MUSEUM NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
2019
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE
PENGEMBALIAN KOLEKSI DARI BELANDA KE INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2019
b. Gambaran Umum
Bangsa Indonesia memiliki proses sejarah yang panjang hingga menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hubungan sejarah yang panjang antara
Indonesia dengan Belanda sejak kedatangannya pada tahun 1596 di tanah
Banten, begitu banyak menyimpan catatan penting dan peninggalan sejarah
budaya yang tak ternilai.
Masa kolonial adalah masa yang tidak akan pernah terlupakan bagi Bangsa
Indonesia dimana dalam perjalanannya bangsa Indonesia pernah menjadi
wilayah kekuasaan Kerajaan Belanda bernama Hindia Belanda. Selama masa
Hindia Belanda yang begitu panjang berbagai hal telah terjadi, termasuk
penguasaan berbagai aset bangsa tanpa terkecuali benda-benda budaya
Indonesia yang diperoleh dari berbagai macam cara. Pemerintah Kolonial pada
masa itu telah memiliki perhatian yang cukup baik dalam upaya menjaga dan
mendokumentasikan benda-benda budaya yang mereka dapatkan. Benda-benda
budaya yang mereka dapatkan sebagian besar disimpan di museum, baik di
Bataviaasch Genootschap van Kunsten een Wetenschappen (sekarang Museum
Nasional) maupun dibawa ke negara Belanda dan ditempatkan tersebar di
museum-museum Belanda.
Gelombang krisis ekonomi yang melanda kawasan Uni Eropa mulai tahun 2010
menyebabkan dampak yang kurang baik bagi keberlangsungan pengelolaan
museum-museum di Eropa. Sebagai negara yang memiliki berbagai jenis museum
yang menampung koleksi dari berbagai negara, Belanda tidak luput dari badai
krisis ekonomi tersebut. Secara finansial Pemerintah Belanda mencoba
menyiasati dengan upaya perampingan organisasi dan lembaga
permuseumannya. Belanda kemudian mulai menyederhanakan struktur
organisasi pengelolaan museum.
Dampak krisis ekonomi membuat pemerintah Belanda melakukan penghematan
besar-besaran, termasuk pemotongan anggaran untuk subsidi pengelolaan
museum-museum dan biaya penyewaan tempat penyimpanan koleksi (storage).
Terkait dengan hal tersebut, Museum Nusantara, yang kini bernama Prinsenhof
Delft juga menjadi salah satu museum yang menyimpan benda-benda bernilai
budaya dari Indonesia. Museum ini menampilkan keragaman benda budaya
bernilai sejarah dari berbagai wilayah Indonesia. Tanpa terkecuali, imbas dari
krisis ini adalah penutupan Museum Nusantara di Kota Delft yang berdiri lebih
dari seratus tahun lalu.
Akibat pemotongan subsidi dari pemerintah Belanda, akhirnya sejak tanggal 6
Januari 2013, Museum Nusantara Delft tidak beroperasi lagi. Namun, akhirnya
timbul pertanyaan, mau dipindahkan kemana sejumlah ribuan koleksi yang
dikelolanya?. Pemerintah Belanda berpandangan bahwa koleksi yang dikelola
museum setidaknya memiliki representasi, ikatan budaya dan konteks sejarah
dengan Kota Delft. Koleksi yang dikelola pada prinsipnya mencerminkan
identitas museum dan sejalan dengan visi misinya. Sebagai salah satu langkah
kebijakan permuseuman selanjutnya Pemerintah Belanda melakukan kebijakan
penghapusan koleksi (deaccessioning) bagi koleksi yang dianggap tidak memiliki
identitas dan hubungan dengan sejarah Kota Delft. Penghapusan koleksi museum
di antaranya dapat dilakukan dengan cara mentransfer atau menghibahkannya
kepada museum lain atau dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya.
Koleksi-koleksi yang mempunyai nilai sejarah dan budaya yang tinggi ini tidak
boleh dijual ke individu-individu sebagai komoditas seni belaka dan disimpan
tanpa perawatan yang layak. Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemudian
mengapresiasi itikad baik dari Pemerintah Belanda untuk mengembalikan 1500
koleksi Museum Nusantara ke Indonesia. Pada hari Rabu, 23 November 2016 PM
Belanda Mark Rutte mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden RI Joko
Widodo. Dalam pertemuan tersebut PM Belanda menjelaskan bahwa koleksi
Museum Nusantara di kota Delft akan dikembalikan sebanyak 1500 koleksi.
Sebagai bentuk simbolik dari pengembalian koleksi tersebut, maka diserahkan
sebuah keris kepada Presiden Jokowi oleh PM Mark Rutte. Keris tersebut
merupakan salah satu koleksi Indonesia yang ada di Museum Nusantara di kota
Delft.
Pemerintah Belanda tetap menjaga ribuan koleksi tersebut dengan cara
menyimpannya dalam storage dengan biaya sewa yang tidak sedikit dan menjadi
beban biaya pengeluaran Pemerintah. Melalui berbagai tahapan negosiasi,
akhirnya diputuskan bahwa Pemerintah Indonesia dapat mengusahakan agar
koleksi-koleksi eks Museum Nusantara dapat dikembalikan ke Indonesia.
Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kota Delft dan Direktorat
Jenderal Kebudayaan disepakati biaya sewa storage menjadi tanggungan
Pemerintah Indonesia sejak bulan Januari 2018 seiring disepakatinya isi
perjanjian tersebut pada tahun yang sama.
Kegiatan pengembalian koleksi dari Delft, Belanda, sedianya dilaksanakan pada
tahun 2018 dan dilakukan oleh penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk melalui
proses lelang terbuka. Namun dalam praktiknya 2 kali proses lelang mengalami
kegagalan, bahkan proses penunjukan langsung yang disarankan oleh LKPP
melalui Surat Nomor: 12001/D.4.1/11/2018, tanggal 16 November 2018 tidak
dapat dilaksanakan karena faktor waktu pelaksanaan yang tidak mencukupi
sehingga penganggaran baru bisa dialokasikan kembali pada tahun 2019
Pihak penyedia barang/jasa yang ditunjuk dalam hal ini diutamakan memiliki
kemampuan dan pengalaman khusus dalam menangani benda budaya atau seni
yang bernilai, seperti halnya koleksi museum.
Pada tahun 2019 Museum Nasional Indonesia (MNI) kembali akan melaksanakan
kegiatan yang sama sebagai bentuk tanggungjawab dan tindak lanjut yang
berlandaskan tugas dan fungsi Museum Nasional Indonesia, yaitu melaksanakan
pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengamanan, penyajian,
publikasi,dan fasilitasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional melalui
program kegiatan “Pengembalian Koleksi dari Belanda (eks Museum Nusantara
Delft) ke Indonesia” yang dinanasi oleh APBN tahu 2019.
Persiapan pelaksanaan
1. Mengundang beberapa Perusahaan Calon Penyedia Jasa untuk memaparkan
perusahaan dan memberikan penawaran.
2. Penyusunan jadwal pelaksanaan lelang
Pelaksanaan
1. Pihak penyedia jasa yang ditunjuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait
seperti pengelola tempat penyimpanan koleksi di Belanda, yaitu:
Pelaporan
1. Laporan tertulis
2. Dokumentasi foto dan video dari proses awal di Delft sampai Jakarta (Museum
Nasional)
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari output (keluaran) kegiatan pengembalian koleksi dari
Belanda ke Indonesia, yaitu:
1. Seluruh museum UPT Kementerian dan Kebudayaan\
2. UPTD Museum daerah
3. Akademisi, guru, pelajar, kurator dan praktisi budaya
4. Pejabat eselon I dan eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Pegawai Museum Nasional Indonesia
6. Masyarakat umum
C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN
1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan pengembalian ini dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang telah
ditunjuk melalui proses lelang dan mendapat persetujuan dari kepala Museum
Nasional selaku kuasa pengguna anggaran. Pihak penyedia barang/jasa yang
ditunjuk harus mempunyai kemampuan khusus dalam menangani koleksi yang
mempunyai nilai budaya. Pengepakannya harus menggunakan crates (peti) yang
sesuai standar pengepakan koleksi museum, sehingga koleksi dapat tiba di
Indonesia dalam keadaan kondisi yang utuh dan tanpa kerusakan.
Dalam pelaksanaannya kegiatan ini juga didampingi dari pihak Museum Delft dan
2 (dua) petugas Museum Nasional yang bertugas memeriksa koleksi yang
dikemas dalam peti (crate) agar bisa dipastikan jumlah yang sesuai dengan daftar
yang terlampir sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan.
Persiapan
Pihak penyedia jasa
1 berkoordinasi dengan tim
teknis.
Penyusunan jadwal
2
pelaksanaan
3 Proses Lelang
Pelaksanaan
Pihak penyedia jasa
1 berkoordinasi dengan pihak
Belanda
2 Pengepakan
Serah terima dari pihak Delft
3 kepihak perwakilan Museum
Nasional
Pengangkutan dan handling
4
kepelabuhan
Custom clearance dan CITES
5 (Kepabeanan di pelabuhan
Belanda)
6 Asuransi koleksi
7 Pengiriman ke Jakarta
Custom clearance
8 (Kepabeanan di pelabuhan
Tanjung Priok)
Pengangkutan dan handling
9 kepelabuhan Tanjung Priok ke
Museum Nasional
Pembongkaran di Museum
10
Nasional
Serah terima koleksi dari
11 pihak penyedia kepihak
Museum Nasional
Penempatan koleksi di storage
12
Museum Nasional
Pelaporan
Laporan Tertulis
Jumlah biaya yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan volume dan harga satuan untuk
kegiatan ini sebesar Rp.3.068.663.000,- (tiga miliar enam puluh delapan juta enam
ratus enam puluh tiga ribu rupiah), terdapat dalam DIPA Museum Nasional Tahun 2019.