Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

GASTRITIS

DISUSUN OLEH :

YULIANA

2017 01 046

KELOMPOK 4

PEMBIMBING

NS. SAKA ADIJAYA PENDIT.,M.KEP

PROGRAM STUDI S1 NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2021
BAB I

KONSEP TEORITIS

A. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan
infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis adalah peradangan pada
mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis,
difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain,
sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang
menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis
yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.

B. Klasifikasi
Menurut Wibowo (2007), gastritis diklasifikasikan menjadi :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosalambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial.Pada gastritis
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil mukosaedema, merah dan
terjadi erosi kecil dan perdarahan. Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe
yaitugastritis stres akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis
eosinofilik.Semua tipe gastritis akut mempunyai gejala yang sama.
Episodeberulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis kronik.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik
bervariasi. Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung
menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis
atropi dan gastritis hipertropi.
C. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS
(indometasin,ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain,
agenkemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan
digitalisbersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii,
streptococci,staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli,
tuberculosis,dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ;candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan,gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan
refluks ususlambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu danminuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
( komponenpenting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari
usus kecilke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah
kelambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antaraagresi
dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yangdapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi
tidakdimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsumungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecualiuntuk
gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelahmakan, kembung,
rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.

E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasimukosa
lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambungakan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akanberikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3.Hasil daripenyawaan tersebut akan meningkatkan
asam lambung. Jika asam lambungmeningkat maka akan meningkatkan
mual muntah, maka akan terjadi gangguannutrisi cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika
mukus yangdihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari
kerusakan HCL maka akanterjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi
penyembuhan tetapi jika mukus gagalmelindungi mukosa lambung
maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jikaerosi ini terjadi dan
sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadiperdarahan yang
akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulangsehingga
terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan
terjadipenyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi
kelenjar epiteldan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel
pariental dan sel chief hilangmaka produksi HCL. Pepsin dan fungsi
intinsik lainnya akan menurun dandinding lambung juga menjadi tipis
serta mukosanya rata, Gastritis itu bisasembuh dan juga bisa terjadi
perdarahan serta formasi ulser.
F. Pathway
Makanan yang pedas, Stress Zat kimia
panas, dan asam

Gatritis akut Penurunan


produksi
mukus oleh sel
kolumner
Merangsang Saraf
Simpatis /
Nerus Vagus
Pengelupasan sel
mukosa lambung
Peningkatan
produksi HCl
di lambung Erosi Nyeri akut

Anoreksia, mual, Perdarahan


muntah gaster

Resiko syok
Hipovolemia

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapt dilakukan menurut Nurarif & Kusuma
(2015):
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan
lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pylori
atau tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylory dalam feces atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadi infeksi.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar – X .
5. Rongent saluran cerna bagian atas
Tes ini akan mengetahui adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya.

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Dermawan (2010) antara lain :
1. Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan
medis,terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga
dapatmenyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Gastritis Kronik
Yaitu gangguan penyerapanvitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemiapernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrumpylorus.

I. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit
diberikanintravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan
sampaigejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati
denganantasida dan istirahat.
c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat
pembentukanasam lambung dan kemudian menurunkan iritasi
lambung.
d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengancara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam danpepsin yang
menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
f. Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untukmenghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasienmampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bilagejala menetap,
cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahanterjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yangdilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritisdiakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum
( missal :alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan
juslemon encer atau cuka encer
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karenabahaya
perforasi.terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan
sedative,antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin
diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene
atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi
dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi
stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan
antibiotic( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto
bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi
vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor
instrinsik.
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
d. Pasien dengan gastritis superficialyang kronis biasanya berespon
terhadap diet sehingga harusmenghindari makanan yang berbumbu
banyak atau berminyak.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a.Pengkajian Primer
1) Airway
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah adanya sumbatan di
kerongkongan, penumpukan sekret di tenggorokan, adanya wheezing
atau suara crakcel yang menunjukkan ketidak efektifan pertukaran gas.
2) Breathing
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah sesak nafas akibat
aktivitas maupun tanpa aktivitas, irama nafas dan suara nafas.
3) Circulation
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah tekanan darah yang
menunjukkan hipertensi, adanya edema di ekstremitas, CRT yang leboh
dari 3 detik sebagai bentuk penurunan curah jantung, akral yang dingin
dan output urin yang kurang.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas. Tentukan respon Alert,
Verbal, Pain, Unresponsive. Kaji pupil dan respon pupil terhadap
cahaya. Jika pasien mengalami koma maka kaji tingkat kesadaran GCS
(Glasgow Coma Scale).
5) Eksposure
Kaji adanya tanda-tanda trauma yang ada.
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder mengenai riwayat singkat pasien dirawat di rumah

sakit. Pengkajian ini dapat dilanjutkan ketika pasien sudah dalam keadaan

stabil. Metode yang digunakan dalam pengkajian sekunder yang meliputi:

1) Sign and Symtoms (tanda dan gejala utama yang dirasakan dan

diobservasi).

2) Allergies (ada tidaknya alergi yang dipunyai klien)

3) Medications (terapi terakhir yang sudah diberikan klien dan apakah terapi

tersebut engurangi permasalahan klien atau tidak).

4) Past medical history (riwayat medis sebelum klien dirawat saat ini).

5) Last oral intake (terakhir kali pasien makan dan minum dan jenis detail

dari makanan atau minuman yang baru saja dimakan atau diminum).

6) Events prociding incident (hal-hal yang memungkinkan atau peristiwa


yang mengawali terjadinya serangan atau penyakit klien saat ini.
c. Data penunjang
1) Laboratorium : darah rutin, urin dan kimia
2) Radiologi

d. Program Terapi
Terapi obat apa yang diperoleh pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan faktor pencidera fisiologis (inflamasi
akut)
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan
kekurangan intake cairan
c. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan volume
cairan.
3. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama ... x ... jam secara komperhensif
diharapkan masalah nyeri teratasi b. Observasi reaksi non verbal dari
dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu c. Control lingkungan yang dapat
penyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti
menggunakan tehnik suhu ruangan, pencahayaan dan
nonfarmakologi untuk kebisingan
mengurangi nyeri, mencari d. Ajarkan teknik nonfarmakologi
bantuan) e. Kolaborasi dengan dokter
b. Melaporkan bahwa nyeri dalam pemberian analgetik
berkurang dengan untuk mengurangi nyeri
menggunakan manajemen
nyeri
c. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan a. Monitor intake dan output
keperawatan selama ... x ... cairan serta status hidrasi
jampasien bebas dari masalah b. Berikan intake cairan melalui
hipovolemi dengan kriteria hasil : IV maupun peroral
a. Tanda – tanda vital dalam batas c. Edukasi pasien tentang
normal pemenuhan kebutuhan cairan
b. Pasien tidak mengalami tanda – pada pasien
tanda dehidrasi d. Kolaborasi dengan dokter
c. Elastisitas turgor kulit baik, dalam pemberian cairan IV
membrane mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebih

3. Setelah dilakukan tindakan a. Monitor TTV


keperawatan selama ... x ... b. Monitor tanda awal syok
jampasien bebas dari resiko syok c. Monitor nilai laboratorium :
hipovolemik dengan kriteria hasil : Hb, Ht, AGD, dan elektrolit.
a. TTV dalam rentang normal d. Berikan cairan iv atau oral
b. Hasil pemeriksaan laboratorium dengan tepat
(Natrium serum, Kalium serum, e. Edukasi tentang tanda dan
klorida serum, kalsium serum, gejala datangnya syok
magnesium serum, dan pH darah f. Kolaborasi dengan dokter
serum) dalam batas nomal dalam pemberian vasodilator
yang tepat

4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang
telah direncanakan.

5. Evaluasi
Merupakan penilaian dari hasil proses keperawatan. Evaluasi dapat
menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning) atau
SOAPIER (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning, Implementasi,
Evaluasi, Reassessment)
DAFTAR PUSTAKA

Hirlan. 2009. Gastritis Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 5. Jakarta :
InternaPublishing
Muttaqin, A., Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Wibowo, Y.A. 2007. Gastritis. Diambil dari
http://fkuii.org/tikidownloadwiki_attachment.php?attdl=1078&page=Yoga
%20Agua%20Wibowo. Diakses tanggal 8 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai