Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI MAKRO


DEFLASI

Dosen Pengampu : Raja Hardiansyah, S.E., M.E.

Disusun Oleh :

Laily Nurhayati (20612271)


Haryantono Lhowchinlong (20612268)
Sakapalwa Jean (20612287)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
TANJUNGPINANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami mampu menyelesaikan pembentukan makalah mengenai
“Deflasi” ini dengan baik dan tepat waktu. Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro
yang diberikan pengarahan oleh bapak Raja Hardiansyah.
Dalam penulisan kami menyadari bahwa banyak sekali kesalahan - kesalahan
dan kekurangan yang terdapat didalamnya, baik kesalahan pada penulisan maupun
materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi
pihak - pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Tanjungpinang, 17 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Deflasi ............................................................................. 3


2.2 Penggolongan Deflasi........................................................................ 4
2.3 Penyebab Deflasi .............................................................................. 5
2.4 Cara Mengatasi Deflasi...................................................................... 8
2.5 Tingkat Deflasi di Indonesia ........................................................... 10
2.6 Dampak Adanya Deflasi ................................................................. 11
2.7 Perhitungan Deflasi ......................................................................... 12
2.8 Contoh Deflasi ................................................................................ 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Deflasi adalah keadaan yang menunjukkan daya beli uang meningkat
dalam masa tertentu karena jumlah uang yang beredar relatif lebih kecil
daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia (deflation). Arti deflasi
sendiri secara sederhana yakni ketika terjadi penurunan harga - harga barang
dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kebalikan dari
deflasi adalah inflasi. Sekilas deflasi tampak menguntungkan bagi orang
karena harga-harga barang dan jasa jadi lebih terjangkau bagi konsumen.
Adanya deflasi adalah jalan yang dianggap bisa menghemat pengeluaran
lebih besar dibanding sebelumnya.
Namun deflasi bisa jadi pisau bermata dua, yang berarti bisa merugikan
atau berdampak negatif, terutama dalam hal ini produsen barang atau
penyedia jasa. Deflasi yang terjadi secara tajam atau terus menerus bisa
merugikan aktivitas jual beli. Penurunan harga barang dan jasa seringkali
membuat produsen atau penyedia jasa mengalami kerugian karena penjualan
tak mampu menutup biaya produksi maupun biaya operasional.
Jika deflasi semakin parah, tak jarang produsen atau penyedia jasa
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) untuk mengurangi beban.
Semakin tinggi deflasi, semakin tinggi pula potensi PHK tenaga kerja. Itu
sebabnya, deflasi adalah seringkali dikaitkan dengan kondisi resesi. Deflasi
seringkali terjadi saat kondisi perekonomian melesu. Roda perekonomian
yang melambat terjadi karena permintaan atas konsumsi dan investasi yang
anjlok.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari deflasi?
2. Apa sajakah penggolongan dari deflasi?
3. Apa saja penyebab deflasi?

1
2

4. Bagaimana cara mengatasi deflasi?


5. Berapa tingkat deflasi di Indonesia?
6. Apa dampat dari deflasi?
7. Bagaimana cara perhitungan deflasi?
8. Apa contoh deflasi ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk menjelaskan apa dimaksud dari deflasi
2. Untuk menjelaskan penggolongan dari deflasi
3. Untuk menjelaskan penyebab dari adanya deflasi
4. Untuk menjelaskan bagaimana cara mengatasi deflasi
5. Untuk menjelaskan tingkat deflasi di Indonesia
6. Untuk menjelaskan apa dampak dari adanya deflasi
7. Untuk menjelaskan bagaimana cara perhitungan deflasi
8. Untuk menjelaskan contoh deflasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Deflasi


Deflasi adalah lawan dari inflasi. Kalau inflasi terjadi karena ada
jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak, sebaliknya deflasi
terjadi karena ada jumlah yang beredar di masyarakat terlalu sedikit. Secara
umum deflasi dapat diartikan sebagai suatu periode di mana harga suatu
barang-barang secara umum mengalami penurunan dan nilai uang
bertambah. Deflasi terjadi ketika ada jumlah uang yang beredar di
masyarakat lebih sedikit dari jumlah barang yang ada di pasaran.
Menurut Wikipedia Deflasi ialah suatu periode di mana harga suatu
barang secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah.
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Inflasi juga terjadi karena jumlah uang
yang beredar di masyarakat terlalu banyak, sedangkan deflasi terjadi karena
jumlah uang yang beredar terlalu sedikit. Dan sedangkan menurut KBBI
atau kamus besar bahasa Indonesia Deflasi merupakan suatu penambahan
nilai mata uang yang diikuti dengan penurunan jumlah produksi, langkanya
lapangan kerja, dan rendahnya daya beli masyarakat.
Menurut Ekonom Stacia E.H. Sitohang, deflasi merupakan peristiwa di
mana secara umum harga suatu barang mengalami penurunan. Deflasi
kebalikan dari inflasi yang terkadang para ahli juga menyebutnya sebagai
disinflasi.
Deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang
berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat. Deflasi terjadi ketika
jumlah uang yang yang beredar di masyarakat (money supply) lebih sedikit
dari jumlah supply barang yang ada. Sehingga terjadi penurunan harga-
harga. Contoh  kenapa hal ini bisa terjadi dapat kita temui dalam kehidupan
sehari-hari, harga barang-barang elektronik semakin hari semakin murah.
Hal ini terjadi karena perkembangan tekhnologi yang cepat sehingga supply
barang tekhnologi dipasaran semakin banyak. Sedangkan jumlah uang yang

3
4

beredar di masyarakat sedikit, sehingga barang-barang tekhnologi tersebut


jatuh harganya.Atau deflasi bisa terjadi ketika permintaan barang dari
masyarakat semakin menurun dan permintaan uang (money demand) dari
masyarakat meningkat. Deflasi juga berkaitan dengan nilai tukar rupiah.
Dengan deflasi, mata uang kita mengalami apresiasi atau peningkatan.
Dalam ilmu  ekonomi, deflasi diartikan sebagai suatu periode dimana harga-
harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah
kebalikan dari inflasi. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan
menaikkan tingkat suku bunga.
Dalam ekonomi, deflasi (deflation) adalah suatu periode dimana harga-
harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah
kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang
yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah
uang yang beredar, dimana cara menanggulanginya adalah dengan cara
menurunkan tingkat suku bunga atau yang lebih sederhana (meski kadang
tidak berhasil) adalah dengan mencetak lebih banyak uang.

2.2 Penggolongan Deflasi


Berdasarkan proses terjadinya, deflasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Deflasi Strategis
Deflasi strategi merupakan jenis deflasi yang terjadi karena adanya
penetapan kebijakan mengenai pengendalian terhadap gejala konsumsi
yang berlebihan di kalangan masyarakat. Konsumsi berlebihan ini
dinilai dapat menekan kenaikan harga produk di pasar. Kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah diyakini tidak dapat menekan konsumsi
berlebihan pada masyarakat melainkan malah mengakibatkan
penurunan harga sehingga konsumsi masyarakat semakin meningkat.
Salah satu kebijakan yang menyebabkan terjadinya deflasi ini
adalah adanya penurunan suku bunga oleh pemerintah melalui bank
sentral. Tingkat suku bunga yang rendah ini akan mengakibatkan
masyarakat sebagai konsumen untuk meminjam uang di bank.
5

Sementara hal ini akan membuat perusahaan sebagai produsen


berlomba – lomba menyimpan uang di bank untuk memperoleh bunga
yang besar. Pada akhirnya yang terjadi adalah uang yang beredar akan
menjadi semakin sedikit dan menurunnya harga barang. Deflasi ini akan
memberikan dampak negatif yaitu ketidakstabilannya perekonomian
Negara.
2. Deflasi Sirkulasi
Deflasi sirkulasi adalah deflasi yang muncul akibat kondisi
perekonomian yang tidak stabil di mana terjadi pada saat transisi
ekonomi yang tengah meningkat mengalami kemerosotan. Secara
singkatnya, deflasi ini disebabkan oleh konsumsi dan daya produksi
dalam suatu negara yang tidak lagi seimbang sehingga membuat harga
barang semakin turun.
Kondisi ini diawali karena adanya penurunan yang signifikan
terhadap kebutuhan masyarakat terhadap barang ekonomis dan
banyaknya produksi barang dengan jenis serupa dalam jumlah yang
berlebihan sehingga mengakibatkan penurunan harga yang drastis.

2.3 Penyebab Deflasi


Adanya deflasi ini menyebabkan permintaan tinggi terhadap mata uang
sehingga nilai mata uang sangat menguat. Berikut beberapa faktor penyebab
terjadinya deflasi sebagai berikut :
1. Menurunnya Jumlah Uang Yang Beredar di Masyarakat
Mungkin banyak dari kalian yang tidak menyadari kejadian yang
satu ini. Terutama yang tidak memahami aktivitas ekonomi. Padahal,
banyak tidaknya uang yang dibelanjakan akan memengaruhi
perekonomian sebuah negara pula. Kejadian ini, terjadi ketika banyak
dari warga di sebuah negara mulai sadar untuk menabung dan mereka
pun enggan untuk membelanjakan uangnya. Sehingga, tidak ada
aktivitas jual beli yang dilakukan oleh sebuah negara. Sekalipun ada,
jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal tersebutlah yang menyebabkan
6

jumlah uang yang beredar di pasaran lebih sedikit jika dibandingkan


dengan jumlah uang yang berada di bank milik nasabah.
Bagi masyarakat, mungkin ini merupakan sebuah sinyal positif.
Berarti banyak dari mereka yang tidak lagi konsumtif dan lebih
memikirkan kehidupannya di masa mendatang. Sedangkan, di satu sisi
hal ini juga berpengaruh ke negara.
Menurunnya jumlah uang di pasaran menjadi penyebab terjadinya
deflasi. Karena jika banyak orang yang lebih memilih menabung, maka
banyak pemilik usaha yang tidak mendapatkan untung.  Alhasil pemilik
usaha pun menurunkan harganya, untuk bersaing dengan
kompetitornya. Walaupun hal tersebut ternyata juga tidak menolong
pemasukannya. 
banyak orang yang tergiur atas hasil yang besar atau bunga yang
tinggi di Bank. Mereka memanfaatkan peluang tersebut dengan cara
menabungkan uangnya ke dalam Bank. Mengacu pada pengertian
deflasi dimana yang terjadi defisit peredaran uang, peraturan dari
Pemerintah dan Bank Sentral bisa menjadi penyebab utamanya.
Seperti yang pernah terjadi di Spanyol, Pemerintah secara besar-
besaran untuk menggalangkan suatu program penghematan biaya yang
justru berakibat terjadinya deflasi. Kebijakan pemerintah dengan
mentiadakan pajak suatu barang dan jasa juga bisa menjadi penyebab
deflasi.
2. Naiknya Jumlah Barang di Pasar
Produsen yang terus melakukan produksi tidak mempunyai
orientasi atau perhitungan yang tepat, mereka menganggap jika jumlah
permintaan masyarakat meningkat maka barang yang diminta banyak,
Banyak produsen salah disini, sehingga ketika permintaan masyarakat
akan barang turun mereka bingung karena masih banyak barang yang
belum terjual, secara otomatis harga barang akan turun karena
jumlahnya yang banyak sedangkan permintaan menurun.
7

3. Permintaan Barang Menurun


Banyaknya jumlah produk di pasaran, membuat pemilik usaha
mengurangi produksi akan sebuah produk. Hal ini tentu saja akan
memengaruhi sebuah perkonomian negara.  Sebuah perusahaan pasti
membutuhkan perusahaan atau pengusaha lainnya untuk memenuhi
kegiatan produksinya. Misalnya pemilik usaha kopi, akan bergantung
ke supplier susu untuk menjual produk kopi susu. Begitu juga
perusahaan-perusahaan lainnya di luar sana. 
Pemberhentian kegiatan produksi, pun akhirnya berdampak juga
ke supplier penyedia bahan baku dari produk tersebut. Berhentinya
produksi kopi susu pada sebuah usaha kopi, juga akan
memengaruhi supplier susu. Ini terjadi, karena kejadian yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Perusahaan salah memperkirakan keinginan
konsumen yang melonjak secara temporer. Akhirnya, mereka berhenti
melakukan produksi karena persediaan produknya masih banyak.
Perusahaan pun lebih berkonsentrasi untuk menjual sisa hasil
produksinya sebelumnya ketimbang mereka harus memproduksi produk
baru lagi. Hal tersebut juga akan menyebabkan terjadinya deflasi dan
pada akhirnya banyak usaha yang memutuskan untuk gulung tikar. Hal
ini bisa saja terjadi, jika sebuah perusahaan sudah terlalu banyak
menjual produknya dengan murah dan tidak mendapat untung.
Seperti yang kita tahu, jika konsumen mempunyai sifat alami yang
mudah bosan, jadi ketika sudah bosan dan tidak tertarik, maka
permintaan barang akan menurun, selain itu konsumen lebih memilih
uangnya di Bank dalam jangka panjang atau untuk menyiapkan masa
depan. Secara otomatis permintaan barang akan mengalami penurunan
yang besar.
Banyak bisnis atau sebuah perusahaan yang menghasilkan produk
tertentu namun tidak memperhitungkan secara tepat kuantitas hasil
produksi. Sehingga jika terlalu banyak produksi yang tidak diiringi
dengan peningkatan permintaan masyarakat terhadap suatu produk
8

tersebut akan berakibat barang yang tidak laku dijual.


4. Banyak hasil produk yang sama
Jika suatu perusahaan yang menghasilkan produk barang atau jasa
yang sama, alhasil akan meningkatkan persaingan untuk mendapatkan
konsumen melalui penekanan harga jual. Hal tersebut juga bertujuan
untuk memenangkan persaingan.

2.4 Cara Mengatasi Deflasi


Fenomena deflasi tidak boleh dianggap sepele karena bisa membuat
suatu roda ekonomi akan terhambat. Deflasi bisa diatasi dengan melakukan
beberapa cara yaitu sebagai berikut :
1. Menurunkan Tingkat Suku Bunga
Salah satu cara untuk mengatasi deflasi ialah dengan menurunkan
tingkat suku bunga. Dengan begitu maka jumlah uang yang beredar di
suatu masyarakat akan semakin bertambah. Masyarakat akan lebih
memilih untuk memegang uang sendiri dibandingkan menyimpannya di
Bank. Dengan banyaknya peredaran uang di suatu masyarakat
diharapkan hal ini akan meningkatkan jumlah pembelian barang.
2. Menerapkan Kebijakan Moneter
Cara berikutnya untuk mengatasi deflasi yaitu dengan menerapkan
kebijakan moneter.Kebijakan ini merupakan suatu kebijakan yang
dikeluarkan oleh Bank Sentral yang bertujuan untuk meningkatkan
jumlah peredaran uang di masyarakat. Kebijakan moneter ini juga akan
memberlakukan polotik diskonto, yakni kebijakan yang menurunkan
tingkat suku bunga yang ada sehingga suatu masyarakat memilih untuk
menarik uangnya dari Bank.
3. Menerapkan Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal juga dapat dilakukan untuk mengatasi suatu
deflasi yang terjadi. Apakah itu kebijakan fiskal? Jika kebijakan
moneter dapat diberlakukan oleh pihak bank, maka kebijakan fiskal ini
diberlakukan oleh pihak pemerintah.
9

4. Menerapkan Kebijakan Non-Moneter


Kebijakan non-moneter disebut-sebut juga sebagai cara yang paling
efektif untuk mengatasi masalah deflasi. Di dalam suatu kebijakan non-
moneter ini terdapat beberapa langkah petning yang akan meningkatkan
jumlah uang yang beredar di masyarkat.
5. Meningkatkan upah kerja
Dengan adanya peningkatan dalam upah pekerja, maka ini juga
akan mempengaruhi meningkatnya daya beli masyarakat sehingga
membuat perekonomian menjadi lebih baik dan stabil.
6. Adanya penurunan biaya untuk pajak
Apabila biaya pajak mengalami penurunan, maka hal ini akan
membuat perusahaan semakin giat melakukan usaha sehingga nantinya
akan membantu perekonomian masyarakat menjadi lebih baik.

Hal yang dilakukan pemerintah dan bank sentral dalam mengatasi deflasi
Ketika deflasi sudah melanda, pemerintah dan bank sentral pun harus segera
mengambil langkah. Mereka harus segera memperbaiki siklus perputaran uang
yang ada di negaranya. Sebelum negara merugi semakin banyak.
Dua kebijakan yang menjadi upaya pemerintah dan bank sentral dalam menangani
deflasi yakni:

Kebijakan moneter Kebijakan non-moneter


Kebijakan moneter adalah kegiatan di Kebijakan kedua, adalah kebijakan
mana bank sentral meminta semua bank yang dianggap paling ampuh dalam
untuk mengurangi suku bunga bank. menangani deflasi. Kebijakan tersebut,
Semakin kecil suku bunga yang adalah kebijakan non-moneter.
diberikan oleh bank, semakin banyak Dalam kebijakan ini, perlu kerjasama
pula nasabah yang memilih untuk yang erat antara pemerintah dan bank
menarik uangnya. Sebab, mereka sentral.
berpikir menabung pun tidak akan Beberapa hal yang biasa dilakukan
memberikan mereka keuntungan yang adalah:
10

signifikan. Mengurangi suku bunga pinjaman


Hal ini akan mendorong masyarakat perusahaan. Sehingga, pemilik usaha
untuk menjajankan uangnya, ketimbang bisa sedikit bernapas lega karena tidak
hanya membiarkannya di bank terbebani pengeluaran yang terlalu
banyak.
Mengurangi nilai pajak yang
dikenakan. Dengan harapan, uang yang
digunakan untuk membayar pajak itu
bisa diputar lagi oleh perusahaan.
Sehingga bisa menguatkan kegiatan
jual beli yang ada.
Menaikkan nilai upah masyarakat. Hal
ini membuat masyarakat akan semakin
bersemangat untuk melakukan aktivitas
jual beli.
Menetapkan Kebijakan Fiskal. Dalam
kebijakan ini pemerintah akan
bertindak secara penuh untuk
mengelola perekonomian negara.
Sehingga, perekonomian negara bisa
kembali stabil.

2.5 Tingkat Deflasi di Indonesia


Tiga bulan berturut-turut Indonesia mengalami. Pada september 2020,
tingkat deflasi  0,05% secara bulanan (month on month/mom). Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat terdapat empat kelompok pengeluaran yang
mengalami deflasi. Pertama, kelompok makanan, minuman, dan tembakau
sebesar 0,37%. Kedua kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,01%.
Ketiga, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01%.
11

Terakhir, kelompok transportasi sebesar 0,33%. Sementara itu, secara


tahunan (year on year/yoy) Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,42%.
Adapun secara tahun kalender (year to date/ytd) sebesar 0,89%.
Deflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,12 persen dengan IHK
sebesar 130,28 dan terendah terjadi di Meulaboh sebesar 0,14 persen dengan
IHK sebesar 131,63.

2.6 Dampak Adanya Deflasi


Banyak sekali dampak yang diperoleh dari adanya deflasi yaitu :
1. Dampak Positif Deflasi
a) Menguatnya nilai pada mata uang.
b) Timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menabung
untuk memenuhi suatu kebutuhan di masa depan.
c) Konsumen cenderung lebih berhemat dalam hal berbelanja.

2. Dampak Negatif Deflasi


a) Menurunnya Pendapatan Sektor Bisnis
Kondisi deflasi pada suatu negara dapat menyebabkan banyak
pelaku bisnis yang berlomba-lomba untuk meneka harga jual demi
menarik minat konsumen. Hal ini juga berakibat pada pemerosotan
keuntungan bisnis dan jika kondisi tersebut terus dibiarkan akan
memaksa bisnis untuk menghentikan kegiatannya karena tidak ada
biaya produksi.
b) PHK Besar-Besaran
Dari pengertian deflasi dan penyebabnya sudah dikatakan
bahwa terjadi peningkatan hasil suatu produksi namun tidak
diiringi dengan peningkatan permintaan masyarakat. Suatu
perusahaan yang merugi akibat keuntungan yang rendah akan
memutuskan untuk melakukan PHK besar-besaran terhadap
karyawannya untuk mengurangi pengeluaran gaji tenaga kerja.
12

c) Investasi dan Harga Saham Menurun


Jika bisnis ini terus mengalami kerugian akibat deflasi, maka
para investor akan menarik kembali modalnya karena khawatir
tidak akan mendapatkan keuntungan. Tentu hal ini sangat tidak
baik juga bagi kelangsungan bisnis Anda.

2.7 Perhitungan Deflasi


Sebagaimana inflasi, arti deflasi juga dihitung dari Indeks Harga
Konsumen (IHK). Dikutip dari laman resmi BPS, deflasi adalah terjadi
karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa
indeks kelompok pengeluaran. Beberapa IHK yang dipakai BPS dalam
perhitungan apa itu deflasi antara lain kelompok makanan, minuman,
tembakau, kelompok pakaian dan alas kaki, transportasi. Lalu kelompok
informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok perumahan, air, listrik,
dan bahan bakar rumah tangga, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan
rutin rumah tangga. Berikutnya kelompok kesehatan, kelompok pendidikan,
kelompok penyediaan makanan dan minuman / restoran, kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya.
Indeks Harga Konsumen (IHK) juga menjadi salah indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat deflasi. Secara teknis, suatu keadaan
dikatakan deflasi jika tingkat inflasi turun di bawah 0%. Berkaitan dengan
IHK, penurunan belanja konsumen dapat menjadi salah satu sumber
permasalahan deflasi, misalnya adalah masalah penurunan jumlah
pendapatan yang dibelanjakan serta penurunan kepercayaan konsumen
terhadap masa depan finanasialnya.
Selain itu, penurunan jumlah uang beredar dan peningkatan pasokan
barang juga dapat menjadi satu sinyal potensi terjadinya deflasi. Hal itu
berkaitan dengan minimnya aktivitas transaksi yang dilakukan oleh
masyarakat karena lebih memilih untuk menimbun uang yang mereka
miliki. Oleh karena itu, pemerintah umumnya mengambil langkah dengan
13

cara mengurangi tingkat suku bunga dan pajak. Tujuannya adalah untuk
merangsang pengeluaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan
permintaan barang dan jasa yang akan berimbas pula pada kenaikan harga
(pengakhiran deflasi).

2.8 Contoh Deflasi


1) Belakangan ini pemberitaan bahwa perekonomian di indonesia
mengalami suatu deflasi sebagai dampak kebijakan penurunan BBM
dari 8500 menjadi 7500 pada tanggal 1 Januari 2015 dan penurunan
kedua pada tanggal 16 januari 2015 menjadi 6.600. Penurunan ini dapat
disebabkan karena harga minyak dunia yang terus merosot menjadi
$50/barel.
2) Perekonomian Jepang juga tertangkap dalam deflasi spiral selama 30
tahun terakhir. Ini dimulai pada tahun 1989 ketika Bank of Japan sudah
menaikkan suku bunga dan menyebabkan gelembung meledak.Selama
dekade itu, ekonomi bertumbuh kurang dari 2 persen per
tahun.Kelebihan pekerja juga menurunkan produktivitas. (Wacana
budaya Jepang PHK karyawan). Kebanyakan orang Jepang adalah
seorang penabung. Ketika mereka melihat tanda-tanda resesi, mereka
akan berhenti mengeluarkan uang.
3) Jepang telah melaporkan suatu data ekonomi yang menurun pada tahun
2012 dan menjadi tantangan bagi pemerintahan baru negara tersebut.
Suatu produk industri anjlok pada November seiring dengan permintaan
ekspor yang terus melemah.
4) Harga konsumen menurun, ini menunjukan bahwa deflasi berlanjut
akibat masih sulitnya untuk mendorong permintaan domestik. Jepang
juga tengah berupaya untuk memacu permintaan domestik untuk
mengimbangi penurunan ekspor, yang telah menurun sejak enam bulan
lalu. Langkah itu juga dilakukan untuk menopang pertumbuhan.
5) Perluasan pada revolusi industri dunia. Selama akhir abad ke-19,
produsen memanfaatkan suatu teknologi baru yang memungkinkan
14

mereka meningkatkan produktivitas mereka. Akibatnya, pasokan suatu


barang dalam perekonomian meningkat secara substansial dan
karenanya, harga suatu barang-barang tersebut menurun. Meski
kenaikan tingkat produktivitas setelah “Revolusi Industri” yang
merupakan perkembangan positif bagi perekonomian, namun hal
tersebut juga menyebabkan periode deflasi.
6) Menyusul krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1997, Hong Kong juga
mengalami deflasi jangka panjang yang tidak berakhir hingga kuartal
ke-4 tahun 2004. Banyak mata uang di Asia Timur devaluasi setelah
terjadinya krisis.Dolar Hong Kong bagaimanapun, dipatok terhadap
dolar AS, yang dapat mengarah ke penyesuaian, bukan deflasi harga
konsumen.Situasinya didominasi oleh China dan “kepercayaan
konsumen lemah” pada Hong Kong. Deflasi ini disertai oleh
kemerosotan suatu ekonomi yang lebih parah daripada dunia yang
mendevaluasi mata uang mereka setelah krisis keuangan Asia.
7) Selama Perang Dunia I, mata uang Pound Sterling Inggris juga telah
dihapus dari standar emas. Motivasi perubahan kebijakan ini untuk bisa
membiayai Perang Dunia I; salah satu hasilnya ialah inflasi dan
kenaikan harga, dengan penurunan nilai tukar internasional untuk
Pound. Ketika Pound kembali kepada standar emas setelah perang itu
dilakukan atas dasar harga emas sebelum perang, yang karena itu lebih
tinggi dari pada Pound. Inggris juga mengalami deflasi sekitar 10%
pada tahun 1921, 14% pada tahun 1922, dan 3 sampai 5% pada awal
1930an.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jika kita mengamati harga-harga barang atau jasa, tidak ada harga yang
tetap atau konstan dari waktu ke waktu, bahkan cenderung naik.hal tersebut
diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara arus uang dan arus barang.
dimana arus barang harus mengalir dari hasil produksi perusahaan kepasar
barang dan bertemu dengan arus yang berasal dari pembelanjaan pemerintah
dan rumah tangga atau konsumen. Untuk lebih tepatnya, deflasi
didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan
jumlah uang yang berada di masyarakat. Deflasi terjadi ketika jumlah uang
yang yang beredar di masyarakat (money supply) lebih sedikit dari jumlah
supply barang yang ada. Sehingga terjadi penurunan harga-harga.
Contoh  kenapa hal ini bisa terjadi dapat kita temui dalam kehidupan sehari-
hari, harga barang-barang elektronik semakin hari semakin murah. Hal ini
terjadi karena perkembangan tekhnologi yang cepat sehingga supply barang
tekhnologi dipasaran semakin banyak. Sedangkan jumlah uang yang beredar
di masyarakat sedikit, sehingga barang-barang tekhnologi tersebut jatuh
harganya.Atau deflasi bisa terjadi ketika permintaan barang dari masyarakat
semakin menurun dan permintaan uang (money demand) dari masyarakat
meningkat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grapindi Persada.


Kasmir, 2005. Dasar-dasar  Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grapindi Persada.
Kasmir, 2008.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grapindi
Persada.
Nopirin, 2013. Ekonomi Moneter. yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai