Disusun Oleh :
Kelompok 5 ( Kelas 2B)
Aldi Rahman Dirta NIM. 2110631110077
Nada Shofi Nurfazri NIM. 2110631110041
Novi Fadhilah Sopian NIM.2110631110044
Rizqi Maulana NIM. 2110631110053
Salma Gania NIM. 2110631110055
Syarifatul Ulfa NIM. 2110631110062
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Makalah yang berjudul “Sumber Sumber
Ilmu Pengetahuan” Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas
segala bantuan yang telah di berikan. Semoga apa yang kami susun dapat bermanfaat bagi
pembaca, serta kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
demi perbaikan penulisan karya tulis-karya tulis selanjutnya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.8 Tujuan dan Manfaat Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Filsafat Ilmu ........................... 15
PENUTUP................................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Pada awalnya manusia tidak mempunyai pengetahuan ketika baru lahir .Interaksinya
dengan alam sekitar membuatnya ingin tahu sehingga mengajukan pertanyaan
apa,mengapa dan bagaimana?jawaban dari pertanyaa tersebut menghasilkan
pengetahuan.Tetapi kadang manusia mengalami banyak ketidakpuasan dengan
pengetahuan yang ia terima.Pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenaknya semakin
kompleks sehingga manusia terus berfikir mencari pengetahuan.
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (Filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah.Ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.Meskipun secara metodologis ilmu tidak
membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial,namun karena permasalahan-
permasalahan teknis yang bersifat khas,maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat
ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial.
1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Mengetahui tentang pengertian dari ilmu pengetahuan dalam filsafat ilmu.
2. Mengetahui hubungan antara filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan.
3. Mengetahui macam-macam dari sumber ilmu pengetahuan dalam filsafat ilmu.
4. Mengetahui Ciri-ciri ilmu pengetahuan.
5. Mengetahui syarat-syarat ilmu.
6. Mengetahui perbedaan filsafat dengan ilmu.
7. Mengetahui cara mempelajari filsafat ilmu.
8. Mengetahui tujuan dan manfaat sumber ilmu pengetahuan dalam filsafat ilmu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
istilah filsafat ilmu dan ada pula yang menggunakan istilah filsafat ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak berbeda secara prinsipil.
Sebagai perbandingan, berikut ini dikemukakan beberapa definisi mengenai filsafat ilmu
pengetahuan.
Cornellius Benjamin (dalam Runes: Dictionary of Philosophy, 1975:55). Filsafat
Ilmu ialah cabang filsafat yang merupakan telaah yang sistematis mengenai sifat dasar
ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan prasangkanya, serta
letaknya dalam kerangka umum dan cabang-cabang pengetahuan intelektual.
The Liang Gie (Pengantar Filsafat Ilmu, 1977:61). Filsafat Ilmu ialah segenab
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Landasan dari ilmu itu mencakup konsep-konsep pangkal,anggapan-anggapan dasar,
asas-asas permulaan, struktur- struktur teoritis dan ukuran-ukuran kebenaran ilmiah.
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat
dan ilmu.
Jujun Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar, 1996:33) Filsafat ilmu
adalah bagian filsafat epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu
(pengetahuan ilmiah), yang ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat
ilmu, baik yang mengenai pertanyaan ontologis, maupun pertanyaan epistemologis dan
axiologis tentang ilmu.4
4
menjangkau sesuatu itu secara spekulatif atau perenungan dengan menggunakan metode
berpikir deduktif, maka ilmu menggunakan pendekatan empiris atau ilmiah dengan
menggunakan metode berpikir induktif di samping metode berpikir deduktif.
Sebagai ilmu yang umum maka filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada,
mencakup alam, manusia, dan Tuhan. Mengenai manusia misalnya dipersoalkan
pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa arti dan tujuan hidup saya? Apa yang menjadi
kewajiban saya dan yang menjadi tanggung jawab saya sebagai manusia? Bagaimana
saya harus hidup agar menjadi manusia yang baik? Apa arti dan implikasi martabat saya
dan martabat orang lain sebagai manusia? Demikian pula pertanyaan-pertanyaan
mengenai dasar pengetahuan kita, mengenai nilai-nilai yang kita junjung tinggi seperti
tentang keadilan dan sebagainya. Jawaban-jawaban yang mendalam terhadap pertanyaan
itu akan mempengaruhi orientasi dasar kehidupan manusia. Sebagai ilmu-ilmu khusus
maka ilmu pengetahuan tidak menggarap pertanyaan-pertanyaan fundamental manusia
seperti tersebut di atas, karena ilmu-ilmu khusus itu (fisika,kimia, sosiologi, psikologi,
ekonomi, dll) secara hakiki terbatas sifatnya. Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya
membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia, mengsis-tematisasikan apa
yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses pencahariannya. Karena ilmu-
ilmu pengetahuan terbatas sifatnya maka semua ilmu membatasi diri pada tujuan atau
bidang tertentu.5
Dalam kajian filsafat di jelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
memiliki sumber.Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya .Ada
empat sumber pengetahuan yang di maksud yaitu Rasionalisme,Empirisme,Intuisi dan
Wahyu.Keempat sumber ini memiliki pengertian yang berbeda-beda dalam menafsirkan
sumber dari pengetahuan manusia tersebut.6
5
pembeda dengan Makhluk Allah lainnya.Akal juga merupakan alat yang dapat
menyampaikan pesan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti serta pembeda antara
yang haq dan yang bathil, serta apa yang ditemukan dapat dipastikan
kebenarannya,sepanjang persyaratan-persyaratan fungsi kerjanya dijaga dan tidak
diabaikan.
Rasionalisme merupakan faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat
terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan [ahmad tafsir,
2005"127]. Menurut ahmad tafsir, rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan cara berfikir. alat dalam berfikir ialah kaidah-kaidah logis atau logika.
Pengetahuan diperoleh melalui cara berpikir (akal) dan tidak menganggap pengalaman
indera (empiris) sebagai sumber pengetahuan.Rene Descartes (1596-1650), dianggap
sebagai bapak rasionalisme. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pengalaman
empiris dapat dikoreksi seandainya akal pikiran digunakan.Paham rasionalisme tidak
memungkiri penggunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, tetapi indera hanyalah
sebagai stimulus agar akal mau berfikir dan menemukan kebenaran/pengetahuan.Akal
menerima bermacam data yang dikirim oleh indera selanjutnya mengatur, mengolah dan
menyusunnya hingga menjadi pengetahuan yang benar. Akal dalam proses berpikir inilah
menggunakan kaidah-kaidah rasional atau kaidah-kaidah logika. Paham ini mengklaim
bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal. Seperti
pemahaman manusia terkait logika dan matematika. Temuan-temuan dalam logika dan
matematika begitu pasti dan tidak mungkin salah (kebenaran yang universal). Selain
menghasilkan pengetahuan dari bahan-bahan yang dikirim indera, akal juga mampu
menghasilkan pengetahuan yang bersifat abstrak. Seperti pengetahuan tentang
prinsip/aturan yang rajin belajar dan berprestasi di madrasah akan berhasil dalam
kehidupannya. Hukum ini ada dan logis tetapi tidak empiris.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber pengetahuan yang paling ideal adalah akal, yang
dapat digolongkan pada jenis-jenis dibawah ini :
1. Akal awam yaitu akal yang dimiliki oleh orang-orang pada umumnya yang
lebih mengandalkan pengertian pada kebiasaan, pengalaman, dan pentaksiran
2. Akal khawasah, yaitu akal yang dimiliki orang yang memiliki pengetahuan
disebabkan oleh semakin bertambahnya pengetahuan
3. Akal potensial, adalah akal yang diberikan kepada semua manusia untuk
memiliki kemampuan menangkap materi dengan rangsangan panca indera.
6
4. Akal aktual, adalah akal yang lebih tinggi daripada akal potensial, artinya
mampu menangkap isi dan bentuk konseptual dari materi tanpa dibantu oleh
Panca indera.
5. Akal mustafad, sebagai akal tertinggi yang mampu menghubungkan potensi
berfikirnya hingga mencapai objek yang bersifat immaterial. akal ini dapat
mencapai atan berhubungan langsung dengan akal aktif.7
7
semua pandangan empirisme. demikian juga. sebaliknya empirisme memandang
rasionalisme penuh dengan subjektivitas dan sangat personalistik.
Kebenaran apriori diperoleh melalui struktur jiwa kita yang inheren secara aktif, jiwa
mengkoordinasi sensasi-sensasi yang masuk dalam ide. pengenalan berpusat pada subjek
bukan pada objek. karena itu,
10 M.Iqrom Lutfi,2021.Akal dan Wahyu dalam Pandangan Aliran Ilmu Kalam,Jakarta:Republika Blogger.
8
seseorang tetap bertahan hidup, yang berlangsung tanpa disadari dan memberi sinyal-
sinyal mengenai apa yang telah terjadi dan apa yang bakal terjadi.
Intuisi menerima informasi/pengetahuan tanpa bersandar pada indera, dalam arti
proses perolehan informasinya tidak bergantung pada indera, ingatan, pengalaman,
perasaan atau proses-proses berpikir lainnya. Intuisi memperoleh pemahaman realitas
dalam bentuk potongan-potongan kecil informasi/pengetahuan, biasanya berupa simbol.
Simbol-simbol ini yang kemudian digabungkan dan ditafsirkan untuk membentuk atau
memunculkan gambaran yang utuh (Day, 2006). Pengetahuan-pengetahuan yang secara
tidak sengaja tersimpan dalam memori, sepotong potong, antara satu hal dengan hal lain
seolah olah tidak saling berhubungan, tidak memiliki makna, biasanya dianggap tidak
bermanfaat sama sekali oleh individu yang terbiasa berpikir rasional, menggunakan data-
data yang diperoleh berdasarkan fakta-fakta. Padahal dengan berpikir intuitif yaitu
berpikir tanpa kesadaran, proses berpikir yang terjadi secara cepat, mendadak yang
menghasilkan pengetahuan, individu dapat mengambil kesimpulan dengan sangat cepat
tentang suatu keadaan yang dihadapinya sehingga dapat mengarahkan perilaku dengan
benar (Gazzaniga dalam Myers, 2002).
Intuisi memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan, terutama ketika berada
dalam situasi kritis atau ketika berhadapan dengan situasi berisiko tinggi. Intuisi dapat
menjadi pemandu jalan keluar yang efektif pada saat-saat kalut. Intuisi bukan hanya
memberikan tanda untuk melakukan sesuatu, tetapi bisa juga memberikan peringatan
untuk tidak melakukan sesuatu (Wuryanano, 2006). Pada saat seolah olah sudah tidak ada
lagi solusi apapun terhadap permasalahan yang dihadapi, intuisi dapat memberikan jalan
keluar (Butler, 2003). Intuisi bertindak sebagai penunjuk arah jalan dan dapat
menunjukkan tanda bahaya di sepanjang perjalanan, yang akan memendu ke arah mana
yang harus dituju, masalah apa yang harus dihindari, atau apa yang harus dilakukan
sebagai persiapan, agar dapat beradaptasi dan menyelesaikan masalah dengan sukses
(Wuryanano, 2006).11
Menurut henry bedson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.
9
pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha, ia juga mengatakan intuisi
adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang
nisbi.
Akal berfungsi melakukan penalaran terhadap berbagai kejadian dari penalaran dan
pengetahuan inderawinya .penalaran yang valid adalah wahyu yang ditransmisi oleh akal
sehingga akal yang sesuai dengan wahyu. keshahihan transmisi data otoritatif melahirkan
ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi landasan ilmu-ilmu lainnya dan landasan
filsafat islam, schebat apapun akal manusia kaum khawash, tidak berarti bahwa akal dapat
memperoleh seluruh pengetahuan yang wajib baginya tentang tuhan dan tentang alam
ghaib.Daya akal bukanlah tidak terbatas. Sebagian sifat tuhan seperti berfirman. melihat,
dan mendengar, yang dinyatakan sebagai sifat-sifat wajib tidak dapat diketahui melalui
akal.
Manusia dapat mengetahuinya hanya melalui wahyu, demikian pula akal manusia
tidak dapat mengetahui keadaan dan hakikat hidupnya alam ghaib nanti. Akal
umpamanya tidak dapat mengetahui perincian kebahagiaan dan kesengsaraan yang
menunggunya di akhirat dan cara menghitung perbuatan baik dan buruknya nanti.oleh
karena itu, manusia berhajat kepada wahyu, yang akan membantunya memperoleh
pengetahuan lebih luas tentang tuhan dan masa depannya di alam ghaib. Keharusan
manusia menggunakan akalnya bukanlah hanya merupakan ilham yang terdapat dalam
dirinya, tetapi juga ajaran yang termuat dalam wahyu.kitab suci al-quran memerintahkan
manusia untuk berfikir dan mempergunakan akal dan melarang bersikap taklid tuhan
tidak semata-mata memberi perintah, tetapi juga memotivasi manusia untuk berfikir.
Kitab suci al quran adalah wahyu yang memberikan fungsi informatif dan konfirmatif
bagi akal, sedang assunah merupakan sumber hukum islam yang mempermudah dalam
mepelajari al-quran dan sebagai tradisi pelaksanaan perintah-perintah tuhan melalui
keteladanan Muhammad saw.
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat
perantara para nabi. para nabi memperoleh pengetahuan dari tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.Pengetahuan mereka
terjadi atas kehendak tuhannya. wahyu berisikan pengetahuan agama, baik mengenai
kehidupan mencakup masalah transcendental seperti latar belakang dan tujuan penciptaan
manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.Dalam konteks lain
10
kebenaran wahyu seluruhnya diakui oleh akal, bahkan pengalaman manusia secara
historis tergambarkan dengan jelas dalam wahyu.
11
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedala bagian
yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-
bagian itu;
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenaranya oleh siapapun juga.13
2.5 Syarat-Syarat Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang secara khusus mempelajari tentang hal penyebab
terjadinya sesuatu dan mengapa?. Ada bebrapa syarat ilmiah yang dapat disebut sebagai
ilmu. Sifat yang ilmiah untuk syarat ilmu banyak pengaruhnya dari ilmu-ilmu alam yang
sudah ada terlebih dahulu.
Objektif. Objek kajian harus ada dalam ilmu yang ada dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, terlihat dari luar maupun bentuknya dari dalamnya. Objeknya juga
bersifat ada, atau mungkin juga ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam hal
mengkaji sebuah objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni penyesuaian antara tahu
dengan objek, sehingga dapat disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan
subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Metodis. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang artinya: cara, jalan.
Metodis artinya metode tertentu yang dipakai dan biasanya merujuk kepada sebuah metode
ilmiah. Usaha yang telah dilakukan agar dapat meminimalisasi segala kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi dalam hal yang menyimpang dari hal mencari sebuah
kebenaran. Resiko yang harus di tanggung yakni untuk menjamin kepastian kebenaran.
Sistematis. Didalam pengalamannya mencoba menjelaskan dan mengetahui suatu objek,
ilmu harus terumus dan teruraikan di dalam hubungan yang masuk diakal (logis) dan
teratur agar terbentuk suatu sistem yang memiliki keutuhan, menyeluruh, terpadu dalam
segi arti, dan dapat memaparkan sebuah rangkaian sebab akibat menyangkut tentang
objektifnya. Pengetahuan yang dapat tersusun dengan sistematis merupakan rangkaian
sebab akibat dari syarat ilmu yang ketiga.
Universal. Sebuah kebenaran yang akan dicapai yakni sebuah kebenaran yang universal
yang tidak bersifat tertentu (umum).Contoh:Ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
memiliki kandungan berbeda dengan ilmu alam kerena objeknya adalah dari tindakan
12
manusia. Oleh sebab itu agar mencapai tingkat yang unversal didalam ilmu sosial, harus
adanya konteks dan tertentu pula. Misal: Semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat.14
2.6 Perbedaan Filsafat Dengan Ilmu
1. Kebenaran filsafat sepanjang pemikiran adapun kebenaran ilmu sepanjang
pengalaman.
2. Filsafat mencari pengetahuan dari semua segi dan bidang menyeluruh.Adapun ilmu
mencari pengetahuan dari aspek-aspek tertentu,bidang bidang khusus.
3. Filsafat dapat menyentuh pengetahuan seluruh alam adapun ilmu mempelajari unsur-
unsur alam,benda-benda mati,tanaman,hewan,manusia,bumi,bulan,bintang,sistem
tata surya,dan sebagainya.
4. Filsafat mempelajari seluruh aspek kehidupan.Adapun ilmu mempelajari aspek-
aspek tertentu kehidupan.
5. Filsafat mempelajari asas dari segala hukum, yaitu tujuannya, asal-muasalnya.
Adapun ilmu mempelajari segi-segi tertentu tentang hukum, seperti hukum perdata,
hukum pidana, hukum adat, hukum Islam, dan sebagainya.
6. Filsafat memberikan penjelasan secara umum. Adapun ilmu hanya memberikan
penjelasan-penjelasan khusus tentang fakta.
7. Filsafat tersusun dari hasil berpikir yang radikal (sampai ke akar), sistematis dan
universal. Adapun ilmu tersusun dari hasil riset dan eksperimen.
13
sebabnya berdasarkan suatu pemikiran. Sedangkan objek formal ilmu adalah mencari
keterangan terbatas pada jangkauan pembuktian penelitian, percobaan dan
pengalaman manusia.15
3. Metode kritis, mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar haruslah
Metode kritis digunakan oleh sedikit banyak telah memiliki pengetahuan filsafat.
Pelajaran filsafat pada tingkat sekolah pascasarjana sebaiknya menggunakan metode
ini pelajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis mengambil pendekatan
sistematis maupun historis. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian
pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang,
dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia
mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya sendiri ataupun dengan
14
menggunakan pendapat filosof lain. Jadi, jelas pengetahuan ala kadarnya, tatkala
memulai pelajaran, amat diperlukan dalam mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin
dalam bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan filsafat yang terhadap ajaran
filsafat sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya
sendiri ataupun dengan menggunakan pendapat filosof lain. Jadi, jelas pengetahuan
ala kadarnya, tatkala memulai pelajaran, amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan
metode ini.
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa dalam. mempelajari filsafat
terdapat tiga metode, antara lain: metode sistematis, metode historis, dan metode kritis.
Masing-masing metode ini dapat kita gunakan sesuai dengan tingkat pengetahuan kita
mengenai filsafat. Selain itu, metode tersebut dapat memudahkan kita dalam
mempelajari filsafat.16
2.8 Tujuan dan Manfaat Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Filsafat Ilmu
15
Landasan pembahasan epistemologis diharapkan memberikan penjelasan
tentang metode- metode dan langkah -langkah yang relevan demi tercapainya tujuan
kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukanya ada beberapa pola prosedural yang perlu
dipahami dalam rangka dapat menemukan data data serta menyusun hasil ilmu
pengetahuan yang diharapkan misalnya : wawancara, observasi, eksperimen. Dengan
Pembahasan epistemologis ini, diharap filsafat ilmu pengetahuan mampu menuntun
langkah -langkah mahasiswa untuk melakukan kegiatan ilmiah agar sampai tujuan
yang sebenarnya.
Adapun manfaat dari filsafat ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
Jadi filsafat ilmu pengetahuan sangat bermanfaat bagi mahasiswa karena dapat
membantu mereka untuk semakin kritis terhadap berbagai macam teori dan
pengetahuan ilmiah yang dipelajarinya. Bersikap kritis artinya kita tidak mudah saja
percaya atau menerima suatu pendapat atau teori, tetapi dipikirkan dulu dengan
matang Sikap kritis itu harus dikembangkan sebagai suatu cara hidup.
16
b. Akan lebih menyadarkan kita kepada hakekat dan makna
a. Alasan strategis, karena pengetahuan merupakan hal yang secara strategis penting
bagi hidup manusia (knowledge is power). Karena strategisnya kedudukan
pengetahuan maka epistemologi sangat perlu dipelajari guna memahami bagaimana
hakikat pengetahuan itu sesungguhnya.
b. Alasan dari sudut kebudayaan, karena pengetahuan adalah salah satu unsur
Kebudayaan yang sangat besar peranannya bagi kehidupan manusia. Berkat
pengetahuannya maka manusia mampu membudayakan alam, memberdayakan
masyarakat, dan membudayakan dirinya sendiri. Karena itu mempelajari epistemologi
adalah perlu misalnya untuk mengetahui bagaimana kebudayaan dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan.
17
c. Alasan dari sudut pendidikan,karena pengetahuan merupakan isi pendidikan (proses
pengajaran) yang diperlukan dalam upaya mengembangkan kepribadian manusia.18
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan filsafat dengan ilmu, Filsafat merupakan ilmu yang umum, dan
sering disebut sebagai induk dari segala ilmu (mater scientiarum), karena pada
mulanya ilmu pengetahuan merupakan bagian filsafat. Ilmu pengetahuan adalah ilmu
khusus, yang makin lama semakin bercabang-cabang. Setiap ilmu memiliki filsafatnya
yang berfungsi memberi arah dan makna bagi ilmu itu. Baik filsafat maupun ilmu
pengetahuan, intinya ialah berpikir.
Perbedaan filsafat dengan ilmu, antara filsafat dan ilmu pengetahuan ada titik
temu dan ada juga perbedaannya. Titik temu antara filsafat dan ilmu pengetahuan: (1)
aspek sejarah, pada awalnya filsafat dan ilmu pengetahuan identik, sama dan sejalan,
sebagaimana para filsuf yang identik dengan ilmuwan; (2) aspek objek materia, ilmu
mengarah kepada alam dan manusia, sedangkan filsafat pada alam, manusia dan
masalah ketuhanan.Adapun perbedaan pada aspek objek material dan objek formal
antara filsafat dan ilmu pengetahuan yaitu: (1) objek material filsafat adalah masalah
19
alam dan manusia yang belum terjangkau oleh pembahasan ilmu; (2) objek formal
filsafat adalah mencari keterangan sedalam-dalamnya sampai ke akar persoalan,
sebab-sebabnya berdasarkan suatu pemikiran. Sedangkan objek formal ilmu adalah
mencari keterangan terbatas pada jangkauan pembuktian penelitian, percobaan dan
pengalaman manusia.
3.2 Saran
Demikianlah tugas makalah yang telah kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Ilmu.Harapan kami semoga denga adanya makalah yang telah
kami susun ini kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga di dalamnya.Apabila
dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan,kami tim penyusun
mohon maaf ,kesalahan semata terletak pada kami dan kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT.
20
DAFTAR PUSTAKA
21