Seminar KMB
Seminar KMB
DISUSUN OLEH:
TP. 2020/2021
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN SEMINAR
Diketahui Oleh:
( ) ( )
T.A 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Membandingkan teori dan kasus diabetes mellitus
b. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien diabetes mellitus
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien diabetes mellitus
3. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien diabetes
mellitus
4. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien diabetes mellitus
5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien diabetes mellitus
6. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien diabetes
mellitus
1.3 Manfaat
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang cara perawatan pasien
dengan diabetes mellitus
2. Bagi Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan tehnologi terapan bidang keperawatan medical bedah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEPDASAR
2.1.1 Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan
karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin,
atau kedua – duanya (ADA,2017).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas
tidak cukupdalammemproduksiinsulinatau ketikatubuh tidak efisien menggunakan
insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah.
Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari
diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa
sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011).
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan
glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin
yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Masing - masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat
pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat
dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel betha sering
ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan
reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai
A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri
dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam
amino. Insulin dapat larut pada pH 4-7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum
insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam
membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran
berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi
efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah
meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar
glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa
darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina
merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama
insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke
jaringan terutama sel - sel otot, fibroblas dan sel lemak
2.1.3 Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis
yaitu:
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi sebuah
predisposisis atau sebuah kecendurungan genetic kearah terjadinya diabetes type1.
Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki type antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan
bare,2015)
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum.Ini adalah
respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
(Smeltzer2015 dan bare,2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).
Faktor-faktor resiko:
- Obesitas
- Riwayatkeluarga
2.1.4 ManifestasiKlinis
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali
tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM atau kencing manisyaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai
nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.
Untuk mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu
minum dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan
karena membuat kadar gula semakin tinggi.
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama
urin, untuk menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak terlalu
pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga
volume urin yang keluar banyak dan kencing pun sering. Jika tidak diobati
maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu
2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
(PERKENI, 2015) .
b. Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah:
1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
3. Rasa tebal dikulit
4. Kram
5. Mudah mengantuk
6. Mata kabur
7. Biasanya sering ganti kacamata
8. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10. Kemampuan seksual menurun
11. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
2.1.6 PemeriksaanDiagnostik
3 >200mg/dl
a. Diet
pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien
dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan
risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes
pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin
yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed atau
predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin. 16 Lama kerjainsulin
beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian dosispada tiap
pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya
ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan
insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan.
Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri,
maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan
insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan keadaan
fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan
basaldantigakalidenganinsulinprandialuntukkebutuhansetelahmakan.
Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai
dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan
fisiologis.
b. Obat Antidiabetik Oral
1. Sulfonilurea
4. Thiazolidinediones Thiazolidinediones
memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan
efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone
telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak
menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien
dengan gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .
2.1.8 Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe IIakan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi
duaberdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
a. KomplikasiAkut
o Ketoasidosis Diabetik(KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/Ml) dan terjadipeningkatan anion gap
(PERKENI,2015).
o Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah hingga
mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik
(berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-
glikopenik(pusing,gelisah,kesadaran menurun sampai koma)(PERKENI,
2015).
o HiperosmolarNon Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma sangat
meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau
sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
b. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri
dari:
o Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
o Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata(retinopati diabetik)
dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
o Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana
serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
o Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya
tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki.
dan disfungsi ereksi.
1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,
mental, sosial, dan lingkungan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien.Sumber data diperoleh dari pasien,
keluarga, catatan medik, dan perawat. Adapun cara pengumpulan data yang
digunakan adalah melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data pada klien dengan gangguan sistem endokrin akibat
Diabetes Mellitus meliputi:
1. Data Biografi
- Identitas Klien
Meliputi nama, umur biasanya penderita Diabetes Mellitus Tipe II berusia diatas
40 tahun, jenis kelamin, agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui
tingkat pengetahuan klien yang akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
klien akan suatu informasi, pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui apakah
pekerjaannya merupakan faktor predisposisi atau bahkan faktor presipitasi
terjadinya penyakit DM, suku/bangsa, status marital, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, diagnosa medis dan alamat.
- Identitas Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya klien dengan Diabetes Mellitus akan mengeluh adanya gejala-
gejala spesifik seperti poliuria, polidipsi dan poliphagia, mengeluh kelemahan
dan penurunan berat badan.
Pada klien DM tipe II biasanya juga mengeluh pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot yang menunjukkan
gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.Dapat juga adanya
keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh atau bahkan membusuk menjadi latar
belakang penderita datang ke rumah sakit.
Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST dari mulai keluhan
dirasakan sampai klien datang ke rumah sakit.
Keluhan Utama Saat Pengkajian
Berisi tentang keluhan klien pada saat dilakukan pengkajian yang
dikembangkan dengan metode PQRST.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat obesitas, hipertensi, riwayat
penyakit pankreatitis kronis, dan riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit), atau terapi obat (glukokortikosteroid,
diuretik tiazid, kontrasepsi oral). Perlu juga dikaji apakah klien pernah dirawat di
rumah sakit karena keluhan yang sama.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Penyakit Menular
Pada umumnya penderita DM mudah terkena penyakit peradangan atau
infeksi seperti TBC Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada yang
mempunyai penyakit menular seperti TBC Paru, Hepatitis, dll.
Riwayat Penyakit Keturunan
Kaji apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien yaitu DM karena DM merupakan salah satu penyakit yang diturunkan, juga
perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan seperti asma, hipertensi, atau penyakit endokrin lainnya.
3. Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah, dan pola aktivitas klien kini di
rumah sakit, meliputi pola nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB/BAK),
istirahat tidur, personal hygiene, dan aktivitas gerak. Dikaji kebiasaan/pola
makan klien apakah teratur atau tidak dan berapa banyak porsi sekali makan,
apakah klien sering makan makanan tambahan/cemilan terutama yang manis-
manis, apakah ada keluhan selalu merasa lapar walaupun sudah banyak makan
atau ada keluhan penurunan/hilang nafsu makan karena mual/muntah, apakah
klien melanggar program diet yang telah ditetapkan dengan cara memakan
makanan yang dipantang, apakah ada penurunan berat badan dalam periode
beberapa hari/minggu, kaji apakah ada keluhan banyak minum dan selalu merasa
haus. Perlu juga dikaji apakah klien mengeluh sering BAK terutama malam hari,
serta kaji pula kebiasaan klien berolah raga atau beraktivitas sehari-hari.
4. Pemeriksaan Fisik
- Sistem Pernafasan
Biasanya frekuensi nafas normal bila tidak terdapat komplikasi, akan sedikit
meningkat pada klien diabetes yang sudah lansia karena menurunnya otot-otot
pernafasan sehingga kemampuan pengembangan paru juga menurun.
Akan didapatkan pernafasan kussmaul jika penderita mengalami
ketoasidosis dan didapat pula nafas yang berbau aseton, dan bau halitosis atau
bau manis. Bisa juga didapatkan keluhan batuk dengan atau tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak), dapat pula terjadi paraestesia
atau paralysis pada otot-otot pernafasan (jika kadar Kalium menurun cukup
tajam).
- Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer melemah
terutama pada tibia posterior, dan dorsalis pedis, terjadinya aterosklerosis yang
dapat terbentuk baik pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) atau pembuluh
darah kecil (mikrovaskuler).Kaji pula adanya hipertensi, edema jaringan umum,
disritmia jantung, nadi lemah halus, pucat, dan takikardia serta palpitasi
menunjukkan terjadinya hipoglikemik. Apabila telah terjadi neuropati pada
kelainan jantung maka akan diperoleh kelainan gambaran EKG lambat.
- Sistem Pencernaan
Kaji adanya polidipsi, poliphagi, mual, muntah, konstipasi, diare, perasaan
penuh pada perut, obesitas ataupun penurunan berat badan yang berlebihan pada
periode beberapa hari/minggu dan adanya distensi abdomen.
- Sistem Persarafan
Biasanya didapatkan data penurunan sensasi sensori, rasa pusing, sakit
kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, bahkan sampai paraestesia, gangguan
penglihatan, didapat juga gangguan orientasi dengan data klien tampak
mengantuk, gelisah, letargi, stupor, bahkan sampai koma bila klien telah
mengalami komplikasi ketoasidosis, hipoglikemia dan adanya aktivitas kejang.
- Sistem Endokrin
Biasanya pada klien diabetes didapatkan gejala trias P yaitu Poliuria,
Polidipsi dan Poliphagia. Kondisi klien akan lebih berat jika penderita
mempunyai penyakit penyerta lain terutama gangguan pada hormon lain. Oleh
karena itu perlu dikaji penyakit yang dapat ditimbulkan oleh kerja hormon-
hormon tersebut seperti adanya pembesaran kelenjar tiroid paratiroid, moonface,
adanya tremor, dll. Jika tidak ada gangguan pada hormon lain maka pengkajian
difokuskan pada hal-hal yang berhubungan dengan DM seperti trias P,
penggunaan insulin, dan faktor hipoglikemik.
- Sistem Genitourinaria
Biasanya terjadi perubahan pola dan frekuensi berkemih (poliuria) dan
terkadang nokturia, rasa nyeri dan terbakar saat BAK, kesulitan berkemih karena
infeksi, bahkan bisa terjadi infeksi saluran kemih. Urine akan tampak lebih
encer, pucat, kuning, dan poliuria dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika
terjadi hipovolemia berat. Urine bisa tercium bau busuk jika infeksi.Klien sering
merasa haus sehingga intake cairan bertambah.Perlu dikaji juga adanya masalah
impotensi pada laki-laki dan masalah orgasme pada wanita serta infeksi pada
vagina.
- Sistem Muskuloskeletal
Biasanya didapatkan rasa lemah, letih, dan penurunan kekuatan otot,
sehingga klien sulit bergerak/berjalan (beraktivitas), juga adanya keluhan kram
pada otot.
- Sistem Integumen
Biasanya ditemukan turgor kulit menurun, apabila terdapat luka klien sering
mengeluh luka sulit sembuh dan malah membusuk.Akral teraba dingin, dan
integritas kulit menurun (rusak).Kulit bisa kering, gatal, bahkan terjadi
ulkus.Demam dan diaporesis dapat terjadi jika klien mengalami infeksi.
5. Data Psikologis
Meliputi konsep diri, status emosi, pola koping dan gaya komunikasi.
Kemungkinan klien menunjukkan kecemasan bahkan terdapat perasaan depresi
terhadap penyakitnya. Hal ini diakibatkan karena proses penyakit yang lama,
kurangnya pengetahuan tentang prosedur tindakan yang dilakukan. Perlu dikaji
pandangan hidup klien terhadap segala tindakan keperawatan yang dijalani.Kaji
ungkapan klien tentang ketidakmampuan koping/penggunaan koping yang
maladaptif dalam menghadapi penyakitnya, perasaan negatif tentang tubuhnya,
klien merasa kehilangan fungsi tubuhnya, kehilangan kebebasan, dan kehilangan
kesempatan untuk menjalani kehidupannya.
6. Data Sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan
kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter, tim kesehatan lain
serta klien lain dan bagaimana penerimaan orang-orang sekitar klien terutama
keluarga akan kondisinya saat ini serta dukungan yang diberikan orang-orang
terdekat klien baik dari segi moril ataupun materil.
Biasanya hubungan klien dengan lingkungan sosial tidak terganggu, klien tetap
ikut serta dalam aktifitas sosial atau menarik diri dari interaksi sosial terutama
jika sudah terjadi komplikasi fisik seperti ulkus, gangren, dan gangguan
penglihatan.
7. Data Spiritual
Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap penyakit dan
kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang klien anut.Bagaimana
aktifitas spiritual klien selama klien menjalani perawatan di rumah sakit dan
siapa yang menjadi pendorong atau pemberi motivasi untuk kesembuhannya.
1. Data Penunjang
Dari pemeriksaan diagnostik ditemukan:
- Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dL).
- Gula darah puasa normal (70-115 mg/dL) atau diatas normal (> 115 mg/dL)
- Gula darah dua jam post prandial (PP) lebih dari 140 mg/dL.
- Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal (normal: 5-6%)
- Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis dan osmolalitas urin
mungkin meningkat.
- Kolesterol dan trigliserida serum dapat meningkat.
- Elektrolit: mungkin normal, meningkat atau bahkan menurun.
- Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
- Kalium : mungkin normal atau terjadi peningkatan semu akibat perpindahan
seluler, selanjutnya akan menurun
- Fosfor : lebih sering menurun
- Insulin darah: mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya.
- Hb Glikolisat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal, yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
- Trombosit darah/Ht : mungkin meningkat/dehidrasi atau normal, leukositosis
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d resistensi insulin d/d kadar glukosa dalam
darah tinggi
2. Perfusi perifer tidak efektif b/d hiperglikemia d/d turgor kulit menurun
3. Gangguan integritas kulit b/d penurunan mobilitas d/d kerusakan lapisan kulit
4. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Definisi dan Indikator
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Definisi dan Kriteria Hasil
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Definisi dan Tindakan
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Janita, Ria Riduan, Mustofa Syazilia. 2017. Penatalaksanaan KAD dan DM tipe 1 pada Anak
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung, total
DATA FOKUS
Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan nyeri dibagian punggung
2. Pasien mengatakan badan terasa lemas
3. Pasien mengatakan kaki terasa berat kalau diangkat
4. Pasien mengatakan memiiki riwayat penyakit asam urat
5. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
6. Pasien mengatakan penyakit diabetes mellitusnya selalu tinggi
7. Pasien mengatakan penyakitnya tidak terkontrol
8. Kien mengatakan sudah pernah operasi di punggung
9. Klien mengatakan masih sakit pada bagian punggung
10. Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya
Data Objektif:
1. Pasien tampak meringis
2. Skala nyeri 3-4
3. Pasien tampak ada bekas luka operasi dibagian punggung
4. Pasien tampak lemas
5. Pasien tampak susah mengangkat kakinya
6. Pasien memiliki penyakit diabetes mellitus tidak terkontrol
7. Glukosa darah > 600
8. Keadaan umum sedang
9. TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36,5
GDR : >600
ANALISA DATA
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis d/d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
frekuensi nadi meningkat
2. Ketidakstabilan O: S:
kadar glukosa - Identifikasi kemungkinan- Pasien
darah b/d penyebab hiperglikemia mengatakan
gangguan - Identifikasi situasi yang
memiliki riwayat
toleransi glukosa menyebabkan kebutuhan
penyakit Dm
darah d/d lelah insulin meningkat - Pasien
dan lesu, kadar - Monitor kadar glukosa darah mengatakan kadar
glukosa dalam - Monitor tanda dan gejala glukosa darah tidak
darah dan urin hiperglikemia terkontrol
tinggi. - monitor intake dan output - Pasien
cairan mengatakan badanya
- monitor ketourin, kadar analisa
terasa lemas
gas darah, elektrolit, tekananO:
darah ortostatik dan frekuensi- Pasien
nadi tampak lemas
T: - Wajah
- Berikan asupan cairan oral tampak pucat
- Konsultasi dengan medis, jika - Gluksa darah
tanda dan gejala hiperglikemiatidak terkontrol
tetap ada atau memburuk - GDR
E: 199mg/dl
- Anjurkan mengfhindari - Ku sedang
olahraga saat kadar gluksa darah- TD 110/80
ebih 250mg/dl mmh
- Anjurkan monitor kadar - S 36,3
glukosa darah secara mandiri - N86 x/i
- Ajarkan pengelolaan DM - R 20x/i
K: A:
- Kolaborasi pemberian
Masalah belum
insulin teratasi
- Kolaborsi pemberian
P:
cairan IV Intervensi
dilanjutkan
Kolaborasi pemberian kalium - monitor
kadar glukosa darah
- monitor
intake dan output
cairan
3. Ansietas O: S:
berhubungan - Identifikasi saat tingkat - Pasien
dengan faktor ansietas berubah mengatakan cemas
keturunan - Monitor tanda-tanda terhadap
ansietas penyakitnya
T: - pasien
- Ciptakan suasana mengatakan riwayat
terpeutik untuk menumbuhkan penyakitgula
kepercayaan - Pasien
- temani pasien untuk mengatakan gula
mengurangi rasa cemas darahnya tinggi
- pahami situasi ansietas O:
- gunakan pendekatan yang - Pasien
tenang tampak ada
- motivasi mengidentifikasi bekas luka
situasi yang memicu kecemasan operasi
E: dibagian
- Jelaskan prosedur, punggung
termask sensasi yang dialami - Pasien
- informasikan secara tampak
factual mengenai diagnosis, lemas
pengobatan, dan prognosis, latih - Pasien
teknik relaksasi tampak
K: susah
mengangkat
- Kolaborasi pemberian kakinya
obat antiansietas - Pasien
memiliki
penyakit
diabetes
mellitus
tidak
terkontrol
- Keadaan
umum
sedang
- TTV
TD : 130/90
mmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36,5
GDR : >600
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. M di ruangan Bedah RSUD
PROF. DR.M.Ali Hanafiah Batusangkar dengan diagnosa medis DM tidak terkontrol, perlu
kiranya dilakukan pembahasan untuk mengetahui kesenjangan antara tinjaun kasus dengan
tinjauan teori. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Selama proses pengkajian pada awalnya klien tidak mau untuk dilakukan pengkajian
dan setelah terbina hubungan saling percaya maka klien sudah mulai mau untuk bercerita.
Kelompok mengkaji dari semua aspek meliputi: aspek bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.
Dari pengkajian pada tanggal 27 november 2021 didapatkan data dari pengkajian aspek bio:
data subjektif meliputi yang ditemukan yaitu,Klien mengatakan nyeri pada bagian
punggung, badan terasa lemas,kaki terasa berat kalau diangkat, pasien mengatakan memiliki
riwayat asam urat, pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM, pasien mengatakan
gula darahnya selalu tinggi, pasien mengatakan penyakit DM tidak terkontrol, pasien
mengatakan sudah operasi di punggung, pasien mengatakan masih sakit pada bagian
punggung, pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium :GDR tinggi, kadar Cr tinggi, kadar urine tinggi maka
didapatkan diagnose DM tipe 2 tidak terkontrol.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan teori pada kasus Pada Tn. M dengan DM tipe 2 tidak terkontrol diatas,
kelompok mengemukakan tiga (3) diagnosa keperawatan yaitu:
1. Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis d/d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d gangguan toleransi glukosa darah
d/d lelah dan lesu, kadar glukosa dalam darah dan urin tinggi.
3. Ansietas b/d factor keturunan
Untuk mempermudah dalam memahami pada pembahasan ini maka penulis menyusun
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada Tn. M dilanjutkan dengan intervensi,
rasional, implementasi, serta evaluasi dari masing-masing diagnosa.
1. Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis d/d mengeluh nyeri, tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi meningkat
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. (SDKI, 2017. Hal, 172)
b. Alasan diagnosa ditegakkan
Data subyektif : klien mengatakan nyeri dibagian punggung,klien mengatakan sudah
pernah operasi dipunggung,klien mengatakan masih sakit pada bagian punggung
Data objektif : pasien tampak meringis,skala nyeri 3-4,tampak ada bekas luka
dibagian punggung, KU: sedang, TD:130/90 mmhg, S: 36,5⁰C, N:80X/I, RR: 20x/i
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d gangguan toleransi glukosa darah d/d lelah
dan lesu, kadar glukosa dalam darah dan urin tinggi.
a. Definisi
Variasi kadar gula darah naik dari rentang normal (SDKI, 2017. Hal, 71)
b. Alasan diagnose ditegakkan
Data subyektif : pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM,Pasien
mengatakan glukosa darahnya tidak terkontrol,pasien mengatakan badan terasa
lemas
Data obyektif : kadar glukosa darah >600,pasien tampak lemah,pasien tampak
pucat.
C. INTERVENSI
a. Adapun tujuan dan kriteria hasil dx keperawatan yang Pertama : setelah dilakukan tindakan
intervensi selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri menurun dengan kriteria hasil:
Keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun kesulitan tidur
menurun,frekuensi nadi membaik, tekanan darah membaik,focus membaik,nafsu makan
membaik,pola tidur membaik.
Intervensi yang dilakukan yaitu Manajemen nyeri
Observasi : identifikasi, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas nyeri, identifikasi
skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal,identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri,monitor keberhasilan terapi komplementer,monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik: berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri,fasilitasi istirahat tidur,pertimbangkan jenis dan sumber dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
b. Adapun tujuan dan kriteria hasil dx keperawatan yang Kedua : Setelah dilakukan tindakan
atau intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah pada rentang normal dengan kriteria hasil : kadar glukosa dalam darah membaik,
keluhan lelah lesu menurun, keluhan rasa haus menurun, keluhan pusing menurun.
Teraupetik : Berikan asupan cairan oral , konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemi tetap ada atau memburuk .
Edukasi : Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg / dl,
anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri, anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga dan ajarkan pengelolaan diabetes.
Edukasi : jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami, anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan kelompok dari tanggal 27 November 2019 sampai hari 29
November 2021 yaitu:
Implementasi yang dilakukan kelompok dari tanggal 27 November 2021 sampai hari senin
tanggal 29 November 2021 yaitu : implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada
diagnosa pertama yaitu : mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal,
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memonitor keberhasilan
terapi komplementer yang sudah diberikan dan mengkolaborasi pemberian analgetik.
Implementasi yang dilakukan kelompok dari tanggal 27 November 2021 sampai hari senin
tanggal 29 November 2021 yaitu : implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada
diagnosa Kedua yaitu : mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia,
mengidentifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat, memonitor kadar
glukosa darah, memonitor tanda dan gejala hiperglikemia, memonitor intake dan output
cairan, memonitor ketourin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi dan mengkolaborasikan pemberian insulin.
Implementasi yang dilakukan kelompok dari tanggal 27 November 2021 sampai hari senin
tanggal 29 November 2021 yaitu : implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada
diagnosa Ketiga yaitu : mengdentifikasi saat tingkat ansietas berubah, memonitor tanda-
tanda ansietas, menciptakan suasana terpeutik untuk menumbuhkan kepercayaan dan
mengkolaborasikan pemberian obat antiansietas.
E. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan oleh kelompok selama tindakan keperawatan dari tanggal 27
November 2021 sampai 29 November 2021:
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan masalah nyeri dapat teratasi, namun pada tanggal 29 November 2021
ditemukan data S : Pasien mengatakan punggunya masih terasa sakit dan Pasien
mengatakan punggunya terasa nyeri. O : Nyeri punggung, Klien tampak meringis Skala
nyeri 3-4, TD 110/80 mmhg, N 86x/I, S 36,3, R 20x/I A: Masalah belum teratasi, P:
Intervensi dilanjutkan evaluasi nyeri, manajemen nyeri, pemberian analgetik.
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan ketidakstabilan kadar glukosa darah dalam rentang normal, namun pada
tanggal 29 November 2021 ditemukan data S: Pasien mengatakan memiliki riwayat
penyakit Dm, Pasien mengatakan kadar glukosa darah tidak terkontrol dan Pasien
mengatakan badanya terasa lemas. O : Pasien tampak lemas, Wajah tampak pucat, Gluksa
darah tidak terkontrol, GDR 199mg/dl, Ku sedang, TD 110/80 mmh, S 36,3, N86 x/I, R
20x/i. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan monitor kadar glukosa darah
dan monitor intake dan output cairan.
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan tingkat ansietas membaik, namun pada tanggal 29 November 2021
ditemukan data S : Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya, pasien mengatakan
riwayat penyakitgula dan Pasien mengatakan gula darahnya tinggi, O : Pasien tampak ada
bekas luka operasi dibagian punggung, Pasien tampak lemas, Pasien tampak susah
mengangkat kakinya,Pasien memiliki penyakit diabetes mellitus tidak terkontrol, Keadaan
umum sedang, TD: 130/90 mmHg N: 80x/ i R: 20x/i S: 36,5 GDR: >600, A : Masalah
belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan.
BAB VI
PENUTUP