- Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya.
- Mengatur agar kawasan ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima
penghasilan.
- Penghasilan masyarakat.
Disini saya mengambil contoh kearifan lokal pada masyarakat yang berada di Desa Keluru, Kecematan
Keliling Danau, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pada 60 tahun yang lalu, hutan di kawasan Desa
Keluru ditetapkan sebagai Hutan Adat. Berawal pada saat desa Jujun (desa tetangga) dilanda tanah
longsor yang memporak porandakan desa, bahkan ada beberapa rumah yang terseret hingga puluhan
meter jauhnya dari desa. Setelah kejadian tersebut para lembaga adat dan alim ulama desa Keluru
menetapkan kawasan hutan yang terletak dipinggir desa mereka menjadi hutan adat.
Lembaga adat berwenang atas pengelolaan dan penjagaan hutan dan seluruh warga desa Keluru ikut
berperan serta secara aktif dalam menjaga kelestarian hutan ini. Setiap warga desa boleh
memanfaatkan hasil hutan namun dilarang keras mengambil kayu dari dalam hutan. Jika ada warga yang
melanggar peraturan hutan adat, warga tersebut akan segera diberi sanksi berupa denda. Sanksi denda
ini diberikan berdasarkan berapa banyak hasil hutan yang diambil oleh warga tersebut.
Setelah diperoleh pengetahuan lokal, masyarakat mulai membentuk kelembagaan tradisional untuk
menerapkan sistem pengelolaan SDA tersebut, supaya dapat dinikmati oleh seluruh komponen
masyarakat baik untuk generasi sekarang ataupun generasi selanjutnya. Kemudian, diikuti dengan
berkembangnya sejumlah nilai-nilai seperti pantangan, tabu, larangan; pandangan; dan kepercayaan
yang terkait pengelolaan SDA tersebut. Unsur-unsur demikian saling berinteraksi sehingga membentuk
satu kesatuan sistem pengetahuan lokal. Pewarisan dan pelestarian dilakukan dengan menyertakan
seluruh komponen penyusun tersebut sehingga kemudian menjadi tradisi dan budaya pada masyarakat
sekitar.
Tidak. Ekowisata memang banyak memberikan dampak positif terhadap lingkungan, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa juga ada sisi negatifnya. Makalah ilmiah pada tahun 2018, menyatakan bahwa
beberapa proyek ekowisata telah menyebabkan terjadinya deforestasi atau penggundulan hutan.
Karena dengan banyaknya turis yang berdatangan menyebabkan tingginya permintaan untuk
membangun pondok atau hotel. Pembangunan tersebut mendorong terjadinya pembukaan hutan
secara besar besaran demi untuk penyediaan lahan atau penggunaan kayu pohon untuk pembuatan
pondok.
Selain itu, jumlah wisatawan yang tinggi juga dapat memberikan tekanan pada satwa liar, contohnya
Cheetah. Penelitian menunjukkan bahwa banyak turis yang mengabaikan kematian dari hewan tersebut.
Sehingga, semakin banyak turis yang datang maka akan semakin membuat lingkungan tertekan.
Akibatnya, upaya konservasi pun gagal mencapai sasaran yang diinginkan.