Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Sirosis Hepatis


Hari/Tanggal : Kamis 15 Februari 2022
Waktu :13.00 s/d 14.40 WIB
Penyaji : Mahasiswa PSIK IKesT MP
Sasaran : Mahasiswa IKESTMP
Tempat : IKESTMP

A. Tujuan

1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang penyakit Sirosis Hepatis
di IKESTMP

Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan warga mengetahui tentang:


a. Pengertian Penyakit Sirosis Hepatis
b. Etiologi Sirosis Hepatis
c. Patofisiologi
d. Tanda-tanda Gejala Sirosis Hepatis
e. Komplikasi Sirosis Hepatis
f. Pemeriksaan Penunjang
g. Cara Mengobati Penyakit Sirosis Hepatis

B. Materi (Terlampir)
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi/ tanyajawab

D. Media (pilih yang digunakan saja)


1. Leafleat
2. PPT
E. Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Penyuluh Waktu Kegiatan peserta Media

1. Pembukaan : 10Meni Leaflet


1. Membuka kegiatan t 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam. 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari
kegiatan
2. Inti: 50
1. Menjelaskan Definisi Menit 1. Memperhatikan PPT
\
Sirosis Hepatis
Leaflet
2. Menjelaskan Jenis-jenis 2. Memperhatikan
Sirosis Hepatis
3. Memberi kesempatan 3. Bertanyadan
kepada peserta untuk menjawab pertanyaan
bertanya yang diajukan
4. Menjelaskan Tanda-tanda 4. Memperhatikan
gejala serta penyebab
terjadinya Sirosis Hepatis
5. Menjelaskan 5. Memperhatikan
caramencegah terjadinya
Sirosis Hepatis 6. Memperhatikan
6. Menjelaskan caramengobati
Sirosis Hepatis 7. Mendengarkan dan
7. Menampilkan video memperhatikan
edukasi tentang Sirosis
Hepatis.
4. Penutup : 5 menit Leafleat
1. Evaluasi 1. Mendengarkan
2. Membagian Leafleat 2. Menerima Leaflet
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
penutup
F. Evaluasi
Memberikan pertanyaan secara langsung kepada peserta, meliputi :
a. Pengertian Penyakit Sirosis Hepatis
b. Etiologi Sirosis Hepatis
c. Patofisiologi
d. Tanda-tanda Gejala Siroses Hepatis
e. Komplikasi Sirosis Hepatis
f. Pemeriksaan Penunjang
g. Cara Mengobati Penyakit Sirosis Hepatis
(Catatan Evaluasu bisa juga dengan pre dan posttest dengan instrument tertentu)

G.Lampiran

a) Pengertian Penyakit Sirosis Hepatis

Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitekstur hati yang
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak
berkaitan dengan vaskulatur normal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil
(mikronodular) atau besar (makronodular) (Price & Wilson, 2009). Bagian hati yang terutama
terlibat dalam sirosis terdiri atas ruang portal, dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari
masing-masing lobules hati bergabung untuk membentuk saluran empedu dalam hati. (Brunner
& Suddart, 2002)
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun
pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati,
sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Mansjoer, FKUI, 2001).
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan
nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Smeltzer & Bare, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis hati adalah
penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya peradangan difus pada hati, diikuti dengan
proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel hati disertai nodul dan merupakan
stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati.

b) Etiologi
Menurut FKUI (2001), penyebab sirosis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik
Ada 3 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam hati :
1. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

c) Patofisiologi
Menurut (Doengoes, 2014), patofisologi Sirosis hepatis merupakan suatu penyakit
kronis progresif pada hepar dengan inflamasi yang diakibatkan distorsi stuktur hepar
dan pembentukan nodul dan jaringan ikat sehingga dapat menyebabkan kegagalan
fungsi hati. Sirosis hepatis disebabkan oleh banyak hal, yaitu karena pemakaian alcohol
yang berlansung bertahun-tahun, terjadi kelainan pada kantung empedu, terjadi gagal
jantung kanan dan juga disebabkan dari viorus hepatitis B, C, dan D.
Alkohol merupakan salah satu etiologi yang menyebabkan sirosis hepatis. Berawal
dari konsumsi alcohol yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama,
mengakibatkan metabolisme di hati mengalami penurunan dan akan terjadi penurunan
pembentukan dan pelepasan lipoprotein. Hati merupakan tempat metabolisme lemak,
dan saat fungsi metabolismenya mengalami penurunan, maka terjadilah penumpukan
lemak dihepar, dan menyebabkan inflamasi di hepar. Inflamasi yang terjadi dihati inilah
disebut hepatitis, dank arena disebabkan oleh alcohol maka disebut Hepatitis
Alkoholik. Saat terjadi hepatitis ini, maka perlahan anatomi dan fisiologi dari hepar
mengalami kerusakan, terjadi nekrosis (kerusakan jaringan hepar).
Kelainan pada kantung empedu juga merupakan etiologi dari sirosis hepatis. Saat
terjadi kelainan, maka pada kantung empedunya ada sumbatan karena kelainan
tersebut. Karena tersumbat kantung empedunya sehingga terjadi penimbunan atau
penumpukan cairan di kantung empedu dan menyebabkan tertahannya sekresi cairan
pada hepar. Karena sekresi cairan tertahan di hepar, maka terjadilah penumpukan cairan
di hepar, sehingga menyebabkan peradangan pada hepar. Terjadinya inflamasi dihepar
itu membuat kerusakan jaringan hepar.
Gagal jantung kanan juga merupakan etiologi dari sirosis hati. Terjadinya gagal
jantung kanan, menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung dan aliran darah di
hepar juga pastinya mengalami penurunan. Saat aliran darah menurun, berarti suplai
oksigen di hati juga kurang, karena darahlah yang membawa oksigen. Saat itulah
jaringan di hepar mengalami kerusakan jaringan karena kurangnya oksigen di jaringan
hepar. Kerusakan yang dialami adalah kerusakan anatomi (nekrosis) dan juga
kerusakan fisiologisnya atau fungsinya.
Selain ketiga etiologi yang dijelaskan diatas menurut (Mutaqqin, 2013), virus
hepatitis B, C, dan D juga adalah penyebab terjadinya sirosis hati. Saat terjadi inflamasi
di hepar, tubuh akan merespon inflamsi yang terjadi dan itu mengganggu suplai darah
di hepar, sehingga suplai oksigen di hepar juga berkurang dan terjadilah kerusakan
jaringan hepar(nekrosis) dan kerusakan fisiologis dari hepar.
Kerusakan anatomi dan fisiologi yang terjadi di hepar itu membuat organ tersebut
mengalami penyusutan dan terjadi pembentukan noduk-nodul di permukaan hepar.
Dari situlah terjadi sirosis hepatis. Sirosis hepatis itu menyebabkan kelainan jaringan
parenkim, gangguan fungsi hati dan juga terjadi inflamasi akut di organ tersebut. Dari
inflamasi akut, akan tejadi respon untuk inflamasi tersebut. Dari situlah muncul
masalah keperawatan Nyeri.Saat hepar mengalami gangguan, maka fungsi dari hepar
itu juga mengalami gangguan. Gangguan yang terjadi adalah gangguan metabolisme
bilirubin.
Bilirubin adalah pigmen yang berwarna kuning dan memiliki fungsi untuk
pewarnaan feses. Karena metabolism bilirubin terganggu sehingga bilirubin tak
terkonjugasi dan menyebabkan feses pucat dan urine yang dihasilkan berwarna gelap,
dan juga terjadi ikterik di sclera dan di seluruh tubuh. Dari kondisi ikterik ini muncul
masalah keperawatan Gangguan citra tubuh. Dari kondisi ikterik ini, terjadi juga
penumpukan garam empedu di bawah kulit sehingga menyebabkan pruritus. Dari sini,
muncul masalah keperawatan Kerusakan Integritas kulit. Gangguan yang terjadi juga
adalah gangguan metabolism protein. Saat terjadi gangguan metabolism protein, asam
amino menjadi relative dan dapat menyebabkan gangguan sintesis vitamin K. Vitamin
K berperan dalam pembekuan darah, dan saat terjadi gangguan maka faktor pembekuan
darah terganggu dan sintesis prosumber terganggu, sehingga bisa menyebabkan
masalah keperawatan Resiko Perdarahan.
Di hepar juga merupakan tempat metabolism zat besi dan karena terjadi gangguan,
maka metabolism zat besi. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan asam folat.
Asam folat berfungsi untuk membentuk sel darah merah dan saat terjadi gangguan,
maka produksi sel darah merah akan menurun atau anemia, sehingga dapat
menyebabkan kelemahan dan memicu terjadinya masalah keperawatan Intoleransi
Aktivitas. Fungsi dari hepar juga sebagai tempat metabolisnme vitamin dan
pembentukan empedu. Saat terjadi gangguan metabolism vitamin, maka sintesis
vitamin C, B dan B12 yang turut bekerja dengan asam folat untuk pembentukan sel
darah merah sehingga bisa menyebabkan produksi sel darah merah menurun dan terjadi
intoleransi aktivitas karena kelemahan.
Gangguan pembentukan empedu yang terjadi ternyata mengganggu emulsi lemak di
hepar. Karena tak bisa diemulsi maka lemak juga tidak dapat diserap oleh usus halus
sehingga menyebabkan usus harus bekerja ekstra dalam mencerna makanan. Terjadi
peningkatan gerakan peristaltic di usus, sehingga bisa menyebabkan diare dan muncul
masalah keperawatan Gangguan. Ketidakseimbangan elektrolit, Lemak yang tidak
teremulsi dan tidak dapat diserap oleh usus juga menyebabkan masalah keperawatan.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain fungsi hepar
terganggu, ternyata terjadi kelainan jaringan parenkim kronis di hati yang
menyebabkan Hipertensi Portal. Tekanan normal vena portal adalah 5-10 mmHg, saat
terjadi hipertensi portal maka tekanan vena portal meningkat sehingga dapat
menyebabkan varises di esophagus dan menyebabkan perdarahan gastrointestinal, dan
terjadi hematemesis melena. Karena terjadi perdarahan dan juga hematemesis melena,
maka terjadi kondisi hipokalemia dan anemia, karena darah dan elektrolit yang
dikeluarkan dari tubuh, sehingga terjadi kondisi alkalosis. Saat kondisi alkalosis makan
terjadi keadaan metabolic enselofatic dan dapat menyebabkan koma. Varises
esophagus juga menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan peningkatan
permeabilitas vaskuler, sehingga terjadi fitrasi cairan ke ruang ekstraselular. Saat terjadi
akumulasi cairan ke ruang ekstraselular menyebabkan terjadi edema, asites dan
mengganggu ekspansi paru, sehingga muncul masalah keperawatan, nyeri,
ketidakefektifan pola napas, integritas kulit, edema, infeksi, gangguan nutrisi,
gangguan pola tidur, eliminasi dan asites juga dapat menimbulkan masalah
keperawatan Kelebihan volume cairan
d) Tanda dan gejala Asma

1)Keluhan pasien
Biasanya pasien mengeluh pruritis, urin berwarna gelap, ukuran lingkar pinggang
meningkat, turunnya selera makan dan turunnya berat badan, ikterus (kuning pada kulit
dan mata) muncul belakangan
2)Tanda Klasik:
Tanda klasik yang sering dijumpai antara lain : telapak tangan merah, pelebaran
pembuluh darah, ginekomastia bukan tanda yang spesifik, peningkatan waktu yang
protombin adalah tanda yang lebih khas,ensefalopi hepatis dengan hepatis fulminan
akut dapat terjadi dalam waktu singkat dan pasien akan merasa mengantuk, delirium,
kejang, dan koma dalam waktu 24 jam, onset enselopati hepatis dengan gagal hati
kronik lebih lambat dan lemah (Setiati, Siti. 2014).

e) Komplikasi

Komplikasi sirosis hepatis yang utama adalah hipertensi portal, asites, peritonitis
bakterail spontan, pendarahan varises esophagus, sindroma hepatorenal, ensefalopati
hepatikum, dan kanker hati.
1)Hipertensi Portal
Adalah peningkatan hepatik venous pressure gradient (HVPG) lebih 5 mmHg. Hipertensi
portal merupakan suatu sindroma klinis yang sering terjadi. Bila gradient tekanan portal
(perbedaan tekanan antara vena portal dan vena cava inferior) diatas 10-20 mmHg,
komplikasi hipertensi portal dapat terjadi.
2)Asites
Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adalah hipertensi portal,
disamping adanya hipoalbuminemia (penurunan fungsi sintesis pada hati) dan disfungsi
ginjal yang akan mengakibatkan akumulasi cairan dlam peritoniun.
3)Varises GastroesofaguVarises gastroesofagus merupakan kolateral portosistemik yang
paling penting. Pecahnya varises esophagus (VE) mengakibatkan perdarahan varieses
yang berakibat fatal. Varises ini terdapat sekitar 50% penderita sirosis hepatis dan
berhubungan dengan derajat keparahan sirosis hepatis.
4)Peritonisis Bakterial SpontanPeritonisis bakterial spontan (SBP) merupakan
komplikasi berat dan sering terjadi pada asites yang ditandai dengan infeksi spontan
cairan asites tanpa adanya fokus infeksi intraabdominal.
5)Ensefalopati Hepatikum
Sekitar 28% penderita sirtosis hepatis dapat mengalami komplikasi ensefalopi hepatikum
(EH). Mekanisme terjadinya ensefalopati hepatikum adalah akibat hiperamonia , terjadi
penutunan hepatic uptake sebagai akibat dari intrahepatic portal-systemic shunts dan/atau
penurunan sintesis urea dan glutamik.
6)Sindrom HepatorenalMerupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organik ginjal,
yang ditemukan pada sirosis hepatis lanjut. Sindrom ini sering dijumpai pada penderita
sirosis hepatis dengan asites refrakter. Sindroma Hepatorenal tipe 1 ditandai dengan
gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan klirens kreatinin secara berrmakna dalam
1-2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus dengan peningkatan
serum kreatinin. Tipe 2 ini lebih baik prognosisnya daripada tipe 1 (Nurdjanah, dikutip
oleh Siti, 2014).
f) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Price & Wilson, 2012) :
1. Radiologis
a. Foto polos abdomen.
Tujuannya : untuk dapat memperlihatkan densitas klasifikasi pada hati ,
kandung empedu, cabang saluran-saluran empedu dan pancreas juga dapat
memperlihatkan adanya hepatomegalimegali atau asites nyata.
b. Ultrasonografi (USG)Metode yang disukai untuk mendeteksi
hepatomegalimegali atau kistik didalam hati.
c. CT scanPencitraan beresolusi tinggi pada hati, kandung empedu, pancreas,
dan limpa; menunjukan adanya batu, massa padat, kista, abses dan kelainan
struktur: sering dipaki dengan bahan kontras
d. Magnetik Resonance Imaging (MRI) (Pengambilan gambar organ)
e. Pemakaian sama dengan CT scan tetapi memiliki kepekaan lebih tinggi, juga
dapat mendeteksi aliran darah dan sumbatan pembuluh darah; non invasive.

2. Laboratorium
a. Ekskresi hati dan empedu : Mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi
dan mengekskresi pigmen empedu,
b. Metabolisme Protein
1) Protein serum total : sebagian besar protein serum dan protein
pembekuan disintesis oleh hati sehingga kadarnya menurun pada berbagai
gangguan hati. (Nilai normalnya 6-8 gr/dl)
2) Massa Protrombin (Nilai normalnya : 11-15 detik) Meningkat pada
penurunan sintesis protrombin akibat kerusakan sel hati atau berkurangnya
absorpsi vitamin K pada obstruksi empedu.
c. Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan

g) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada. Sebagai
contoh :
1. Antasida diberikan untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan
kemungkinan perdarahan gastrointestinal
2. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada
sel-sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien
3. Pemberian preparat diuretic yang mempertahankan kalium (spironolakton)
mungkin diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini terdapat dan
meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umumnya terjadi pada
penggunaan jenis diuretic lainnya.
4. Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian yang esensial
dalam penangan sirosis bersama-sama upaya untuk menghindari penggunaan
alcohol selanjutnya.
Meskipun proses fibrosis pada hati yang sirotik tidak dapat di putar balik perkembangan
keadaan ini masih dapat dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.
Beberapa penelitian pendahuluan menunjukan bahwa cholcicine, yang merupakan
preparat anti inflamasi untuk mengobati gejala gout, dapat memperpanjang
kelangsungan hiduppenderita sirosis ringan hingga sedang. (Price & Wilson, 2009).

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. MS DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS

No. Register : OO7985


Ruang : Ruang Anggrek
Tanggal/Jan MRS : 22 September 2019 (Jam 15.00)
Tanggal Pengkajian : 23 September 2019
Diagnosa Medis : Sirosis hepatis

3. 1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. MS
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa barat/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh

b. Biodata Penanggung jawab


Nama : Ny. M
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa barat/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan px : Istri pasien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti ditusuk-tusuk dan terasa penuh
di perut bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak dan berkurang rasa
sakitnya apabila dibuat duduk dalam posisi semifowler. Rasa sakit itu muncul apabila
pasien duduk dan saat melakukan aktifitas terlalu berat sehingga pasien hanya berada di
atas tempat tidur sepanjang hari. Pasien mengatakan rasa sakitnya sudah dirasakan sejak
2 minggu lalu tanggal 6 september 2019, namun rasa sakitnya tidak dapat ditahan lagi
mulai tiga hari sebelum masuk rumah sakit yakni tanggal 19 September 2019. Pasien juga
mengeluh mual dan tidak nafsu makan serta nyeri di daerah perut. Nyeri pasien terkaji
pada skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol) menurut skala Smeltzer (0-10). Nyeri muncul
saat pasien bergerak dan beraktifitas, sehingga pasien hanya berbaring di tempat tidur.
Nyeri itu muncul saat pasien mulai kesulitan makan karena mual. Pasien juga mengatakan
saat malam sering sesak napas karena perutnya yang semakin membesar sehingga sulit
digunakan untuk bernafas dan akan berkurang jika pasien duduk dalam posisi semifowler.
Sesak nafas itu selalu terjadi saat malam hari dan sangat mengganggu aktifitas. Rasa
sakitnya sangat dirasakan pasien terutama di daerah dada dan paru-paru. Gejala di mulai
sejak 2 minggu lalu sebelum pasien masuk rumah sakit atau tepatnya tanggal 6 september
2019.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan punya riwayat penyakit kuning 6 bulan yang lalu yakni sekitar bulan
Maret 2019 dan dirawat di RS Cilegon. Pasien juga mengatakan selama ini telah
mengkonsumsi obat-obatan seperti : Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x CI, Spironolakton
4x25 mh/hari, dan Furosemid.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Istri pasien mengatakan bahwa keluarghanya tidak ada yang mempunyai penyakit
menurun dan menular.
3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Pemenuhan Nutrisi– Makan 3 x sehari, Makanan cair hangat
Cairan Porsi ½ - 1 piring/ makan sebanyak 3 kali sehari.
dengan menu nasi, Lauk
pauk dan sayur.
Minum: 6-10 gelas perhari
Jenis minuman: air putih,
teh,kopi, ramuan jamu
2. Pemenuhan Eliminasi BAK: volume tidak BAK :Volume 1000
teridentifikasi cc/24 jam
Warnanya seperti teh pekat Warnanya seperti teh
dan berlangsung 2 minggu. pekat
Frekwensi 15-17 kali/24 jam kesulitan tidak ada
Kesulitan tidak ada BAB: Frekuensi 1 hari,
BAB :frekwensi 1hari warna pucat, konsistensi
Warna : kuning lunak dan kesulitan tidak
Konsistensi lunak ada.
Kesulitan tidak ada
3. tidur-istirahat Siang tidak pernah tidur Siang 2-3 jam mulai
Malam 6-7 jam mulai pukul pukul 12.00 – 15.00 WIB
22.00 - 05.00 WIB malam : 6 – 7 jam mulai
pukul 21.00-05.00 WIB
tapi pasien sering
bangunkarena perut
terasa tidak enak
(begah) dan terbaring
lemas ditempat tidur
4.Aktifitas Pasien bekerja sebagai buruh Pasien saat di rumah
di sebuah pabrik kayu di sakit hanya duduk-duduk
desanya. dan berbaring.
5. Personal Hygiene Pasien mandi 2x/hari, Pasien mandi dengan
keramas 2 hari 1x, gosok gigi diseka 2x/hari, belum
2x/hari, ganti baju 2x/hari ketramas dan belum
gosok gigi.
6. Ketergantungan Pasien memiliki kebiasaan Pasien tidak melakukan
merokok dan sering minum kebiasaan merokok dan
jamu/obat tradisional. minum jamu, dan pasien
dapat mengikuti asuhan
keperawatan dengan baik
4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi klien stabil
b. Konsep Diri
y Image :Klien tampak cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya namun tetap
kooperatif
Ideal :Klien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktifitas dengan normal.
 Self Esteam :Klien merasa diperlakukan baik oleh dokter dan perawat
 Role :Klien merupakan seorang buruh

c. Interaksi Sosial
Hubungan klien dengan keluarga, klien dengan perawat, dan klien dengan pasien lainnya
terjalin cukup baik.
d. Spiritual
Di rumah sakit klien hanya berdoa dan memohon kesembuhan sambil berbaring ditempat tidur.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah = 100/60 mmHg
 Suhu tubuh 375oC,
 RR = 24X/menit
 Nadi=96X/menit (regular)
 BB sebelum sakit : 69 kg dan BB saat sakit : 58 kg, TB: 167cm, LILA :27 cm
d. Kepala
Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut
berminyak dan tidak rontok
 Wajah
Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada, Wajah
menyeringai dan meringgis karena kesakitan
 Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus
(berwarna kuning), reflek cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.
 Telinga
Tidak ada serumen, membran timpani dalam batas normal
 Hidung
Deformitas (kelainan bentuk), mukosa, secret, bau, obstruksi, polip tidak ada,
pernafasan cuping hidung tidak ada.
 Mulut
Tidak ada stomatitis dan mukosa bibir tampak kering.
e. Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan tidak ada kaku kuduk.
f. Dada dan Thoraks
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, dan napas dangkal
 Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : suara paru : sonor
 Auskultasi : Terdapat ronchi
g. Abdomen
 Inspeksi : Terdapat asites dan terlihat spider nevi
 Auskultasi :bising usus 17x/menit
 Palpasi :Nyeri tekan di daerah epigastrium dan didaerah sekitar organ hati saat
di palpasi terasa kenyal dan terdapat asites
 Perkusi : Tympani
h. Ekstrimitas
 Atas : Akral hangat, terpasang infus di tangan kanan, tidak ada luka ,dan tidak ada
kelumpuhan.
 Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang infus di kaki
kanan maupun kiri.
i. Genetalia
Fungsi genetalia baik dan terpasang kateter.
j. Integumen
Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit
menurun.

3.2ANALISA DATA

NAMA : Tn. Ms RUANG : Anggrek


UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI : 007985
N PENGELOMPOKAN DATA ETIOLOGI MASALAH
O
.
1 Data Subyektif: Pengumpulancairan int Gangguan
. - raabdomen, ketidakefektifan pola
Pasien mengatakan sulituntuk penurunanekspansi pa nafas.
bernapas ruakibat asites,akumul
- Pasien mengatakan sesaknap asi secret.
as
Data Obyektif:
-
Pola pernafasan pasien tidakt
eratur dan bernafas denganfre
kuensi cepat (takipnea).
-
Pasien tampak mengalamiper
napasan dangkal.
-Observasi TTV
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit
S: 375 oC

2 Data Subyektif: Spasme otot abdomen Gangguan rasa


- Pasien mengatakan sakit pada nyaman dan nyeri
perutnya jika ditekan.
Data Obyektif:
- pasien terlihat kesakitan
- abdomen terasa nyeri jika
ditekan
- pasien terlihat tidak nyaman
3 Data Subyektif: Intake kurang Perubahan status
. - nutrisi, kurang dari
Pasien mengatakan mual jika kebutuhan tubuh
makan
Data Obyektif:
-Pasien tidak bisa makan lewat
oral
- BB sebelum sakit 69 kg dan
saat sakit 58 kg
4 Data Subyektif: Terganggunyamekanis Gangguankeseimba
. - Pasien mengatakan perutnyas mepengaturan ngan volume
emakin membesar danterasa (penurunanplasma cairan lebihdari keb
begah. protein) utuhannormal tubuh
- Pasien mengatakan badantera
sa lelah/ lemas.
-
Pasien mengatakan sulit untuk
bergerak.
- Pasien juga mengeluh
perutnya sakit.
Data Obyektif:
- Pasien mengalami asites di
daerah abdomen.
- Pasien terlihat cemas dan tidak
nyaman dengan keadannya.
- Pasien terbaring lemasditempa
t tidur.
- Pasien dengan turgor
kulitmenurun

5 Data Subyektif: Peningkatankadar Gangguan Integritas


. -Pasien mengatakan air bilirubin kulit dan systemper
kencingnya berwarna seperti dalam darahakibatpera kemihan (urinaria)
teh pekat dangan
-Pasien mengatakan bahwa air
kencingnya selalu berwarna
seperti the dan feses pucat
serta sudah berlangsung
sekitar dua minggu.
Data Obyektif:
-Kulit dan daerah mata (khusus
Sklera) pasien tampak
berwarna kekuningan (ikterus)
- Hasil laboratorium cek darah
Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-
8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 )
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2
)
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N :
0,2-1,0 )
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N :
0-0,2 )
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N :
0,2-0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-41
)
- Kulit pasien tampak kusamda
n kering.
-Turgor kulit pasien menurun
-Didaerah sekitar organ
hatisaat di palpasi terasa
kenyal
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA : Tn.MS RUANG : Anggrek


UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI:
007985
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
.
1. 23 Gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan
September dengan pengumpulan cairan intra abdomen, penurunan ekspansi
2019 paru akibat asites ,akumulasi sekret berlebihan.
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sulit untuk bernapas
-Pasien mengatakan sesak napas
Data Obyektif:
-
Pola pernafasan pasien tidak teratur dan bernafasdengan frekue
nsi cepat (takipnea).
-Pasien tampak mengalami pernapasan dangkal.
-Observasi TTV
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit S: 375 oC
2 23 Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme
September otot abdomen
2019 Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sakit pada perutnya jika ditekan
Data Obyektif:
- Pasien terlihat kesakitan
- Abdomen terasa nyeri jika ditekan
- Pasien terlihat tidak nyaman
3. 23 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
September intake yang kurang.
2019 Data Subyektif:
-Pasien mengatakan mual jika makan
Data Obyektif:
-Pasien tidak bisa makan lewat oral
- BB sebelum sakit 69kg dan BB saat sakit 58kg

4. 24 Gangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan


September normal tubuh berhubungan dengan terganggunya mekanisme
2019 pengaturan (penurunan plasma protein).
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan perutnya membesar danterasa begah.
- Pasien mengatakan badan terasa lelah/lemas.
-Pasien mengatakan sulit untuk bergerak.
-Pasien juga mengeluh perutnya sakit.
Data Obyektif:
- Pasien mengalami asites di daerah abdomen.
- Pasien terlihat cemas dan tidak nyaman dengan keadannya.
- Pasien terbaring lemas ditempat tidur.
- Pasien dengan turgor kulit menurun
5. 26 Gangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria)
September berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah
2019 akibat peradangan .
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan air kencingnya berwarna seperti teh pekat
-Pasien mengatakan bahwa air kencingnya selalu berwarna
seperti teh dan feses pucat serta sudah berlangsung sekitar dua
minggu.
Data Obyektif:
-Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) pasien tampak berwarna
kekuningan ( ikterus)

- Hasil laboratorium cek darah


Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 )
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2 )
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N : 0,2-1,0 )
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N : 0-0,2 )
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N : 0,2-0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-41 )
- Kulit pasien tampak kusam dan kering.
-Turgor kulit pasien menurun
-Didaerah sekitar organ hati saat di palpasi terasa kenyal
3.4 INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : Tn. MS RUANG : Anggrek


UMUR : 41 th NO.REGISTRASI:
007985
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Paraf
Keperawatan
1. Gangguan Jangka Pendek: 1.Awasi frekwensi, 1.Pernafasandangkal/
ketidakefektifan Dalam 1x24 jam kedalaman dan cepatkemungkinan ad
pola nafas perbaikan status upaya pernafasan. asehubungan dengan
berhubungan pernapasan dan 2.Ubah posisisering hipoksia atauakumula
denganpengum pengurangan dorong nafasdalam l si cairandalam
pulan cairan gejala sesak atihan danbatuk. abdomen.
intra abdomen, napas. 3.Berikan posisi 2.Membantu ekspansi
penurunan Jangka Panjang: semi fowler paru dalammemobilis
ekspansi paru Dalam 2x24 jam 4.Monitor asi lemak.
akibat asites, pasien dapat jumlahpernapasan d 3.Memudahkanpernaf
akumulasi bernapas secara enganobservasi TTV asan denganmenurun
secret normal kembali. 5.Kolaborasi dengan kan tekananpada diafr
berlebihan. Kriteria Hasil: tim medis dalam agma danmeminimalk
-Memperlihatkan pemantauan an sekret.
frekuensi respirasi perkembangan 4.Mengetahui status
yang normal (12- pasien perkembangan
18/menit) tanpa pernapasan pasien.
terdengarnya 5.Memberikan obat
suara pernapasan peroral dan parenteral
tambahan. pada pasien untuk
-Memperlihatkan kesembuhan pasien.
pengembangan
toraks yang penuh
tanpa gejala
pernapasan
dangkal.

2. Nyeri dan Jangka pendekHhitung dan tentukan  Dapat


gangguan rasa :dalam 1x24 jam skala nyeri mengetahui tingkat
nyaman diharapkan nyeri2.Kaji dan catat nyeri
berhubungan dapat berkurang dan karakteristiknya keparahan nyeri yang
dengan spasme Jangka panjang : : lokasi, kwalitas, dirasakan pasien.
 Dapat
otot abdomen Dalam 3x24 jam frekuensi dan durasi memberikan
diharapkan nyeri3.Berikan kompres implementasi
sudah tidak hangat pada keperawatan yang
dirasakan abdomen yang sakit tepat pada pasien.
Kriteria Hasil: 4.Ajarkan teknik  Supaya pasien
dapat rileks dan rasa
-nyeri pada pasien distraksi dan
nyeri dapat
berkurang relaksasi berkurang
-nyeri pada 5.Kolaborasi dengan  Agar pasien
pasien tidak tim medis untuk dapat mengalihkan
dirasakan lagi. pemberian pikirannya dari rasa
nyeri ke hal-hal lain.
 Dapat
mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan
pasien
3. Gangguan Jangka pendek1. Motivasi pasien  Motivasi sangat
pemenuhan :dalam 1x24 jam untuk makan penting bagi
kebutuhan diharapkan intake makanan sesuai diit penderita anoreksia
nutrisi makan dapat lebih yang dianjurkan dan dan gangguan
berhubungan baik suplemen makanan. gastrointestinal.
dengan intake Jangka panjang :2. Tawarkanmakanan  Makanan
yang kurang. Dalam 3x24 jam denganporsi sedikit t dengan porsi kecil
kebutuhan nutrisi apisering. dan sering lebih
dapat terpenuhi 3. Hidangkan ditolerir oleh
Kriteia Hasil : makanan yang penderita
- BB dapat menimbulkan selera anoreksia.
meningkat dan menarik dalam  Meningkatkan
- gangguan penyajiannya. selera makan
kebutuhan nutrisi4. Pelihara hygiene  Mengurangi
dapat teratasi oral sebelum makan. cita rasa yang tidak
-NGT dapat5. Berikan obat yang enak dan
secepatnya diresepkanuntuk me merangsang selera
dilepas dari ngatasimual, makan.
pasien muntah,  Mengurangi
diare ataukonstipasi. gejala
6. Motivasi gastrointestinal dan
peningkatan asupan perasaan tidak
cairan dan latihan enak pada perut
jika pasien yang dapat
melaporkan mengurangi selera
konstipasi. makan dan
7. Amati gejala yang keinginan terhadap
membuktikan makanan.
adanya perdarahan  Meningkatkan
gastrointestinal. pola defekasi yang
normal dan
mengurangi rasa
tidak enak serta
distensi pada
abdomen.
 Mendeteksi
komplikasi
gastrointestinal
yang serius.
4. Gangguan Jangka Pendek: 1.Monitor intake dan 1.Menentukan fungsi
keseimbangan Dalam 1x24 jam output cairan. Ukur ginjal dan kebutuhan
volume cairan terjadiPengurang kehilangan cairan cairan dan penurunan
lebih dari ankadar cairan melalui resiko kelebihan
kebutuhan (asites) gastrointestinal dan cairan bertambah.
normal tubuh padapasien. Perkirakankehilanga 2.Mengurangi retensi
berhubungan Jangka Panjang: n takkasat mata, cairan dan
dengan Dalam 3x24 contoh; keringat, dll. peningkatan tekanan
terganggunya jamPasien dalam 2.Monitor edema hidrostatik kapiler.
mekanisme status hidrasi dan asites. 3.Mengikuti diet
pengaturan yang adekuat, 3.Batasi rendah natrium dan
(penurunan volume asupannatrium dan pembatasan cairan
plasma protein). cairankembali dal cairan 4.Memantauperubaha
amkeadaanseimb 4. Ukur dan catat n padapembentukan a
ang. lingkar perut setiap sitesdan penumpukan
Kriteria Hasil: hari. cairan.
-Output 5. Jelaskan padapas 5.Peningkatanpemah
urinsesuai denga ien dan keluargatent aman sehingga
nberat badan. angpembatasan cair dapat meningkatkank
- andan diet erjasama
Rehidrasi cairanp 6.Tingkatkan dandor pasien dan keluargad
ada tubuhpasien. ong oral hygiene alam program
-Elektrolit dalam dengan sering. perawatan.
batas normal. 7.Monitor BB 6.Kebersihan mulut
-Terjadinya tiaphari, yang
keseimbangan dengan alat, baik dapatmengurangi
cairan dan waktu dan pakaian kekeringan
elektrolit. yang sama. jika membranmukosa mul
-Output dan input memungkinkan. ut,
dapat kembali sehingga dapatmengu
normal. rangi rasa haus.
7.Memantau BB
pasien untuk melihat
bertambahnya volume
cairan dalam tubuh
atau tidak.
5. Gangguan Jangka Pendek: 1.Kaji warna urin dan 1.Mengetahui
Integritas kulit Dalam 2x24 jam, warna kulit pasien. perkembangan kadar
dan system mampu 2.Observasi dan bilirubin pasien.
perkemihan mengurangi kadar catat derajat ikterus 2.Memberikan dasar
(urinaria) bilirubin pasien. pada kulit dan untuk deteksi
berhubungan Jangka Panjang: sklera. perubahan dan
dengan Dalam 7x24 jam 3.Lakukan evaluasi intervensi.
peningkatan diupayakan perawatan yang 3.Mencegah
kadar bilirubin mampu sering pada kulit, kekeringan kulit dan
dalam darah menormalkan mandi tanpa meminimalkan
akibat kadar bilirubin menggunakan pruritus.
peradangan . dalam tubuh sabun dan 4.Mencegah
pasien. melakukan masase ekskoriasi kulit akibat
Kriteria Hasil: dengan losion garukan
-Integritas kulit pelembut (emolien). 5.Memberikan terapi
dan sistem 4. Jaga agar kuku obat untuk
perkemihan pasien tetap pendek mengembalikan
pasien dapat dan bersih. kondisi pasien.
normal kembali. 5. kolaborasi dengan
-Warna dari kulit tim medis
dan urin pasien
kembali ke
keadaan normal.
3.5 IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : Tn. MS RUANG : Anggrek


UMUR : 41 th NO.REGISTRASI:
007985
Dx Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi Paraf
Gangguan ketidakefektifan 23 September  .Mengawasi frekwensi,
pola nafas berhubungan 2019 kedalaman dan upaya
dengan pengumpulan cairan 08.00 pernafasan.
intra abdomen, penurunan Memberikan posisi semi
ekspansi paru akibat asites fowler
,akumulasi secret berlebihan. Monitor jumlah
pernapasan dengan
observasi TTV
 Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemantauan
perkembangan pasien
Nyeri dan gangguan rasa 23 September  M Hhitung dan tentukan
nyamanberhubungan denga 2019 skala nyeri
nspasme otot abdomen 08.00  Kaji dan catat nyeri dan
karakteristiknya : lokasi,
kwalitas, frekuensi dan
durasi
 mmeberikan kompres
hangat pada abdomen
yang sakit
 Mengajarkan teknik
distraksi dan relaksasi
 Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
terapi analgesik
Gangguan pemenuhan 23 September  Memotivasi pasien
kebutuhan nutrisi 2019 untuk makan makanan
berhubungan dengan intake 08.00 dan suplemen
yang kurang. makanan.
 Menyajikan makanan d
enganporsi sedikit tapi s
ering.
 Menghidangkan
makanan yang
menimbulkan selera dan
menarik dalam
penyajiannya.
 Memberikan obat yang
diresepkan untuk meng
atasimual, muntah,
diare ataukonstipasi.
 Mengamati gejala yang
membuktikan adanya
perdarahan
gastrointestinal.
Gangguankeseimbangan 24 September  Monitor intake dan
volume cairan 2019 output cairan. Ukur
lebih darikebutuhan normal 08.00 kehilangan cairan
tubuhberhubungan dengan melalui gastrointestinal
terganggunyamekanisme pe dan perkirakan
ngaturan (penurunan plasma kehilangan tak kasat
protein). mata, contoh; keringat,
dll.
 Monitor edema
dan asites.
 Membatasi asupan natri
um dancairan
 Menjelaskan
pada pasien dankeluar-
ga tentang pembatasan
cairan dan diet.
Gangguan Integritas kulitdan 26 September  Mengkaji warna kulit urin
system perkemihan 2019 pasien.
(urinaria) berhubungan 08.00  Melakukan perawatan
dengan peningkatankadar yang sering pada kulit,
bilirubin mandi tanpa
dalamdarah akibatperadang menggunakan sabun dan
an . melakukan masase
dengan losion pelembut
(emolien).
 Menjaga agar kuku
pasientetap pendek dan
bersih
 kolaborasi dengan tim
medis
3.5 EVALUASI

NAMA : Tn.MS RUANG : Anggrek


UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI:
007985
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Evaluasi
1. Gangguan 24 September S: Pasien berkata Sesak napas sudah
ketidakefektifan pola nafas 2019 berkurang
berhubungan O: K/U cukup
dengan pengumpulan Observasi TTV
cairan intra abdomen, RR : 20 X/menit.
penurunan ekspansi paru TD:100/70 mmHg
akibat asites ,akumulasi N: 96 X/menit S: 375 oC
secret berlebihan. A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan posisi semi fowler
2. Monitor jumlah pernapasan dengan
observasi TTV
2. Nyeri dan gangguan rasa 24 September S: Px mengatakan kalau perutnya sakit
nyaman berhubungan 2019 bila ditekan.
dengan spasme otot O: K/U cukup
abdomen Nyeri tekan pada abdomen.
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan kompres hangat pada
abdomen yang sakit
2. Mengajarkan teknik distraksi dan
relaksasi
3. Gangguan pemenuhan 24 Septembe S: Pasien berkata nafsu makannya
kebutuhan nutrisi r 2019 sudah bertambah dan mual berkurang.
berhubungan dengan O: K/U cukup
intake yang kurang. Makan/minum lewat sonde
A: masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1. Memotivasi pasien untuk makan
makanan dan suplemen makanan.
2. Menyajikan makan
an denganporsi sedi
kit tapi sering.
4. Gangguan keseimbangan 25 September S: Pasien mengatakan badannya masih
volume cairan lebih dari 2019 lemas dan prutnya masih tarasa sakit.
kebutuhan normal tubuh O: K/U cukup
berhubungan dengan Turgor kulit buruk.
terganggunya mekanisme A: masalah teratasi sebagian
pengaturan (penurunan P: Rencana dilanjutkan
plasma protein). 1.Monitor intake dan output cairan.
Ukur kehilangan gastrointestinal dan
Perkirakan kehilangan tak kasatmata,
contoh; keringatdll.
2.Monitor edema dan asites.
5. Gangguan Integritas kulit 27 September S: pasien mengatakan kencingnya
dan system perkemihan 2019 masih seperti teh
(urinaria) berhubungan O: Kulit dan daerah mata (khusus
dengan peningkatan kadar Sklera) pasien tampak berwarna
bilirubin dalam darah kekuningan ( ikterus)
akibat peradangan . A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1. Mengkaji warna kulit urin pasien.
2. Melakukan perawatan yang sering
pada kulit, mandi tanpa mengguna-kan
sabun dan melakukan masase dengan
losion pelembut (emolien).
4.1 Kesimpulan
Mengingat pengobatan sirosis hepatis hanya merupakan simtomatik dan mengobati penyulit
maka prognosa sirosis hepatis bisa jelek. Namunpenemuan sirosis hepatis yang terkompensasi
mempunyai prognosa yang baik . Oleh karena itu ketepatan diagnose dan penanganan yang
tepat sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan sirosis hepatis

4.2 Saran
 Saran penulis kepada pembaca , yaitu perbanyaklah membaca literature yang berkaitan
dengan penyakit dalam , khususnya membahas organ hepar gar materi ini lebih bisa di
pahami.
 Jika ada kesalahan , adan bisa memberi saran atau kritik agar penulis bisa membuat
makalah yang lebih biak lagi

Anda mungkin juga menyukai