Anda di halaman 1dari 3

PIDATO KEBANGSAAN

GERAKAN KEBANGKITAN INDONESIA


Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, M.Si

BANGKITLAH WAHAI INDONESIAKU

Kita tidak bisa mengubah sejarah masa lalu, tapi kita mampu kembali membuat sejarah baru
bangsa kita yang besar

Seratus sepuluh tahun yang lalu para aktivis dan intelektual muda Indonesia telah melahirkan
sebuah kekuatan bersama untuk melawan penjajahan. Kekuatan bersama itu lahir karena kondisi
masyarakat yang terus dijajah, dianiaya, di adu domba, dan dibuat menderita oleh kerja paksa,
perbudakan dan penganiayaan. Padahal masyarakat kita adalah masyarakat yang tulus, jujur
namun bodoh sehingga tak berdaya dihadapan para penjajah yang terus menerus mengeruk
kakayaan alam kita. Saat itupun sebagian pemimpin kita senang menghamba terhadap penjajah,
lebih senang duduk, berkumpul bersama para penjajah demi kekuasaan dan kekayaan yang
diperoleh dengan memperalat tenaga rakyat kita yang bodoh.

Kondisi saat itu dijawab secara taktis dan terencana oleh para intelektual muda kita, dengan
menggabungkan diri dalam perkumpulan Budi Utomo 1908. Mereka adalah para intelektual
muda yang dididik oleh pendidikan eropa, gaya berpikir eropa dan diharapkan menjadi kaki
tangan para penjajah untuk meneruskan penjajahan mereka atas tanah yang subur, kaya sumber
daya alamnya, melimpah hasil buminya yakni tanah Indonesia. Namun, para intelektual saat itu
memilih berkumpul bersama untuk melawan kekuatan penjajah dan menyusun kekuatan untuk
membebaskan rakyat kita dari penderitaan dan perpecahan. Mereka telah memilih untuk
membuat sejarah baru bangsa dengan semangat kebangkitan nasional dan mereka telah berhasil
melakukannya dengan sukses.

Sejarah mereka buat akibat kondisi masyarakat yang terlalu lama menderita, sementara mereka
para bangsawan dan intelektual saat itu hidup dalam kenyamanan, pendidikan yang berkwalitas,
kebutuhan hidup yang melimpah, sementara disekeliling mereka, banyak saudara yang wajahnya
sedih, badannya kurus, namun perutnya buncit. Dalam kondisi yang memprihatinkan mereka
dipaksa bekerja keras dan harus tetap bekerja demi keluarganya yang juga menunggu dirumah
dan rumah mewah bagi mereka adalah rumah yang terbuat dari bambu dan beratapkan daun
kelapa. Para intelektual saat itu tak tega melihat ketimpangan ini, karena mereka meyadari itu
adalah saudara sebangsa dan setanah air yang selalu hidup dalam penderitaan. Mereka tak ada
yang datang menolong. Mereka takut bersuara, takut melawan, tak tahu cara mengubah nasib
mereka. Penderitaan inilah yang disadari oleh para pencetus kebangkitan nasional saat itu.
Mereka adalah para intelektual yang berempati terhadap saudara-saudaranya sendiri.

Kebangkitan melawan kebodohan, kemiskinan dan konflik antar perbedaaan tak berhenti saat
1908. Maka mereka kembali berkumpul membangun kekuatan bersama untuk memperkuat
komitmen kebangsaan, melepaskan perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan status sosial
dan ekonomi. Para intelektual muda itu kembali berhimpun dalam semangat kepemudaaan,
dengan menggalang kekuatan bersama untuk membentuk sejarah baru kembali dalam semangat
persatuan. Tanpa persatuan, kita mudah di adu domba, tanpa persatuan kita akan bertikai dan
tanpa persatuan maka kita akan terus saling berperang, hingga kita tidak sadar bahwa peperangan
itu mencurahkan darah saudara-saudara kita sendiri. Kita mengalami penderitaan bersama, kita
mengalami kesusahan bersama, dan kita mengalami kemiskinan bersama, tak ada yang menang,
kita semua kalah dan menjadi pecundang dihadapan penjajah yang tertawa karena sukses
mengadu domba kita. Saudara kita yang kalahpun dijadikan kambing hitam dan saudara kita
yang menang membuat dendam sejarah bagi yang kalah. Semua karena kita tak memiliki
persatuan. Maka untuk menggalang kekuatan persatuan para pemuda membuat sejarah dengan
melakukan ikrar bersama dalam Sumpah Pemuda 1928.

Proklamasi 17 agustus 1945 adalah mementum sejarah bagi bangsa ini, rakyat Indonesia
diberikan harapan atas kebahagiaan, kesejahtraan, pembebasan dari perrbudakan para penjajah
dan memberikan harapan atas kesejahteraan ekonomi dan ketentraman hidup. Rakyat diberikan
harapan untuk kebebasan dalam menentukan masa depan hidupnya, yang dijamin oleh negara
yang merdeka dan berdaulat. Rakyat tak perlu takut lagi untuk melawan ketidakadilan penjajah
yang telah memeras keringat mereka untuk bekerja keras dan hanya memperkaya penjajah.
Kemerdekaan itu telah dibayar dengan harga yang sangat mahal, kebebasan itu tak ditebus hanya
dengan bicara, tapi kemerdekaan dan kebebasan rakyat Indonesia telah dibayar dengan darah dan
nyawa. Itu harga bagi kedaulaan dan kehormatan yang telah kita rebut dalam kemerdekaan.

Setelah Indonesia merdeka, kita melewati proses sejarah yang panjang hingga saat ini, pergantian
rezim kekuasaan harus dilakukan demi masa depan Indonesia yang jaya kuat, sejahtera dan
terhormat. Orde lama sampai ke orde baru telah membuat bangsa kita kembali masuk dalam
pertikaian, dan semua itu terjadi agar bangsa kita bisa maju menghadapi kondisi ekonomi rakyat
yang saat itu masih banyak yang miskin dan menderita. Begitu juga proses sejarah yang harus
kita jalani saat orde baru menyerahkan kelangsungan bangsa ini ke orde reformasi untuk
memperbaiki ekonomi rakyat yang saat itu mengalami kesusahan dan kemiskinan. Hingga sejak
reformasi pada 20 tahun yang lalu, para pemimpin kita belum mampu membuat rakyat kita
tertawa, tersenyum bahagia karena kehidupan ekonominya yang sejahtera, kebutuhan hidupnya
murah dan anak-anaknya mendapatlan pendidikan yang berkualitas.

Indonesia mengalami tantangan yang sama, kita kembali bertarung dalam kondisi sejarah masa
lalu kita, dimana rakyat mayoritas masih miskin, kebutuhan sandang, pangan dan papan sulit
dipenuhi oleh rakyat karena biayanya sangat mahal, kekayaan alam kita sendiri yang sampai saat
ini belum mampu kita kelolah sendiri. Jika kita melihat masa lalu bangsa ini dan masa sekarang,
maka kita akan memiliki kesimpulan yang sama yakni kita belum mampu memberikan
kemerdekaan sesungguhnya kepada rakyat, yakni kesejahteraan dan ketentraman. Rakyat
berharap kepada pemimpinnya, para intelektual, para tokoh, terlebih pemerintah yang dia berikan
kekuasaan untuk memenuhi harapan dan cita-citanya.
Saat ini rakyat Indonesia sedang menghadapi tantangan globalisasi, ini merupakan tugas berat
pemerintah untuk memastikan rakyatnya mampu menghadapi era globalisasi. Kemajuan
teknologi dimana ruang-ruang interaksi sosial masyarakat sudah dikuasai oleh media-media
sosial, mereka mengambil waktu kebersamaan dan pergaulan sosial masyarakat menjadi lebih
individualistis, kondisi ini juga semakin berbahaya oleh berbagai kejahatan dunia maya yang
membahayakan masyarakat dan pertahanan kemanan negara. Negara sedang berhadapan dengan
kejahatan internasional mulai cyber crime, hacking, cracking, phising, spaming untuk semua
informasi dan data yang kita miliki. Dunia teknologi juga adalah wilayah startegis untuk
menguasai pemikiran dan pengetahuan generasi muda untuk menerima pemahaman-pemamana
ideology yang berbahaya bagi negara, dimana kapitalisme, liberalisme dan ajaran-ajaran ideologi
garis keras menjadi bagian dari pemahaman generasi sekarang.

Internet menjadi ruang strategis untuk mencuci otak generasi muda sekarang, mereka diajarkan
untuk berontak terhadap nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai budaya, tradisi-tradisi luhur bangsa
Indonesia dan menawarkan pemikiran-pemikiran baru untuk menghancurkan tradisi, budaya dan
agama kita sendiri. Pemahaman-pemahaman itu merupakan ideologi yang berbahaya bagi
kehidupan sosial, agama, politik, bahkan ekonomi kita sendiri. Jika kita tidak mampu
menghadapinya secara bijak, terencana dan teraplikasi dalam bentuk kebijakan, maka kondisi ini
semakin memicu konlik, memecah belah persatuan dan kesatuan, kemudian mempertajam
perbedaan-perbedaan yang telah lama hidup harmonis ditengah masyarakat kita. Agama kita
kemudian dipertentangkan dan dibuat konflik, perbedaan politik membuat kita bertikai sampai
dibeberapa tempat terjadi kerusuhan dan menyebapkan kematian. Disatu sisi kekayaan alam kita
hanya dikuasai oleh segelintir orang yang dekat dengan kekuasaan, dan kondisi ini menciptakan
ketimpangan tajam antara yang kaya dan yang miskin, bahkan isue ini sampai ke masalah etnis
yang mampu memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

Kondisi ini menyadarkan kita untuk kembali duduk bersama memikirkan masa depan bangsa kita
sendiri, karena tak ada bangsa lain yang perduli dengan bangsa kita selain kita sendiri. Kitalah
yang menentukan masa depan bangsa kita dan bukan bangsa lain. Kebangkitan atau kemunduran
bangsa ini ada ditangan kita, kemajuan atau kehancuran bangsa ini ada ditangan kita juga.

Maka dalam semangat Gerakan Kebangkitan Indonesia, marilah kita kembali bergandengan
tangan, saling menguatkan pegangan tangan kita untuk maju bersama dan berteriak bangkit
untuk menyadarkan bahaya yang sedang mengancam eksistensi bangsa ini. Mari kita rebut
kembali kedaulatan bangsa kita, karena masa depan bangsa Indonesia ada ditangan kita dan
bukan ditangan bangsa lain

Merdeka!!!
Jakarta, 07 Januari 2017
Jenderal TNI AD (Purn) Djoko Santoso

Anda mungkin juga menyukai