Anda di halaman 1dari 31

BAB II

PENGATURAN HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN

BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI INDONESIA

2.1 Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengaturan tentang Bahan Berbahaya dan Beracun di Indonesia tersebar

di berbagai peraturan perundang-undangan. Di dalam Pasal 22 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, telah mengubah,

menghapus, atau menetapkan pengaturan baru, dari beberapa ketentuan

terkait Perizinan Berusaha yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UUPLH) . Sebagai tindak lanjut atas disahkannya Undang-Undang nomor 11

tahun 2020 tentang Cipta Kerja dalam hal Persetujuan Lingkungan tersebut,

Pemerintah Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun

2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Menurut pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dan juga termuat

dalam Pasal 1 butir 68 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang

Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa

yang dimaksud limbah adalah sisa suatu Usaha dan/atau Kegiatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Bahan berbahaya dan Beracun (B3)

dalam pasal 1 butir 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

18
19

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 1 butir 67

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah adalah zat, energi,

dan / atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau

jurmlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan dan/atau merusak Lingkungan Hidup, dan/atau

membahayakan Lingkungan Hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup

manusia dan makhluk hidup lain.

Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat Limbah B3, adalah sisa

suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3 yaitu zat, energi, dan /

atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jurmlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusak Lingkungan Hidup, dan/atau membahayakan Lingkungan Hidup,

kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

2.2 Jenis-Jenis Limbah B3

Ditetapkannya PP Nomor 22 tahun 2021 adalah sebagai tindak lanjut

untuk dapat dilaksanakannya Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang

Cipta Kerja. Dalam pasal 276 ayat 2 (dua) PP Nomor 22 Tahun 2021,

menetapkan Limbah B3 berdasarkan kategorinya dibagi menjadi 2 (dua)

berdasarkan uji toksikologi, yaitu :

a. Limbah B3 Kategori 1

Limbah dengan kategori 1 merupakan limbah B3 yang berdampak

akut dan langsung terhadap manusia, serta dipastikan berdampak

negatif terhadap lingkungan hidup.1


1
Erna Lestianingrum, 2021,”Pemanfaatan Limbah B3 di Industri Semen PT.Indocement”, h.3.
20

b. Limbah B3 Kategori 2

Limbah dengan kategori 2 merupakan Limbah B3 yang memiliki

dampak efek tunda (delayed effect), dimana dampak yang ditimbulkan

bersifat tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta

memiliki toksisitas subkronis atau kronis.2

Sedangkan limbah B3 berdasarkan sumber dihasilkannya dibagi menjadi

3 (tiga), yaitu3 :

a. Limbah B3 dari sumber spesifik

Pada umumnya bukan berasal dari proses utama suatu

kegiatan/usaha, tetapi berasal dari kegiatan lain diluar proses utama

diantaranya pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi atau

inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan pengemasan.

b. Limbah B3 dari B3 kadaluwarsa

B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk yang

akan dibuang, dan bekas kemasan B3, dari berbagai industri atau

kegiatan.

c. Limbah B3 dari sumber spesifik

Kategori limbah B3 ini merupakan sisa dari proses suatu industri atau

kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. Limbah B3 dari

sumber spesifik dibagi menjadi 2 sub kategori yaitu Limbah B3 dari

sumber spesifik umum dan Limbah B3 dari sumber spesifik khusus.

2
Ibid.,
3
Ibid.,hlm.4
21

2.3 Karakteristik Limbah B3

Limbah B3 memiliki ciri-ciri dan karakteristik tertentu. Adanya sifat-sifat

limbah B3 ini lah yang membedakan antara limbah B3 dengan jenis-jenis

limbah lain pada umumnya. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja sifat dan

karakteristik limbah B3 berdasarkan Pasal 278 ayat 2 (dua) PP Nomor 22

Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup :

1. Mudah Meledak (explosive)

Limbah B3 yang bersifat mudah meledak berarti limbah tersebut mudah

meledak pada temperatur dan tekanan standar atau melalui reaksi kimia

dan/atau fisika sehingga dapat menghasilkan gas yang dengan cepat

merusak lingkungan sekitarnya.

2. Mudah Menyala (flammable)

Limbah B3 juga bersifat mudah menyala, yang berarti limbah dapat

terbakar karena kontak dengan udara, nyala api, air, atau bahan lainnya

meski dalam suhu dan tekanan standar. Sifat ini juga dibagi menjadi 3 (tiga),

yakni sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), sangat mudah

menyala (highly flammable), dan mudah menyala (flammable).

3. Reaktif (Reactive)

Limbah B3 reaktif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih

sifat-sifat berikut:

a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat

menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara visual


22

menunjukkan adanya antara lain gelembung gas, asap, dan

perubahan warna;

b. Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan

ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat diketahui

secara langsung tanpa melalui pengujian di laboratorium; dan/atau

c. Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi pH antara 2

(dua) dan 12,5 (dua belas koma lima) dapat menghasilkan gas, uap,

atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui pengujian Limbah

yang dilakukan secara kualitatif.

4. Infeksius

Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang

terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan,

dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk

menularkan penyakit pada manusia rentan. Yang termasuk ke dalam Limbah

infeksius antara lain:

a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi

penyakit menular atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium;

b. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan

intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas;

c. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang

terbuang dari proses bedah atau otopsi;

d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ

binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi

atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius; dan/atau


23

e. Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari

persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker

yang mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat

pertumbuhan sel hidup.

5. Korosif (Corrosive)

Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih

sifat-sifat berikut:

a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah

bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma

lima) untuk yang bersifat basa. Sifat korosif dari Limbah padat

dilakukan dengan mencampurkan Limbah dengan air sesuai dengan

metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih kecil atau sama

dengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH lebih besar atau

sama dengan 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa;

dan/atau 8

b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan

adanya kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema.

Sifat ini dapat diketahui dengan melakukan pengujian pada hewan uji

mencit dengan menggunakan metode yang berlaku.

6. Beracun (toxic)

Limbah B3 bersifat beracun karena dapat mengandung racun yang

berbahaya bagi manusia serta dapat menyebabkan penyakit atau bahkan

kematian jika masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kulit atau saluran

pernapasan. Sifat ini juga dibagi mejadi 3 (tiga) yakni sangat beracun sekali
24

(extremely toxic), sangat beracun (highly toxic), dan beracun (moderately

toxic).

Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan

karakteristik beracun melalui Uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching

Procedure), Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-kronis.

a. Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika Limbah

memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah

memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari

TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam

Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Pemerintah ini.

b. Uji Toksikologi LD50

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai

sama dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh)

hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh

miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Limbah

diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih

besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih

kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram)

berat badan pada hewan uji 9 mencit dan lebih kecil atau sama dari

Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau
25

sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat

badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan

dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati

untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan

kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis

probit terhadap hewan uji.

c. Sub-kronis

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi

sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari

menunjukkan sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan

terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku

respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.

2.4 Dampak Negatif Limbah B3

Menurut Drupsteen bahwa “hukum lingkungan” (milieurecht) adalah

“hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijkmilieu) dalam arti

luas, ruang lingkupnya berkaitan dengan ruang pengelolaan lingkungan, dengan

demikian hukum lingkungan merupakan instrument-instrumen yuridis bagi

pengelolaan lingkungan.4 Lebih lanjut St. Moenadjat Danussaputro membedakan

antar hukum lingkungan modern yang berorientasi kepada lingkunganatau

(environment-oriented law) dan hukum lingkungan klasik yang berorientasi

kepada penggunaan lingkungan atau (use-oriented law)5 ,mengarah kepada

hukum lingkungan klasik yang berorintasi secara khusus kepada penggunaan


4
Grusteen, yang dikutip Muhammad TaufikMakarau, Aspek-AspekHukumLingkungan,
(Jakarta: PT. Indeks, 2011), hlm. 3.
5
St. MoenadjatDanussaputro, HukumLingkungan, (Bandung: Bina Cipta,1979), hlm 35-37
26

lingkungan yaitu Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang

membahayakan lingkungan dan kesehatan mahluk hidup terutama manusia dan

sekitarnya.6

Dibandingkan limbah lainnya, limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)

adalah limbah yang membutuhkan campur tangan para ahli dan jasa pengolahan

limbah B3. Efek buruk dari limbah B3 juga akan merugikan lingkungan hidup,

termasuk manusia pada akhirnya. Pengaruh limbah B3 pada manusia memiliki

dua kategori, yaitu efek akut dan efek kronis. Efek akut menimbulkan kerusakan

susunan syaraf, sistem pencernaan, kardiovaskuler, dan pernafasan, serta

penyakit kulit bahkan kematian. Sedangkan efek kronis menimbulkan efek

pemicu kanker, mutasi sel tubuh, cacat bawaan, serta kerusakan sistem

reproduksi. Limbah B3 tersebut juga dapat merusak atau mengganggu sistem

pernafasan dan pencernaan. Jaringan paru-paru akan mengalami kerusakan

berat, dan makanan yang terkontaminasi limbah menyebabkan kerusakan hati.7

Kehadiran limbah yang menimbulkan dampak negatif bagi manusia

maupun lingkungan, maka perlu dilakukan penanganan terhadap limbah

tersebut. Para pelaku industri, diharapkan tidak hanya memikirkan keungtungan

yang banyak saja dan mengesampingkan pengolahan limbah hasil industry.

Karena hal ini dapat berdampak negatif bagi orang lain disekitar lingkungan

industri tersebut.  Berikut beberapa dampak yang muncul akibat kurangnya

penanganan limbah secara tepat:8

6
Ukas, Jurnal Hukum Samudra Keadilan,“Hukum Dan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun (B3) Wilayah Perbatasan Negara Di Kepulauan Riau”, Vol.14, No.2.
7
Blog PT.Nebraska Pratama, Mei 2018, “Dampak Negatif Limbah dan Cara Mengatasinya”.
https://nebraska.co.id/blog/view/dampak-limbah-b3 ,diakses tanggal 7 Juni 2021
8
Blog PT.Nebraska Pratama, Mei 2018, “Dampak Limbah Terhadap Lingkungan Sekitar”.
https://nebraska.co.id/blog/view/dampak-limbah-terhadap-lingkungan-sekitar,diakses
tanggal 7 Juni 2021
27

1. Dampak bagi kesehatan :

 Dapat menyebabkan timbulnya jamur pada kulit, kudis maupun

kurap.

 Penyebaran virus yang berasal dari sampah yang tidak diolah

dengan benar, jika tercampur dengan sumber air yang digunakan

untuk air minum sehari-hari dapat menyebabkan timbulnya

penyakit diare, kolera, tifus bahkan demam berdarah. 

 Konsumsi dalam waktu lama menyebabkan gangguan otot dan

jantung, dan merusak ginjal

 Menyebabkan kerapuhan tulang dan nyeri dengan intensitas tinggi

serta beracun

2. Dampak bagi lingkungan

 Limbah cair yang masuk ke sungai dapat membuat pencemaran

pada air yang mengandung banyak virus penyakit.

 Ikan dan berbagai organisme air dapat mati atau bahkan punah.

Hal ini nantinya akan menyebabkan masalah pada ekosistem.

 Limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan

terjadinya banjir jika hujan turun dengan intensitas tinggi. Hal ini

akan memberikan dampak buruk terhadap jalan, jembatan, tol dan

berbagai infrastruktur lainnya.

 Pengolahan limbah yang kurang baik juga akan menyebabkan

lingkungan kurang nyaman ditinggali karena bau tidak sedap serta

tumpukan sampah yang tersebar dimana-mana.


28

 Limbah yang dibuang kedalam air dapat menghasilkan asam

organik dan gas cair organik seperti metana yang dapat

membahayakan.

 Limbah industri yang mengandung logam, minyak, toksin organic

dan zat beracun lainnya dapat mengurangi kandungan oksigen

dalam air sehingga mengganggu ekosistem dalam air dan tanah.

2.5 Pengertian Pengelolaan Limbah B3

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 dan Peraturan

lainnya yang terkait dan analisa sementara bahwa mayoritas industri dan

kerajinan masyarakat lainnya belum (tidak) menyadari bahwa limbah tersebut

dalam kategori Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3), sehingga pihak

industri dan atau kegiatan lainnya oleh masyarakat akhirnya di buang begitu

saja kesistem perairan dan atau tempat lainnya di wilayah darat tanpa

adanya proses pengelolaan, yang pada prinsipnya pengelolaan penanganan

Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) begitu juga ditimbun, dibakar

atau dibuang kelingkungan, karena mengandung Bahan Berbahaya Dan

Beracun (B3) yang dapat membahayakan manusia dan mahluk lainnya,

limbah bahan berbahaya dan beracun yang umumnya diterapkan oleh

hukum.9

Kewajiban untuk melakukan pengelolaan limbah B3 merupakan upaya

untuk mengurangi terjadinya kemungkinan risiko terhadap lingkungan hidup

yang berupa terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup,

mengingat B3 mempunyai potensi yang cukup besar untuk menimbulkan

9
Ibid.,
29

dampak negatif. Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap

kegiatan industri dapat menghasilkan limbah B3 seminimal mungkin dan

mencegah masuknya limbah B3 dari luar wilayah Indonesia. Hal ini

dilaksanakan melalui pengelolaan limbah B3.10

Kewajiban setiap orang untuk mengengola limbah yang dihasilkannya

diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 58 ayat 1 (satu)

yang berbunyi :

“ Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,

memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib

melakukan pengelolaan B3 “

Dan diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal

275 ayat 1 (satu) yang berbunyi : “Setiap Orang yang menghasilkan Limbah

wajib melakukan pengelolaan Limbah yang dihasilkannya”

Menurut Pasal 1 butir 23 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPPLH) dan Pasal 1 butir

78 PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah :

10
Pengelolaan Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3),
https://newberkeley.wordpress.com/2011/07/29/belajar-pengelolaan-limbah-bahan-
berbahaya-beracun-b3-bagian-i/ diakses pada tanggal 7 Juni 2021.
30

“Kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,

pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan”

Penyelenggaraan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3) pada pasal 275 PP Nomor 22 Tahun 2021, meliputi :

a. Penetapan Limbah B3

b. Pengurangan Limbah B3

c. Penyimpanan Limbah B3

d. Pengumpulan Limbah B3

e. Pengangkutan Limbah B3

f. Pemanfaatan Limbah B3

g. Pengolahan Limbah B3

h. Penimbunan Limbah B3

i. Dumping (Pembuangan) Limbah B3

j. Pengecualian Limbah B3

k. Perpindahan Lintas Batas Limbah B3

l. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan

Lingkungan Hidup dan Pemulihan fungsi Lingkungan Hidup

m. Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah B3

n. Pembiayaan

Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan

menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang

diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan

yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dalam hal
31

ini jelas bahwa setiap kegiatan yang berhubungan dengan B3 harus

memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap

pada kondisi semula.11

Pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan limbah B3, adalah:

a. Penghasil limbah B3 adalah orang yang usaha dan/atau kegiatannya

menghasilkan limbah B3.

b. Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3

sebelum dikirim ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaatan

dan/atau penimbunan limbah B3.

c. Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pengangkutan limbah B3.

d. Pemanfaat limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pemanfaatan limbah B3.

e. Pengolah limbah B3 adalah badan usaha yang mengoperasikan

sarana pengolahan limbah B3.

f. Penimbun limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

penimbunan limbah B3

2.6 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021

Masih banyaknya kegiatan membuang dan menimbun limbah B3 ke

lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu merupakan cermin dari kurangnya

pemahaman dan kesadaran oleh pelaku industri tentang pengelolaan lingkungan


11
Nurwita Utami, Agustus 2020, “Apa Saja Peraturan Perundangan Lingkungan Hidup di Indonesia?”
https://environment-indonesia.com/apa-saja-peraturan-perundangan-lingkungan-hidup-di-indonesia/
diakses pada tanggal 4 Juni 2021.
32

hidup yang baik khususnya dalam hal mengelola limbah B3 yang dihasilkan. 12

Berikut ini pengelolaan limbah B3 berdasarkan regulasi nasional terbaru yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , di antaranya:

a) Pengurangan

Pengurangan adalah kegiatan penghasil limbah B3 untuk mengurangi

jumlah atau mengurangi sifat bahaya aatu racun dari limbah B3 sebelum

dihasilkan dari suatu usaha atau kegiatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 Pasal 283, setiap

orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengurangan limbah B3.

Pengurangan Limbah B3 bisa dilakukan dengan cara:

 Substitusi bahan

Pemilihan bahan baku dan/atau bahan penolong yang semula

mengandung B3 digantikan dengan bahan baku dan/atau bahan

penolong yang tidak mengandung B3.

 Modifikasi proses

Pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien.

 Penggunaan teknologi ramah lingkungan.

b) Penyimpanan

12
Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 Dan Limbah Non B3 Direktorat Jenderal
Pengelolaan Sampah, Limbah Dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan,
“Panduan Penggunaan Siraja Limbah Online”
https://plb3.menlhk.go.id/siraja-limbah-2017/uploads/files/download/manual.pdf , diakses
pada tanggal 7 Juni 2021.
33

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan

oleh penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3

yang dihasilkannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Pasal 285,

setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan

limbah B3 dan dilarang melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya.

Untuk dapat melakukan penyimpanan limbah B3, setiap orang yang

menghasilkan limbah B3 wajib memenuhi:

 Standar penyimpanan Limbah B3 yang diintegrasikan ke dalam Nomor

Induk Berusaha, bagi penghasil Limbah B3 dari usaha dan/atau kegiatan

wajib memiliki Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL),

dan/atau

 Rincian teknis penyimpanan limbah B3 yang dimuat dalam persetujuan

lingkungan bagi:

 Penghasil Limbah B3 dari usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) atau Upaya Pengelolaan

Lingkungan – Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), dan

 Instansi pemerintah yang menghasilkan Limbah B3.

Standar dan/atau rincian teknis penyimpanan limbah B3 yang dimaksud meliputi:

 Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan disimpan

 Dokumen yang menjelaskan tentang tempat penyimpanan Limbah B3

(Pasal 286 sampai dengan Pasal 291).


34

 Dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan limbah B3 (Pasal 292)

 Persyaratan lingkungan hidup (Pasal 294).

 Kewajiban pemenuhan standar dan/atau rincian teknis penyimpanan

limbah B3 (Pasal 295).

Setelah pelaku usaha melakukan kegiatan penyimpanan Limbah B3

memenuhi standar dan/atau rincian teknis sesuai peraturan yang berlaku, pelaku

usaha wajib menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan yang

disampaikan kepada Bupati/Walikota/Pejabat penerbit persetujuan lingkungan.

c. Pengumpulan

Pengumpulan adalah kegiatan mengumpulkan limbah b3 dari penghasil

limbah b3 sebelum diserahkan kepada pemanfaat limbah b3, pengolah limbah

b3, atau penimbun limbah b3.

Berdasarkan PP No.22 Tahun 2021 Pasal 298, setiap orang yang

menghasilkan Limbah B3 wajib menyerahkan Limbah B3 yang dihasilkannya

kepada pengumpul limbah B3, dalam hal:

 Tidak mampu memenuhi ketentuan jangka waktu penyimpanan limbah B3

 Kapasitas tempat penyimpanan limbah B3 terlampaui.

Jangka waktu penyimpanan limbah B3 mencakup:

 Untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih

disimpan paling lama 90 hari sejak limbah B3 dihasilkan


35

 Untuk limbah B3 kategori 1 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari

atau lebih disimpan paling lama 180 hari sejak limbah B3 dihasilkan

 Untuk limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik

umum yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari atau lebih disimpan

paling lama 365 hari sejak limbah B3 dihasilkan.

Penyerahan limbah B3 harus disertai dengan bukti penyerahan limbah

B3, di mana salinan bukti penyerahan limbah B3 ini menjadi bagian dalam

pelaporan pelaksanaan kegiatan penyimpanan limbah B3.

d. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan mengangkut limbah b3 dari penghasil

limbah b3 kepada pemanfaat limbah b3, pengolah limbah b3, atau penimbun

limbah b3.

Berdasarkan PP No.22 Tahun 2021 Pasal 310, pengangkutan limbah B3

wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang tertutup untuk limbah B3

kategori 1 dan alat angkut terbuka untuk limbah B3 kategori 2.

Sesuai dengan Pasal 311 PP No.22 Tahun 2021 , pengangkutan limbah

B3 wajib memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dan perizinan berusaha

di bidang pengangkutan limbah B3. Rekomendasi pengangkutan limbah B3 ini

nantinya akan menjadi dasar diterbitkannya perizinan berusaha di bidang

pengangkutan limbah B3.


36

Untuk mendapatkan rekomendasi pengangkutan limbah B3, pengangkut

limbah B3 harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri dan

dilengkapi dengan persyaratan meliputi:

 Identitas pemohon

 Akta pendirian badan usaha

 Bukti kepemilikan atas dana penjaminan untuk pemulihan fungsi

lingkungan hidup

 Buku kepemilikan alat angkut

 Dokumen pengangkutan limbah B3 yang mencakup:

 Jenis dan jumlah alat angkut

 Sumber, nama, dan karakteristik limbah B3 yang diangkut

 Prosedur penanganan limbah B3 pada kondisi darurat

 Peralatan untuk penanganan limbah B3

 Prosedur bongkar muat limbah B3

e. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, atau

perolehan kembali yang bertujuan untuk menguabh limbah b3 menjadi produk

yang dapat digunakan sebagai subsitusi bahan baku, bahan penolong atau

bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup
37

Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 315, pemanfaatan limbah B3 wajib

dilaksanakan oleh setiap orang yang menghasilkan limbah B3. Jika perusahaan

Anda tidak mampu melakukannya sendiri, pemanfaatan limbah B3 diserahkan

kepada pemanfaat limbah B3.

Sesuai Pasal 316, pemanfaatan limbah B3 meliputi:

 Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan baku

 Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi sumber energi

 Pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan baku

 Pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:

 Ketersediaan teknologi

 Standar produk jika hasil pemanfaatan limbah B3 berupa produk

 Standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup

Setiap orang atau perusahaan yang menghasilkan limbah B3 juga

dilarang melakukan pemanfaatan limbah B3 terhadap limbah B3 dari sumber

tidak spesifik dan sumber spesifik yang memiliki tingkat kontaminasi radioaktif

lebih besar atau sama dengan 1 Bq/cm2 dan/atau konsentrasi aktivitas tiap

radionuklida anggota deret uranium dan torium atau kalium tingkat tertentu.
38

Untuk dapat melakukan pemanfaatan limbah B3, perusahaan wajib

memiliki persetujuan lingkungan dan perizinan berusaha dengan persyaratan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Pengolahan

Pengolahan adalah proses untuk mengurangi atau menghilangkan sifat

bahaya atau sifat racun dari limbah b3 tersebut.

Sesuai PP No.22 Tahun 2021 Pasal 342, pengolahan limbah B3 wajib

dilaksanakan oleh setiap orang yang menghasilkan limbah B3. Jika perusahaan

Anda tidak mampu melakukannya sendiri, pengolahan limbah B3 diserahkan

kepada pengolah limbah B3.

Berdasarkan Pasal 343 Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021,

pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara:

 Termal, meliputi:

Baku Mutu Emisi, standar efisiensi pembakaran dengan nilai paling

sedikit mencapai 99,99%, dan standar efisiensi penghancuran serta

penghilangan senyawa principle organic hazardous constituents (POHCs)

dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99%.

 Stabilisasi dan solidifikasi, berupa baku mutu stabilisasi dan solidifikasi

berdasarkan analisis organik dan anorganik.

 Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


39

Pengolahan limbah B3 ini dilakukan dengan mempertimbangkan

ketersediaan teknologi dan standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan

hidup.

Sama seperti halnya pemanfaatan limbah B3, untuk dapat melakukan

pengolahan limbah B3, perusahaan wajib memiliki persetujuan lingkungan dan

perizinan berusaha dengan persyaratan sesuai dengan perundang-undangan

yang berlaku.

g. Penimbunan

Penimbunan adalah kegiatan menempatkan limbah b3 pada fasilitas

penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan

lingkungan hidup.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Pasal 366, setiap

orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan penimbunan limbah

B3. Jika perusahaan Anda tidak mampu melakukannya sendiri, penimbunan

limbah B3 dapat diserahkan kepada penimbun limbah B3.

Pasal 367 Peraturan Pemerintah Nomro 22 Tahun 2021 , penimbunan

limbah B3 oleh penghasil limbah B3 wajib memiliki persetujuan lingkungan dan

perizinan berusaha dengan persyaratan sesuai perundang-undangan yang

berlaku.

Penimbunan limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas penimbunan limbah

B3 berupa:

 Penimbunan akhir
40

 Sumur injeksi

 Penempatan kembali di area bekas tambang

 Bendungan penampung limbah tambang

 Fasilitas penimbunan limbah B3 lain sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Lokasi penimbunan limbah B3 ini juga harus memenuhi persyaratan yang

meliputi:

 Bebas banjir

 Permeabilitas tanah (tidak berlaku untuk penimbunan limbah B3 yang

menggunakan fasilitas berupa sumur injeksi, penempatan kembali di area

bekas tambang, bendungan penampung limbah tambang, dam fasilitas

penimbunan limbah B3 lain sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

 Daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak rawan bencana, dan di

luar kawasan lindung

 Bukan daerah resapan air tanah, terutama yang digunakan untuk air

minum.

2.7 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada Industri Cat

Industri cat adalah salah satu industri yang menghasilkan limbah bahan

berbahaya dan beracun (B3). Karena dalam proses produksi/kegiatannya banyak


41

menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia itulah yang menghasilkan

sisa suatu usaha yaitu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

Jenis-Jenis Limbah B3 telah diatur dalam Lampiran Peraturan Pemerintah

nomor 21 tahun 2021. Ada beberapa jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh

industri cat, yaitu :

 Limbah kemasan bekas terkontaminasi

Dalam proses produksi pada industri cat, pasti menghasilkan kemasan

bekas yang terkontaminasi, yang didapatkan dari kemasan bekas cat itu

sendiri, pasta, maupun bahan baku cat.

 Limbah kain majun terkontaminasi

Dalam proses pembuatan cat, terdapat ceceran atau tumpahan cat

maupun bahan baku pembuatan cat. Industri cat menggunakan kain

majun untuk membersihkan tumpahan atau ceceran tersebut.

 Limbah cair cucian

Cat berbahan dasar solvent tidak dapat dibersihkan atau dicuci dengan

menggunakan air. Semua peralatan yang digunakan dalam proses

pembuatan cat dibersihkan menggunakan pelarut organik (thinner). Sisa

cucian tersebut juga termasuk ke dalam Limbah B3.

 Limbah Lampu TL

Lampu TL atau lampu neon banyak digunakan oleh industri. Lampu Tl

termasuk ke dalam limbah B3 karena disetiap lampu TL terdapat 5 gram

merkuri dalam bentuk uap atau bubuk. Yang dapat membahayakan

keselamatan dan mampu meracuni metabolisme tubuh manusia apabila

lampu tersebut pecah.


42

 Minyak Pelumas Bekas / Oli

Jenis limbah oli biasanya dihasilkan dari penggunaan minyak pelumas

yang pada umumnya digunakan oleh peralatan angkut barang seperti

forklift, mesin-mesin produksi maupun mesin genset. Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 22 tahun 2021, limbah oli bekas termasuk ke sumber

tidak spesifik. Sedangkan untuk kategori bahaya minyak pelumas bekas

menurut PP masuk ke dalam limbah b3 kategori 2.

 Limbah Baterai bekas / Aki

Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi

(umumnya energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Jenis limbah aki

bekas umumnya juga dihasilkan oleh kendaraan bermotor seperti sepeda

motor, mobil, dan truck serta bersumber dari mesin generator listrik

(genset). Pada Industri cat limbah aki dihasilkan dari forklift dan juga

genset.

Industri cat sebagai penghasil limbah B3 biasanya bekerja sama dengan

pihak lain dalam melakukan pengelolaan limbah B3nya. Industri cat melakukan

pengelolaan limbah B3 dengan cara Penyimpanan. Penyimpanan adalah

kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil Limbah B3

dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Pasal 285,

setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan

limbah B3 dan dilarang melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya.

Syarat melakukan penyimpanan sementara limbah B3 :


43

 Standar penyimpanan limbah B3 sementara yang terintegrasi dengan NIB

(Nomor Induk Berusaha), bagi penghasil limbah B3 dari PUJK wajib

SPPL

 Rincian teknis penyimpanan limbah B3 sementara, bagi penghasil limbah

B3 dari PUJK wajib UKL/UPL atau amdal dari instansi pemerintah.

Dalam melakukan penyimpanan sementara limbah B3 wajib

memperhatikan beberapa ketentuan- ketentuan berikut :

 Nama , sumber, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang akan disimpan

 Dokumen yang menjelaskan tentang penyimpanan limbah B3

 Dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan limbah B3

 Persyaratan lingkungan hidup

 Kewajiban pemenuhan standar dan atau rincian teknis penyimpanan

limbah B3

Sebelum melakukan kegiatan penyimpanan, perusahaan wajib memiliki

ijin TPS (Tempat Penyimpanan Sementara). Limbah B3 yang dihasilkan wajib

dipilah-pilah berdasarkan jenisnya agar tidak tercampur dengan jenis limbah

lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor 12 tahun 2020, Limbah B3

wajib dikemas. Ketentuan persyaratan kemasan yaitu :

 Terbuat dari logam atau plastik yang dapat mengemas limbah B3 sesuai

dengan karakteristik limbah B3

 Mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan

 Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan dan

berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat dan tidak rusak Limbah

B3 yang sudah dikemas selanjutnya disimpan pada fasilitas tempat


44

penyimpanan atau TPS sesuai rancang bangun yang dipilih

(bangunan,silo,tangki).

Dalam proses pengemasan harus dipahami tentang cara pemberian

simbol dan label pada kemasan limbah B3. Berdasarkan pasal 2 ayat 1

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2014 tentang simbol

dan label limbah B3, setiap orang yang melakukan Pengelolaan Limbah B3

wajib melakukan pemberian simbol limbah dan pelabelan limbah B3 yang

dikelolanya. Pada pasal 1 butir 9 Permen Lh nomor 14 tahun 2013, Label

adalah setiap keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk tulisan yang

berisi informasi tentang :

 Nama Penghasil

 Alamat dan nomor telepon penghasil

 Nomor Penghasil

 Tanggal Pengemasan

 Kode Limbah

 Jumlah limbah

 Dan Sifat Limbah

Label ditempelkan pada bagian atas kemasan limbah, lalu dibawahnya

ditempelkan simbol limbah sesuai dengan karaktetristik limbah didalam kemasan

tersebut. Pada pasal 1 butir 8 Permen LH nomor 14 tahun 2013 tentang Simbol

dan label limbah B3, Simbol adalah gambar yang menunjukkan karakteristik

limbah B3, seperti simbol korosif, beracun, mudah menyala, infeksius, reaktif,

dan mudah meledak.


45

Setelah disimpan dengan waktu simpan yang telah di tentukan ,

penghasil limbah wajib melakukan kerja sama dengan pihak kedua maupun

ketiga untuk menindak lanjuti limbah B3 yang disimpan sementara. Penghasil

limbah B3 biasanya bekerjasama dengan pengangkut, pengumpul, pemanfaat,

maupun pengolah limbah B3 yang telah memiliki ijin pengelolaan tersebut.

Masa penyimpanan limbah B3 bergantung pada jumlah dan kategori

limbah B3 yang dihasilkan. Adapun masa penyimpanan yang telah diatur adalah

sebagai berikut :

 90 (Sembilan puluh) hari sejak limbah dihasilkan, untuk yang dihasilkan

sebesar 50 kg/ hari atau lebih

 180 (seratus delapan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah

B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg/hari, untuk limbah B3 kategori 1

 365 (tiga ratus enam puluh lima ) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk

limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50kg/ hari untuk limbah B3

kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum

 365 (tiga ratus enam puluh lima ) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk

Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus.

Dalam hal penyimpanan limbah B3 melampaui jangka waktu

penyimpanan, Penghasil limbah B3 wajib :

 Melakukan pemanfaatan limbah B3, pengolahan, dan/atau penimbunan

limbah B3

 Menyerahkan limbah B3 kepada pihak lain, pengumpul,pemanfaat,

pengolah, dan atau penimbun limbah B3


46

Berdasarkan Permen LHK nomor 4 tahun 2020 tentang Pengangkutan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pada pasal 2 ayat 1 menyebutkan

Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan oleh pengangkut limbah B3 yang

memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan limbah B3.

Untuk dapat melakukan pengangkutan limbah B3, pengangkut limbah b3

wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :

 Alat angkut Limbah B3

 Rekomendasi pengangkutan limbah B3

 Festronik pengangkutan limbah b3

Manifest Elektronik (Festronik) adalah dokumen elektronik yang memuat

pernyataan serah terima dan informasi mengenai limbah B3. Festronik wajib

dimiliki oleh Pengangkut Limbah B3, Penghasil limbah B3, Pengumpul Limbah

B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3 dan/atau Penimbun Limbah B3.

Berdasarkan Permen LHK nomor 4 tahun 2020 pasal 18 ayat 3, Penggunaan

Festronik oleh pengangkut limbah b3 dilakukan dengan mengisi data limbah B3

yang diangkut. Sedangkan penggunaan festronik oleh penghasil limbah,

pemanfaat, pengolah, pengumpul, dan penimbun limbah B3 untuk melakukan

konfirmasi terhadap data yang diisi oleh pengangkut limbah B3. Terdapat

pengecualian kewajiban penggunaan festronik pada pasal 19 yakti terhadap :

a. Pengangkut limbah B3 oelh penghasil Limbah B3 yang dilakukan dalam

wilayah kerja usaha dan/atau kegiatan yang sama dan melewati jalan

umum

b. Pengangkut limbah B3 untuk kegiatan ekspor

c. Pengangkut limbah B3 untuk tujuan penelitian


47

Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat

angkut. Berdasarkan kategori limbah, jenis angkut dibedakan menjadi 2 (dua) :

 Limbah kategori 1 menggunakan pengangkutan dengan alat angkut

tertutup

 Limbah kategori 2 dapat menggunakan pengangkutan dengan alat angkut

terbuka

Setelah menyerahkan limbah B3 kepada pengangkut, Penghasil limbah

B3 harus selalu melacak perjalanan limbah B3 tersebut sampai kepada

pengumpul, pemanfaat maupun pengolah limbah B3. Penghasil limbah B3 bisa

melacak limbah tersebut dengan melalui akun SIRAJA Limbah Online yang harus

dimiliki oleh semua penghasil limbah B3 dalam melakukan pengelolaan Limbah

B3 yang dihasilkannya.

Pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang baik merupakan kewajiban

bagi penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dan pemeritah yang dalam hal

ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melaksanakan

fungsi pembinaan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan. Dalam

rangka pengembangan kebijakan pengelolaan limbah B3 diperlukan data dan

informasi yang akurat, sejalan dengan kebutuhan data/informasi tersebut,

penanggungjawab usaha/kegiatan wajib membe- rikan data dan informasi

tentang limbah B3 yang meliputi Jenis dan jumlah limbah B3 dihasilkan,

dimanfaatkan (untuk substitusi bahan bakar/bahan baku), diolah, ditimbun, dan

didumping.13

13
Ibid.,
48

Anda mungkin juga menyukai