A. Tujuan Percobaan :
Mempelajari beberapa reaksi uji yaitu uji millon, uji Hopkins-Cole, uji Ninhidrin, uji
Biuret, dan uji pengendapan terhadap protein.
B. Dasar Teori
Protein adalah suatu zat organik yang mengandung nitrogen. Oleh karena itu suatu
protein pasti tersusun atas unsur-unsur C, H, O, dan N. Beberapa diantaranya juga ada yang
mengandung Fe, S, P, dan Cu dalam jumlah yang relatif kecil.
Asam Amino
Dari rantainya sudah menunjukkan bahwa asam amino memiliki dua buah gugus
fungsional yaitu gugus karboksilat (-COOH) dan gugus amino (-NH3). Gugus amino
penyusun protein biasanya terdapat pada kedudukan atom (α pada asam amino, artinya gugus
amino terikat pada kedudukan atom (α bila ditinjau dari gugus fungsional –COOH). Asam
amino yang paling sederhana adalah glisin dengan struktur sebagai berikut:
CH2 COOH
NH2
C
OH
NH2 C H
R
L asam amino
C
OH
H C NH2
R
D asam amino
Gugus R dalam rantai di atas banyak sekali macamnya, dapat berupa rantai lurus (alifatik),
inti siklus, ataupun heterosiklis, tersubstitusi ataupun tidak.
Asam amino yang terdapat di alam ternyata banyak sekali macamnya. Kurang lebih
70 macam telah diketahui, namun demikian sebagai penyusun protein hanya 20 macam.
Asam amino yang 20 macam ini disebut sebagai asam amino standar. Asam amino dapat
dikelompokkan dengan dasar yang berbeda sebagai berikut:
c. Berdasarkan reaksinya dalam larutan : asam amino asam, asam amino basa, dan asam
amino netral.
d. Berdasarkan sifat-sifat, gugus rantai sampingnya:
1) Asam-asam amino dengan rantai samping (R) non polar, yaitu: alanin, valin
leusin, isoleusin, phenilalanin, tryptophan, metionin, dan prolin.
1. Gugus rantai samping (R) bersifat polar tidak bermuatan, yaitu tirosin,
glisin, serin, threonin, asparagin, glutamin, dan sistein.
2. Gugus rantai samping (R) bermuatan positif, yaitu : lisin, arginin, dan
histidin.
3. Gugus rantai samping (R) bermuatan negatif, yaitu : asam aspartat dan
asam glutamat.
a. Sifat fisika
Asam amino adalah zat yang mudah mengkristal, pada umunya larut dalam air, sedikit
atau tidak larut dalam alkohol dan tidak larut sama sekali di dalam eter. Titik lebur
asam amino biasanya di atas 200 0C bahkan ada yang diatas 300 0C. Banyak asam
amino yang mengalami perubahan bila dipanaskan sampai titik leburnya. Semua asam
amino mempunyai atom C asimetris, yaitu atom Cα yang mengikat gugus amino,
namun beberapa diantaranya mempunyai dua atom C asimetris, hingga asam-asam
amino umunya mempunyai isomer optis.
b. Sifat Kimia
Asam amino mengandung 2 macam gugus yang berlawanan sifatnya, yaitu gugus –
COOH yang bersifat asam (karena dapat melepaskan ion H+) dan gugus +NH 2 yang
bersifat basa (karena dapat menerima proton). Karena adanya kedua macam gugus
tersebut maka asam amino dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Sifat yang
demikian disebut sifat amfoter. Berikut adalah reaksi asam amino terhadap asam
maupun basa:
CH2 COONa
COOH
HCl
NaOH
NH2 NH2.HCl
+ H2O
Apabila kedua gugus tersebut terion, maka akan terbentuk suatu ion dengan dua
kutub. Ion yang demikian tersebut disebut ion zwitter mencapai harga maksimum dan
konsentrasi asam konjugasi sama dengan konsentrasi basa konjugasi, maka larutan ini
dapat menghantarkan arus listrik. Dalam keadaan ini larutan tidak mengalami
elektrolisis, berarati tidak terjadi perubahan ion-ion di dalam larutan dan pH larutan
selalu tetap. Pada saat pH yang demikian ini larutan tersebut dikatakan mencapai titik,
isoelektrik. Harga pH isoelektrik adalah rata-rata dari harga pK gugus karboksilat dan
gugus amonium.
Pembagian Protein
Protein sederhana (protein tunggal)
Walaupun bentuk dari struktur primer protein merupakan rantai linear, hampir
semua protein di alam dalam bentuk melipat menjadi bentuk yang lebih
kompak membentuk globular. Sedangkan yang lain membentuk konfigurasi
fibrous seperti kolagen.
b) Protein majemuk
Bahan:
a. Triptophan
b. Tirosin
c. Putih telur
d. Kasein
e. Susu
f. Reagen Millon
g. Reagen Hopkins-Cole
h. H2SO4 pekat
i. Larutan Ninhidrin
j. NaOH 2,5 N
k. CuSO4 0,01 M
l. Kristal Amonium Sulfat
Alat:
a. Pipet ukur
b. Gelas ukur
c. Tabung reaksi
d. Vortex-mixer
e. Spektrofotometer UV-Vis
f. Stopwatch
Bahan:
a. Reagen Biuret
b. Akuades
c. Susu
D. Cara Kerja
Memanaskan campuran baik-baik. Jika reagen yang digunakan terlalu banyak, maka akan hilang pada pemanasan
b. Uji Hopkins-Cole
Menambahkan sedikit demi sedikit kira-kira 5 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung
Mengamati warna yang terbentuk pada pertemuan kedua cairan. Putar perlahan-lahan tabung terebut sampai terbentuk cincin
c. Uji Ninhidrin
Menambahkan 0,5 mL larutan Ninhidrin 0,1 % kedalam 3 mL larutan protein, kemudian memanaskannya hingga mendidih
d. Uji Biuret
Menambahkan setetes CuSO4 0,01 M, kemudian mengaduknya, jika tidak timbul warna violet, tambahkan lagi setetes atau 2
Menambah sedikit amonium sulfat dan mengaduknya hingga melarut. Melakukan hingga amonium sulfat tidak larut lagi.
Menyaring endapan jika larutan sudah jenuh
Menguji kelarut dalam air. Kemudian menguji dengan reagen Millon dan filtratnya diuji dengan reagen Biuret
2. analisis kuantitatif
Menambahkan 4 ml reagen biuret, megocok dan mendiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Membaca serapannya pada
Untuk blanko memakai campuran I ml akuades dan 4 ml reagen biuret yang juga didiamkan selam 30 menit pada suhu kama
Membuat kurva baku dan tetapkan kadar protein larutan yang diberikan
E. Data Pengamatan
1. Uji Biuret
Pengamatan
Sampel Kesimpulan
Jumlah Tetes Warna
2. Uji Millon
Pengamatan
Sampel Sebelum Sesudah dipanaskan Kesimpulan
dipanaskan
4. Uji Ninhidrin
Pengamatan
Sampel Sebelum Setelah dipanaskan Kesimpulan
dipanaskan
Analisis Kuantitatif
Larutan standar :
Volum 1 ml
V1 . M1 = V2 . M2
1 . 10 = 10 . M2
M2 = 1 mg/ml
Volum 2 ml
V1 . M1 = V2 . M2
2 . 10 = 10 . M2
M2 = 2 mg/ml
Volum 3 ml
V1 . M1 = V2 . M2
3 . 10 = 10 . M2
M2 = 3 mg/ml
Volum 4 ml
V1 . M1 = V2 . M2
4 .10 = 10 . M2
M2 = 4 mg/ml
Volum 5 ml
V1 . M1 = V2 . M2
5 . 10 = 10 . M2
M2 = 5 mg/ml
y = 0,0254 + 0,0192x
y = 0,0254 + 0,0192x
y = 12,74 mg/ml
y = 0,0254 + 0,0192x
x = 11,59 mg/ml
12 ,74 +11,59
=12 , 165
Konsentrasi sampel = 2 mg/ml
= 608,25 mg/ml
Grafik Hubungan antara Absorbansi
terhadap Konsentrasi
0.14
A b so rb an si
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 2 4 6
konsentrasi (mg/mL)
G. Pembahasan
Secara kualitatif, percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap
asam amino dan protein. Sedangkan secara kuantitatif, bertujuan untuk menentukan kadar
protein secara Biuret.
a. Uji Millon
Prinsip dari uji Millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang
ternitrasi. Tirosin mempunyai asam amino yang mempunyai molekul fenol pada
gugus R-nya yang membentuk gaaram merkuri dengan pereaksi Millon. Reagen yang
digunakan adalah larutan merkuri dan ion merkuri dalam asam nitrat dan asam nitrit.
Warna merah yang terbentuk adalah garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Pereksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg kedalam protein sehingga pada
penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari senyawa merkuri.
Untuk protein yang mengandung tirosin pada penambahan pereaksi Millon
memberikan warna merah.
H3N+ C COO -
CH2
2
tirosin OH
H triptophan
NHNH
2 2
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa susu dan tirosin memberikan hasil
positif dengan warna merah. Sedangkan albumin, glisin dan triptophan memberikan
hasil negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa susu mengandung tirosin sebagai salah
satu asam amino penyusunnya. Triptophan tidak mempunyai fenol pada gugus R-nya,
maka tidak membentuk warna merah.
b. Uji Hopkins-Cole
Pereaksi Hopkins-Cole terbuat dari asam oksalat dan serbuk magnesium
dalam air. Larutan protein yang mengandung triptophan dapat direaksikan dengan
pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Hal ini disebabkan,
triptophan dapat berkondensasi dengan sejumlah aldehida dengan bantuan asam kuat
membentuk senyawa yang berwarna. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-
Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan dibawah
larutan protein. Beberapa aat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas diantara
kedua cairan tersebut.
H H
H
COOH
NH
R N
H
Uji ini spesifik untuk protein yang mengandung triptophan. Dari hasil
percobaan, susu, glisin, dan triptophan memberikan hasil positif. Sedangkan albumin
dan tyrosin memberikan hasil negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa susu dan glisin
mengandung triptophan.
c. Uji Ninhidrin
Apabila ninhidrin dioanaskan dengan asam amino, maka akan terbentuk
kompleks berwarna ungu. Dalam hal ini akibat terjadinya oksidasi, NH 3 dan CO2 akan
dilepaskan. Kemudian NH3 yang terbentuk bereaksi dengan hidrantin membentuk
kompleks berwarna ungu. Reaksinya adalah:
NH2 O C O
H
C C +
+ OH
C C OH
R C H
R CH COOH
Hidrantin
C OH
O
O
+ NH3
H O NH2O
O
NH2
C C
C OH
H
+ C N C C
+ + NH3
C C OH
C
O O O
Ungu
Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam
amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna.
Pada uji ini susu dan tyrosin menunjukkan hasil positif. Sedangkan albumin, glisin
dan triptophan menunjukkan hasil negatif.
d. Uji Biuret
Reaksi ini umum untuk peptida dan protein. Reaksi positif dengan terjadinya
cincin ungu. Terjadinya cincin ungu terbentuk dari ikatan Cu dan N dan unsur H
terdapat pada peptida menghasilkan CuN yang terjadi dalam senyawa yang
mempunyai ikatan peptida lebih dari satu. Proses pembentukan ikatan peptida:
NH2NH2
C O
C O Ikatan peptida
NH
NH3 +
C NH2 O
NH2
Pada praktikum ini, susu, glisin, tirosin dan triptophan menunjukan hasil
negatif dengan indikasi terbentuknya warna biru adalah karena tidak adanya ikatan
peptida. Sedangkan pada albumin menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya
warna larutan ungu.
Filtrat yang tersisa pada pengujian ini, kemudian diuji kembali dengan cara biuret dan
menghasilkan warna biru. Warna biru yang terbentuk menunjukkan bahwa masih ada protein
dalam larutan yang belum terendapkan, ini juga berarti masih ada protein dalam larutan yang
belum terendapkan sempurna dengan penambahan garam amonium sulfat tersebut.
H. Kesimpulan
b. Uji Hopkins-Cole
Susu, glisin dan triptophan memberikan hasil positif, sedangkan
albumin dan tirosin memberikan hasil negatif. Uji ini positif untuk larutan
protein yang mengandung triptophan.
c. Uji Ninhidrin
Susu dan tirosin memberikan uji positif ditandai dengan terbentuknya
warna ungu, sedangkan albumin, glisin dan triptophan memberikan uji
negatif. Uji ini positif untuk protein yang mengandung sedikitnya satu
gugus karboksil dan gugus amino bebas.
d. Uji Biuret
Albumin memberikan hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna
ungu, sedangkan susu, glisin, tirosin, dan triptophan memberikan hasil
negatif. Uji ini positif ountuk senyawa yang mempunyai ikatan peptida
lebih dari satu.
Daftar Pustaka
Togu Gultom dan Eddy S. 2010. Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta: FMIPA UNY