Anda di halaman 1dari 2

Kepada Yth.

Bapak Pdt Albert Awui


Gembala Sidang GPdI BUKIT HERMON
Bitung Timur
Di
Bitung

Perihal : Tanah yang diperjual belikan terletak di Bitung Timur tepatnya berbatasan
dengan tanah GPdI Bukit Hermon Bitung Timur.

Dengan ini dapat kami sampaikan hal sebagai berikut :

1. Setelah nyata / mendapat kepastian bahwa gedung GPdI Bukit Hermon akan kena
pembangunan jalan Tol Manado-Bitung maka saya didatangi oleh Jemaat GPdI yang
mengaku sebagai Majelis Gereja / Panitia Pembangunan Gereja, antara lain Bpk. Harry
Kotabunan dengan tujuan membicarakan / memohon bilamana terjadi pembayaran ganti
untung dari jalan Tol, Gereja berkeinginan untuk membeli tanah saya sebagai gantinya
mengingat tanah dimaksud berbatasan / bersebelahan dengan tanah gereja.

2. Waktu berlalu cukup lama namun akhirnya Panitia Pembangunan Gereja (antara lain :
Bpk Liem Rais) datang lagi kerumah saya untuk mempertegas akan rencana gereja
membeli tanah saya tersebut (Poin 1 diatas)

3. Sehubungan dengan Point 1 dan 2 diatas serta memenuhi pembicaraan dengan panitia
maka saya ke lokasi tanah dimaksud dan ketemu Pdt/Gembala Sidang GPdI Bukit
Hermon Bpk Albert Awui yang didampingi ibu Gembala (Ibu Morina Sondakh). Menurut
Bpk Gembala, Ibu Morina Sondakh lagi sakit sehingga saya banyak bicara dengan Bapak
Gembala Albert Awui namun tetap didampingi oleh ibu Morina Sondakh. Dalam
pembicaraan dengan Pdt A. Awui, tanah yang akan saya jual mulai dari sudut bangunan
pastori tarik keatas sejajar dengan kemiringan batas tanah gereja dan tanah saya sehingga
dengan jelas tanah yang akan saya jual adalah tanah yang berbatasan dengan tanah gereja
(batas sebelah timur)

4. Tiba waktunya saya didatangi Majelis/Panitia Pembagunan GPdI Bukit Hermon sebagai
utusan gereja unuk membicarakan kepastian dari rencana penjualan tanah saya sekaligus
kepastian harga tanah dimaksud. Lewat negosiasi diputuskan Rp.1.100.000 m2 dengan
catatan seluruh biaya sebagai akibat penjualan sampai biaya pemisahan sertifikat tanah,
ditanggung oleh pihak gereja GPdi Bukit Hermon.

5. Pada saat akan dilaksanakan pembayaran jual beli tanah tersebut barulah saya diberi tahu
bahwa tanah dari sdr. Hanafi seluas 467 m2, SHM No.00595 telah dibeli oleh Gereja
namun disebelah barat ada kelebihan ± 2m x panjang tanah dimaksud. Dalam hal ini atas
kelebihan tanah yang dijual oleh Hanafi tersebut yang merupakan milik saya diberikan
ganti rugi oleh Ibu Gembala sebesar Rp. 25.000.000 ,-

6. Selanjutnya saya didatangi oleh ibu Gembala (Ibu Morina Sondakh) bersama Ibu Dei
untuk membicarakan cara pembayaran tanah seluas 800 m2 yang akan dibeli gereja
dimana saat itu ditetapkan dibayar lewat transfer rekening atas nama saya dibank (tidak
secara penyerahan langsung/cash).

7. Sangat disayangkan, belum diadakan penetapan batas tanah yang dijual sesuai
pembicaraan terdahulu dengan pdt. Awui, Panitia Pembangunan telah mencukur dengan
eskafator kemiringan dari tanah tersebut dan meratakannya sehingga patok-patok batas
tanah tidak nampak lagi sehingga hal ini juga menyulitkan pengukuran/penetapan luas
tanah sebagai mana yang saya tunjuk semula.Oleh karena itu dalam rangka penetapan
lokasi dan batas tanah yang saya jual dan untuk kepentingan pemisahan dari sertifikat
induk menjadi sulit. Oleh karena itu disarankan agar Gereja mengadakan pengembalian
batas atas tanah dimaksud lewat BPN sehingga bisa diadakan pemisahan sertifikat atas
tanah yang dibeli oleh gereja. Dalam hal ini sesuai pembicaraan seluruh pengurusan
ditanggung oleh GPdI Bukit Hermon.
8. Selain hal-hal diatas ternyata panitia pembangunan / ibu gembala telah mengadakan
cutting/pencukuran atas tanah yang sesuai pembicaraan tidak termasuk yang saya jual ke
GPdI Bukit Hermon hal ini sudah beberapa kali kami tegor secara lisan maupun lewat
WA agar jangan diteruskan namun pengerukan / pencukuran atas tanah saya dimaksud
tetap dilaksanakan. Mengingat larangan tersebut yang walaupun telah kami lakukan
berama-sama dengan Pak BABINSA yang akhirnya kami kerumah pastori ketemu Pdt,
Supaya dihentikan pekerjaannya karena tanah yang dimaksud tidak termasuk yang saya
jual.
Sehubungan dengan larangan kami tersebut, bila mana masih tetap dilanjutkan
berarti hal ini bisa mengarah ke pidana karena tanah hasil cukuran digunakan untuk
pembangunan yakni penimbunan tanah. Penimbunan untuk meratahkan tanah.

Sehubungan dengan hal-hal diatas dengan ini kami minta agar pengurusan
pengembalian batas tanah dengan memasang kembali patok-patok batasnya agar
dipercepat. Dalam hal ini pengembalian batas tanah harus diadakan oleh BPN. Dengan
demikian pengurusan pemisahan sertifikatnya dapat segera terlaksana.
Selain itu dengan tegas kami minta supaya pelaksanaan pengambilan tanah timbun
dengan cara pengerukkan/pencukuran tanah yang tidak termasuk dalam tanah yang saya jual,
supaya segera diperbaiki dengan ditanggul/diturap agar tanahnya tidak longsor, sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan .

Demikian agar maklum, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Salam Sehat

(Johanis Lengkong, SE, MM)

Tembusan:
Yth:
 Kepala Kecamatan Maesa
 Kepala Kelurahan Bitung
 Panitia Pembangunan GPdI Bukit Hermon
 KAPOLSEK Bitung Maesa
 Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Pemerintah Kota Bitung
 Kepala Kantor BPN Kota Bitung
 Dirjen Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan
UP. Bpk. Raden Bagus Agus Widjayanto
Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
 Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI
UP. Bpk. DR. H. Suhajar Diantoro, M.Si
 Ketua Umum PGI
UP. Pdt. Gomar Gultom
 Majelis Daerah GPdI Manado, Sulawesi Utara
 Majelis Pusat GPdI
UP. Ketua Umum (Pdt. DR. Jhoni Weni Weol, MM, M.Th
 Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
UP. Bpk. DR. Ir. Bambang Hendroyono, MM

Anda mungkin juga menyukai