Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN

BADAN TERHADAP PENERIMA PAJAK


(studi kasus KPP Pratama serpong)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Selama ini masih berlaku anggapan bahwa, keberadaan suatu Negara ditopang oleh
empat pilar yaitu adanya penduduk, wilayah territorial yang jelas adanya pemerintahan yang
mendapat pengakuan internasional dan yang terakhir adalah system perpajakan Negara yang
berjalan dengan baik, adil dan bersih, yang berfungsi untuk membiayai penyelenggaraan Negara
dan pembiayaan pembangunan untuk seluas-luasnya kemakmuran rakyat. Pajak sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu Negara.(Apipah, 2014 : 1)
Salah satu sistem pemungutan pajak yang di anut oleh Negara Indonesia adalahself
assessment system dimana wajib  pajak di beri kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya
untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya yaitu wajib pajak harus aktif menghitung,
menyetor, dan pelaporkan besarnya pajak yang terhutang pada kantor pelayanan pajak. Adanya
kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada wajib pajak, maka
agar self assessment system ini  berjalan secara efektif maka sudah selayaknya kepercayaan
tersebut diimbangi dengan upaya penegakkan hokum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiaban perpajakkannya. Perkembangan jumlah
pembayaran pajak dari waktu kewaktu semakin meningkat.(Apipah, 2014 : 2)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut UU. No.16 tahun
2009 pasal 1 ayat 3, badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, koperasi, dana pension, persekutuan, yayasan, organisasi masa, organisasi social
politik dan lembaga lainnya dalam bentuk usaha tetap.
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan atau penanggung jawab terhadap pajak
untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memberi
peringatan  dalam melakukan penagihan seketika maupun sekaligus, dengan cara memberikan
surat paksa, mengusulkan pencegahan, melakasanakan penyitaan, dan menjual barang-barang
yang telah disita. Penjualan barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan
kecuali untuk asset-aset tertentu seperti surat berharga, piutang, penyertaan modal, pada
perusahaan lain.(Team tax centre, 2014 : 1).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pelaksanaan penagihan PPh Badan telah dilaksanakan dengan prosedur yang
berlaku?
2. Apakah realisasi penerimaan pajak sudah sesuai target yang telah di tetapkan ?
3.  Berapa besar penagihan PPh Badan berpengaruh terhadap penerimaan pajak?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui pelaksanaan penagihan PPh Badan telah dilaksanakan dengan proseur
yang berlaku.
b)  Untuk mengetahui realisasi penerimaan pajak sudah sesuai targetnya.
c)  Untuk mengetahui seberapa besar penagihan PPh Badan berpengaruh terhadap
penerimaan pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai pengetahuan tambahan agar dapat menambah wawasan dalam menganalisa dan
memahami permasalahan pengihan dan penerimaan pajak pada kantor Pelayanan pajak
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teory

Pengertian Penagihan Pajak

Pengertian Penagihan Pajak Menurut Diana Sari (2013:264)


mendefinikasikan Penagihan pajak adalah:
“Serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita”.

Menurut Mardiasmo,(2009:119).Pengertian Penagihan Pajak adalah


”serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan
pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Menurut Rochmat Soemitro yang ditulis oleh Ely Suhayati dan Siti Kurnia
Rahayu dalam bukunya yang berjudul Perpajakan, Teori, danTeknis
Perhitungan(2010:68) ,menyatakan bahwa :
“Penagihan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak, karena wajib pajak
tidak mematuhi ketentuan undang-undang, khususnya mengenai pembayaran pajak.”
Berdasarkan dari definisi-definisi diatas maka dapat dikemukakan bahwa
untuk mencapai tujuan dari Kantor pelayanan pajak dalam rangka mengurangi
kecurangan dari wajib pajak dalam membayar pajak maka proses penagihan pajak
harus dilakukan dengan sistem pengawasan yang baik agar tujuan dari proses
penagihan tercapai
Tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh fiskus terhadap wajib
Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Orang Pribadi

Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000.Pengertian
mengenai pelaksanaan penagihan pajak penghasilan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi.

1. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
wajib pajak menurut ketentuan Peraturan Undang – undang Perpajakan
(Mardiasmo, 2006:113).
2. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak yang dilakukan dengan menegur atau memperingatkan
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksankan penyanderaan, menjual
barang yang telah disita (Mardiasmo,2006:113).
3. Biaya penagihan adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melakukan
Universitas Sumatera Utarapenyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang jasa
penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan dengan penagihan pajak.
(Mardiasmo, 2006:113).

Tahapan Dan Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak

Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 19 tahun 2000. Dalam melaksanakan penagihan pajak terdapat alur
dan urutan proses pelaksanaannya, dengan alasan dilakukannya penagihan pajak tersebut,
dan waktu pelaksanaannya. Tahapan serangkaian proses penagihan pajak dalam upaya
menekan tunggakan pajak antara lain:
1. Surat Teguran Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak
(STP),Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), SKPKB Tambahan tidak
dilunasi sampai melewati 7 hari dari batas waktu jatuh tempo (1 bulan sejak tanggal
diterbitkannya).

2. Surat Paksa Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal Surat
Teguran, maka akan diterbitkan Surat Paksa yang akan disampaikan oleh Juru Sita
Pajak Negara dengan dibiayai biaya penagihan paksa sebesar Rp.50.000,-(lima puluh
ribu rupiah). Utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam.
3. Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) Apabila utang pajak Anda belum juga
dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-
barang Wajib Pajak, dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah).

4. Lelang Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan utang pajak belum dilunasi,
maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara;
dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelasanaan sita belum dibayar, maka akan
dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat
kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.
Untuk dapat melakasanakan proses penagihan ini, maka petugas Jurusita Pajak harus
memilki pemahaman yang memadai atas peraturan perpajakan yang berlaku
khususnya yang berkaitan dengan penagihan.

Efektivitas Penerimaan Pajak

Pengertian Efektivitas

Menurut Jones dan Pendlebury dalam Abdul Halim (2004:164), adalah sebagai berikut :
“Suatu ukuran keberhasilan atau kegagalan dari organisasi dalam mencapai suatu tujuan.

Menurut Ismail Nawawi Uha (2013:192) Efektivitas adalah: “Unsur pokok untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan
ataupun program. Disebut efektif apabila terjadi tujuan ataupun sasaran yang telah
ditentukan.

Menurut Ilhayul Ulum (2009:28) Efektivitas adalah: “ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi dalam capaian tujuannya”

Pengertian Penerimaan Pajak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia 27 Tahun 2014, Penerimaan Perpajakan


adalah; “Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan Negara yang terdiri atas
pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional”.

Menurut John Hutagaol (2007:325), penerimaan Pajak adalah: “Sumber Penerimaan yang
dapat diperoleh secara terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai
kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat.

Menurut Mardiasmo (2002) Efektivitas penerimaan pajak adalah “seberapa besar


realisasi pajak yang berhasil dicapai berdasarkan target atau sasaran yang sebenarnya
harus dicapai pada periode tertentu”.
Apabila Konsep Efektivitas dikaitkan dengan Penerimaan pajak maka yang dimaksud
dengan efektivitas penerimaan pajak adalah seberapa besar relisasi penerimaan pajak
yang dapat di capai atas target penerimaaan pajak yang telah di tetapkan oleh pihak KPP
dan dinyatakan dalam pencapaian target penerimaan suatu rencana. Semakin besar
persentasi tercapainya target, semakin tinggi tingkat efektivitas pencapaian penerimaan
pajak. Sebaliknya semakin kecil persentasi tercapainya target, semakin rendah tingkat
efektivitas pencapaian penerimaan pajak

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:27) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan pajak adalah :

1. “Kepastian Peraturan Perundang-Undangan dalam Bidang PerpajakanUndang-undang


haruslah jelas, sederhana dan mudah dimengerti, baik oleh fiskus, maupun oleh
pembayar pajak. Timbulnya konflik mengenai interpretasi atau tafsiran mengenai
pemungutan pajak akan berakibat pada terhambatnya pembayaran pajak itu sendiri.
Di sisi lain, pembayar pajak akan merasa bahwa sistem pemungutan sangat berbelit-
belit dan cenderung merugikan dirinya sebagai pembayar pajak.
2. Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan undang undang-undang
perpajakan merupakan suatu cara atau alat untuk pemerintah dibidang perpajakan
yang memiliki suatau sasran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tetentu di
bidang social dan ekonomi.

3. Sistem administrasi perpajakan yang tepat hendaklah merupakan prioritas tertinggi


karena kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsinya secara efektif
bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya melaluipemungutan pajak.

4. Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparat perpajakan


merupakan hal yang sangat penting dalam upaya optimalisasi penerimaan pajak 5.
Kesadaran dan Pemahaman warga Negara Rasa nasionalisme tinggi, kepedulian
kepada bangsa dan Negara, serta tingkat pengetahuan perpajakan masyarakat yang
memadai, maka secara umum akan makin mudah bagi wajib pajak untuk patuh
kepada peraturan perpajakan. 6. Kualitas petugas pajak sangat menentukan efektifitas
undang –undang dan peraturan perpajakan. Petugas pajak memiliki reputasi yang baik
sepanjang yang menyangkut kecakapan teknis, efisien, dan efektif dalam hal
kecepatan,tepat dan keputusan yang adil”.

Badan

Badan adalah  sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer dan perseroan lainnya.(Team tax centre, 2014 : 1).

2.2 Hipotesis

Sugiyono(2013:93) menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan


masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang di peroleh melalui
pengumpulan data. Adapun hipotesis yang diajukan  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 :p ≠ 0    Penagihan Pajak tidak berpengaruh  Terhadap Penerima Pajak.
H0 :p = 1    Penagihan Pajak berpengaruh  Terhadap  Penerima Pajak.

2.3 Model Penelitian

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
penentuan metode pengumpulan data. Data dapat di peroleh dari :

a)      Data primer
Sugiyono(2012:225) dimana data primer merupakan data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Data primer yang dipakai dalam penelitian ini dengan
melakukan penelitian melalui sebuah observasi .

b)      Data sekunder
Sugiyono (2012: 225) menyatakan bahwa data sekunder adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpulan data misalnya lewat orang lainatau dokumen.Untuk
dapat memperoleh data yang dapat diuji kebenarannya, relavan dan lengkap.
Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya sebagai
berikut:

a.    Studi Kepustakaan
Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan data yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti melalui buku-buku dan sumber
lainnya yang ada dalam perpustakaan sehingga memperoleh pengetahuan secara
teoritis mengenai masalah atau topik yang dibahas.

b.        Penelitian Lapangan
Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan kunjungan
langsung kedalam masyarakat yang menjadi objek penelitian.nuntuk mendapatkan
data yag diperlukan, data tersebut diperoleh dari:
1)        Observasi
Observasi atau pengamatan langsung merupakan kegiatan pengumpulan
data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan
objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat
gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.
BAB 111

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Kualitatif

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini diambil dari data KKP
Pratama Serpong dengan menggunakan beberapa metode dalam penggumpulan data
yaitu:
a. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan adalah metode mengumpulkan data – data yang
berhubungan langsung dengan perusahaan dimana penulis melakukan
penelitian terhadap data – data yang di butuhkan.

b. Penelitian kepustakaan
Di lakukan dengan mencari kerangka referensi dan landasan teori baik
dalam buku, perturan – peraturan , maupun jurnal – jurnal ilmiah yang
relevan dengan ide penelitian termasuk dari media internet yang kemudian
menjadi dasar kriteria dalam membahas masalah yang di temukan dalam
penelitian lapangan.   
3.3. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis reresi linier berganda yang diuji dengan
tingkat signifikasi 0,05. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui atau
memperoleh gambaran mengenai pengaruh variable independen dengan variable
devenden. Analisis ini menggunakan bantuan program computer Statistical Package for
Sosial Science ( SPSS) 16.0 for windows.

3.4  Daftar Pustaka


http://unpammetodologigroup3.blogspot.com/2016/02/pengaruh-penagihan-pajak-

centre, T. t. (2014). Modul Pajak Terapan brevet A & B. Tanggerang Selatan: Bina Fiskal
Indonesia.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai