Anda di halaman 1dari 8

RESUME

Mata Kuliah : Hukum Tata Negara

Nama : M Syahril Malik Ibrahim

Nim : 10200120200

PEMBAHASAN I

A. Istilah Hukum Tata Negara

Dalam bahasa Belanda, Istilah Hukum Tata Negara dikenal dengan istilah
Staatsrecht. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan istilah Constitutional Law
Sedangkan dalam bahasa Jerman, dikenal dengan istilah Verfassungsrecht
dan dalam bahasa Prancis, dikenal dengan istilah Droit Constituionnel.

B. Pengertian Hukum Tata Negara

Menurut Dr. Johann Heinrich Adolf Logemann, “Hukum Tata Negara adalah
hukum yang mengatur mengenai organisasi negara”.

C. Ruang Lingkup Kajian

Adapun ruang lingkup kajian Hukum Tata Negara meliputi : Lembaga negara,
kewenangan lembaga negara, bentuk dan sistem pemer intahan, batasan dan
pemisahan cabang kekuasaan, konstitusi, prinsip dan hubungan antar
lembaga negara, dan hak asasi manusia.

D. Hubungan Dengan Ilmu Lainnya


1. Ilmu Negara : Hubungan anatara Hukum tata negara dan Ilmu
negara ialah memiliki objek kajian yang sa ma yaitu “negara”. Dan
Ilmu Negara merupakan mata kuliah pengantar untuk mata kuliah
Hukum tata negara, dan bahkan salah satu persyaratan untuk
mengikuti mata kuliah Hukum Tata Negara adalah telah lulus mata
kuliah Ilmu Negara. Meski demikian, terkait dibatasi atau terikat
tempat, keadaan dan waktu tertentu (Misalnya; Hukum Tata Negara
Indonesia, Hukum Tata Negara Inggris, dll). Berbeda dengan
Hukum tata negara, ilmu negara bersifat umum/ universal(teoritis
dan ilmiah).
2. Hukum Administrasi Negara : Hubugan Hukum Administrasi Negara
dengan Hukum Tata Negara adalah menjadikan negara sebagai
objek kajian. Hukum Tata Negara menentukan lembaga negara dan
wewenangnya baik vertikal maupun horizontal, sedangkan Hukum
Administasi Negara mengatur penggunaan (operasi onal) wewenang
oleh lembaga negara yang telah diberikan oleh Hukum Tata Negara.
3. Ilmu Politik : Hubungan antara Ilmu Politik dengan Hukum Tata
Negara ialah sama sama menjadikan negara sebagai objek
penyelidikannya. Dengan gambaran bahwa Hukum Tatanegara
mengkaji kerangka yuridis dari negara sedangkan Ilmu Politik
menyelidiki disekitar kerangka yuridis tadi.

PEMBAHASAN II

A. Pengertian Sumber Hukum

Menurut Kamus Hukum : Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang


berbentuk lisan, dokumen, naskah dan seterusnya dari mana dapat diketahui
hukum yang berlaku dikalangan suatu bangsa pada masa tertentu.

B. Sumber Hukum Tata Negara

Mengenai sumber hukum tata negara, tentu tidak semua negara memiliki
kesamaan dalam sumber hukum, karena sumber hukum akan dipengaruhi
oleh sistem hukum yang digunakan, seperti misalnya, negara negara common
law mengakui bahwa sumber hukum yang utama ialah yusrisprudensi.
Sementara negara civil law mengakui bahwa sumber hukum yang utama ialah
hukum tertulis. Namun secara umum, ada empat bentuk n orma hukum yang
diakui sebagai sumber hukum antara lain, Regeling -produk legislasi,
Contract/treaty-perjanjian yang mengikat, Vonnis -putusan hakim, dan
bescikking -ke putu san administrasi oleh yang berwenang.

Namun dalam bidang Hukum Tata Negara(umum) sumber hukum yang diakui
ialah antara lain, UUD dan peraturan -perundang undangan tertulis,
Yurisprudensi, Konvensi ketatanegaraaan, Hukum Interbasional dan doktrin
ilmu hukum tata negara.

C. Sumber Hukum Tata Negara Indonesia

Sumber Hukum Tata Negara Indonesia terb agi atas dua, yaitu sumber hukum
materiil dan sumber hukum formil. Menurut Jimly Assihiddiqie, sumber
hukum tata negara indonesia adalah Pancasila, yaitu rumusan rumusan sila
sila Pancasila merupakan falsafah hidup bernegara dan pandanga hidup
bangsa, dan Pancasila merupakan sumber hukum materiil yang tidak hanya
menjadi jiwa semata, melainkan juga harus dilaksanakan dan tercermin
dalam setiap peraturan hukum di Indonesia. Adapun sumber hukum formil
menurut Jimly Assihiddiqie, yaitu Undang Undang Dasar NRI 1945, peraturan
perundang -undangan, yurisprudensi, konvensi ketatanegaraan, traktat dan
doktrin.

Mengenai jenis hierarki dan peraturan perundang -undangan menurut Pasal 7


dan 8 UU No.12 Tahun 2011, yang sebagaimana telah diubah denga UU N. 15
Tahun 2019 yaitu, 1) UUD NRI 1945, 2) Ketetapan MPR, 3) UU/Perpu, 4)
Peraturan Pemerintah, 5) Peraturan Presiden, 6) PERDA Provinsi, 7) PERDA
Kab/Kota, dan 8) Peraturan lain.

PEMBAHASAN III

A. Pengertian Asas Hukum

Menurut Van Eika Hommes, asas hukum bukanlah norma norma k ongkrit,
tetapi ia adalah sebagai dasar dasar pikiran umum atau petunjuk -petunjuk
bagi hukum yang berlaku.

B. Fungsi Asas Hukum

Adapun fungsi asas hukum yaitu sebagai Penjaga Konsistensi dan juga
berfngsi Untuk Mengatasi Konflik.

C. Asas Hukum Tata Neagara Indonesia

Berikut adalah Asas Hukum Tata Negara Indonesia antara lain, Pancasila,
Asas Negara Hukum, Asas Negara Kesatuan, Asas Keadulatan Rakyat dan
Demokrasi, dan Asas Pemisahan Kekuasaan dan Check and Balances.

PEMBAHASAN IV

A. Sejarah Ketatanegaran Indonesia

Sebagai mana yang tertulis dalam sejarah, Indoensia telah beberapa kali
mengalami pergantian ketatanegaran yang dimulai sejak UUD 1945 yang
berubah menjadi Konstitusi RIS, kemduian berubah lagi menjadi UUD
Sementara, hingga akhirnya diubah kembali menj adi UUD 1945 dan yang juga
mengalami perubahan ditahun 1999, 2000, 2001, dan tahun 2002.

B. Perubahan Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan, Dan Sistem


Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak perna h terganti sejak


diproklamirkan dalam hal bentuk negara. Adapun perubahan sistem
pemerintahan, Negara Indonesia menggunakan sitem presidensil, yang
kemudian diubah menjadi sistem parlementer yaitu pada tahun 1945 -1949.
Kemudian Negara Kesatuan Republik Ind onesia berubah bentuk menjadi
negara federal dengan sistem yang belum berubah yaitu parlementer ditahun
1949-1950. Pasca bubarnya RIS dan diberlakukannya UUDS Tahun 1950,
Negara Republik Indonesia tidak menggunakan lagi sistem Pemerintahan
federal, meski saat itu masih menggunakan sistem Parlementer yaitu
disekitar tahun 1950-1959. Dan hinnga akhirnya, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanngal 5 Juli 1959, membawa bangsa
Indonesia kembali menggunakan UUD 1945 dan tentu sistem pemerintahan
diubah kembali menjadi sistem presidensil.
PEMBAHASAN V

A. Istilah Konstitusi

Istilah konstitusi memeliki persamaan secara arti dengan beberapa istilah,


misalnya Constitutie dan Grondwet (Bahasa Belanda), Constitutio (Bahasa
Latin dan Inggris), Fundamental Laws (Amerika Serikat), Constitutionel
(Prancis), dan istilah Undang Undang Dasar yang digunakan di Indonesia
merupakan terjemahan dari Grondwet (Bahasa Belanda).

B. Pengertian Konstitusi

Menurut Jimmy Asshiddiqie, Konstitusi adalah “Hukum dasar yang dijadikan


pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa
hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang Undang Dasar, dan dapat
pula tidak tertulis”.

Herman Heller membagi konstitusi dalam tiga tingkat pengertian :

1. Konstitusi sebagai pengertian sosial politik, dimana konstitusi dilihat


sebagai cerminan keadaan sosial politik yang nyata dalam masyarakat,
2. Konstitusi sebagai pengertian hukum, dimana konstitusi dilihat dalam
arti yuridis sebagai suatu kesatuan kaedah hukum yang hidup dan
berlaku dalam masyarakat dan
3. Konstitusi sebagai pengertian peraturan hukum, yaitu konstitusi yang
tertulis dalam suatu naskah Undang Undang Dasar sebagai hukum
yang tertinggi yang berlaku.

Konstitusi dalam arti sempit ialah konstitusi yang terdokumentas/tertulis


(loi constitun elle) yang berisi ketentuan ketentuan atau peraturan
peraturan dasar atau hukum dasar (Piagam, Treaty dan Undang Undang
Dasar). Sedangkan konstitusi dalam arti luas ialah keseluruhan dari
ketentuan ketentuan atau peraturan peraturan dasar ata u hukum dasar
(droit constitunelle), baik yang tertulis maupun tidak.

C. Nilai Konstitusi

Adapun Nilai Konstitusi ada tiga yaitu :

1. Nilai yang bersifat normatif : yaitu apabila konstitusi diterima, diakui,


dan dipatuhi sebagaimana mestiya (sollen), baik oleh p emerintah
maupun rakyat (yang berperan sebagai subjek hukum).
2. Nilai yang bersifat nominal : yaitu apabila konstitusi tidak dijadikan
sebagai sumber hukum atau pedoman, baik sebagian atau seluruhnya
dalam proses penyelengggaraan negara.
3. Nilai yang bersifat semantik : yaitu apabila konstitusi hanya dijadikan
sebagai alat pembenaran atas segala kebijakan/tindakan penguasa,
tanpa dipraktikkan secara sungguh sungguh.
D. Sifat Konstitusi

Mengenai sifat konstitusi ada empat yaitu :

1. Fleksibel/Luwes : yaitu apabila dapat diubah dan proses perubahannya


mudah,
2. Tertulis : yaitu apabila ditulis dalam satu atau beberapa naskah
(terdokumentasi),
3. Tidak Tertulis : tidak dirumuskan dalam satu atau beberapa naskah,
tetapi melalui konvensi konvensi atau undang undang biasa
(terdokumentasi),
4. Rigid/Kaku : yaitu apabila proses/syarat syarat perubahannya rumit
dan tidak mudah.

E. Fungsi dan Tujuan Konstitusi

Beberapa fungsi konstitusi ialah antara lain, sebagai sumber hukum, sebagai
penentu, pembagi, dan pembatas kekuasaan organ negara, sebagai
pemberi/penyalur/pengalih kewenangan organ negara, sebagai pengatur
hubungan antara organ negara, sebagai pengatur hubungan antara organ
negara dan warga negara, dan sebagai symbol of unity, social control, social
engineering, dan sebagai identity of nation.

Adapun tujuan konstitusi antara lain, bertujuan untuk menetapkan


pelaksaan kekuasaan yang berdaulat atau menjadi pedoman penyelenggaraan
negara, bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang wenang pemerintah,
dan bertujuan untuk menjamin hak hak rakyat.

F. Materi Muatan Konstitusi Secara Umum

Materi muatan konstitusi secara umum meliputi pembentukan, pembagian


dan pemisahan kekuasaan, pemilihan umum, hak dan kewajiban warga
negara termasuk hak asasi manusia, kewenangan cabang cabang kekuasaan
yang meliputi legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga independen,
hubungan anatara pemerintah pusat dan daerah, dan perubahan konstitusi.

Adapun menegani perubahan konstitusi, menurt Jimmy Asshiddiqie


perubahan konstitusi yang digolongkan konstitusi fleksi bel cukup dilakukan
dengan the ordinary legislative proces. Sementara untuk konstitusi yang
tergolong rigid atau kaku, prosedurnya dilakukan dengan cara :

1. Oleh lembaga legislatif tetapi dilakukan dengan pembatsan


pembatasan tertentu,
2. Oleh rakyat secara lan gsung, praktik ini biasanya dilakukan melalui
refrendum,
3. Oleh utusan negara negara bagian, praktik ini biasanya dilakukan oleh
negara yang berbentuk megara federal, dan
4. Oleh praktik kebiasaan ketatanegaraan (convention) atau oleh suatu
lembaga negara yang khusus dibentuk hanya keperluan perubahan.

PEMBAHASAAN VI

A. Fungsi Fungsi Kekuasaan

George Marshall membagi ciri ciri pemisahan kekuasaan yaitu :

1. Differentation : Perbedaan secara tegas antara fungsi legislatif,


eksekutif, dan yudikatif,
2. Legal incompatibility of office holding : tidak boleh ada rangkap
jabatan antara pejabat legislatif, yudikatif, dan eksekutif,
3. Isolation, immunity, indepence : Setiap organ tidak boleh saling
mencampuri urusan organ lain untuk menjamin independensi masing
masing organ,
4. Checks and balances : Saling mengimbangi dan saling mengendalikan
antar cabang kekuasaan, dan
5. Cordinate status and lack of accountability : Kekuasaan lembaga/organ
negara sederajat, hubungan yang terjalin bukan hubungan yang
bersifat subordinatif antara satu dengan yang lainnya.

Pembatasan/pemisahan mengenai fungsi fungsi kekuasaan yang paling


populer adalah teori Charles De Secondat Baron De Labriede Et De
Montesquieu, yaitu teori Trias Politicanya. Adapun Trias Politica yaitu
Fungsi Legislatif, Fungsi Eksekutif, dan Fungsi Yudikatif.

B. Kekuasaan Legislatif

Fungsi Legislasi atau pengaturan ialah salah satu fungsi utama dari cabang
kekuasaan legislatif, yang berwenang merumuskan/membentuk peraturan
yang bersifat mengikat dan membatasi. Dan empat bent uk kegiatan legislasi
ialah antara lain Prakarsa pembuatan undang undang, pembahasan
rancangan undang undang, persetujuan atas pengesahan rancangan undang
undang dan pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian
atau persetujuan internas ional dan dokumen dokumen hukum yang mengikat
lainnya.

Legislatif/parlemen memiliki fungsi untuk mengawasi proses perumusan dan


penentuan kebijakan pemerintahan. Secara teoritik fungsi pengawasan
antara lain :

1. Pengawasan terhadap penentuan kebijakan,


2. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
3. Pengawasan terhadap penganggaran dan belanja negara,
4. Pengawasan terhadap pelaksanaan penganggaran negara dan belanja
negara,
5. Pengawasan terhadap kinerja pemerintahan, dan
6. Pengawasan terhadap pengangkatan jabatan publ ik.

Legislatif memiliki fungsi dalam penentuan dan pelaksanaan anggaran


negara. Lembaga negara di Indonesia yang termasuk sebagai lembaga
Legislatif adalah MPR, DPR, dan DPD.

C. Kekuasaan Eksekutif

Eksekutif merupakan cabang yang memegang kewenangan administrasi


negara. Didunia, ada tiga bentuk sistem pemerintahan yaitu :

1. Sistem Presidentil : sistem ini memiliki beberapa ciri ciri yaitu kepala
negara tidak terpisah dengan jabatan kepala pemerintahan, kepada
negara tidak bertanggung jawab kepada parlem en, melainkan langsung
bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya, presiden tidak
berwenang membubarkan parlemen, kabinet sepenuhnya bertanggung
jawab kepada presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
negara atau sebagai administrator yang terti nggi.
2. Sistem Parlementer : Sistem ini memiliki beberapa ciri yaitu sistem
kepemimpinannya terbagi dalam jabatan kepala negara dan kepala
pemerintahan sebagai dua jabatan yang terpisah, jika sistem
pemerintahannya ditentukan harus bertanggung jawab kepada
parlemen, kabinet dapat dibubarkan apabila tidak mendapat dukungan
dari parlemen, dan sebaliknya parlemen juga dapat dibubarkan oleh
pemerintah.
3. Sistem Campuran : Sistem ini adalah sitem pemerintahan dimana
terdapat ciri ciri sistem presidnetil dan juga ci ri ciri sistem
parlementer yang diterapkan secara bersamaan dalam suatu sistem
pemerintahan. Jika sistem didominasi oleh sistem presidentil maka
disebut sebagai quasi presidentil, sebaliknya jika sistem didominasi
oleh sistem parlementer maka disebut denga n quasi parlementer.

D. Kekuasaan Yudikatif

Pada negara negara modern, kekuasaan yudikatif memiliki peran yang


strategis dan penting juga dengan posisinya selalu bersifat mandiri. Dan
tradisi ini tidak hanya dapat ditemui pada negara negara mazhab civil law,
tetapi juga pada negara negara penganut mazhab common law baik yang
menggunakan sistem presidensil maupun parlementer. Pemisahan terhadap
kekuasaan kehakiman dilakukan untuk menjaga indepnesi peradilan.

The Bangalore Principles, dapat kita temui disana en am prinsip penting


dalam kehakiman, yaitu indepence, impartiality, integrity, propriety,
equality, dan competence and diligence.
Di Indonesia, fungsi kehakiman dijalankan oleh Mahkamah Konstitusi dan
Mahkamah Agung dengan seluruh perangkatnya yang meliputi Pengadilan
Negeri, Pengadilan Agama, PTUN, dan Militer dan beberapa pengadilan
khusus seperti pengadilan anak, pengadilan tipikor , prngadilan pajak, dll.

Anda mungkin juga menyukai