Anda di halaman 1dari 26

Untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih

Pembina : Drs.H.Khamid Alwi,M.Ag

Di susun oleh :
1. Della Ananda
2. Dian Kharisma Yanti
3. Syaila El Khusna
Kelompok 3
Kelas : 1B PAI Reguler

STAI SYUFYAN TSAURI MAJENANG


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ibadah merupakan suatau kewajiban bagi umat manusia terhadap
Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat
bermacam-macam, seperti Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca Al -
Qur’an, dan lainnya. Dan setiap ibadahmemiliki syarat-syarat untuk dapat
melakukannya, dan ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk
melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki syarat-syarat
diantaranyahaji, yang memiliki syarat-syarat,yaitu mampu dalam biaya
perjalanannya, baligh, berakal, dan sebagainya. Dan contoh lain jika kita
akan melakukan ibadah sholat maka syarat untuk melakukan ibadah
tersebut ialah kita wajib terbebas dari segala najis maupun dari hadats,
baik hadats besar ataupun hadats kecil.
Kualitas pahala ibadah juga dipermasalahkan jika kebersihan dan
kesucian diri seseorang dari hadats maupun najis belum sempurna. Maka
ibadah tersebut tidak akan diterima. Ini berarti bahwa kebersihan dan
kesucian dari najis maupun hadats merupakan keharusan bagi setiap
manusia yag akan melakukan ibadah, terutama sholat, membaca Al-Qur’an,
naik haji, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah beserta yang ingin kami
capai dalam pembuatan makalah ini. Maka dapat dirumuskan beberapa
pokok permasalahan yang akan penyusun sajikan di dalam makalah ini.
Salah satunya sebagai berikut :
1. Pengertian Thaharah dan Shalat
2. Pembagian Thaharah dan Shalat
3. Hal-hal lainnya yang berkaitan dengan Thaharah
dan Shalat.
BAB II
THAHARAH
A. Pengertian dan Konsep Dasar Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah
adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis
dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam. Thaharah
atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam
ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6 [5:6] Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu :
A. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri,
tempat tinggal dan lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis.
Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan, pakaian atau
tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya. QS
Al-Muddassir ayat : 4 [74:4] dan pakaianmu bersihkanlah,
B. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa
dosa dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara
membersihkannya dengan taubatan nashoha yaitu memohon ampun dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
 Macam-macam Alat Thaharah
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu.
Untuk bersuci misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi
kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu dan benda-benda padat
lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak ditemukan.
Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang
boleh dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.
 Macam-macam air
Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah
· Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air danau/ telaga
6. Air salju
7. Air embun
QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan
kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan
setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya
telapak kaki(mu).
· Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal
untuk diminum tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh,
kopi, sirup, air kelapa dll.
· Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam
bejana selain emas dan perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci
· Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air
ini tidak boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa,
bau maupun warnanya
· Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah
berubah rasa, warna dan baunya maupun yang tidak berubah dalam
jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter menurut
ulama kontemporer).
 Cara-cara Thaharah
Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti
berwudhu dan mandi junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan
menggunakan debu, tanah yaitu dengan bertayamum. Dan bisa juga
menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu masuk
kategori kayu) yaitu dengan beristinja.
Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya:
1. Najis ringan (najis mukhafafah)
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi
laki-laki yang belum makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan
umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan najis ini cukup
dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.
2. Najis sedang (najis mutawassitah)
Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air
kencing dsb. Cara membersihkannya cukup dengan membasuh atau
menyiramnya dengan air sampai najis tersebut hilang (baik rasa, bau dan
warnanya).
3. Najis berat (najis mughalazah)
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan
berdasarkan dalil yang pasti (qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara
membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang najisnya terlebih
dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah
satunya dengan tanah atau batu.
B. Wudhu
Wudhu menurut bahasa adalah bersih atau indah. Wudhu menurut
istilah syari'at islam adalah membersihkan anggota wudhu dengan air yang suci
dan mensucikan sesuai dengan syarat dan rukun tertentu bertujuan untuk
menghilangkan hadats kecil.
 Syarat Wudhu
 Beragama Islam.
 Dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
 Suci dari menstruasi dan persalinan.
 Tidak ada apa pun di dalam tubuh yang dapat mengubah
sifat air, seperti lipstik dan riasan.
 Tidak ada yang dapat mencegah air menyentuh kulit,
seperti cat kuku, lipstik dan lain-lain.
 Mengetahui mana yang sunah dan mana yang wajib.
 Fardhu wudhu
(1) niat,
(2) membasuh muka,
(3) membasuh kedua tangan beserta kedua siku,
(4) mengusap sebagian kepala,
(5) membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki
(6) tertib.
 Hal yang Membatalkan Wudhu
Yang membatalkan wudhu ada empat, yaitu:
1- Apa bila keluar sesuatu dari salah satu kemaluan seperti angin
dan lainnya, kecuali air mani.
2- Hilang akal seperti tidur dan lain lain, kecuali tidur dalam
keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat
duduknya, sehingga yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut
3- Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang
bukan muhrim baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit
tersebut seperti kain dll.”Mahram”: (orang yang haram dinikahi seperti
saudara kandung).
4- Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau
menyentuh tempat pelipis dubur (kerucut sekeliling) dengan telapak
tangan atau telapak jarinya.
 Sunah-sunah wudhu
1. Membaca bismillah
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke wadah air
3. Berkumur
4. Menghirup air ke hidung
5. Mengusap seluruh kepala
6. Mengusap kedua telinga luar dalam dengan air baru
7. Menyisir jenggot tebal dengan jari
8. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki, mendahulukan bagian
kanan baru kemudian kiri
9. Menyucikan masing-masing tiga kali
10. Muwalat (tidak terputus)

C. Mandi
Menurut bahasa yaitu al-ghasl atau al-ghusl (‫ﻞْﺴَﻐﻟا‬-‫ )ﻞْﺴُﻐﻟا‬yang berarti
mengalirnya air pada sesuatu. Menurut istilah yaitu meratakan air pada
seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung jari kaki disertai dengan niat
sesuai dengan keperluannya, mungkin untuk menghilangkan hadats besar atau
mandi sunnah.
 Jenis-jenis Mandi dalam Islam
1. Mandi wajib
Mandi wajib dikenal juga dengan sebutan mandi besar atau
mandi junub. Hukum mandi wajib dalam Islam adalah wajib bagi
seorang Muslim yang berakal sehat. Artinya, mandi wajib harus
dilakukan serta akan mendapat pahala saat dikerjakan dan
berdosa jika ditinggalkan.Terdapat sejumlah alasan atau keadaan
yang mengharuskan seorang Muslim melakukan mandi wajib.
Berikut sebab-sebab seseorang harus mandi wajib, dikutip dari
buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap karya Drs. Abu Bakar:
 Karena selesai haid
 Karena selesai nifas (tepatnya setelah selesai
berhentinya darah yang keluar sesudah melahirkan)
 Karena bersetubuh
 Karena keluar air mani
Ada sejumlah tata cara mandi wajib seperti dikutip dari situs
Nadhlatul Ulama. Berikut tata cara mandi wajib mulai dari masuk
hingga keluar dari kamar mandi.
 Saat masuk ke kamar mandi ambil air lalu basuhkan tangan
sebanyak tiga kali.
 Bersihkan segala kotoran yang menempel pada badan.
 Berwudu seperti hendak salat.
 Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali sambil
membaca niat mandi wajib.
 Mengguyur tubuh bagian kanan sebanyak tiga kali dan
diikuti bagian tubuh sebelah kiri.
 Jangan lupa menggosok seluruh bagian tubuh sebanyak tiga
kali termasuk sela-sela rambut. Pastikan air mengalir ke
seluruh lipatan kulit dan pangkal rambut.

2. Mandi Sunah
Mandi sunah adalah menyucikan seluruh tubuh yang
tidak bersifat wajib. Seperti namanya, hukum mandi sunah
adalah sunah yang artinya mendapat pahala saat dikerjakan,
tapi tidak apa-apa atau tidak mendapat dosa saat tidak
dikerjakan.Mandi sunah biasanya dilakukan saat akan
melakukan ibadah tertentu seperti ibadah salat Jumat, ibadah
salat gerhana, dan memasuki bulan Ramadan.
Ada beberapa jenis mandi dalam Islam yang disunahkan.
Berikut beberapa jenis mandi sunah yang bisa dilakukan:
 Mandi untuk salat Jumat
 Mandi sebelum salat Ied di Hari Raya Idul Fitri dan
Idul Adha
 Mandi hendak melakukan ibadah salat istiqo'
(salat meminta hujan)
 Mandi hendak melakukan ibadah salat gerhana
matahari
 Mandi hendak melakukan ibadah salat gerhana
bulan
 Mandi sehabis memandikan mayat
 Mandi bagi mualaf atau orang yang masuk Islam
 Mandi setelah sembuh dari gila
 Mandi hendak melakukan ihram (ibadah haji atau
umrah)
 Mandi hendak masuk ke kota Makkah
 Mandi sebelum wuquf di Arafah
 Mandi hendak menginap di Muzdalifah
 Mandi hendak melempar jumroh
 Mandi hendak tawaf
 Mandi hendak sa'i (mendaki bukit Shafa dan
Marwah sebanyak tujuh kali)
 Mandi sebelum masuk kota Madinah

D. Tayamum
Tayamum (bahasa Arab: ‫ )تيمم‬mengacu pada tindakan menyucikan diri
tanpa menggunakan air dalam Islam, yaitu dengan menggunakan pasir atau
debu. Secara literal atau bahasa, tayamum bermakna al-qashd, wa al-tawajjuh
(maksud dan mengarahkan). Tayamum dilakukan sebagai pengganti wudu atau
mandi wajib.
Dalam melakukan tayamum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu cara bertayamum, syarat-syarat bertayamum, rukun-rukun bertayamum,
yang membatalkan bertayamum, sunah-sunah bertayamum, dan hal yang
makruh saat bertayamum.
 Cara tayamum:
1. Berniat
2. Membaca bismillah
3. Memukulkan kedua tangan ke atas tamah satu kali pukulan
4. Mengusap wajah seperti saat berwudu dengan air
5. Mengusap telapak tangan dan tangan seperti saat berwudu
dengan air
 Syarat tayamum:
1. Tidak ada air
2. Dengan tanah yang suci
3. Mubah
4. Berdebu
5. Bukan dengan abu
 Rukun-rukun tayamum:
1. Mengusap seluruh wajah
2. Mengusap kedua tangan sampai ke pergelangan tangan
3. Berurutan dan berkesinambungan
 Hal-hal yang membatalkan tayamum:
1. Seluruh yang membatalkan wudu
2. Ada air
3. Sakit
 Sunah dalam tayamum:
1. Berurutan dan berkesinambungan untuk bertayamum dari
hadas besar
2. Mengakhirkan bertayamum sampai ke akhir waktu
3. Membaca doa setelah wudhu saat bertayamum
Hal yang membuat makruh tayamum adalah saat terus menerus
memukul-mukulkan tangan ke tanah.

E. Istinja’
Dalam ilmu fiqih, istinja adalah membersihkan sesuatu (najis) yang
keluar dari qubul atau dubur menggunakan air atau batu dan benda sejenisnya
yang bersih dan suci. Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat
Madzhab Jilid 1 menjelaskan, istilah ini disebut juga dengan istithabah atau
istijmar.Hanya saja, istijmar biasanya dikhususkan untuk istinja dengan batu.
Istijmar sendiri diambil dari kata al-jimar yang berarti kerikil kecil. Sedangkan,
disebut juga dengan istithabah karena dampak yang ditimbulkannya
(membersihkan kotoran) membuat jiwa terasa nyaman.
Dalam pendapat lain sebagaimana dijelaskan oleh Rosidin dalam buku
Pendidikan Agama Islam, kata istinja berasal dari akar kata naja' yang artinya
bebas dari penyakit (kotoran). Jadi, disebut istinja karena orang yang beristinja
berusaha bebas dari penyakit dan menghilangkan penyakit tersebut.
 Hukum Istinja
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi mengatakan istinja
hukumnya fardhu. Ulama Hanafiyah berkata bahwa hukum istinja
atau aktivitas lain yang menggantikan kedudukannya seperti
istijmar adalah sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun
perempuan. Sementara itu, Hasan ibn Salim al-Kaf dalam al-
Taqrirat al-Sadidah sebagaimana dijelaskan Rosidin membagi
hukum istinja menjadi 6 jenis. Antara lain sebagai berikut:
1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah
najis yang kotor lagi basah. Seperti air seni, madzi, dan kotoran
manusia.
2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah
najis yang tidak kotor. Contohnya cacing.
3. Mubah: Jika beristinja dari keringat.
4. Makruh: Istinja hukumnya makruh jika yang keluar adalah
kentut.
5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda
hasil ghashab. Istinja hukumnya haram dan tidak sah jika beristinja
dengan benda yang dimuliakan seperti buah-buahan.
6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika
beristinja dengan air zam-zam.

 Tata Cara Istinja


Secara umum, tata cara beristinja ada tiga. Pertama,
menggunakan air dan batu. Cara ini merupakan cara yang paling
utama. Batu dapat menghilangkan bentuk fisik najis. Sementara
itu, air yang digunakan harus suci dan menyucikan. Air tersebut
dapat menghilangkan bekas najis.
Kedua, menggunakan air saja. Ketiga, menggunakan batu
saja. Adapun, batu yang diperbolehkan untuk beristinja haruslah
suci, bukan najis atau terkena najis, merupakan benda padat,
kesat, dan bukan benda yang dihormati.

 Adab Buang Hajat


Dalam Islam, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan
saat buang hajat. Antara lain sebagai berikut:
1. Istibra, yaitu mengeluarkan kotoran yang tersisa di dalam
makhraj, baik itu air kencing maupun kotoran, sampai dirasa tidak
ada lagi kotoran yang tersisa.
2. Diharamkan buang hajat di atas kuburan. Alasan
mengenai pendapat ini karena kuburan adalah tempat di mana
orang bisa mengambil nasihat dan pelajaran. Maka, termasuk
adab sangat buruk jika seseorang justru membuka aurat di atas
kuburan dan mengotorinya.
3. Tidak boleh membuang hajat pada air yang tergenang.
Diriwayatkan dari Jabir, Rasulullah SAW melarang kencing pada air
yang tergenang (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan yang lainnya).
4. Dilarang buang hajat di tempat-tempat sumber air,
tempat lalu lalang manusia, dan tempat bernaung mereka.
Pendapat ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW dalam sebuah
hadits.Rasulullah SAW bersabda: "Berhati-hatilah kalian dari dua
hal yang dilaknat (oleh manusia." Para sahabat bertanya, "Apa
yang dimaksud dengan dua penyebab orang dilaknat?" Beliau
menjawab, "Orang yang buang hajat di jalan yang biasa dilalui
manusia atau di tempat yang biasa mereka bernaung." (HR.
Muslim dan Abu Dawud).
5. Dilarang buang hajat dengan menghadap atau
membelakangi kiblat.
6. Dimakruhkan bagi orang yang membuang hajat untuk
melawan arah angin. Sebab, dikhawatirkan adanya percikan air
kencing yang membuatnya terkena najis.

7. Dimakruhkan bagi orang yang sedang buang hajat untuk


berbicara. Namun, apabila memang ada kebutuhan maka
diperbolehkan untuk berbicara, seperti meminta gayung untuk
membersihkan najis.
8. Dimakruhkan menghadap matahari dan bulan secara
langsung. Sebab, keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran
Allah SWT dan nikmat-Nya bermanfaat bagi seluruh alam semesta.
9. Dianjurkan untuk istinja dengan tangan kiri. Sebab,
tangan kanan digunakan untuk makan dan sebagainya.
 Syarat istinja dengan batu
Dalam Kitab Safinah (Safinatun Najah) karya Syekh Salim bin
Samir Al-Hadhrami, syarat boleh menggunakan batu untuk
beristinja (bersuci) ada delapan, yaitu:
1. Menggunakan tiga batu.
2. Mensucikan tempat keluar najis dengan batu tersebut.
3. Najis tersebut tidak kering.
4. Najis tersebut tidak berpindah.
5. Tempat istinja tersebut tidak terkena benda yang lain
sekalipun tidak najis.
6. Najis tersebut tidak berpindah tempat istinja (lubang
kemaluan belakang dan kepala kemaluan depan) .
7. Najis tersebut tidak terkena air .
8. Batu tersebut suci.
F. Klasifikasi air ala Madzhab Syafi’iyah An-nadliyah
Jika pada kehidupan sehari-hari kita mengenal fungsi air salah satunya
adalah untuk membersihkan badan, dalam Islam ternyata tidak dapat disebut
sebagai air suci. Ada pembagian macam-macam air yang terbagi menjadi
empat bagian diantaranya: air suci dan menyucikan, air musyammas (air yang
terkena langsung atau efek dari sinar matahari), air suci tidak mensucikan (air
musta’mal), dan air mutanajjis.
Pembagian di atas adalah pembagian yang telah disepakati oleh
mayoritas ulama (jumhur al-ulama’). Masing-masing dari pembagian di atas
berdasarkan pada dalil-dalil hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Di
antara hadis-hadis tersebut ialah hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari berikut ini:
ُ ‫ « َد‬:‫سلَّ َم‬
ُ‫عوه‬ َ ُ‫صلَّى اﻟله‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫ فَقَا َل ﻟَ ُه ُم اﻟنَّب‬،‫اس‬ ٌّ ِ‫ام أَع َْراب‬
ُ َّ‫ فَتَن ََاوﻟَهُ اﻟن‬،ِ‫ي فَبَا َل فِي اﻟ َمس ِْجد‬ َ َ‫ ق‬:َ‫قَال‬
َ‫ َوﻟَ ْم ت ُ ْبعَثُوا ُم َع ِس ِرين‬، َ‫ فَإِنَّ َما بُ ِعثْت ُ ْم ُميَ ِس ِرين‬، ٍ‫ أ َ ْو َذنُوباا ِم ْن َماء‬،ٍ‫جًْل ِم ْن َماء‬ ‫س ا‬َ ‫علَى بَ ْو ِﻟ ِه‬
َ ‫َوه َِريقُوا‬

“Abu Hurairah berkata: “seorang Arab Badui berdiri lalu kencing di masjid, lalu
orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi SAW pun bersabda kepada mereka,
biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba atau seember
air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberikan kemudahan bukan untuk
memberikan kesulitan.”
Di dalam kajian fiqih, air yang volumenya tidak mencapai dua qullah
disebut dengan air sedikit. Sedangkan air yang volumenya mencapai dua qullah
atau lebih disebut air banyak. Para ulama madzhab Syafi’i menyatakan bahwa
air dianggap banyak atau mencapai dua qullah apabila volumenya mencapai
kurang lebih 192,857 kg. Bila melihat wadahnya volume air dua qullah adalah
bila air memenuhi wadah dengan ukuran lebar, panjang dan dalam masing-
masing satu dzira’ atau kurang lebih 60 cm (lihat Dr. Musthofa Al-Khin dkk, Al-
Fiqh Al-Manhaji, (Damaskus: Darul Qalam, 2013), jil. 1, hal. 34).
1. Air suci dan menyucikan
Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa
digunakan untuk bersuci. Air ini oleh para ulama fiqih disebut dengan
air mutlak. Menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi ada 7 (tujuh) macam air
yang termasuk dalam kategori ini. Beliau mengatakan:
,‫ وماء اﻟعين‬،‫ وماء اﻟبئر‬،‫ وماء اﻟنهر‬،‫ وماء اﻟبحر‬،‫ ماء اﻟسماء‬:‫اﻟمياه اﻟتي يجوز اﻟتطهير بها سبع مياه‬
‫ وماء اﻟبرد‬،‫وماء اﻟثلج‬
“Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air hujan, air
laut, air sungai, air sumur, air mata air, dan air salju, dan air dari hasil hujan
es.“ Ketujuh macam air itu disebut sebagai air mutlak selama masih pada sifat
asli penciptaannya. Bila sifat asli penciptaannya berubah maka ia tak lagi
disebut air mutlak dan hukum penggunaannya pun berubah. Hanya saja
perubahan air bisa tidak menghilangkan kemutlakannya apabila perubahan itu
terjadi karena air tersebut diam pada waktu yang lama, karena tercampur
sesuatu yang tidak bisa dihindarkan seperti lempung, debu, dan lumut, atau
karena pengaruh tempatnya seperti air yang berada di daerah yang
mengandung banyak belerang (lihat Dr. Musthofa Al-Khin dkk, Al-Fiqh Al-
Manhaji, (Damaskus: Darul Qalam, 2013), jil. 1, hal. 34). Secara ringkas air
mutlak adalah air yang turun dari langit atau yang bersumber dari bumi
dengan sifat asli penciptaannya.
2.Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar
matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam
selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga. Air ini hukumnya
suci dan menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai untuk bersuci.
Air ini juga makruh digunakan bila pada anggota badan manusia atau
hewan yang bisa terkena kusta seperti kuda, tetapi tak mengapa bila
dipakai untuk mencuci pakaian atau lainnya. Meski demikian air ini
tidak lagi makruh dipakai bersuci apabila telah dingin kembali.

BAB III
SHALAT

A. Pengertian Shalat
Dalam buku yang bertajuk Misteri Kedua Belah Tangan dalam
Salat, Zikir, dan Doa yang ditulis DR KH Badruddin Hasyim Subky, M HI,
akar kata sholat adalah shalla sholattun yang berarti wa aqimushshalata
da'aa'. Kata shalla memiliki arti doa dan kata shalat artinya mendirikan
sholat.
Kata shalla jika dibaca menjadi 'shalallahu 'alaih' yang
mengandung makna semoga Allah SWT memberikan rahmat atau
keberkahan kepada hambaNya. Sholat berasal dari bahasa Arab yang
berarti doa, dan doa adalah sebuah permohonan.

Pengertian sholat secara bahasa juga termaktub dalam firman


Allah QS At Taubah ayat 103,

‫س ِمي ٌع‬ َ ُ‫س َك ٌن ﻟَ ُه ْم ۗ َواﻟلَّه‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم ۖ إِ َّن‬


َ َ‫ص ًَلتَك‬ َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِه ْم بِ َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِﻟ ِه ْم‬
َ ُ ‫ص َدقَةا ت‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ
Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Makna sholat secara istilah fiqhiyah adalah dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan bacaan salam. Para ulama juga
mendefinisikan sholat menurut istilah dalam ilmu syariah.
"Serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, dikerjakan dengan niat dan syarat-
syarat tertentu," tulis Ahmad Sarwat, Lc, MA dalam buku berjudul Shalat
li-Hurmatil-Waqti.
Definisi secara syar'i juga tertulis dalam surat An Nisa ayat 103
yang berbunyi:

ۚ َ ‫ص ًَلة‬َّ ‫اط َمأْنَ ْنت ُ ْم فَأَقِي ُموا اﻟ‬


ْ ‫علَ ٰى ُجنُوبِ ُك ْم ۚ فَإ ِ َذا‬
َ ‫ص ًَلة َ فَا ْذ ُك ُروا اﻟلَّهَ قِيَا اما َوقُعُوداا َو‬
َّ ‫ض ْيت ُ ُم اﻟ‬
َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
ُ
‫على اﻟ ُمؤْ ِمنِينَ ِكت َاباا َم ْوقوتاا‬ْ َ َ ‫َت‬ ْ ‫ص ًَلة َ َكان‬ َّ ‫إِ َّن اﻟ‬

Artinya: "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),


ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu
adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman."
B.Tujuan Shalat
Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan
manusia. Karena sholat adalah amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat
kelak. Oleh karena itu sholat merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas
baik itu diperintahkan maupun dilarang Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan
dengan Allah sebagai Tuhan penciptannya yang disebut habluminallah
sedangkan aktifitas yang berhubungan dengan manusia disebut
habluminannas.
Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal
kebaikan dan menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah
dan salah satunnya adalah sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan
dari kehidupan di dunia inilah penentu kehidupan kita selanjutnya yaitu
kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal selamannya. Amalan
perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun neraka
yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya.
Al Quran Surah Al Baqarah ayat 45

َ‫علَى ْاﻟخَا ِشعِين‬


َ َّ‫يرة ٌ إِال‬
َ ِ‫صًلَةِ َو ِإنَّ َها ﻟَ َكب‬ َّ ‫َوا ْست َ ِعينُواْ ِباﻟ‬
َّ ‫صب ِْر َواﻟ‬
Artinya : ”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (QS.
Al Baqoroh : 45).

C.Kedudukan Shalat
Dalam islam, shalat wajib terdiri dari 5 waktu yaitu subuh, dhuhur,
ashar, maghrib, dan isya’ yang di dalamnya memiliki berkah berkah masing
masing dan kerugian bagi yang tidak melaksanakan. Shalat menjadi jalan untuk
mengingat sejenak dan berdoa kepada Allah, ketika sedang bekerja atau dalam
kesibukan yang padat, dengan shalat akan membuat hati dan pikiran menjadi
tenang dan lebih segar, yang tentunya akan membuat seseorang lebih
bersemangat ketika kembali melanjutkan pekerjaan. Shalat juga merupakan
salah satu ujian bagi umat mukmin, apakan ia mampu istiqomah
menjalankannya dalam keadaan apapun.Allah menjunjung tinggi amal ibadah
shalat ini, berikut 15 kedudukan shalat dalam islam.
1. Tiang Agama
“Pokok perkara adalah islam, tiangnya adalah shalat”. (HR Tirmidzi
2616). Tiang berarti dasar utama sebuah bangunan, jika dasar
tersebut rusak maka hancurlah bangunan tersebut. Begitu pula
dengan shalat, jika seorang mukmin mampu menjalankan shalat
dengan khusyu’ dan istiqomah InsyaAllah akan memiliki dasar yang
kuat dalam kehidupan sehari hari, ia akan hidup sesuai syariat islam,
dalam petunjuk Allah, dan jalan yang lurus.
2. Amalan yang Pertama Kali Dihisab
Di hari kiamat nanti ketika semua makhluk dihitung amal nya,
yang pertama kali dilihat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka
keseluruhan dari amal perbuatannya dianggap baik, sebab itu
hendaklah senantiasa menjalankan shalat wajib 5 waktu agar
memiliki bekal utuk kehidupan akherat kelak, hal ini dijelaskan secara
nyataa dalam sebuah hadist, dariAbu Hurairah Rasulullah bersabda
“amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya, apabila shalatnya baik maka dia akan mendapat
keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan
menyesal dan merugi”
3. Rukun Islam Kedua
Sebagaimana kita ketahui bahwa rukun islam yang pertama
adalah membaca syahadat, yang kedua adalah shalat seperti hadist
berikut : “…rukun islam kedua yaitu mendirikan shalat…”. (HR Bukhari
: 8), jika shalat tidak dijalankan sama saja tidak menjadi umat mukmin
yang sempurna sebab tidak menjalankan kewajiban dasar (rukun)
islam.
4. Diwajibkan Langsung Tanpa Perantara
Allah memberi wahyu pada nabi Muhammad SAW untuk
menyampaikan perintah kepada segenap umat muslim bahwa shalat
adalah kewajiban, Allah menyampaikan perintah tersebut secara
langsung kepada Rasululllah ketika Isra’ dan Mi’raj tanpa perantara
malaikat Jibril. Hal itu menunjukkan pentingnya ibadah shalat dimana
Allah langsung yang menyampaikan perintah tersebut.

5. Ciri Orang Bertaqwa


Shalat merupakan kewajiban merata bagi umat muslim, setiap
manusia diperintahkan untuk menyampaikan dan senantiasa saling
mengingatkan untuk menjalankannya, dalam keluarga misalnya,
seorang suami bertanggung jawab atas ibadah shalat istri dan anak
anak nya kelak, wajib bagi nya untuk memastikan keluarga nya
menjalankan ibadah shalat sebagai wujud dan cara meningkatkan
iman dan taqwa kepada Allah seperti firman Nya berikut, “dan
perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Dan akibat yang baik itu
adalah bagi orang yang bertaqwa”. (QS Thaha : 132).
6. Diperingan Oleh Allah
Awalnya Allah mewajibkan shalat sebanyak 50 rakaat dalam
sehari, ini menunjukkan bahwa Allah amat menyukai ibadah shalat.
Kemudian Allah memberi keringanan dengan menurunkan menjadi
shalat 5 waktu dalam sehari semalam, tetapi shalat tersebut tetap
dihitung sebanyak pahala 50 shalat, ini menunjukkan betapa
mulianya kedudukan shalat di sisi Allah. Shalat 5 waktu tidaklah
membutuhkan waktu yang lama, hendaknya kita senantiasa bisa
menjalankannya tepat waktu sebab Allah senantiasa mengingat
hamba yang mengingat Nya pula.
7. Dipuji Oleh Allah
“dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan
zakat, ia adalah orang yang di ridhai di sisi Rabb Nya”. (QS Maryam :
55). Allah menyukai orang yang teguh dalam menjalankan shalat,
shalat sama halnya dengan berdoa dimana semua bacaan di
dalamnya adalah memohon perlindungan dan kebaikan kepada Allah,
Allah akan memberi ridha pada setiap urusannya.

8. Terhindar Dari Sesat


Iblis senang melihat manusia dalam kondisi sesat, sebagai umat
muslim tidak selayaknya terpengaruh oleh tipu daya iblis, umat
muslim wajib memiliki landasan keimanan kuat yang tidak mudah
lengah oleh godaan, dengan shalat, seseorang akan dilindungi dari
bisikan syetan dan terhindar dari jalan yang sesat, orang yang tidak
menjalankan shalat akan hidup dalam kebimbangan karena jauh dari
petunjuk Nya, Allah menjelaskan dalam firman Nya “maka datanglah
sesudah mereka pengganti orang yang menyia nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsu mereka, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan”. (QS Maryam : 59).
9. Wasiat Rasulullah
Rasulullah dalam setiap kesempatan senantiasa mengingatkan
umat nya untuk istiqomah menjalankan shalat dengan
menyampaikan pesan : “jagalah shalat kalian”. (HR Ahmad 6/290).
Menjaga artinya selalu melaksanakan, dalam kondisi sehat atau sakit,
muda atau tua, di rumah atau dalam kondisi bepergian, bahkan
dalam kondisi perang pun shalat tetap wajib dijalankan

10. Perkara yang Terakhir Hilang


Jika shalat telah hilang, maka hilang pula agama secara
keseluruhan. “Tali islam akan putus seutas demi seutas, setiap kali
terputus manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal
terputus adalah hukumnya, dan yang paling terakhir adalah shalat”.
(HR Ahmad 5/251).
Penjelasan dari hadis tersebut ialah, ketika seeorang muslim terputs
dari hukum islam, ia masih disebut sebagai umat islam, tetapi ketika ia
putus shalat, maka putuslah agamanya atau disebut dengan kafir.
Seseorang yang mengaku beragama muslim tetapi tidak menjalankan
shalat maka tidak dianggap sebagai umat islam.

11. Kewajiban Sejak Anak Anak


“Perintahkan anak anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika
mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika mereka berumur 10 tahun
dan tidak mau menjalankan shalat”. (HR Abu Daud 495). Hadist di atas
menegaskan bahwa shalat harus dibiasakan sejak kecil, hal ini
merupakan kewajiban orang tua, ketika anak masih kecil wajib diajarkan
dan diberi teladan untuk menjalankan shalat 5 waktu agar ketika dewasa
nantinya dia menjalankan dengan istiqomah dan memiliki dasar iman
yang kuat. Selain itu kewajiban muslim terhadap muslim lainnya adalah
saling mengingatkan dalam hal kebaikan.
12. Tidak Bisa Digantikan
Terkadang manusia dalam kondisi lalai, misalnya dalam kondisi
sangat lelah dan tertidur hingga bangun melewati waktu subuh dan
lupa menjalankan shalat subuh, maka dia tetap wajib mengganti shalat
tersebut langsung ketika dia ingat jam berapapun dia bangun, hal ini
wajib seperti dalam hadist berikut “Barang siapa yang lupa shalat atau
tertidur, maka tebebusannya ialah shalat ketika ia ingat”. (HR Muslim
no 684). Allah maha pengampun, tentunya dalam kondisi yang tidak
disengaja Allah memberi keringanan, tetapi hal tersebut tidak
selayaknya menjadi kebiasaan, umat muslim harus menjalankan shalat
wajib tepat waktu sebab sudah menjadi kewajiban. Sesuatu yang rutin
dilaksanakan tentu akan terasa kurang atau mengganjal jika tidak
dilakukan.

13. Dalam Keadaan Apapun


“Jika kau takut ada bahaya maka shalatlah sambil berjalan kaki
atau berkendaraan”. (QS Al Baqarah 238). Shalat tetap wajib dijalankan
walaupun berada dalam perjalanan atau situasi yang tidak aman, boleh
dilakukan dengan cara cara yang dijelaskan syariat islam seperti hadist
di atas yaitu dijalanan dengan berjalan kaki atau berkendara jika kondisi
tidak memungkinkan untuk berhenti.
Tentu akan memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah karena mampu
menjalankan perintah Nya dengan istiqomah.

14. Mendapat Pertolongan Allah


“Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat”.
(Al Baqarah : 153). Manusia senantiasa diuji Allah baik dengan
kesenangan atau kedukaan, dengan ujian tersebut akan dinilai oleh
Allah siapa hamba Nya yang memiliki amal terbaik, apapun yang kita
alami baik dalam kondisi lapang atau sempit, shalat tetaplah menjadi
kewajiban utama, ketika dalam kondisi lapang kita wajib shalat sebagai
bentuk syukur kepada Allah, ketika kondisi sempit pun kita wajib shalat
agar Allah memberikan ketenangan dan pertolongan. Orang yang
mengingat Allah ketika senang akan diingat dan diberi petunjuk pula
oleh Allah ketika dalam kondisi sempit.
15. Penyebab Masuk Neraka Jika Ditinggalkan
Hidup di dunia hanyalah sementara untuk mencari bekal hidup di
akherat yang pasti berjalan selama lamanya, begitu banyak
diriwayatkan dalam Al Qur’an orang orang yang menyesal tidak
menjalankan shalat ketika di dunia dan memohon agar dikembalikan ke
dunia agar bisa memperbaiki amal perbuatannya, tentu tidak akan
mungkin sebab ketika manusia telah kehilangan nyawa maka
kehilangan kesempatan untuk beribadah.
D.Syarat Syah Shalat
1. Beragama Islam
2. Sudah baligh dan berakal.
3. Suci dari hadast atau najis.
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian, dan tempat.
5. Menutup aurat.
6. Sudah memasuki waktu yang ditentukan untuk masing-masing
shalat fardhu.
7. Menghadap kiblat.
8. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah
E.Rukun Shalat
.1. Berdiri bagi yang mampu.
2.Membaca niat shalat fardhu dari dalam hati.
3.Takbiratul ihram.
4.Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat.
5.Ruku’ dengan tuma’ninah.
6.I’tidal dengan tuma’ninah.
7.Sujud dengan tuma’ninah.
8.Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah.
9.Duduk tasyahud akhir.
10.Membaca tasyahud akhir.
11.Membaca sholawat nabi.
12.Salam.
13.Tertib.
F.Hal-hal yang membatalkan shalat
1. Jika salah satu syarat atau rukun shalat tidak dikerjakan atau
sengaja tidak dikerjakan.
2. Menambah rukun berupa perbuatan.
3. Terkena najis yang tidak dimaafkan.
4. Aurat terbuka.
5. Membelakangi kiblat.
6. Berkata-kata dengan sengaja.
7. Mengubah niat sholat.
8. Mendahului imamnya dua rukun (jika sholat berjamaah)
9. Makan atau minum saat sholat.
10.Tertawa terbahak-bahak.
11.Bergerak berturut-turut tiga kali atau lebih.
12.Murtad.
G.Hal yang makruh dalam shalat
1. Memejamkan kedua mata
2. Menoleh tanpa keperluan
3. Meletakkan tangan dilantai ketika sujud
4. Banyak melakukan hal yang sia-sia
H.Sunnah-sunnah Shalat
 Sunah Ab’adh
Sunnah ab'ad adalah Sunnah yang apabila tidak dikerjakan
harus mengganti dengan sujud sahwi.
1. Duduk tasyahud awal
2. Bacaan tasyahud awal, mulai at-Tahiyatu lillaah... sampai wa
asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh,
3. Bacaan shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
setelah membaca tasyahud awal. Yaitu membaca Allahumma
shalli ‘ala Muhammad.
4. Bacaan shalawat untuk keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam setelah membaca tasyahud akhir. Mulai wa ‘ala Aali
Muhammadsampai innaka hamidum majid.
5. Qunut ketika i’tidal di rakaat kedua shalat subuh dan ketika
witir pasca pertengahan ramadhan.
6. Berdiri ketika qunut.

 Sunnah Hai’ah
Sunnah Hai'ah adalah amalan sunnah dalam Shalat Fardhu
yang jika tertinggal karena lupa atau sengaja ditinggalkan, maka
Sholatnya tetap sah dan tidak perlu sujud sahwi.
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram
2. Mengangkat kedua tangan ketika hendak ruku’
3. Mengangkat kedua tangan ketika (bangun) dari
ruku’(i’tidal)
4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (ketika berdiri
setelah takbiratul ihram).
5. Membaca Aamiin dan ayat Al Qur’an setalah Al Fatihah
6. Salam kedua, yaitu menoleh kearah kiri dengan membaca
salam.
I. Macam-macam Shalat
1. Sholat rawatib
Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu, baik
sebelum maupun setelahnya. Sholat yang dikerjakan sebelum sholat fardu
dinamakan sunnah qabliyah. Sedangkan sholat yang dikerjakan setelah sholat
fardhu disebut sunnah badiyah.
Secara umum, sholat sunnah rawatib terdiri dari dua rakaat sebelum sholat
subuh, dua rakaat sebelum sholat dzuhur, dua rakaat sesudah sholat dzuhur,
dua rakaat sesudah sholat maghrib, dan dua rakaat sesudah sholat isya.
Berikut haditsnya,
ُّ ‫ت قَ ْب َل‬
‫اﻟظ ْه ِر َو َر ْك َعتَي ِْن‬ ٍ ‫سنَّ ِة بَنَى اﻟلَّهُ ﻟَهُ بَ ْيتاا فِي ْاﻟ َجنَّ ِة أ َ ْربَعِ َر َك َعا‬ُّ ‫ع ْش َرة َ َر ْك َعةا ِمنَ اﻟ‬
َ ‫علَى ثِ ْنت َ ْى‬
َ ‫َم ْن ثَابَ َر‬
ْ
‫َاء َو َر ْكعَتَي ِْن قَ ْب َل اﻟفَجْ ِر‬ ْ
ِ ‫ب َو َر ْكعَتَي ِْن بَ ْع َد اﻟ ِعش‬ ْ
ِ ‫بَ ْع َدهَا َو َر ْكعَتَي ِْن بَ ْع َد اﻟ َم ْﻐ ِر‬
Artinya: "Siapa saja yang terbiasa menunaikan sholat sunnah 12 rakaat, Allah
SWT akan membuatkannya rumah di surga yaitu: empat rakaat sebelum zuhur,
dua rakaat setelahnya, dua rakaat usai maghrib, dua rakaat setelah isya, dan
dua rakaat sebelum subuh." (HR Tirmidzi).
2. Sholat tahiyatul masjid
Sholat tahiyatul masjid adalah sholat sunnah dua rakaat yang dilakukan
ketika memasuki masjid sebelum duduk, terutama saat sholat Jumat. Sholat ini
dilakukan sebagai penghormatan terhadap masjid.
Berikut haditsnya seperti diceritakan Dari Abu Qatadah RA,
َ ‫إِ َذا َد َخ َل أ َ َح ُد ُك ْم ْاﻟ َمس ِْج َد فَ ْليَ ْر َك ْع َر ْكعَتَي ِْن قَ ْب َل أ َ ْن يَجْ ِل‬
‫س‬
Artinya: "Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk
sehingga sholat dua rakaat." (HR Bukhari dan Muslim).
3. Sholat taubat
Sholat taubat adalah sholat sunnah yang dikerjakan seorang muslim yang
ingin bertaubat atas perbuatan dosa yang telah dilakukan. Sholat taubat
dilakukan sebanyak dua rakaat tanpa ada waktu khusus.
Berikut hadits tentang sholat taubat,
« ‫ ث ُ َّم‬.» ُ‫غفَ َر اﻟلَّهُ ﻟَه‬
َ َّ‫ص ِلى َر ْكعَتَي ِْن ث ُ َّم يَ ْست َ ْﻐ ِف ُر اﻟلَّهَ إِال‬
َ ُ‫ور ث ُ َّم يَقُو ُم فَي‬ ُّ ‫ب َذ ْنباا فَيُحْ ِس ُن‬
َ ‫اﻟط ُه‬ ُ ِ‫ع ْب ٍد يُ ْذن‬
َ ‫َما ِم ْن‬
ِ ‫س ُه ْم ذَ َك ُروا اﻟلَّهَ) إِﻟَى‬
‫آخ ِر اآليَ ِة‬ َ ُ‫ظلَ ُموا أ َ ْنف‬ َ ‫شةا أ َ ْو‬ ِ َ‫(واﻟَّذِينَ إِ َذا فَعَلُوا ف‬
َ ‫اح‬ َ َ‫قَ َرأ َ َه ِذ ِه اآليَة‬.
Artinya: "Tidak ada seorang hamba pun yang melakukan dosa, lalu dia bersuci
dengan baik selanjutnya berdiri lalu melakukan shalat dua raka'at, kemudian
memohon ampun kepada Allâh, kecuali Allâh pasti akan mengampuninya.
Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya), "Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allâh," sampai akhir ayat. (HR Abu Dawud).
4. Sholat istikharah
Sholat istikharah adalah sholat sunnah dua rakaat untuk memohon
pertolongan kepada Allah dalam menunjukkan pilihan terbaik di antara dua
pilihan. Waktu yang afdhal untuk mengerjakan sholat istikharah adalah malam
hari.
Disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Jabir RA, Rasulullah SAW
mengajarkan umatnya sholat istikharah untuk segala urusan. Berikut
haditsnya,
‫آن‬ِ ‫ورة َ ِم ْن ْاﻟقُ ْر‬
َ ‫س‬ ِ ‫َارة َ فِي ْاْل ُ ُم‬
ُّ ‫ور ُك ِل َها َك َما يُ َع ِل ُمنَا اﻟ‬ َ ‫سلَّ َم يُ َع ِل ُمنَا ِاال ْستِخ‬ َ ُ‫صلَّى اﻟلَّه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫سو ُل اﻟلَّ ِه‬
ُ ‫َكانَ َر‬
ُ
‫ض ِة ث َّم ِﻟيَقُ ْل‬ ْ ْ َ ْ َ
َ ‫يَقُو ُل ِإ َذا َه َّم أ َح ُد ُك ْم بِاْل ْم ِر فَليَ ْر َك ْع َر ْك َعتَي ِْن ِم ْن‬
َ ‫غي ِْر اﻟفَ ِري‬
Artinya: Rasulullah SAW mengajari kami shalat istikharah dalam setiap perkara
atau urusan yang kami hadapi, sebagaimana Beliau mengajarkan kami suatu
surat dari al-Qur'an. Beliau berkata: "Jika salah seorang di antara kalian berniat
dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua rakaat yang bukan shalat
wajib, kemudian berdoalah." (HR Al-Bukhari).
5. Sholat fajar
Sholat fajar adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum sholat subuh,
tepatnya setelah adzan subuh berkumandang. Sholat fajar dikerjakan sebanyak
dua rakaat. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa mengerjakan sholat
fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. Salah satunya dalam hadits yang
bersumber dari Aisyah RA,
َّ َ‫ﻟَ ُه َما أ َ َحبُّ ِإﻟ‬
‫ى ِمنَ اﻟ ُّد ْنيَا َج ِميعاا‬
Artinya: "Dua raka'at shalat sunnah fajar lebih kucintai daripada dunia
seluruhnya." (HR Muslim).
Selain sholat sunnah dua rakaat di atas, sahabat hikmah juga bisa mengerjakan
sholat dhuha di pagi hari dan tahajud di malam hari. Keduanya dilakukan paling
sedikit dua rakaat dan paling banyak tidak terbatas jumlahnya.
6.Sholat Dhuha
Sholat shuha merupakan sholat sunah yang dapat dikerjakan di pagi hari
sejak matahari terbit hingga mendekati pukul 12.00 yang dapat dikerjakan
minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.Keutamaan sholat dhuha juga telah
disebutkan oleh Rasulullah SAW:
"Barang siapa yang melakukan salat Dhuha dua belas rakaat, Allah SWT akan
membangunkan baginya istana dari emas di surga." (HR. Tirmidzi dan Ibnu
Majah).

BAB III
KESIMPULAN
A. Thaharah
Kebersihan yag sempurna menurut syara’ disebut Thaharah,
merupakanmasalaha yang sangat penting dalam beragama dan menjadi
pangkat dalam beribadah yang mneghantarkan manusia berhubungan
dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersesuci yang lebih baik dari pada
cara yang dilakukan oleh syari’at islam, karena syari’at islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudhu. Walaupun manusia masih
dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan shalat dan
ibadah-ibadah lainnya yang harus berwudhu, begitu juga dia harus
membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya
karena kotoran itu sangat menjijikan bagi manusia.
B. Shalat
Shalat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan
tiang agama, dengan shalat agama bisa tegak, dengan shalat pula agama
bisa runtuh. Shalat mempunyai dua unsur, yaitu dzohiriyah dan
batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasar
pada gerakan shalat itu sendiri. Sedangkan unsur yang bersifat batiniyah
adalah sifatnya tersembunyi dalam hati karea hanya Allah-lah yang
dapat menilainya.
Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga shalat fardhu
yang telah di tentukan waktunya.
Khilafiyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa
karena rujukan dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al Quran
dan Hadits, hendaknya perbedaan tersebut menjadi hikmah
keberagaman umat islam.

Anda mungkin juga menyukai