Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG

HERNIA

DISUSUN OLEH:

RADA SRIMUTIA, S.Kep

2130282082

DOSEN PEMBIMBING CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TP. 2020/2021
A. DEFINISI HERNIA

Hernia adalah produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi
perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia
(Nuruzzaman,2019).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan
abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan
keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut
seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup (Zahro, 2019).
Hernia adalah penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan
letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia
diafragma, inguinal, umbilikalis, fermonalis (Dwi, 2018).
Jadi hernia adalah merupakan suatu benjolan atau penonjolan isi perut dari rongga
normal melalui lubang kongenital atau penonjolan usus melalui lubang abdomen atau
lemahnya area dinding abdomen.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
a. Usus Halus
Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari
sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum) 1-2 m, dan
usus penyerapan (ileum) 2-4 m (Brunner & Suddarth, 2010).

Gambar: Anatomi Usus Halus

b. Usus Besar
Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya
1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum.
Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi
colon ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian
akhir dari usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal
pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus. (Brunner & Suddarth,
2010).

Gambar: Usus besar


2. Fisiologi
Fungsi usus halus adalah :
a. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi
mukus guna melindungi mukosa usus.
b. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase,
maltase, lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk
monosakarida yaitu peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase
yang mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.
c. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan
enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric
juice
d. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk
kedalam duodenum.
e. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus kedalam kapiler darah
dan lacteal dari villi.
f. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan mencampur
disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme
kontak dengan villi untuk diabsorpsi (Brunner & Suddarth, 2010).

Fungsi utama usus besar adalah :

a. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltic akan menggerakkan


zat sisa menuju kebagian distal.
b. Sekresi. Pada umumnya memproduksi mukus yang melindungi mukosaakan tidak
mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan bergerak dengan
lancar kearah pelepasan dan menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh
bakteri.
c. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan mengabsorpsi
90% air dan garam dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mensintesa vitamin. Bakteri pada usus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin,
riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.
e. Membentuk feses. Feses terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat.Massa padat
termasuk sisa makanan dan sel yang mati.Pigmen empedu memberikan warna
pada feses. Dan menstimulasi gerakan isi usus kearah pelepasan.
f. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar. Pada saat
feses dan gas berada dalam rektum, tekanan dalam rektum meningkat,
menyebabkan terjadinya reflex defekasi.

Bagian-bagian hernia

a. Kantong hernia Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak


semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia adipose, hernia
intertitialis.
b. Isi hernia Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus,ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum). 14
c. Pintu hernia Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.
d. Leher hernia Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
e. Locus minoris resistance (LMR).
C. ETIOLOGI
Menurut Zahro (2019), herniadapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak
pada laki-laki. Penyebab utama terjadinya hernia adalah :
1) Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen.
2) Adanya peningkatan tekanan intra abdomen
Kelemahan otot yang dibawa, sejak lahir (congenital) merupakan salah satu
faktor utama yang menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan
tekanan intra abdomen. Kelemahan otot memang tidak dapat dicegah, tetapi
lunation yang rutin dapat meningkatkan kekuatan otot yang lemah.
3) Congenital faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
Kegemukan, angkat berat karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.

D. MENIFESTASI KLINIS
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis
yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan
simetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan
atau keadaan simetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari
telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar (Subarjo, 2017). Tanda dan gejala menurut Adi dan Wulandari
(2017) antara lain :
1) Tampak benjolan dilipatan paha
2) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai
perasaan mual.
3) Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas
4) Hernia femolaris kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah), benjolan dibawah sela paha.
5) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak nafas.

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia karena adanya kelemahan dinding otot
dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen, kegemukan, dan
mengangkat beban yang terlalu berat sehingga terjadi peningkatan tekanan
intra abdomen. Tekanan intraabdominal meningkat yang menyebabkan isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali dan terjadilah penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia
menjadi sempit dan menimbulkan perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan
yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana
hingga perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local,
peritonitis (Zahro, 2019).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan
pembedahan. Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini
karena kehilangan darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui
paru-paru dan kulit. lnsisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh
tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia, staris
cairan tubuh). Luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi
organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi, Rasa nyeri
timbul pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan, manipulasi
jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi/stimulasi ujung saraf
oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasi atau karena ischemi jaringan
akihat gangguan suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan,
spasme otot atau hematoma. Sehingga terjadi masalah nyeri akut dan resiko
infeksi (Adi & Wulandari, 2017).
Prosedur bedah akan mengakibatkan terjadinya luka insisi yang
biasanya dapat menimbulkan kerusakan integritas kulit yang dapat membuat
tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi. Setelah
dilakukan pembedahan klien akan mengalami kerusakan spasme otot akibat
terputusnya jaringan saraf dan dapat mengakibatkan kelemahan pada alat
gerak serta menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan fisik pada
ekstremitas sehingga timbullah masalah keperawatan hambatan mobilitas
fisik (Nuari, 2015).
F. KOMPLIKASI
Menurut Zahro (2019), komplikasi yang sering terjadi pada Hernia
adalah sebagai berikut :
1) Hernia berulang
2) Hematoma
3) Retensi urin
4) Infeksi pada luka
5) Nyeri kronis atau akut
6) Pembengkakan testis karena atrofi testis
7) Rekurensi hernia (sekitar 2%)
G. PATHWAY

Sumber : (Soeparman, dkk. 2001).

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Amin dan Kusurna (2015) penatalaksanaan yang diberikan
pada Hernia adalah sebagai berikut :
1. Secara konservatif (non operatif)
a. Reposisi hernia
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tapi pasti.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar Hernia, yang menyebabkan pintu Hernia mengalami
sklerosis atau penyempitan sehingga isi Hernia keluar dari kavum
peritoneum.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang Hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.
2. Secara operatif
a. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher Hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus Intra
abominalis dan musculus tranversus abdominal yang beresiko di
tuberculum pubicum.
c. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong Hernia serta mengembalikan isi
Hernia ke kavum abdominalis.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen Spinal
2. Elektromiograf
3. Venogram epidural
4. Scan CT
5. MRI
6. Mielogram
7. Kolaborative Care
I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Anamnes
a. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
diagnosa medis, tanggal masuk RS, dan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : alasan seorang klien tersebut datang ke RS, apa yang dirasakan
klien saat pertama kali masuk RS. Seperti terdapatnya benjolan pada area
abdomen
b. Riwayat Kesehatan saat ini
Tanda dan gejala yang diraskan klien saat dilakukan pengkajian, seperti Pada
umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di daerah
lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar
waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa
nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti
mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam
melengkapi pengkajian.
1. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat?
2. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien,
apakah rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk?
3. Region: di mana rasa yang dirasakan?
4. Severity of Pain: seberapa skala nyeri klien yang dirasakan?
5. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan
atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang
timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama
timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Berisikan tentang penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit
saat ini atau penyakit yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit yang diderita
oleh pasien saat ini, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain, dan penyakit
lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
predisposisi di dalam rumahatau penyakit keturunan yang berhubungan dengan
penyakit klien, apakah ada salah seorang kelurga klien yang mengalami penyakit
menular.
e. Data kegiatan sehari-hari
1. Pola nutrisi dan cairan
Berisikan tentang mengkaji bagaimana asupan makanan dan cairan pasien
pada saat di rumah dan di RS
2. Pola eliminasi
Berisikan tentang mengkaji pola BAB/BAK klien pada saat di rumah dan di
RS
3. Pola tidur dan istirahat
Berisikan tentang mengkaji waktu dan kenyamanan tidur klien saat dirumah
dan di RS
f. Pola aktivitas dan latihan
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan matras/papan yanag keras saat
tidur. Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena. Gangguan dalam berjalan
g. Data lingkungan
Mengkaji tentang bagaimana kebersihan lingkunga yang ada di sekitar rumah
pasien.
h. Data spikososial
Mengkaji bagaimana pola pikir klien dalam menghadapi permasalahan
i. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien
Keadaan umum pada klien dengan Hernia dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di
nilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis,
apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
2. Tanda-tanda vital pasien
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan Hernia biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti hipertensi
3. Pemeriksaan fisik (head toe to)
a. Inspeksi
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah
berbaring.
 Hernia inguinal
Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang
berjalan dari lateral ke medial, tonjolan
berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral,
berbentuk bulat.
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum
yang merupakan tojolan lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
 Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
 Hernia umbilical : benjolan diumbilikal.
 Hernia perineum : benjolan di perineum.
b. Palpasi
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis
medialis.
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral
titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau
hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan
kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis
medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral
tuberkulum pubikum.
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan herniastrangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
j. Analisa Data
Didapatkan dari hasil pengkajian data objektif dan subjectif pada saat
melakukan pengkajian pada pasien melalui keluhan yag dirasakan pasien gunanya
untuk merumuskan diagnnosa keperawatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
meringis, gelisah.
2. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen ditandai dengan peristaltic
usus menurun, distensi abdomen.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan mis; kondisi fisik
ditandai dengan mengeluh sulit tidur
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan O:


dengan agen pencedera tindakan keperawatan
- Identifikasi lokasi,
fisik ditandai dengan selama 2x24 jam
karakteristik, durasi,
pasien meringis, diharapkan tingkat nyeri
frekuensi, kualitas,
gelisah. menurun dengan kriteria
intensitas nyeri
hasil didapatkan:
- Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
- Meringis - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
- Gelisah menurun memperingan nyeri
- Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang nyeri
- Frekuensi nadi - Monitor efek samping
membaik penggunaan analgetik
- Tekanan darah T:
membaik
- Berikan teknik non
- Nafsu makan
faramkologis untuk
membaik
mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
E:

- Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
K:

- Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen konstipasi
dengan kelemahan otot tindakan keperawatan O
abdomen ditandai selama 2x24 jam - Periksa tanda dan gejala
dengan peristaltic usus diharapkan eliminasi konstipasi
menurun, distensi fekal membaik dengan - Periksa pergerakan usus,
abdomen. kriteria hasil didapatkan: karakteristik feses
- Identifikasi factor resiko
- Distensi abdomen
konstipasi
menurun
- Monitor tanda dan gejala
- Nyeri abdomen
rupture usus / periotunitis
menurun
T
Peristaltic usus membaik
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen, jika
perlu
- Lakukan evakuasi feses secara
manualberikan irigasi mjika
perlu
E
- Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
K
- Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan /
peningkatan frekuensi usus
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan tidur


berhubungan dengan tindakan keperawatan O
hambatan lingkungan selama 2x24 jam - Identifikasi pola aktivitas dan
mis; kondisi fisik diharapkan dengan tidur
ditandai dengan kriteria hasil didapatkan: - Identifikasi factor pengganggu
mengeluh sulit tidur tidur (fisik)
- Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
T
- Modifikasi lingkungan
- Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat penunjang siklus tidur
E
- Jelaskan pentingnya tidur
selama sakit
- Ajarkan factor2 yang
berkontibusi terhadap
gangguan pola tidurajarkan
relaksasi nonfarmakologi.
K
Kolaborasi pemberian obat tidur

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan atau intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai dan
ditujukan padaperawat untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam: 2016)..
E. EVALUASI
Evaluasi Adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal. Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan
dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Nursalam: 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Lemone, Priscilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. Lusianah
Dr. Tan Suhardi. (2014). Laporan Kasus Departemen Bedah. Kepanitraan Klinik.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Definisi dan Indikator
Diagnosis. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Nursalam. 2016. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
Brunner & Suddarth. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta.
Zahro, Asy Syifa Izzatuz. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op Hernia
Inguinal Lateralis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang
Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Tugas Akhir (D3), Universitas
Muhammadiyah Ponorogo

Anda mungkin juga menyukai