Di susun oleh :
1. Della Ananda
2. Dian Kharisma Yanti
3. Syaila El Khusna
Kelompok 3
Kelas : 1B PAI Reguler
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah beserta yang ingin kami
capai dalam pembuatan makalah ini. Maka dapat dirumuskan beberapa
pokok permasalahan yang akan penyusun sajikan di dalam makalah ini.
Salah satunya sebagai berikut :
1. Pengertian Thaharah dan Shalat
2. Pembagian Thaharah dan Shalat
3. Hal-hal lainnya yang berkaitan dengan Thaharah
dan Shalat.
BAB II
THAHARAH
A. Pengertian dan Konsep Dasar Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah
adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis
dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam. Thaharah
atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam
ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6 [5:6] Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu :
A. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri,
tempat tinggal dan lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis.
Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan, pakaian atau
tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya. QS
Al-Muddassir ayat : 4 [74:4] dan pakaianmu bersihkanlah,
B. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa
dosa dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara
membersihkannya dengan taubatan nashoha yaitu memohon ampun dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Macam-macam Alat Thaharah
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu.
Untuk bersuci misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi
kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu dan benda-benda padat
lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak ditemukan.
Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang
boleh dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.
Macam-macam air
Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah
· Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air danau/ telaga
6. Air salju
7. Air embun
QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan
kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan
setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya
telapak kaki(mu).
· Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal
untuk diminum tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh,
kopi, sirup, air kelapa dll.
· Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam
bejana selain emas dan perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci
· Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air
ini tidak boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa,
bau maupun warnanya
· Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah
berubah rasa, warna dan baunya maupun yang tidak berubah dalam
jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter menurut
ulama kontemporer).
Cara-cara Thaharah
Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti
berwudhu dan mandi junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan
menggunakan debu, tanah yaitu dengan bertayamum. Dan bisa juga
menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu masuk
kategori kayu) yaitu dengan beristinja.
Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya:
1. Najis ringan (najis mukhafafah)
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi
laki-laki yang belum makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan
umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan najis ini cukup
dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.
2. Najis sedang (najis mutawassitah)
Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air
kencing dsb. Cara membersihkannya cukup dengan membasuh atau
menyiramnya dengan air sampai najis tersebut hilang (baik rasa, bau dan
warnanya).
3. Najis berat (najis mughalazah)
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan
berdasarkan dalil yang pasti (qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara
membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang najisnya terlebih
dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah
satunya dengan tanah atau batu.
B. Wudhu
Wudhu menurut bahasa adalah bersih atau indah. Wudhu menurut
istilah syari'at islam adalah membersihkan anggota wudhu dengan air yang suci
dan mensucikan sesuai dengan syarat dan rukun tertentu bertujuan untuk
menghilangkan hadats kecil.
Syarat Wudhu
Beragama Islam.
Dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Suci dari menstruasi dan persalinan.
Tidak ada apa pun di dalam tubuh yang dapat mengubah
sifat air, seperti lipstik dan riasan.
Tidak ada yang dapat mencegah air menyentuh kulit,
seperti cat kuku, lipstik dan lain-lain.
Mengetahui mana yang sunah dan mana yang wajib.
Fardhu wudhu
(1) niat,
(2) membasuh muka,
(3) membasuh kedua tangan beserta kedua siku,
(4) mengusap sebagian kepala,
(5) membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki
(6) tertib.
Hal yang Membatalkan Wudhu
Yang membatalkan wudhu ada empat, yaitu:
1- Apa bila keluar sesuatu dari salah satu kemaluan seperti angin
dan lainnya, kecuali air mani.
2- Hilang akal seperti tidur dan lain lain, kecuali tidur dalam
keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat
duduknya, sehingga yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut
3- Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang
bukan muhrim baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit
tersebut seperti kain dll.”Mahram”: (orang yang haram dinikahi seperti
saudara kandung).
4- Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau
menyentuh tempat pelipis dubur (kerucut sekeliling) dengan telapak
tangan atau telapak jarinya.
Sunah-sunah wudhu
1. Membaca bismillah
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke wadah air
3. Berkumur
4. Menghirup air ke hidung
5. Mengusap seluruh kepala
6. Mengusap kedua telinga luar dalam dengan air baru
7. Menyisir jenggot tebal dengan jari
8. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki, mendahulukan bagian
kanan baru kemudian kiri
9. Menyucikan masing-masing tiga kali
10. Muwalat (tidak terputus)
C. Mandi
Menurut bahasa yaitu al-ghasl atau al-ghusl (ﻞْﺴَﻐﻟا- )ﻞْﺴُﻐﻟاyang berarti
mengalirnya air pada sesuatu. Menurut istilah yaitu meratakan air pada
seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung jari kaki disertai dengan niat
sesuai dengan keperluannya, mungkin untuk menghilangkan hadats besar atau
mandi sunnah.
Jenis-jenis Mandi dalam Islam
1. Mandi wajib
Mandi wajib dikenal juga dengan sebutan mandi besar atau
mandi junub. Hukum mandi wajib dalam Islam adalah wajib bagi
seorang Muslim yang berakal sehat. Artinya, mandi wajib harus
dilakukan serta akan mendapat pahala saat dikerjakan dan
berdosa jika ditinggalkan.Terdapat sejumlah alasan atau keadaan
yang mengharuskan seorang Muslim melakukan mandi wajib.
Berikut sebab-sebab seseorang harus mandi wajib, dikutip dari
buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap karya Drs. Abu Bakar:
Karena selesai haid
Karena selesai nifas (tepatnya setelah selesai
berhentinya darah yang keluar sesudah melahirkan)
Karena bersetubuh
Karena keluar air mani
Ada sejumlah tata cara mandi wajib seperti dikutip dari situs
Nadhlatul Ulama. Berikut tata cara mandi wajib mulai dari masuk
hingga keluar dari kamar mandi.
Saat masuk ke kamar mandi ambil air lalu basuhkan tangan
sebanyak tiga kali.
Bersihkan segala kotoran yang menempel pada badan.
Berwudu seperti hendak salat.
Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali sambil
membaca niat mandi wajib.
Mengguyur tubuh bagian kanan sebanyak tiga kali dan
diikuti bagian tubuh sebelah kiri.
Jangan lupa menggosok seluruh bagian tubuh sebanyak tiga
kali termasuk sela-sela rambut. Pastikan air mengalir ke
seluruh lipatan kulit dan pangkal rambut.
2. Mandi Sunah
Mandi sunah adalah menyucikan seluruh tubuh yang
tidak bersifat wajib. Seperti namanya, hukum mandi sunah
adalah sunah yang artinya mendapat pahala saat dikerjakan,
tapi tidak apa-apa atau tidak mendapat dosa saat tidak
dikerjakan.Mandi sunah biasanya dilakukan saat akan
melakukan ibadah tertentu seperti ibadah salat Jumat, ibadah
salat gerhana, dan memasuki bulan Ramadan.
Ada beberapa jenis mandi dalam Islam yang disunahkan.
Berikut beberapa jenis mandi sunah yang bisa dilakukan:
Mandi untuk salat Jumat
Mandi sebelum salat Ied di Hari Raya Idul Fitri dan
Idul Adha
Mandi hendak melakukan ibadah salat istiqo'
(salat meminta hujan)
Mandi hendak melakukan ibadah salat gerhana
matahari
Mandi hendak melakukan ibadah salat gerhana
bulan
Mandi sehabis memandikan mayat
Mandi bagi mualaf atau orang yang masuk Islam
Mandi setelah sembuh dari gila
Mandi hendak melakukan ihram (ibadah haji atau
umrah)
Mandi hendak masuk ke kota Makkah
Mandi sebelum wuquf di Arafah
Mandi hendak menginap di Muzdalifah
Mandi hendak melempar jumroh
Mandi hendak tawaf
Mandi hendak sa'i (mendaki bukit Shafa dan
Marwah sebanyak tujuh kali)
Mandi sebelum masuk kota Madinah
D. Tayamum
Tayamum (bahasa Arab: )تيممmengacu pada tindakan menyucikan diri
tanpa menggunakan air dalam Islam, yaitu dengan menggunakan pasir atau
debu. Secara literal atau bahasa, tayamum bermakna al-qashd, wa al-tawajjuh
(maksud dan mengarahkan). Tayamum dilakukan sebagai pengganti wudu atau
mandi wajib.
Dalam melakukan tayamum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu cara bertayamum, syarat-syarat bertayamum, rukun-rukun bertayamum,
yang membatalkan bertayamum, sunah-sunah bertayamum, dan hal yang
makruh saat bertayamum.
Cara tayamum:
1. Berniat
2. Membaca bismillah
3. Memukulkan kedua tangan ke atas tamah satu kali pukulan
4. Mengusap wajah seperti saat berwudu dengan air
5. Mengusap telapak tangan dan tangan seperti saat berwudu
dengan air
Syarat tayamum:
1. Tidak ada air
2. Dengan tanah yang suci
3. Mubah
4. Berdebu
5. Bukan dengan abu
Rukun-rukun tayamum:
1. Mengusap seluruh wajah
2. Mengusap kedua tangan sampai ke pergelangan tangan
3. Berurutan dan berkesinambungan
Hal-hal yang membatalkan tayamum:
1. Seluruh yang membatalkan wudu
2. Ada air
3. Sakit
Sunah dalam tayamum:
1. Berurutan dan berkesinambungan untuk bertayamum dari
hadas besar
2. Mengakhirkan bertayamum sampai ke akhir waktu
3. Membaca doa setelah wudhu saat bertayamum
Hal yang membuat makruh tayamum adalah saat terus menerus
memukul-mukulkan tangan ke tanah.
E. Istinja’
Dalam ilmu fiqih, istinja adalah membersihkan sesuatu (najis) yang
keluar dari qubul atau dubur menggunakan air atau batu dan benda sejenisnya
yang bersih dan suci. Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat
Madzhab Jilid 1 menjelaskan, istilah ini disebut juga dengan istithabah atau
istijmar.Hanya saja, istijmar biasanya dikhususkan untuk istinja dengan batu.
Istijmar sendiri diambil dari kata al-jimar yang berarti kerikil kecil. Sedangkan,
disebut juga dengan istithabah karena dampak yang ditimbulkannya
(membersihkan kotoran) membuat jiwa terasa nyaman.
Dalam pendapat lain sebagaimana dijelaskan oleh Rosidin dalam buku
Pendidikan Agama Islam, kata istinja berasal dari akar kata naja' yang artinya
bebas dari penyakit (kotoran). Jadi, disebut istinja karena orang yang beristinja
berusaha bebas dari penyakit dan menghilangkan penyakit tersebut.
Hukum Istinja
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi mengatakan istinja
hukumnya fardhu. Ulama Hanafiyah berkata bahwa hukum istinja
atau aktivitas lain yang menggantikan kedudukannya seperti
istijmar adalah sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun
perempuan. Sementara itu, Hasan ibn Salim al-Kaf dalam al-
Taqrirat al-Sadidah sebagaimana dijelaskan Rosidin membagi
hukum istinja menjadi 6 jenis. Antara lain sebagai berikut:
1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah
najis yang kotor lagi basah. Seperti air seni, madzi, dan kotoran
manusia.
2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah
najis yang tidak kotor. Contohnya cacing.
3. Mubah: Jika beristinja dari keringat.
4. Makruh: Istinja hukumnya makruh jika yang keluar adalah
kentut.
5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda
hasil ghashab. Istinja hukumnya haram dan tidak sah jika beristinja
dengan benda yang dimuliakan seperti buah-buahan.
6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika
beristinja dengan air zam-zam.
“Abu Hurairah berkata: “seorang Arab Badui berdiri lalu kencing di masjid, lalu
orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi SAW pun bersabda kepada mereka,
biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba atau seember
air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberikan kemudahan bukan untuk
memberikan kesulitan.”
Di dalam kajian fiqih, air yang volumenya tidak mencapai dua qullah
disebut dengan air sedikit. Sedangkan air yang volumenya mencapai dua qullah
atau lebih disebut air banyak. Para ulama madzhab Syafi’i menyatakan bahwa
air dianggap banyak atau mencapai dua qullah apabila volumenya mencapai
kurang lebih 192,857 kg. Bila melihat wadahnya volume air dua qullah adalah
bila air memenuhi wadah dengan ukuran lebar, panjang dan dalam masing-
masing satu dzira’ atau kurang lebih 60 cm (lihat Dr. Musthofa Al-Khin dkk, Al-
Fiqh Al-Manhaji, (Damaskus: Darul Qalam, 2013), jil. 1, hal. 34).
1. Air suci dan menyucikan
Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa
digunakan untuk bersuci. Air ini oleh para ulama fiqih disebut dengan
air mutlak. Menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi ada 7 (tujuh) macam air
yang termasuk dalam kategori ini. Beliau mengatakan:
, وماء اﻟعين، وماء اﻟبئر، وماء اﻟنهر، وماء اﻟبحر، ماء اﻟسماء:اﻟمياه اﻟتي يجوز اﻟتطهير بها سبع مياه
وماء اﻟبرد،وماء اﻟثلج
“Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air hujan, air
laut, air sungai, air sumur, air mata air, dan air salju, dan air dari hasil hujan
es.“ Ketujuh macam air itu disebut sebagai air mutlak selama masih pada sifat
asli penciptaannya. Bila sifat asli penciptaannya berubah maka ia tak lagi
disebut air mutlak dan hukum penggunaannya pun berubah. Hanya saja
perubahan air bisa tidak menghilangkan kemutlakannya apabila perubahan itu
terjadi karena air tersebut diam pada waktu yang lama, karena tercampur
sesuatu yang tidak bisa dihindarkan seperti lempung, debu, dan lumut, atau
karena pengaruh tempatnya seperti air yang berada di daerah yang
mengandung banyak belerang (lihat Dr. Musthofa Al-Khin dkk, Al-Fiqh Al-
Manhaji, (Damaskus: Darul Qalam, 2013), jil. 1, hal. 34). Secara ringkas air
mutlak adalah air yang turun dari langit atau yang bersumber dari bumi
dengan sifat asli penciptaannya.
2.Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar
matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam
selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga. Air ini hukumnya
suci dan menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai untuk bersuci.
Air ini juga makruh digunakan bila pada anggota badan manusia atau
hewan yang bisa terkena kusta seperti kuda, tetapi tak mengapa bila
dipakai untuk mencuci pakaian atau lainnya. Meski demikian air ini
tidak lagi makruh dipakai bersuci apabila telah dingin kembali.
BAB III
SHALAT
A. Pengertian Shalat
Dalam buku yang bertajuk Misteri Kedua Belah Tangan dalam
Salat, Zikir, dan Doa yang ditulis DR KH Badruddin Hasyim Subky, M HI,
akar kata sholat adalah shalla sholattun yang berarti wa aqimushshalata
da'aa'. Kata shalla memiliki arti doa dan kata shalat artinya mendirikan
sholat.
Kata shalla jika dibaca menjadi 'shalallahu 'alaih' yang
mengandung makna semoga Allah SWT memberikan rahmat atau
keberkahan kepada hambaNya. Sholat berasal dari bahasa Arab yang
berarti doa, dan doa adalah sebuah permohonan.
C.Kedudukan Shalat
Dalam islam, shalat wajib terdiri dari 5 waktu yaitu subuh, dhuhur,
ashar, maghrib, dan isya’ yang di dalamnya memiliki berkah berkah masing
masing dan kerugian bagi yang tidak melaksanakan. Shalat menjadi jalan untuk
mengingat sejenak dan berdoa kepada Allah, ketika sedang bekerja atau dalam
kesibukan yang padat, dengan shalat akan membuat hati dan pikiran menjadi
tenang dan lebih segar, yang tentunya akan membuat seseorang lebih
bersemangat ketika kembali melanjutkan pekerjaan. Shalat juga merupakan
salah satu ujian bagi umat mukmin, apakan ia mampu istiqomah
menjalankannya dalam keadaan apapun.Allah menjunjung tinggi amal ibadah
shalat ini, berikut 15 kedudukan shalat dalam islam.
1. Tiang Agama
“Pokok perkara adalah islam, tiangnya adalah shalat”. (HR Tirmidzi
2616). Tiang berarti dasar utama sebuah bangunan, jika dasar
tersebut rusak maka hancurlah bangunan tersebut. Begitu pula
dengan shalat, jika seorang mukmin mampu menjalankan shalat
dengan khusyu’ dan istiqomah InsyaAllah akan memiliki dasar yang
kuat dalam kehidupan sehari hari, ia akan hidup sesuai syariat islam,
dalam petunjuk Allah, dan jalan yang lurus.
2. Amalan yang Pertama Kali Dihisab
Di hari kiamat nanti ketika semua makhluk dihitung amal nya,
yang pertama kali dilihat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka
keseluruhan dari amal perbuatannya dianggap baik, sebab itu
hendaklah senantiasa menjalankan shalat wajib 5 waktu agar
memiliki bekal utuk kehidupan akherat kelak, hal ini dijelaskan secara
nyataa dalam sebuah hadist, dariAbu Hurairah Rasulullah bersabda
“amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya, apabila shalatnya baik maka dia akan mendapat
keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan
menyesal dan merugi”
3. Rukun Islam Kedua
Sebagaimana kita ketahui bahwa rukun islam yang pertama
adalah membaca syahadat, yang kedua adalah shalat seperti hadist
berikut : “…rukun islam kedua yaitu mendirikan shalat…”. (HR Bukhari
: 8), jika shalat tidak dijalankan sama saja tidak menjadi umat mukmin
yang sempurna sebab tidak menjalankan kewajiban dasar (rukun)
islam.
4. Diwajibkan Langsung Tanpa Perantara
Allah memberi wahyu pada nabi Muhammad SAW untuk
menyampaikan perintah kepada segenap umat muslim bahwa shalat
adalah kewajiban, Allah menyampaikan perintah tersebut secara
langsung kepada Rasululllah ketika Isra’ dan Mi’raj tanpa perantara
malaikat Jibril. Hal itu menunjukkan pentingnya ibadah shalat dimana
Allah langsung yang menyampaikan perintah tersebut.
Sunnah Hai’ah
Sunnah Hai'ah adalah amalan sunnah dalam Shalat Fardhu
yang jika tertinggal karena lupa atau sengaja ditinggalkan, maka
Sholatnya tetap sah dan tidak perlu sujud sahwi.
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram
2. Mengangkat kedua tangan ketika hendak ruku’
3. Mengangkat kedua tangan ketika (bangun) dari
ruku’(i’tidal)
4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (ketika berdiri
setelah takbiratul ihram).
5. Membaca Aamiin dan ayat Al Qur’an setalah Al Fatihah
6. Salam kedua, yaitu menoleh kearah kiri dengan membaca
salam.
I. Macam-macam Shalat
1. Sholat rawatib
Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu, baik
sebelum maupun setelahnya. Sholat yang dikerjakan sebelum sholat fardu
dinamakan sunnah qabliyah. Sedangkan sholat yang dikerjakan setelah sholat
fardhu disebut sunnah badiyah.
Secara umum, sholat sunnah rawatib terdiri dari dua rakaat sebelum sholat
subuh, dua rakaat sebelum sholat dzuhur, dua rakaat sesudah sholat dzuhur,
dua rakaat sesudah sholat maghrib, dan dua rakaat sesudah sholat isya.
Berikut haditsnya,
ُّ ت قَ ْب َل
اﻟظ ْه ِر َو َر ْك َعتَي ِْن ٍ سنَّ ِة بَنَى اﻟلَّهُ ﻟَهُ بَ ْيتاا فِي ْاﻟ َجنَّ ِة أ َ ْربَعِ َر َك َعاُّ ع ْش َرة َ َر ْك َعةا ِمنَ اﻟ
َ علَى ثِ ْنت َ ْى
َ َم ْن ثَابَ َر
ْ
َاء َو َر ْكعَتَي ِْن قَ ْب َل اﻟفَجْ ِر ْ
ِ ب َو َر ْكعَتَي ِْن بَ ْع َد اﻟ ِعش ْ
ِ بَ ْع َدهَا َو َر ْكعَتَي ِْن بَ ْع َد اﻟ َم ْﻐ ِر
Artinya: "Siapa saja yang terbiasa menunaikan sholat sunnah 12 rakaat, Allah
SWT akan membuatkannya rumah di surga yaitu: empat rakaat sebelum zuhur,
dua rakaat setelahnya, dua rakaat usai maghrib, dua rakaat setelah isya, dan
dua rakaat sebelum subuh." (HR Tirmidzi).
2. Sholat tahiyatul masjid
Sholat tahiyatul masjid adalah sholat sunnah dua rakaat yang dilakukan
ketika memasuki masjid sebelum duduk, terutama saat sholat Jumat. Sholat ini
dilakukan sebagai penghormatan terhadap masjid.
Berikut haditsnya seperti diceritakan Dari Abu Qatadah RA,
َ إِ َذا َد َخ َل أ َ َح ُد ُك ْم ْاﻟ َمس ِْج َد فَ ْليَ ْر َك ْع َر ْكعَتَي ِْن قَ ْب َل أ َ ْن يَجْ ِل
س
Artinya: "Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk
sehingga sholat dua rakaat." (HR Bukhari dan Muslim).
3. Sholat taubat
Sholat taubat adalah sholat sunnah yang dikerjakan seorang muslim yang
ingin bertaubat atas perbuatan dosa yang telah dilakukan. Sholat taubat
dilakukan sebanyak dua rakaat tanpa ada waktu khusus.
Berikut hadits tentang sholat taubat,
« ث ُ َّم.» ُغفَ َر اﻟلَّهُ ﻟَه
َ َّص ِلى َر ْكعَتَي ِْن ث ُ َّم يَ ْست َ ْﻐ ِف ُر اﻟلَّهَ إِال
َ ُور ث ُ َّم يَقُو ُم فَي ُّ ب َذ ْنباا فَيُحْ ِس ُن
َ اﻟط ُه ُ ِع ْب ٍد يُ ْذن
َ َما ِم ْن
ِ س ُه ْم ذَ َك ُروا اﻟلَّهَ) إِﻟَى
آخ ِر اآليَ ِة َ ُظلَ ُموا أ َ ْنف َ شةا أ َ ْو ِ َ(واﻟَّذِينَ إِ َذا فَعَلُوا ف
َ اح َ َقَ َرأ َ َه ِذ ِه اآليَة.
Artinya: "Tidak ada seorang hamba pun yang melakukan dosa, lalu dia bersuci
dengan baik selanjutnya berdiri lalu melakukan shalat dua raka'at, kemudian
memohon ampun kepada Allâh, kecuali Allâh pasti akan mengampuninya.
Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya), "Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allâh," sampai akhir ayat. (HR Abu Dawud).
4. Sholat istikharah
Sholat istikharah adalah sholat sunnah dua rakaat untuk memohon
pertolongan kepada Allah dalam menunjukkan pilihan terbaik di antara dua
pilihan. Waktu yang afdhal untuk mengerjakan sholat istikharah adalah malam
hari.
Disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Jabir RA, Rasulullah SAW
mengajarkan umatnya sholat istikharah untuk segala urusan. Berikut
haditsnya,
آنِ ورة َ ِم ْن ْاﻟقُ ْر
َ س ِ َارة َ فِي ْاْل ُ ُم
ُّ ور ُك ِل َها َك َما يُ َع ِل ُمنَا اﻟ َ سلَّ َم يُ َع ِل ُمنَا ِاال ْستِخ َ ُصلَّى اﻟلَّه
َ علَ ْي ِه َو َ سو ُل اﻟلَّ ِه
ُ َكانَ َر
ُ
ض ِة ث َّم ِﻟيَقُ ْل ْ ْ َ ْ َ
َ يَقُو ُل ِإ َذا َه َّم أ َح ُد ُك ْم بِاْل ْم ِر فَليَ ْر َك ْع َر ْك َعتَي ِْن ِم ْن
َ غي ِْر اﻟفَ ِري
Artinya: Rasulullah SAW mengajari kami shalat istikharah dalam setiap perkara
atau urusan yang kami hadapi, sebagaimana Beliau mengajarkan kami suatu
surat dari al-Qur'an. Beliau berkata: "Jika salah seorang di antara kalian berniat
dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua rakaat yang bukan shalat
wajib, kemudian berdoalah." (HR Al-Bukhari).
5. Sholat fajar
Sholat fajar adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum sholat subuh,
tepatnya setelah adzan subuh berkumandang. Sholat fajar dikerjakan sebanyak
dua rakaat. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa mengerjakan sholat
fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. Salah satunya dalam hadits yang
bersumber dari Aisyah RA,
َّ َﻟَ ُه َما أ َ َحبُّ ِإﻟ
ى ِمنَ اﻟ ُّد ْنيَا َج ِميعاا
Artinya: "Dua raka'at shalat sunnah fajar lebih kucintai daripada dunia
seluruhnya." (HR Muslim).
Selain sholat sunnah dua rakaat di atas, sahabat hikmah juga bisa mengerjakan
sholat dhuha di pagi hari dan tahajud di malam hari. Keduanya dilakukan paling
sedikit dua rakaat dan paling banyak tidak terbatas jumlahnya.
6.Sholat Dhuha
Sholat shuha merupakan sholat sunah yang dapat dikerjakan di pagi hari
sejak matahari terbit hingga mendekati pukul 12.00 yang dapat dikerjakan
minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.Keutamaan sholat dhuha juga telah
disebutkan oleh Rasulullah SAW:
"Barang siapa yang melakukan salat Dhuha dua belas rakaat, Allah SWT akan
membangunkan baginya istana dari emas di surga." (HR. Tirmidzi dan Ibnu
Majah).
BAB III
KESIMPULAN
A. Thaharah
Kebersihan yag sempurna menurut syara’ disebut Thaharah,
merupakanmasalaha yang sangat penting dalam beragama dan menjadi
pangkat dalam beribadah yang mneghantarkan manusia berhubungan
dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersesuci yang lebih baik dari pada
cara yang dilakukan oleh syari’at islam, karena syari’at islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudhu. Walaupun manusia masih
dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan shalat dan
ibadah-ibadah lainnya yang harus berwudhu, begitu juga dia harus
membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya
karena kotoran itu sangat menjijikan bagi manusia.
B. Shalat
Shalat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan
tiang agama, dengan shalat agama bisa tegak, dengan shalat pula agama
bisa runtuh. Shalat mempunyai dua unsur, yaitu dzohiriyah dan
batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasar
pada gerakan shalat itu sendiri. Sedangkan unsur yang bersifat batiniyah
adalah sifatnya tersembunyi dalam hati karea hanya Allah-lah yang
dapat menilainya.
Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga shalat fardhu
yang telah di tentukan waktunya.
Khilafiyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa
karena rujukan dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al Quran
dan Hadits, hendaknya perbedaan tersebut menjadi hikmah
keberagaman umat islam.