Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian............................................................
1.2. Identifikasi Masalah....................................................................
1.3. Rumusan Masalah.......................................................................
1.4. Tujuan Penelitian.........................................................................
1.5. Kegunaan Penelitian....................................................................
1.5.1. Kegunaan Teoritis..............................................................
1.5.2. Kegunaan Praktis...............................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
2.1......................................................................................................Kajian
Pustaka.........................................................................................
2.1.1 Dividen...............................................................................
2.1.1.1 Pengertian Dividen.................................................
2.1.1.2 Jenis – jenis Dividen..............................................
2.1.2 Kebijakan Dividen.............................................................
2.1.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen...............................
2.1.2.2 Faktor-faktor dalam Kebijakan Dividen................
2.1.2.3 Bentuk – bentuk kebijakan dividen........................
2.1.2.4 Teori Kebijakan Dividen........................................
2.1.2.5 Metode Pengukuran Kebijakan Dividen................
2.1.2.6 Dividend Payout Ratio (DPR)................................
2.1.2.7 Penetapan Dividen Payout Ratio (DPR)................
2.1.3 Laba....................................................................................
2.1.3.1 Pengertian Laba
2.1.3.2 Jenis – jenis Laba
2.1.3.3 Pertumbuhan Laba
2.1.3.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi laba
2.1.4 Laba Bersih
2.1.4.1 Pengertian Laba Bersih
2.1.4.2 Indikator Laba Bersih
2.1.4.3 Komponen Laba Bersih
2.1.4.4 Laporan Laba Rugi
2.2......................................................................................................Kerangk
a Pemikiran..................................................................................
2.3......................................................................................................Hipotesi
s ...................................................................................................
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1......................................................................................................Objek
Penelitian.....................................................................................
3.2......................................................................................................Metode
Penelitian.....................................................................................
3.2.1. Metode Penelitian yang Digunakan...................................
3.2.2. Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel...............
3.2.2.1 Definisi Variabel....................................................
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel.......................................
3.2.3. Data Penelitian...................................................................
3.2.3.1 Jenis dan Sumber Data ..........................................
3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data.....................................
3.2.4. Teknik Analisis Data..........................................................
3.2.5. Rancangan Pengujian Hipotesis.........................................
3.3......................................................................................................Tempat
dan Waktu Penelitian...................................................................
3.3.1. Tempat Penelitian..............................................................
3.3.2. Waktu Penelitian................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1......................................................................................................Hasil
Penelitian.....................................................................................
4.1.1. Profil Singkat Perusahaan..................................................
4.1.2. Deskripsi Variabel Perusahaan..........................................
4.1.3. Pengujian Hipotesis............................................................
4.2......................................................................................................Pembah
asan..............................................................................................
4.1.1. Menganalisis tingkat Laba Bersih di PT Unilever
Indonesia, Tbk....................................................................
4.1.2. Menganalisis perkembangan Kebijakan Dividen
di PT Unilever Indonesia, Tbk...........................................
4.1.3. Menganalisis pengaruh Laba Bersih terhadap
Kebijakan Dividen di PT Unilever Indonesia, Tbk...........
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1......................................................................................................Simpula
n...................................................................................................
5.2......................................................................................................Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

PT Unilever Indonesia Tbk (Perseroan) adalah salah satu perusahaan yang

bergerak dibidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi

yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk-

produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah.

Dalam kegiatan operasinya, PT Unilever Indonesia Tbk memiliki tujuan yang

utama yaitu untuk memperoleh laba guna mempertahankan kelangsungan

kegiatan perusahaan.

Sebagai perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas laba PT Unilever

Indonesia Tbk dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen.

Rudianto (2012:290) menyatakan bahwa : “Dividen adalah bagian laba usaha

yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang

sahamnya sebagai imbalan atas kesediaan mereka menanamkan hartanya dalam

perusahaan”.

Dari sudut pandang investor atau pemegang saham, deviden adalah sumber

pendapatan mereka. Umumnya, setiap investor yang menanamkan modalnya pada

perusahaan akan mengaharapkan pembagian dividen yang tinggi. Sementara

perusahaan akan menentukan bagaimana pembagian dividen yang ideal. Besar

kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para

pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.
Besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemodal sangat

bergantung pada kebijakan perusahaan.


Manajemen ditunjuk para pemegang saham untuk mengendalikan kebijakan

dividen, kebijakan ini merupakan penentu keputusan apakan keuntungan yang

diperoleh akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan

ditahan dalam bentuk laba ditahan guna membiayai investasi di masa yang akan

datang. Oleh karenanya kebijakan dividen penting artinya bagi manajer keuangan

perusahaan guna memperhatikan berbagai kepentingan seperti kepentingan

perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah. Menurut Sudana

(2015:192) menyatakan bahwa “kebijakan dividen berhubungan dengan

penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu besarnya persentase laba bersih

setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham”.

Hasil observasi awal menunjukan bahwa kebijakan dividen yang diterapkan

di PT Unilever Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:

Table 1
Dividen, Laba dan DPR PT Unilever Indonesia Tbk (Perseroan)
(dinyatakan dalam jutaan rupiah kecuali dinyatakan lain)
Keterangan

Dividen Earnings
Tahun Jumlah DPR
Dividen Laba Per Share Per Share
saham
(Rp) (Rp) (dinyataka (dinyataka %
beredar
n lain) n lain)

2014 5,394,411 5,738,523 7,630 707 752 94.02

2015 5,783,540 5,851,805 7,630 758 766 98.96

2016 6,096,370 6,390,672 7,630 799 838 95.34

2017 6,638,100 7,004,562 7,630 870 918 94.77

2018 6,981,450 9,109,445 7,630 915 1,194 76.63


Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Galuh Ciamis

(diolah,2020).
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan

Dividend Payout Ratio (DPR) di PT Unilever Indonesia Tbk. periode 2014-2018

mengalami fluktuasi. Pada periode 2014 DPR di PT Unilever Tbk yaitu sebesar

94.02% dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 98.96%. Akan tetapi

pada tahun berikutnya yaitu tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 95.34%,

begitupun pada tahun-tahun berikutnya cenderung mengalami penurunan. Bahkan

di akhir periode 2018 mengalami penurunan drastis menjadi 76.63%. Ini

menunjukan bahwa rasio Dividend Payout Ratio tidak stabil. Disisi lain para

investor lebih tertarik jika Dividend Payout Ratio pada perusahaan stabil. Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sartono (2001:281) bahwa: ”Bagi investor

pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang

stabil pula, dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan dengan yang membayar dividen dengan stabil”.

Berfluktuasinya dividen dalam bentuk DPR dipengaruhi oleh berbagi

macam faktor. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan

dividen adalah laba. Karena besar kecilnya dividen diduga dipengaruhi besar

kecilnya perolehan laba. Menurut M. Nafarin (2007: 788) "Laba (income) adalah

perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran

untuk periode tertentu".

Berdasarkan fenomena dan teori yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Laba


Bersih Terhadap Kebijakan Deviden (Survey Pada PT Unilever Indonesia

Tbk)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka

indentifikasi maslah pada penelitian ini yaitu:

1. Pembagian dividen di PT Unilever Indonesia Tbk (Perseroan) dari tahun 2014

sampai dengan 2018 yang berfluktuasi.

2. Adanya kesulitan dari perusahaan dalam menentukan pembagian dividen

kepada pemegang saham perusahaan.

3. Investor selalu mengharapkan dividen dengan jumlah yang besar.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dan identifikasi masalah di

atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat laba bersih pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-

2018?

2. Bagaimana kebijakan dividen pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-

2018?

3. Apakah terdapat pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen pada PT

Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018?


1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Tingkat laba bersih pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018.

2. Kebijakan dividen pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018.

3. Pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen pada PT Unilever Indonesia

Tbk Tahun 2014-2018.

1.5. Kegunaan Penelitian

1.5.1. Kegunaan Teoritis

1. Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan

yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu manajemen keuangan.

2. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran

mengenai pengaruh laba bersih terhadap kebijakan deviden di PT Unilever

Indonesia tbk sehingga dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan.

1.5.2. Kegunaan Praktis

1. Untuk PT Unilever Indonesia Tbk

a) Dapat menjadi suatu informasi bagi manajer dalam pengambilan

keputusan mengenai kebijakan dividen yang akan dibagikan kepada

pemegang saham.

b) Dapat menjadi sebagian bahan masukan informasi untuk pertimbangan

dan mengevaluasi kinerja perusahaan bagi investor.


2. Untuk Penulis

a) Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan serta menerapkan ilmu

yang diperoleh selama masa perkuliahan.

b) Dapat menambah pengetahuan tentang hal-hal yang mempengaruhi

tentang dividen sehingga dapat membandingkan antara kenyataan dalam

praktik dengan toeri-teori yang selama ini dipelajari.

c) Serta memberikan gambaran tentang bagaimana bagaimana pengaruh laba

bersih terhadap kebijakan deviden di PT Unilever Indonesia Tbk

3. Untuk Para Peneliti Selanjutnya

a) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam menunjang

perkuliahan.

b) Serta diharapkan dapat menambah perbendaharaan perpustakaan dan

sebagai bahan pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa yang

mengadakan penelitian terhadap permasalahan yang serupa.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Dividen

2.1.1.1 Pengertian dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham perusahaan

yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan

dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian

dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Hafsah dkk (2016: 80)

menyatakan bahwa:“ dividen adalah bagian laba Perseroan yang dibagikan kepada

pemegang saham. Apabila rekening saldo laba menunjukkan saldo debit maka

disebut defisit (kekurangan kas)”.

Menurut Samryn (2015: 460) menyatakan : “Sebagai imbalan atas

penggunaan dana dari pemegang saham, perusahaan dapat membagikan sebagian

labanya secara merata dan proposional kepada pemegang sahamnya. Pembagian

keuntungan dengan cara ini disebut dividen”. Menurut Scott Besley dan Eugene

F. Brigham (2005: 300), “pengertian dividen adalah pembagian uang tunai yang

dilakukan oleh para pemegang saham atas keuntungan perusahaan, baik itu laba

yang didapatkan dari periode yang sedang berjalan ataupun laba dari periode

sebelumnya”. Menurut Rini Andari (2008:78) menyatakan bahwa “Dividen

adalah salah satu keputusan penting untuk memaksimumkan nilai perusahaan

disamping keputusan investasi dan struktur modal (keputusan permenuhan dana).”


Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa dividen adalah

pembayaran sejumlah uang kas (tunai) yang dilakukan perusahaan kepada para

pemegang sahamnya sebanding dengan jumlah saham biasa yang dinyatakan

dalam satuan rupiah. Dividen juga bisa dikatakan imbalan atas penggunaan dana.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Dividen

Bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham

dapat diwujudkan dalam berbagai bentuknya, tergantung pada keadaan

perusahaan ketika pembagian dividen tersebut. Menurut Hafsah dkk (2016: 81)

jenis dividen yang dapat dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya

sebagai berikut:

1. Deviden Tunai (Cash Dividends), yaitu bagian laba usaha yang dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Yang perlu diperhatikan
oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen
kas ialah apakah jumlah uang yang ada mencukupi untuk pembagian
dividen tersebut.
2. Dividen Harta (Property Dividends), yaitu bagian dari laba usaha
perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Aktiva yang
dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki
oleh perseroan, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. pemegang saham
akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva
tersebut.
3. Dividen utang (Scrip Dividends), timbul apabila laba ditahan itu saldonya
mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup.
Sehingga pimpinan akan mengeluarkan skrip dividen yaitu janji tertulis
untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.
4. Dividen Saham, yaitu pembagian tambahan saham, tanpa dipungut
pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang
dimilikinya.
5. Dividen Likuidasi, yaitu dividen yang sebagian merupakan pembagian
modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para
pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba
dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang
saham bisa mengurangi rekening investasinya.

Menurut Brigham dan Houtston (2004:95), terdapat 5 jenis deviden yaitu:


1. Cash Dividend (Deviden kas) adalah deviden yang dibayarkan dalam bentuk
uang tunai. Pada umumnya cash dividend lebih disukai oleh para pemegang
saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis
dividen yang lain.
2. Stock Dividend (dividen saham) adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend
juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan
adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar
meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi
likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan
merupakan bagian dari arus kas perusahaan.
3. Property Dividend (dividen barang) adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan
haruslah berupa barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang
homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan
mengganggu kontinuitas perusahaan.
4. Scrip Dividend (Dividen Hutang) adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah
tertentu dan pada waku tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip
tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan
memiliki hutang jangka pendek pada pemegang scrip.
5. Liquidating Dividend (Dividen likuidasi) adalah dividen yang dibagikan
berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan
yang didapatkan perusahaan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham tidak hanya dalam bentuk uang tunai. Dividen

yang dibagikan bisa saja dalam bentuk saham, barang dan surat hutang. Dividen

yang dibagikan dalam bentuk bukan uang tunai dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya karena saldo kas yang ada tidak cukup.

2.1.2. Kebijakan Dividen

2.1.2.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada

pemegang saham sebagai dividen adalah kebijakan sebuah perusahaan. Menurut

Agus Harjito dan Martono (2014:270), bahwa: "Kebijakan dividen merupakan


keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagai

kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk

menambah modal guna pembiayaan dalam investasi dimasa yang akan datang".

Menurut Ambarwati (2010:64) pengertian kebijakan dividen adalah:

Kebijakan yang diambil dalam manajemen perusahaan untuk memutuskan


membayarkan sebagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham dari
pada menahannya sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kepada
pemegang saham dari pada menahannya sebagai laba ditahan untuk
diinvestasikan kembali agar mendapat capital gain.

Menurut Sartono (2010:282) “Kebijakan dividen adalah kesempatan

investasi yang tersedia, ketersediaan dan biaya modal alternatif, dan preferensi

pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau menerimanya di masa

yang akan datang”. Menurut Dewi Utari, dkk (2014:249) “Kebijakan dividen

menentukan seberapa banyak keuntungan yang dibagikan kepada pemegang

saham dan menentukan seberapa banyak keuntungan yang ditahan untuk

perusahaan”.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa kebijakan dividen

merupakan suatau kebijakan yang dilakukan pihak manajemen untuk memutuskan

apakah laba yang diperoleh suatu perusahaan akan dibagikan kepada pemegang

saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna

pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Pada dasarnya pihak manajemen

tidak hanya mementingkan pembagian dividen kepada para pemegang saham,

akan tetapi harus mementingkan pembiayaan kegiatan dan pengembangan

perusahaan.
2.1.2.2. Faktor-faktor dalam Kebijakan Dividen

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebijakan terhadap dividen.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kebijakan dividen.

Menurut Hanafi (2013:375) sebagai berikut:

1. Kesempatan investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan
akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi
yang menghasilkan NPV yang positif.
2. Profitabilitas dan Likuiditas
Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa
membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan
terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah
untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang
mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi.
Untuk menghindari akuisisi , perusahaan tersebut bisa membayar dividen
dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.
3. Akses ke Pasar Keuangan
Jika perusahaan mempunyai akses kepasar keuangan yang baik,
perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa
membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
4. Stabilitas Pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relative stabil, aliran kas dimasa mendatang
dapat diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa
membayar dividen lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk
perusahan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil, maka
ketidakstabilan kas dimasa yang akan datang membatasi kemampuan
perusahaan memenuhi kemampuan perusahaan membayar dividen yang
tinggi.

Menurut Riyanto (2010:267), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Posisi Likuiditas Perusahaan


Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham.
2. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan
diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian
besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa
hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning yang dapat
dibayarkan sebagai dividen.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.
4. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control”
terhadap perusahaan, berarti mengurangi “dividen payout ratio”nya.

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008:291) menyatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen adalah:

1. Perjanjian Utang, pada umumnya perjanjian utang antara perusahaan


dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya
dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan
rasio-rasio keuangan menunjukkan dalam kondisi sehat.
2. Pembatasan dari Saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk
saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3. Tersedianya Kas, dividen berupa uang tunai (cash dividen) hanya dapat
dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup. Jika likuiditas baik,
perusahaan dapat membayar dividen.
4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap
perusahaan, ia cenderung segan untuk menjual saham baru sehingga lebih
suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana baru. Akibatnya
dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada
perusahaan yang relatif kecil.
5. Kebutuhan Dana untuk Investasi, Perusahaan yang berkembang selalu
membutuhkan dana baru untuk di investasikan pada proyek-proyek yang
menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri
(equity) dapat berupa penjualan saham baru dan laba ditahan. Manajemen
cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru
menimbulkan biaya peluncuran saham (floation cost). Oleh karena itu,
semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout
ratio.
6. Fluktuasi Laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat
memberikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan
dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan
berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga. Selain itu
perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak
menggunakan utang guna mengurangi resiko kebangkrutan.
Konsekuensinya: laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen sangatlah banyak, dan faktor – faktor tersebut

mempengaruhi sikap manajemen perusahaan dalam pembagian dividen kepada

para pemegang saham. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan

dividen tidak hanya dari faktor internal perusahaan saja, akan tetapi faktor

eksternal juga dapat mempengaruhi dividen diantara nya adalah peraturan atau

perundang – undangan dan tingkat inflasi.

2.1.2.3. Bentuk – bentuk kebijakan dividen.

Kebijakan dividen terdiri dari beberapa bentuk. Menurut Awat dalam

Wicaksana (2012: 14) terdapat empat macam bentuk-bentuk kebijakan dividen,

yaitu:

a) Kebijakan dividen yang stabil (stable dividend-per-share policy), yakni


jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah
satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen
yang stabil adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap
perusahaan tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan
kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa
pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun. Meskipun
perusahaan mengalami kerugian, jumlah dividen yang dibayar misalnya
Rp. 1.500 per saham, maka jumlah ini tetap dibayar kepada pemegang
saham. Investor akan aman dengan jumlah yang tetap diterimanya sesuai
dengan motivasi mereka.
b) Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout
ratio policy). Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai
dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan
adalah tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya
keuntungan bagi pemegang saham.
c) Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen
yang terletak antara kebijakan per saham yang stabil dan kebijakan
dividend payout ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu
pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersiih yang tinggi.
d) Kebijakan dividen residual (residual-dividend policy). Apabila suatu
perusahaan menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil maka
manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayar ketika laba bersih itu
bersih.

Menurut Sudana (2011:171) bentuk-bentuk kebijakan dividen, yaitu:

1. Stabilitas dividen
Perusahaan yang membayar dividen secara stabil dari waktu ke waktu
kemungkinan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar
dividen secara berfluktuasi. Hal ini karena perusahaan yang membayar
dividen secara stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan tersebut
stabil dan sebaliknya, perusahaan dengan dividen tidak stabil
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik.
2. Target payout ratio
Sejumlah perusahaan mengikuti kebijakan target dividend payout ratio
jangka panjang. Hal ini akan mengakibatkan besarnya jumlah dividen yang
dibayarkan berfluktuasi atau dividennya tidak stabil. Perusahaan hanya
akan meningkatkan dividend payout ratio, jika pendapatan perusahaan
meningkat dan perusahaan merasa mampu mempertahakan kenaikan
pendapatan tersebut dalam jangka panjang.
3. Dividen reguler dan dividen ekstra
Salah satu cara perusahaan meningkatkan dividen kas adalah dengan
memberikan dividen ekstra di samping dividend reguler. Hal ini biasanya
dilakukan jika pendapatan perusahaan meningkat cukup besar, tetapi
sifatnya sementara. Apabila tidak terjadi peningkatan pendapatan
perusahaan, dividen yang dibagikan hanya dividend reguler.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa bentuk kebijakan

akan berbeda tergantung faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Pada

dasarnya bentuk kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam pembagian

dividen kepada para pemegang saham.

2.1.2.4. Teori Kebijakan Dividen

Sebuah teori akan memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan

pada pengetahuan peneliti. Berikut terdapat beberapa teori kebijakan dividen.


Menurut Agus Sartono (2012: 282) menyatakan bahwa ada beberapa teori tentang

kebijakan dividen :

1) Teori Dividen Adalah Tidak Relevan


Bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given,
pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang
saham.
2) Bird-In-The Hand Theory
Artinya kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham.
Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga
pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya
3) Tax Differencial Theory
Artinya dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada
capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih
tinggi untu saham dengan dividend yield yang tinggi.
4) Information Content Hypothesis
Artinya manajemen cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang
prospek perusahaan dibandingkan dengan investor atau pemegang saham,
akibatnya investor menilai capital gain lebih beresiko disbanding dengan
dividen dalam bentuk kas.
5) Clientele Effect
Bahwa terdapat banyak kelompok investor diantaranya disatu pihak,
terdapat investor yang lebih meyukai memperoleh pendapatan saat ini
dalam bentuk dividen.

Menurut Baker et al. dalam Tatang Ary Gumanti (2013:8) ada tujuh teori

tentang dividen. Ketujuh teori-teori yang dimaksud sebagai berikut:

1) Teori burung ditangan (bird in the hand theory) menyatakan bahwa


investor lebih menyukai dividen tunai daripada dijanjikan adanya imbalan
hasil atas investasi (capital gain) dimasa yang akan datang, karena
menerima dviden tunai merupakan bentuk dari kepastian yang berarti
mengurangi resiko.(Gordon, 1959; 1963; Walter, 1963, Lintner, 1963)
2) Teori sinyal (signaling theory) menyatakan bahwa dividen akan
mengurangi ketimpangan informasi (asymmetric of information) antara
manejemen dan pemegang saham dengan menyiratkan informasi privat
tentang prospek masa depan perusahaan. (Bhattaracharya, 1979;1 John dan
william 1985).
3) Teori preperensi pajak (tax preference) menyatakan bahwa investor atau
pemegang saham lebih menyukai perusahaan yang membagikan dividen
sedikit karena jika dividen yang dibayarkan tingi, maka beban pajak yang
harus ditanggung oleh investor atau pemegang saham juga akan tinggi.
(Elton dan Gruber, 1970; Miller dan Scholes, 1978).
4) Teori efek klien (clientele effect theory) menyatakan bahwa adanya
perbedaan dalam besaran dividen yang dibagikan akan membentuk klien
yang berbeda-beda juga. (Jensen dan Meckling, 1976; Easterbrook, 1984)
5) Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa dividen membatu
mengurangi biaya keagenan terkait dengan pemisahan kepemilikan dan
kendali atas perusahaan. (Jensen dan Meckling, 1976; Easterbrook, 1984)
6) Teori siklus hidup (life cycle theory) menyatakan bahwa dividen
cenderung untuk mengkuti pola siklus hidup perusahaan dan dividen yang
dibagikan mencerminkan analisis manajemen atas pentingnya ketidak
sempurnaan pasar termasuk didalamnya aspek-aspek yang berkaitan
dengan pemegang ekuitas (pemilik saham), biaya keagenan, ketimpangan
informasi, biaya penerbitan sekuritas (ekuitas), dan biaya-biaya transaksi.
Menurut teori ini perusahaan belum banyak membayar dividen, tetapi
semakin tua perusahaan dimana dana internal perusahaan sudah melebihi
peluang investasi dividen yang dibayarkan akan meningkat. (Fama dan
French,2001; DeAngelo, 2006)
7) Teori katering (catering theory) menyatakan bahwa manajer memberikan
investor apa yang sebenarnya diinginkan oleh investor, yaitu manajer
menyenangkan investor dengan membayar dividen manakala investor
berani memberi premi harga saham yang tinggi tetapi manajer tidak akan
membagi dividen manakala investor lebih menyukai perusahaan yang
tidak membayar dividen (Baker dan Wurgler, 2004a,b)

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa ada beberapa teori

tentang kebijakan dividen. petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada

pengetahuan peneliti. Teori – teori tersebut secara keseluruhan mengemukakan

tentang kebijkan dividen.

2.1.2.5. Metode Pengukuran Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen dapat diukur menggunakan rasio, berikut adalah rasio

menurut para ahli. Menurut Warsono (2003:275) terdapat dua indikator yang

biasa digunakan untuk mengukur kebijakan dividen suatu perusahaan, yaitu :

1) Hasil Dividen (Dividend Yield)


Dividend Yield merupakan rasio yang menghubungkan dividen yang
dibayar dengan harga saham biasa perusahaan. Secara sistematis, dividend
yield dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑= 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
Beberapa pemegang saham menggunakan dividend yield sebagai suatu
ukuran risiko dan sebagai penyaring investasi. Para pemegang saham
akan berusaha untuk menginvestasikan dananya dalam saham yang
menghasilkan nilai dividend yield yang tinggi.
2) Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan indikator
kedua yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen. Dividend
payout ratio merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan
laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Secara sistematis, dividend
payout ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dividend per share
DPR = X 100%
Earning per share
Dividend payout ratio sering digunakan untuk mengestimasikan dividen
yang akan dibagikan perusahaan pada tahun berikutnya.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012: 82) rasio pengukuran

diividen adalah sebagai berikut :

1) Price Earning Ratio (PER)


PER melihat harga saham relative terhadap earning-nya. PER bisa
dihitung sebagai berikut :
PER = Harga Pasar per Lembar
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 per Lembar
2) Dividend Yield
Dari segi investor, rasio ini cukup berarti karena dividend yield merupakan
sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Dividen yield
dapat dihitung sebagai berikut:

Dividend Yield = Dividen per Lembar Harga


Pasar per Lembar
3) Dividend Payout Ratio (DPR)

Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai


dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan
diinvestasikan kembali ke perusahan. DPR dapat dihitung sebagai berikut:
DPR = Dividen per Lembar
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 per Lembar

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa ada beberapa

metode pengukuruan kebijakan dividen. Besar kecilnya presentase dividen dapat


diukur melalui metode Dividend Payout Ratio (DPR) Rasio ini melihat bagian

earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor.

2.1.2.6. Dividend Payout Ratio (DPR)

Kebijakan dividen berhubungan erat dengan penentuan besarnya dividend

payout ratio. Menurut Sartono (2010:491) menyatakan bahwa “Dividend payout

ratio merupakan presentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio

antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia

bagi pemegang saham”.

Rumus untuk menghitung dividend payout ratio (DPR) yaitu:

Dividend per share


DPR = X 100%
Earning per share

Sumber: Sartono (2010:491)

Menurut Sudana (2011:167): “Dividend payout ratio yaitu besarnya

persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada

pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba

yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan”.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa Dividend payout

ratio persentase laba bersih yang dibayarkan dalam bentuk dividen dan laba

ditahan perusahaan sebagai sumber pendanaan. Semakin tinggi dividend payout


ratio maka akan menguntungkan para pemegang saham atau investor, tetapi akan

memperlemah internal financial perusahaan karena laba ditahan kecil.

2.1.2.7. Penetapan Dividen Payout Ratio (DPR)

Besaran dividen disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial

dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Riyanto (2010:271) ada beberapa

penetapan dividen payout ratio, yaitu:

1) Penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra. Kebijakan ini


menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi
pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal
setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk.
Tetapi di lain pihak apabila keadaan keuangan perusahaan baik maka
pemodalan akan menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan
dividen tambahan. Kalau keadaan keuangan memburuk lagi maka yang
dibayarkan hanya dividen yang minimal.
2) Penetapan dividend payout ratio yang konstan. Perusahaan yang
menjalankan kebijakan ini menerapkan dividend payout ratio yang
konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham
yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya.
3) Kebijakan dividend payout ratio yang fleksibel yang besarnya dividen
setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan
finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Sartono (2016:292) penetapan dividen payout ratio, yaitu:

1. Kebutuhan Dana Perusahaan


Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang
akan diambil.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
3. Kemampuan Meminjamn
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan
untuk meminjam dalam jangka pendek yang akan meningkatkan
fleksibilitas likuiditas perusahaan.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan
dapat bertindak dengan tepat.
5. Stabilitas Dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap
memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh
koefisien arah positif.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa besar kecilnya DPR

dipengaruhi oleh keadaan finansial perusahaan. Disisi lain penetapan DPR juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah likuiditas, kemampuan

perusahaan untuk meminjam, keadaan pemegang saham dan stabilitas dividen.

2.1.3. Laba

2.1.3.1. Pengertian Laba

Berikut adalah beberapa pengertian laba menurut para ahli. menurut

Soemarso (2010:230) menyatakan bahwa :

Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan
usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi.
Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala). Laba
atau rugi ini belum merupakan laba atau rugi yang sebenarnya. Laba atau rugi
yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila perusahaan telah menghentikan
kegiatannya dan dilikuidasikan.

Menurut Subramanyam dan Wild (2014:25) laba adalah:

Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas


perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas
untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci
bagaimana laba didapat.

Menurut Harahap (2015:303) menyatakan bahwa “laba merupakan

perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan

pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk

mendapatkan penghasilan itu”.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa Laba

adalah informasi dalam hal pencapian pendapatan diatas beban yang stabil dan

meningkat dari periode yang berbeda dan mencerminkan pengembalian kepada

pemegang ekuitas. Laba bisa dikatakan berasal dari transaksi perusahaan pada

periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan

penghasilan itu.

2.1.3.2. Jenis – jenis Laba

Laba dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Menurut Baridwan (2004:

34), Jenis-jenis laba dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a) Laba kotor atas penjualan


Laba kotor atas penjualan adalah selisih dari penjualan bersih dan harga
pokok penjualan (HPP).Jenis laba ini sering disebut dengan laba kotor dari
hasil penjualan bersih karena belum di kurangi dengan beban operasional
lainnya dalam satu periode tertentu.
b) Laba bersih operasional
Pengertian laba bersih operasional adalah laba kotor yang telah dikurang
dengan jumlah biaya penjualan, biaya administrasi, biaya umum, dll.
c) Laba bersih sebelum potongan pajak
Jenis Laba ini merupakan pendapatan seluruh pendapatan perusahaan
sebelum potongan pajak atau perolehan operasional dikurang atau di
tambah dengan selisih pendapatan dan biaya-biaya lainnya.
d) Laba bersih setelah di potong pajak.
Laba ini merupakan laba bersih perusahaan setelah di tambah atau
dikurang dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurang dengan
pajak.
Menurut Supriyono (2002:177), jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan

perhitungan laba diantaranya yaitu

1) Laba kotor adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan


dengan harga pokok penjualan.
2) Laba dari operasi adalah selisih antara laba kotor dengan total beban
operasi.
3) Laba bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laba atau rugi
dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain dikurangi
dengan beban lain.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diketahui bahwa jenis-jenis laba

terbagi kedalam empat jenis yaitu laba kotor penjualan, laba bersih operasional,

laba bersih sebelum dipotong pajak dan laba bersih sesudah dipotong pajak. Laba

bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laba atau rugi dimana untuk

mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain dikurangi dengan beban lain.

2.1.3.3. Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan.

Menurut Nurhadi (2011:141), menyatakan bahwa ““Pertumbuhan laba

menunjukkan persentase kenaikan laba yang dapat dihasilkan perusahaan dalam

bentuk laba bersih”.

Menurut I Nyoman Kusuma (2012:249), menyatakan bahwa “Pertumbuhan

laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan

misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan

beban operasi, perubahan beban bunga dan perubahan pajak penghasilan”.


Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa salah

satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba.

Pertumbuhan laba digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan.

2.1.3.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi laba.

Besar kecilnya laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Jumingan (2006:165) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan laba

adalah :

1) Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga per unit.
2) Naik turunnya harga pokok penjualan, perubahan harga pokok penjualan
ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual
dari harga per unit atau harga pokok per unit.
3) Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual,
variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi
operasi perusahaan.
4) Naik turunnya pos penghasilan atau biaya nonoperasional yang
dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat
harga dan perubahan kebijaksanaan dalam penerimaan discount.
5) Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba
yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
6) Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

Menurut Fanani (2010:109) faktor yang mempengaruhi perubahan laba

adalah:

1. Volatilitas Arus Kas


Salah satu kegunaan informasi arus kas menurut PSAK No. 2 paragraf 03
adalah meningkatkan daya banding kinerja operasi berbagai perusahaan
karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama (IAI, 2010).
2. Besaran Akrual
Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan
usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui
pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang
melekat pada barang yang diserahkan tersebut. Semakin besar akrual,
maka semakin rendah persistensi laba.
3. Volatilitas Penjualan
Penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan dalam
menghasilkan laba. Volatilitas penjualan yang rendah akan dapat
menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas di masa
yang akan datang.
4. Total Hutang
Tingkat hutang akan menjadi besar apabila lebih banyak utang jangka
panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Para pemegang saham
mendapatkan manfaat dari solvabilitas keuangan sejauh laba yang
dihasilkan atas uang yang dipinjam melebihi biaya bunga dan juga jika
terjadi kenaikkan nilai pasar saham.
5. Sikus Operasi
Siklus operasi adalah periode waktu rata-rata antara pembelian persediaan
dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima penjual.Perusahaan
yang memiliki siklus operasi yang lama dapat menimbulkan
ketidakpastian, estimasi dan kesalahan estimasi yang makin besar yang
dapat menyebabkan persistensi laba yang rendah.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa laba

yang diperoleh setiap periode nya cenderung berubah – ubah. Perubahan laba

dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah naik turunnya pajak perseroan yang

dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif

pajak dan adanya perubahan dalam metode akuntansi.

2.1.4. Laba Bersih

2.1.4.1. Pengertian Laba Bersih

Ada beberapa pengertian laba bersih menurut para ahli. Menurut Abdullah

dalam Manurung dan Siregar (2009 : 4) “Laba bersih adalah kelebihan seluruh

pendapatan atas seluruh biaya untuk seluruh periode tertentu setelah dikurangi

pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi”. Hendriksen & Breda

dalam Rasyid (2001 : 56) berpendapat “Laba bersih merupakan net income to

shareholders (laba bersih bagi pemegang saham) yang akan dibagikan dalam

bentuk dividen”. Sedangkan Chariri dan Ghozali (2001:213) mengungkapkan


“laba adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan

biaya. Besarnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung atas

ketepatan pengukuran dan biaya”.

Menurut Baridwan (2004: 56), pengertian laba adalah “Kenaikan modal

(aktiva bersih) yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha

dan juga dari seluruh transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan

usaha selama satu periode kecuali timbul dari pendapatan atau investasi dari

pemilik”. Menurut Hansen dan Mowen (2001: 38) "Laba adalah pendapatan

operasional dikurangi pajak, biaya bunga, biaya penelitian dan pengembangan.

Laba bersih disajikan dalam laporan laba rugi dengan membandingkan

pendapatan dan biaya". Sedangkan Menurut M. Nafarin (2007: 788) "Laba

(income) adalah perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya

dan pengeluaran untuk periode tertentu".

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa laba

bersih adalah adalah kelebihan dari penghasilan atas biaya dalam satu periode

akuntansisetelah di kurangi biaya-biaya dan pajak. Disisi lain laba adalah

peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah

dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut.

2.1.4.2. Indikator Laba Bersih

Berikut adalah cara menghitung laba bersih menurut para ahli. Menurut

Budi Rahardjo (2010 : 83) laba bersih dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Laba bersih = laba sebelum pajak – pajak penghasilan


Keterangan:
Laba sebelum pajak = Laba operasi ditambah hasil usaha dan dikurangi biaya
diluar operasi biasa.
Pajak Penghasilan = Pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan

Menurut Kasmir (2011:303) bahwa laba bersih dapat diukur dengan rumus:

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Operasi – Beban Pajak


Keterangan
Laba kotor = laba yang berasal dari penjualan dikurangi harga pokok.
Beban operasional = beban dari aktivitas operasi.
Beban pajak = Biaya pajak perusahan pada periode tertentu

Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat diketahui bahwa laba bersih

adalah hasil pengurangan laba sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan. Laba

bersih juga dapat dikatakan juga selisih antara laba kotor dikurangi beban

operasional dan pajak penghasilan.

2.1.4.3. Komponen Laba Bersih

Berikut adalah komponen laba bersih menurut para ahli. Menurut Kieso

(2008:145) menyatakan bahwa komponen laba bersih terdiri dari:

1) Bagian penjualan dan pendapatan


Subbagian yang menyajikan penjualan, diskon, penurunan harga, retur
penjualan, dan informasi lainnya yang berhubungan.
2) Beban Harga Pokok Penjualan
Subbagian yang memperlihatkan harga pokok barang yang dijual untuk
mendapatkan penjualan.
3) Beban Penjualan
4) Beban administrasi dan umum
Subbagian yang mencantumkan daftar beban – beban yang berasal dari
upaya perusahaan untuk melakukan penjualan. Beban administrasi dan
umum diantaranya adalah:
a) Beban gaji karyawan.
b) Beban adiministrasi.
c) Beban perjalanan dinas.
d) Beban iklan dan promosi.
e) Beban penyusutan dan lain – lain.

Menurut Febriyanti (2004L:128) menyatakan bahwa komponen laba bersih

secara lebih rinci dapat diamati langsung dari laporan laba rugi suatu perusahaan

diantaranya:

1) Penjualan aktiva tetap


2) Selisih kurs
3) Penjualan merek dagang
4) Restrukturisasi dan penyelesaian pinjaman
5) Penurunan nilai persediaan
6) Penjualan penyertaan saham,
7) Penjualan investasi efek hutang
8) Pembelian surat berharga
9) Investasi jangka Panjang
10) Penghapusan hutang
11) Kenaikan nilai pasar surat berharga
12) Restrukturisasi sewa guna usaha jangka Panjang
13) Kebakaran, kerusuhan
14) Bencana alam serta operasi yang tidak berlanjut

Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa

komponen didalam laba bersih, komponen laba bersih secara lebih rinci dapat

diamati langsung dari laporan laba rugi suatu perusahaan. Komponen laba bersih

diantaranya adalah bagian penjualan dan pendapatan, beban harga pokok

penjualan, beban penjualan dan beban administrasi dan umum.

2.1.4.4. Laporan Laba Rugi

Berikut adalah beberapa pengertian tentang laporan laba rugi menurut para

ahli. Menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi (2009:15) menyatakan bahwa “laporan

laba rugi adalah ikhtisar pendapatan dan biaya untuk jangka waktu tertentu,

misalnya satu bulan atau satu tahun”.


Menurut Dwi Prastowo dan Rifka (2010:18) menyatakan bahwa “laporan

laba rugi didefinisikan sebagai laporan yang memberikan informasi mengenai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode

tertentu”.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat diketahui bahwa laporan laba

rugi merupakan laporan akuntansi yang menyajikan hasil kegiatan operasi

perusahaan dalam suatu periode akuntansi tertentu. didalam laporan ini disajikan

pendapatan-pendapatan dan beban-beban yang terjadi dalam kurun waktu operasi

perusahaan. Kelebihan pendapatan atas beban yang dikeluarkan dalam proses

menghasilkan pendapatan disebut laba bersih (net income), apabila beban

perusahaan melebihi pendapatannya, kelebihannya itu disebut rugi bersih (nett

loss).

2.2. Kerangka Pemikiran

Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat

penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang

mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham

dan pihak kedua perusahaan itu sendiri.

Menurut Ambarwati (2010:64) menyatakan bahwa :

Kebijakan dividen adalah Kebijakan yang diambil dalam manajemen


perusahaan untuk memutuskan membayarkan sebagian keuntungan
perusahaan kepada pemegang saham dari pada menahannya sebagai laba
ditahan untuk diinvestasikan kepada pemegang saham dari pada menahannya
sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali agar mendapat capital
gain.
Kebijakan tersebut dapat dilihat dari rasio pembayaran dividen dengan laba

yang dihasilkan perusahaan. Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi rasio

pembayaran dividen adalah perolehan laba bersih. Dimana laba bersih peusahaan

merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil

keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para

pemegang saham.

Jika laba perusahaan naik maka kebijakan dividen akan naik karena jika

perusahaan mendapatkan laba yang besar maka dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham akan cenderung stabil bahkan akan naik. Tetapi jika laba

mnurun maka perusahaan akan mempertimbangkan apakah laba akan dibagikan

menjadi dividen atau laba ditahan untuk pembiayaan perusahaan.

Dari uraian kerangka pemikiran di atas, maka paradigma penelitian ini

adalagh sebagai berikut:

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Laba Bersih (X) Kebijakan Dividen (Y)

2.3. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2014:159) “Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus

dibuktikan melalui data yang terkumpul.”

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh antara Laba Bersih

terhadap Kebijakan Dividend”.


BAB III

OBYEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah laba bersih dan

kebijakan deviden PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Metode Penelitian yang Digunakan

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif menurut Sugiyono

(2012: 29) menyatakan bahwa “Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi

untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagimana adanya, tanpa

melakukun analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum”.Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Suliyanto (2005: 12), bahwa “Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang didasarkan pada data kuantitatif di mana data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan”. Penelitian ini

menggunakan analisis statistika.

3.2.2. Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

3.2.2.1 Definisi Variabel

Sesuai dengan judul yang penulis sajikan yaitu Pengaruh Laba Bersih Terhadap

Kebijakan Dividen, maka terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen menurut Sugiyono (2014 : 39) adalah:” Variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Laba Bersih

yang selanjutnya dinotasikan dengan huruf (X).

2. Variabel Dipenden

Variabel dependen menurut Sugiyono (2014 : 39) adalah:”Variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dividen yang selanjutnya

dinotasikan dengan huruf (Y).

3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel

Untuk lebih jelasnya maka kedua variable tersebut dapat

dioperasionalisasikan kedalam bentuk table berikut ini :

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Laba Bersih Laba bersih Rasio
sebagai adalah kelebihan
Net income =
variable seluruh
independen pendapatan atas
Laba yang di peroleh- Pajak
seluruh biaya
(X) untuk seluruh
periode tertentu
setelah dikurangi
pajak penghasilan
yang disajikan
dalam laporan
laba rugi
(Abdullah dalam
Manurung dan
Siregar, 2009 : 4)

Dividend Dividend payout Rasio


Payout ratio yaitu
Ratio presentase laba
(DPR) saham biasa yang DPR=¿
sebagai dibayarkan dalam
variabel bentuk dividen. Deviden per Share
×100 %
Earning per Share
dependen
(Y) (Sartono, 2010:
491)

3.2.3. Data Penelitian

3.2.3.1. Jenis dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (2015:13) “Data kuantitatif adalah data yang berbentuk

angka, atau data kuantitatif yang diangkakan (scoring)”. Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa laporan

keuangan PT Unilever Indonesia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada periode 2014 sampai dengan 2018.


Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Menurut Sugiyono

(2014:137) “Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

dokumen”. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan PT

Unilever Indonesia, Tbk periode 2014 sampai dengan 2018 yang diperoleh dari

Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Galuh

Ciamis.

3.2.3.2. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Sugiyono (2015: 204) “Observasi merupakan kegiatan pemuatan

penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan

pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan”.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung

terhadap laporan keuangan PT Unilever Indonesia, Tbk di Galeri Investasi Bursa

Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Galuh Ciamis.

2. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) “Dokumentasi adalah suatu

cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,

arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan

yang dapat mendukung penelitian”. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa

kaset yang berisi laporan keuangan PT Unilever Indonesia, Tbk periode 2014

sampai dengan 2018 yang diperoleh dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia,

Fakultas Ekonomi Universitas Galuh Ciamis.


3.2.4. Teknik Analisis Data

3.2.4.1. Menganalisis tingkat Laba Bersih di PT Unilever Indonesia, Tbk

Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar Laba Bersih

disuatu perusahaan bisa dihitung dengan:

Net Income = Laba yang diperoleh - pajak


Abdullah dalam Manurung dan Siregar, (2009 : 4)

3.2.4.2. Menganalisis perkembangan Kebijakan Dividen di PT Unilever

Indonesia, Tbk

Untuk menghitung kebijakan deviden dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Deviden per Share


DPR= ×100 %
Earning per Share

Sartono, (2010: 491)

3.2.4.3. Menganalisis pengaruh Laba Bersih terhadap Kebijakan Dividen

di PT Unilever Indonesia, Tbk.

1) Analisis Koefisien Korelasi Sederhana.

Untuk mengetahui hubungan antara laba bersih dengan kebijakan dividen

dihitung dengan analisis koefisien kolerasi. Menurut Singgih Santoso (2010:141)

analasis koefisien kolerasi adalah :

Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk mempelajari apakah ada


hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis regresi memprediksi
seberapa jauh pengaruh tersebut Secara spesifik, tujuan analisis korelasi
adalah ingin mengetahui apakah di anara dua variabel terdapat hubungan, dan
jika terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar
hubungan tersebut. Secara teoretis, dua variabel dapat sama sekali tidak
berhubungan (r=0), berhubungan secara sempurna (r=1), atau antara kedua
angka tersebut. Arah korelasi juga dapat positif (berhubungan searah) atau
negatif (berhubungan berlainan arah).
Koefisien korelasi dihitung dengan rumus :

n ( ΣXY )−(ΣX )(ΣY )


r xy =
√¿¿¿

(Arikunto, 2013:317)

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n = Ukuran sampel

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

Interprestasi terhadap koefisien kolerasi ditentukan sebagai berikut :

Tabel 3.2
Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
(Sugiyono, 2013:231)

1) Uji Regresi Linier Sederhana

Regresi linear sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y).

Rumus dari dari analisis regresi linear sederhana adalah sebagai berikut:
Ŷ =a+bX
Sumber
(Sugiyono, 2013: 261)

Keterangan:

Y= subyek dalam variabel dependen yang diprediksi

a = harga Y ketika harga X= 0 (harga konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan

variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis

turun.

X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Secara teknik harga b merupakan tangent dari perbandingan antara panjang

garis variabel dependen, setelah persamaan regresi ditemukan.

Dimana harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut:

( ΣY ) ( Σ X 2) −( ΣX )( ΣXY )
a= 2
nΣ X −¿ ¿

(Sugiyono, 2013: 261)

n ( ΣXY )−(ΣX )(ΣY )


b= 2
n( Σ X )−¿ ¿

(Sugiyono, 2013: 262)

1) Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah pengkuadratan korelasi (r 2) digunakan untuk

menentukan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


Rumus :

KD=r2 x 100%
(Sumber :Sugiyono, 2013:231)

Keterngan :

KD = Koefisien Determinasi
2
r = Koefisien Korelasi

3.2.5. Rancangan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Uji t

Untuk mengetahui tingkat signifikan dalam penelitian, maka peneliti

menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

t=r
√ n−2
1−r
2

(Sugiyono, 2015: 184)

Keterangan:

t : t hitung

r : nilai korelasi

n : jumlah sampel

Uji Hipotesis dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t Tabel maka Hipotesis diterima artinya Laba Bersih berpengaruh

terhadap Kebijakan Dividen.

b. Jika t hitung < t tabel maka Hipotesis ditolak artinya Laba Bersih tidak

berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

3.2.5.2 Uji F
Pengujian yang dilakukan ini adalah dengan uji parameter b (uji korelasi)

dengan menggunakan uji F statistik. Untuk menguji pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat digunakan uji F.


2
R /k
¿
( 1−R ) (n−k −1)
2

(Sugiyono, 2013:257)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

Distribusi F ini ditentukan oleh derajat kebebasan pembilang dan penyebut,

yaitu k dan (n-k-1). Untuk uji F, kriteria yang dipakai adalah:

a. Jika F hitung > F Tabel maka Hipotesis diterima artinya Laba Bersih

berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

b. Jika F hitung < F tabel maka Hipotesis ditolak artinya Laba Bersih tidak

berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT Unilever Indonesia Tbk yang data

keuangannya diperoleh dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Fakultas

Ekonomi Universitas Galuh.

3.4.2. Waktu Penelitian


Waktu penelitian adalah tujuh bulan terhitung sejak Januari sampai Juli

2020. Adapu waktu penelitian dapat dilihat dari table berikut ini :

Tabel 3.3
Jadwal Rencana Penelitian
KEGIATAN Bulan
NO
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Penyusunan Proposal
Penyusunan
2.
Instrumen
Ujian Proposal
3.
Penelitian
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
Penyusunan Hasil
6.
Penelitian
Persiapan Sidang
7.
Skripsi
8. Sidang Skripsi

Anda mungkin juga menyukai