiap jenis rayap berbeda. Inilah yang menjadi
salah satu keunikan perilaku rayap. Setelah diteliti secara lebih mendalam ditemukan
di dalam usus belakang rayap (terutama jenis rayap tingkat rendah) dari sistem
pencernaannya terdapat beberapa protozoa falgellata. Protozoa flagellata berperan
sebagai simbion dalam sistem pencernaan rayap yang mampu menguraikan selulosa
menjadi bahan yang dapat diserap rayap.
Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah serangan rayap
yaitu dengan menghindari adanya bahan berkayu di sekitar areal yang akan dibangun,
menggunakan kayu yang awet atau diawetkan sebagai bahan bangunan, dan
memasang penghalang fisik. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan, untuk
meminimalisir terjadinya kerusakan. Pada tanaman yaitu dengan teknik budi daya,
sanitasi dan pengendalian secara mekanik dan pengendalian hayati. Pada arsip, buku,
dan dokumentasi dilakukan dengan cara memeriksa secara akurat berbagai arsip,
buku, dan dokumen lainnya untuk mengetahui karakteristik rayapnya, dan cara tepat
menaggulangi serangan rayap pada bangunan yaitu dengan menggunakan khitosan
sebagai alternatif pengendali rayap yang ramah lingkungan.
Khitosan dapat dihasilkan dari limbah cangkang udang melalui beberapa
proses, yaitu dengan demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilisasi khitin menjadi
khitosan. Hasil penelitian membuktikan khitosan mampu meningkatkan derajat
proteksi kayu seiring dengan semakin tingginya konsentrasi khitosan, hal ini terlihat
dari semakin tingginya tingkat mortalitas (kematian) rayap yang mengonsumsi kayu
tersebut, dibandingkan dengan kayu yang tidak diberi khitosan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Krishna, K. and Weesner, F.M. 1969. Biology of termiter. Volume I. Academic Press:
New York
23
LAMPIRAN
A B
Gambar 5: A.Bangunan yang rusak akibat serangan rayap dan B, kayu menjadi lapuk
akibat diserang atau dimakan rayap.