Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Teori keselamatan

Keselamatan berasal dari kata dasar selamat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
selamat adalah terhindar dari bencana;aman sentosa; sejahtera; tidak kurang suatu apapun; sehat;
tidak mendapat gangguan; kerusakan; beruntung; tercapai maksudnya; tidak gagal
(Poerwadarminta, 1976).Keselamatan juga berarti suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang
amansecara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologisataupun
pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut.

2.2 Keselamatan jalan raya

Keselamatan jalan raya adalah suatu upaya mengurangi kecelakaan jalan raya dengan
memperhatikan faktor - faktor penyebab kecelakaan, seperti : prasarana,faktor sekeliling, sarana,
manusia dan rambu atau peraturan. Keselamatan jalan raya merupakan suatu bagian yang tak
terpisahkan dari konsep transportasi berkelanjutan yang menekankan pada prinsip transportasi
yang aman, nyaman, cepat, bersih(mengurangi polusi/pencemaran udara) dan dapat diakses oleh
semua orang dankalangan, baik oleh para penyandang cacat, anak ± anak, ibu maupun para
lanjutusia ( Soejachmoen, 2004).

Untuk mewujudkan keselamatan jalan raya tersebut langkah pertama yangharus


dilakukan adalah penerapan hirarki pemakaian jalan (Soejachmoen, 2004).Menurut Soejachmoen
(2004) pembagian hirarki ini adalah sebagai berikut :prioritas utama pengguna jalan harus
diberikan kepada pejalan kaki. Artinya semua pengguna transportasi lain harus mendahulukan
kelompok pengguna jalanini. Prioritas selanjutnya adalah para pengguna kendaraan tidak
bermotor, karenalebih ramah lingkungan. Prioritas ketiga adalah angkutan umum, dan yang
paling akhir mendapatkan prioritas adalah kendaraan pribadi.Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Rachma (2004) menyatakanbahwa peningkatan keselamatan jalan raya sangat tergantung
kepada ketersediaanfasilitas jalan.Jalan raya yang baik adalah jalan raya yang terencana dan
dapat memberikan tingkat keselamatan lalu lintas yang lebih baik, kesalahan penilaian menjadi
lebih kecil, tidak ada konsentrasi kendaraan pada suatu saat atau tidakterjadi kesalahan perpsepsi
di jalan dan dengan demikian terjadinya kecelakaan dapat dihindari dengan penyediaan lebih
banyak ruang dan waktu dalamperancangan (Patti,2007)Dalam undang ± undang lalu lintas,
yaitu UU No.14 Tahun 1992 tentangLalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 2 ayat 1 menyatakan
bahwa keselamatan,kelancaran, dan ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan ditetapkan
ketentuan ±ketentuan mengenai rekayasa dan manajemen lalu lintas.

2.3. Definisi lalu lintas

Lalu lintas yaitu individu yang berpindah dengan atau tanpa alat penggerak dari tempat
satu ke tempat lainnya (Sasambe, 2016). Berlalu lintas yaitu melakukan suatu tindakan dengan
kendaraan terkait dengan aturan lalu lintas yang perlu dipatuhi. Soekanto (Sumampow, 2013)
menjelaskan lalu lintas yaitu sesuatu yang berkaitan dengan perjalanan dari tempat satu ke
tempat yang lainnya. Perjalanan yang dimaksudkan tidak hanya perjalanan dari jalur darat,
namun jalur laut dan jalur udara. UU No. 2 tahun 2009 terkait aturan lalu lintas dan angkutan
jalan menjelaskan bahwa lalu lintas merupakan gerak dari kendaraan dan individu yang berada di
ruang jalan seperti prasarana untuk gerak pindah kendaraan, orang, dan fasilitas pendukung
lainnya. Berdasarkan penjelasan dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa lalu lintas yaitu
manusia dan kendaraan yang bergerak di dalam jalan atau fasilitas pendukung lainnya. Tata cara
berlalu lintas berdasarkan buku panduan praktis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat (2005) yaitu sebagai berikut :

a. Ketertiban dan keselaman yaitu setiap individu diwajibkan untuk tertib dan mencegah
perbuatan yang dapat mengganggu dan membahayakan keselamatan dan keamanan sehingga
dapat menimbulkan kerugian jalan.
b. Pengendara sepeda motor wajib mematuhi beberapa ketentuan seperti mematuhi marka jalan,
rambu-rambu lalu lintas, gerakan lalu lintas, pemberian alat untuk isyarat lalulintas, alat untuk
berhenti dan parkir, kemudian peringatan dalam bentuk bunyi (klakson) dan sinar (lampu),
kecepatan minimal dan maksimal, serta tata cara dalam pengandengan dan tata cara penempelan
dengan kendaraan lain.
c. Setiap pengendara wajib menunjukkan dan memiliki surat tanda kendaraan bermotor (STNK)
serta wajib memiliki surat ijin mengemudi (SIM).
d. Pengendara atau penumpang kendaraan bermotor wajib menggunakan helm yang memenuh
standar nasional indonesia (SNI).
e. Pengendara sepeda motor wajib menyalakan lampu baik siang atau malam hari.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berlalu Lintas

Faktor – faktor yang mempengaruhi individu terhadap kepatuhan berlalu lintas yaitu:
a. Individu patuh disebabkan adanya rasa takut akan sanksi yang diberikan oleh petugas
kepolisian bila melanggar peraturan lalu lintas.
b. Kesadaran diri terhadap keselamatan lalu lintas antar pengguna jalan.Artinya individu sadar
bahwa mentaati peraturan lalu lintas merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
c. Sikap yang saling menghormati antar pengguna jalan untuk menciptakan ketertiban dalam
berlalu lintas.

Faktor-faktor penyebab ketidakpatuhan hingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan dalam


berlalu lintas terdiri dari :

a. Faktor Manusia

Manusia sebagai pengguna jalan yang memiliki peran penting dalam berlangsungnya
ketertiban lalu lintas. Sikap dan perilaku manusia dapat ditentukan oleh :

1) Mental dan perilaku


Pengguna jalan yang memberikan pengaruh terhadap ketertiban dan keselamatan individu
dalam berlalu lintas. Pengguna jalan yang memiliki etika yang baik berdampak positif
dalam membangun ketertiban lalu lintas seperti mampu mengontrol emosi pada saat
berkendara dan memiliki toleransi antar pengguna jalan.
2) Pengetahuan
Pengguna jalan wajib memiliki pengetahuan terkait aturan lalu lintas. Perbedaan tingkat
pemahaman dan pengetahuan dapat menjadikan permasalahan antar pengguna jalan
ataupun aparat penegak hukum.
3) Ketrampilan
Dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengendalikan kendaraannya.
Pengendara yang telah mengikuti serangkaian pelatihan maka akan mengikuti ujian untuk
memperoleh SIM.
b. Faktor Kendaraan
Kendaraan yaitu alat penggerak yang kendalikan oleh manusia. Kendaraan yang lebih
dominan di jalan raya dan menimbulkan situasi atau iklim lalu lintas. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kuantitas kendaraan disetiap tahunnya meningkat yang mengakibatkan
permasalahan arus lalu lintas. Kualitas kendaraan juga penting diperhatikan seperti
merawat fungsi mesin, rem, kaca sepion dan alat-alat lainnya untuk mewujudkan
keamanan dan keselamatan pengendara yang menjadi faktor utama dalam berlalu lintas.
c. Faktor Jalan Jalan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan berlalu lintas.
Jalan yang telah beroperasi dilengkapi dengan prasarana jalan. Hal tersebut telah
diuraikan (Undang-undang republik indonesia nomor 22, 2009) yaitu “Setiap jalan umum
wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang berupa:
1) Rambu-rambu lalu lintas
2) Marka jalan
3) Pemberian alat untuk isyarat lalu lintas
4) Penerangan jalan
5) Alat untuk pengendali dan pengamanan pada pengguna jalan
6) Alat pengawasan dan pengamanan jalan
7) Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat
8) Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan baik yang berada di jalan
dan di luar badan jalan.
2.5. Inspeksi Keselamatan Jalan
Menurut Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
jalan ialah bagian dari sistem transportasi nasional yang peran dan potensinya harus
dikembangkan agar terciptannya keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu
lintas dan angkutan jalan dalam rangka untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
pengembangan wilayah. Inspeksi keselamatan jalan menurut Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (2016) merupakan pemeriksaan sistematis untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya,
kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan dari jalan
atau segmen jalan. Bahaya-bahaya dan kekurangan-kekurangan yang dimaksud adalah potensi-
potensi yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh penurunan kondisi fisik
jalan atau pelengkapnya, keselahan dalam penerapan bangunan pelengkapnya, serta penurunan
kondisi lingkungan jalan. Inspeksi keselamatan jalan biasanya dilakukanpada jalan yang telah
beroprasi atau jalan eksisting.
Secara umum, inspeksi keselamatan jalan ialah pemeriksaan yang jalan untuk
mengindentifikasikan bahaya, kesalahan dan kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan
akibat adanya penurunan kondisi fisik jalan, lingkungan jalan, atau
pelengkapnya.
2.6 Kecelakaan berlalu lintas
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan yang lain dan dapat
mengakibatkan korban berupa manusia dan/atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas menurut World Health Organization (2004), adalah kejadian
dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrabkan dengan benda lain yang menyebabkan cedera,
kerusakan, atau kerugian pada pemiliknya (korban) dan dapat menyebabkan kematian atau luka-
luka. Kecelakaan lalu lintas secara teknis juga dapat didefinisikan sebagai Random Multy Factor
Event atau suatu kejadian yang terdiri dari banyak faktor yang secara tidak sengaja dapat terjadi.
Berdasarkan definisi kecelakaan lalu lintas di atas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan
lalu lintas merupakan suatu kejadian yang tidak dapat disangka-sangka atau tidak diinginkan
yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, yang terjadi di jalan raya atau suatu tempat yang
dijadikan sebagai sarana lalu lintas yang dapat menyebabkan kerusakan, luka-luka, kematian
manusia dan kerugian harta benda.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 terdapat beberapa
golongan dari kecelakaan lalu lintas seperti kecelakaan lalu lintas ringan, kecelakaan lalu lintas
sedang, dan kecelakaan lalu lintas berat, yang penjelasannya sebagai berikut :
a. Kecelakaan lalu lintas ringan adalah kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan pada
kendaraan atau barang.
b. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban luka ringan
dan kerusakan pada kendaraan atau barang.
c. Kecelakaan lalu lintas berat adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia
atau luka berat.

2.7 Faktor penyebab kecelakaan

Menurut Warpani (2002) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil dari penelitian dan
pengamatan, khususnya di Indonesia penyebab utama besarnya angka kecelakaan adalah faktor
manusia, baik karena kelalaian, keteledoran, ataupun kelengahan para pengemudi kendaraan
maupun pengguna jalan lainnya dalam berlalu lintas.

Menurut Wells (1993) faktor utama penyebab kecelakaan adalah faktor kesalahan
pengemudi. Penelitian terhadap aspek sosiologis pada teknik lalu lintas di Amerika Serikat
menemukan bahwa kecelakaan fatal karena kelelahan 7 pengemudi atau cacat tubuh tercatat
hampir 6 persen. Begitu juga halnya dengan alkohol yang merupakan faktor utama dalam
kecelakaan fatal. Faktor usia juga berperan penting dalam kecelakaan, pengemudi di bawah umur
25 tahun lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pengemudi yang lebih tua.

Menurut Indriastuti dkk., (2011) pengendara sepeda motor merupakan pengendara yang
terlibat kecelakaan paling banyak dibandingkan dengan pengendara lainnya. Menurut Suraji
dkk., (2010) pengaruh yang signifikan terhadap kecelakaan sepeda motor adalah kurang
disiplinnya pengendara dan juga kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi.

Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 523 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan
Umum menyatakan bahwa 3 faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu
faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan dan faktor lingkungan.

a. Faktor Manusia
Faktor ini menurut Direktorat Jenderal Perhubungan darat menduduki tingkat pertama
yaitu sebesar 93,52% dalam penyebab kecelakaan lalu lintas. Faktor manusia
mempunyai beberapa
pengelompokkan seperti pengemudi dan pejalan kaki, penjelasannya dengan uraian
berikut ini:
1) Pengemudi
Sebagai pengemudi manusia mempunyai beberapa faktor seperti faktor psikologis
dan faktor fisiologis (Dwiyogo dan Prabowo, 2006). Faktor psikologis antara lain
seperti motivasi, intelegensia, pelajaran, pengalaman, dsb. Faktor fisiologis antara
lain seperti sistem syaraf, pendengaran, penglihatan, stabilitas perasaan, dsb.
Kombinasi dari keduanya menghasilkan yang biasa disebut waktu reaksi. Waktu
reaksi terbagi menjadi 4 bagian waktu atau biasa disebut waktu PIEV, yaitu :
a) Perception : yaitu waktu masuknya rangsangan melalui panca indera sehingga
dapat menciptakan respon.
b) Intellection : yaitu waktu untuk mengindentifikasi rangsangan.
c) Emotion : yaitu waktu untuk menanggapi rangsangan dan waktu untuk
menentukan respon.
d) Volition : yaitu waktu pengambilan tindakan

2.8. Tipe kecelakaan

Kecelakaan dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor seperti tipe kecelakaan, korban
kecelakaan, waktu kecelakaan (hari dan jam), kendaraan yang terlibat, lokasi kecelakaan, tipe
tabrakan, dan jenis kendaraan. Menurut Pedoman Penanganan lokasi rawan kecelakaan lalu
lintas (Pd T-09-2004-B) analisis data dilakukan dengan pendekatan “5W + 1H”, yaitu :

a. WHY (Mengapa kecelakaan terjadi?)


Why untuk faktor penyebab kecelakaan (modus operandi). Analisis ini digunakan
untuk menemukan faktor penyebab kecelakaan yang dominan. Faktor-faktor tersebut
antara lain : 1) terbatasnya jarak pandang,
2) pelanggaran rambu lalu lintas,
3) kecepatan melebihi batas kecepatan yang ditentukan,
4) kurang konsentrasi,
5) kurangnya penerangan, dsb.

b. WHAT (Apa saja tipe tabrakan?)


What untuk tipe tabrakan. Analisis ini digunakan untuk menemukan tipe tabrakan
yang dominan di suatu lokasi kecelakaan. Tipe tabrakan yang ditemukan antara lain :
1) menabrak orang/pejalan kaki,
2) tabrakan depan-depan,
3) tabrakan depan-samping,
4) tabrakan depan-belakang,
5) tabrakan samping-samping, dsb.
c. WHO (Siapa yang terlibat kecelakaan?)
Who untuk keterlibatan pengguna jalan. Keterlibatan pengguna jalan dalam
kecelakaan di kelompokkan sesuai dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan,
antara lain :
1) pejalan kaki,
2) mobil penumpang umum,
3) mobil angkutan barang,
4) bus,
5) sepeda motor, dsb.
d. WHERE (Dimana lokasi kecelakaan terjadi?)
Where untuk lokasi kecelakaan atau yang dikenal dengan tempat kejadian perkara
(TKP) seperti :
1) lingkungan pemukiman,
2) lingkungan perkantoran atau sekolah,
3) lingkungan tempat pembelanjaan,
4) lingkungan pedesaan,
5) lingkungan pengembangan, dsb.
e. WHEN (Kapan waktu kecelakaan terjadi?)
When untuk waktu kejadian. Waktu kejadian kecelakaan dapat ditinjau dari jam
kejadian kecelakaan.

f. HOW (Bagaimana kecelakaan terjadi?) How untuk kejadian kecelakaan. Suatu


kecelakaan lalu lintas dapat terjadi karena didahului oleh suatu manuver pergerakaan
tertentu. Tipikal manuver pergerakan kendaraan antara lain:
1) gerak lurus,
2) memotong atau menyiap kendaraan lain,
3) berbelok (kiri atau kanan),
4) berputar arah,
5) berhenti (mendadak, menaik-turunkan penumpang), dsb.

2.9. Resiko kecelakaan

Faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur pemahaman terhadap resiko kecelakaan


adalah:

a. Pemahaman dari resiko adanya kemungkinan keterlibatan kecelakaan.

b. Pemahaman adanya kemungkinan dari keparahan kecelakaan.

c. Pemahaman adanya resiko yang dapat mempengaruhi keparahan.

2.10. Penelitian Terdahulu

Berikut terdapat beberapa hasil dari penelitian terdahulu dengan studi kasus berbeda yang
dapat di jadikan referensi dan perbandingan, yaitu :

a. Hasil penelitian Prima dkk., (2015) dengan judul “Faktor Hubungan Terhadap Safety Riding
pada Mahasiswa” menunjukkan bahwa dari 100 pengendara sepeda motor 51% responden
berperilaku berkendara dengan baik, dan 49% responden berperilaku berkendara tidak selamat.
Hal tersebutdidasari oleh adanya peran dari teman sebaya untuk melakukan safety riding sebesar
58%.

b. Penelitian Pamungkas (2014) dengan judul “Mengenal Perilaku Pengendara untuk Mencegah
Terjadinya Kecelakaan di Jalan Raya” menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat
dipengaruhi oleh faktor manusia sebagai pengendara, kendaraan dan lingkungan jalan. Selain itu
kecelakaan dapat terjadi karena faktor interaksi dan kombinasi dua atau lebih faktor di atas
tersebut.

c. Adi dan Susantono (2014) meneliti tentang “Analisis Keselamatan Berlalu Lintas
menunjukkan bahwa terdapat beberapa ruas jalan di UNDIP” yang belum mendukung
keselamatan berlalu lintas dan terdapat ketidaksesuaian terhadap pemahaman keselamatan
dengan perilaku berkendara pada mahasiswa. Penelitian tersebut juga menunjukkan mahasiswa
dengan jenis kelamin perempuan lebih cenderung melakukan pelanggaran di bandingkan dengan
mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Latar belakang pendidikan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pemahaman keselamatan berkendara dan kepatuhan pada aturan lalu
lintas.

d. Hasil penelitian Wicaksono dkk., (2014) dengan judul “Analisis Kecelakaan Lalu Lintas”
menunjukkan bahwa jenis kecelakaan yang sering terjadi adalah depan-depan, kendaraan yang
sering terlibat adalah sepeda motor, waktu kejadian kecelakaan terbanyak ialah 12.00-18.00,
pengemudi yang sering terlibat adalah karyawan/swasta. Terdapat 6 lokasi blackspot di jalan
Ungaran-Bawen.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Malkhamah dkk., (2013) dengan judul “Driver Behaviour in
Signalized Intersection” mendapatkan hasil bahwa kampanye kesadaran keselamatan diperlukan
untuk memperbaiki perilaku pengemudi di persimpangan yang ditandai terutama untuk
melakukan gerakan belok kanan/kiri tanpa menyalakan tanda.

f. Ariwibowo (2013) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Umur, Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Terhadap Praktik Safety Riding Awarness pada Pengendara
Ojek” menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah lanjut usia (74%) dari 46 orang, tingkat
pendidikan rendah (70%), pengetahuan keselamatan berkendara rendah (56,5%), sikap safety
riding kurang (60,8%) , yang melakukan safety riding kurang (56,5%).

g. Hasil penelitian Marsaid dkk., (2013) dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan
Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor” menunjukkan bahwa faktor manusia
menjadi peranan penting dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas, faktor manusia tersebut
meliputi lengah, mengantuk, mabuk, lelah, tidak terampil, tidak tertib dan kecepatan tinggi,
terutama di wilayah studi yaitu di wilayah Polres Kabupaten Malang. h. Penelitian Indriastuti
dkk., (2011) dengan judul “Karakteristik Kecelakaan dan Audit Keselamatan Jalan”
menunjukkan bahwa faktor penyebab kecelakaan yang dominan adalah faktor manusia.
Kecelakaan terbanyak terjadi pada hari Senin (20%), pada jam 06.00-11.59 (32%), dengan tipe
tabrakan yang paling sering ialah tabrak samping (43%), kendaraan yang sering terlibat sepeda
motor (60%), dan kondisi korban kecelakaan terbanyak ialah luka ringan (67%).
i. Ambarwati dkk., (2010) melakukan penetilian dengan judul “Karakteristik dan Peluang
Kecelaaan pada Mobil Pribadi” dan mendapatkan hasil bahwa faktor yang berpengaruh terhadap
peluang kecelakaan mobil adalah jenis kelamin dan tujuan perjalanan.

j. Hasil penelitian Suraji dkk., (2010) dengan judul “Indikator Faktor Manusia Terhadap
Kecelakaan” mendapatkan hasil bahwa minimnya disiplin yang dilakukan pengendara dan
kecepatan berkendara yang tinggi berkontribusi dan memperngaruhi terjadinya kecelakaan
sepeda motor yang signifikan. Hal yang paling berpengaruh yaitu emosi pengendara, kurang
konsentrasi dan kurangnya kedewasaan.

Anda mungkin juga menyukai