Anda di halaman 1dari 33

RESUME DASAR LOGIKA

DAN PENELITIAN ILMIAH

Manusia, Ilmu Dan Kebenaran

Disusun Oleh :

NAMA : EGA WIJANARTA


NIM : 200203005
PRODI : PBKI

DOSEN PEMBIMBING
AGUNG SATRIA WIJAYA, S,Pd, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN 2022
Manusia, Ilmu Dan Kebenaran

A. Manusia mahluk sempurna namun terbatas


Manusia pada prinsipnya tidak dapat menciptakan dari yang “tidak
ada”menjadi “ada” tetapi dapat menciptakan kreasi baru berdasarkan yang
diciptakanNYA. Manusia dengan kemampuan berpikirnya, dapat menyelidiki
dan mendaratkan manusia di bulan, dan menyelidiki planet planet yang belum
terjangkau dalam pikiran manusia di masa lalu. Tapi manusia tidak mampu
menciptakan bulan ataupun yupiter. Mereka juga adapat memikirkan tentang
sebab sebab terjadinya suatu penyakit dan bagaimana penyembuhannya. Baik
dengan ramuan tumbuh tumbuhan yang bersifat alami maupun melalui proses
kimiawi, namun manusia tidak mampu menciptakan atau menghidupkan
kembali tumbuh tumbuhan yang telah mati karna digunakannya. Tanpa seizing
tuhan maha pencipta dan maha penentu dunia yang fana ini.
Keterbatasan manusia itu bersumber dari keterbatasannya sebagai
mahluk yang di ciptakan Tuhan, sejak saat diciptakan oleh maha pencipta. Di
samping itu keterbatasan dalam pengembangan potensi diri yang telah mereka
miliki serta keterbatasan dalam pemanfaatan apa yang telah mereka miliki
dalam berpikir dan menalar akan membawa akibat dalam kekurang
sempurnaan diri masing masing. Manusia dengan kerja yang sistematis ,
kreatif, dan logis akan dapat mengungkapkan memecahkan dan menemukan
sesuatu sesuai dengan keterbatasan yang diberikan kepadanya.

B. Manusia mencari kebenaran (keilmuan)


Tiada yang langgeng dalam kehidupan termasuk di dalamnya kebenaran
sebagai hasil manusia dalam memecahkan masalah atau dalam menemukan
sesuatu yang baru. Kebenaran ilmuan bukanlah sesuatu yang selesai untuk
selama-lamanya. Fisher (1975: 48)  menyatakan, bahwa kebenaran adalah “the
body of real things, event and facts, argument with facts and a judgement,
preposition or idea that is true or acceptance as true”. Oleh karena itu
kebenran ilmu bersifat relative. Kebenaran dapat berupa sesuatu, kejadian, dan
faktaa, argumentasi fakta, pertimbangan, preposisi, atau ide yang benar atau
diterimah sebagai sesuatu yang benar. Kebenaran dalam ilmu dibatasi fakta-
fakta alam yang dapat diobservasi baik dengan menggunakan panca indra
maupan dengan memanfaatkan alat bantu teknologi serta kemampuan
manusia/pengamatan itu sendiri.
Alam dan lingkungan selalu berubah. Cepat atau lambat manusia bagian
dari lam tidaklah dapat di pisahkan diri dari segala gejalah y6ang terjadi pada
masyarakat. Manusia tidak mungkin mengisolasi diri, karena manusia
mempunyai akal yang merupakan kelebihannya dari makhluk lain. Manusia
dapat menantang, menyesuaikan diri, atau menguasai lingkungan selagi dalam
batas kemampuannya. Untuk itu manusia harus proaktif: berfikir kreatif, logis,
kritis, dan analitis; serta melakukan interaksi positif dengan lingkungan dan
menyelidiki bagaimana kejadian fenomena alam tersebut. Secara umum
fenomena alam dapat didekati mela;ui tiga cara: (1) pengalaman (experience);
(2) penalaran (reasoning); (3) penelitian (research).

C. Hakekat Ilmu
Menurut Jujun Suriasumantri d alam Sri Soeprapto, 2003: 90, bahwa
pengetahuan termasuk dalam hal itu ilmu, seni atau pengetahuan pada
dasarnya memiliki tiga landasan pengembang, yaitu ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Ontologis membahas tentang apa yang
ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian
mengenai teori tentang ada. Epistemologis membahas secara mendalam
segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
Aksiologis membahas tentang manfaat pengetahuan yang diperoleh manusia
dari pengetahuan yang diperolehnya. Dengan ilmu, manusia senantiasa:
1. mencari tahu dan menelaah bagaimana cara hidup yang lebih baik dari
sebelumnya
2. menemukan sesuatu untuk menjaw ab setiap keingintahuannya
3. menggunakan penemuan penemuan untuk membantu dalam menjalani
aktivitas sehari hari.
4. Manusia pun menjadi lebih aktif mengfungsikan akal untuk senantiasa
mengembangkan ilmu yang diperoleh dan yang dipelajarinya.

D. Cara berpikir keilmuan


1. Cara berpikir induktif
ini dimulai denga teori, dan diakhiri dengan fenomena atau hal khusu.
Ini berarti bahwa dalam berpikir deduktif seseorang /pemikir bertolak dari
pernyataan yang bersifat deduksi disebut silogisme disusun dari dua
pernyataan atau proposisi, yaitu pernyataan yang menerima atau menolak
suatu hal.
2. Cara berpikir induksi
Cara berpikir induksi ini dimulai dengan pernyataan yang bersifat
khusus. Karena itu dalam berpikir induksi ini dimulaqi dengan penalaran
yang mempunyai ciri khas yang terbatas ruang lingkupnya dan kemudian
ditarik suatu kongklusi yang bersifat umum. Dalam logika deduksi, konklusi
yang disimpulkan adalah benar apabila kedua premis sebelumnya benar dan
cara penarikan kesimpulan juga benar, tetapi tidak demikina dalam logika
induksi.
3. Cara berpikir keilmuwan
Cara berpikir keilmuwan mencoba menggabungkan kedua cara
berpikir tersebut, yaitu deduksi-induksi yang merupakan satu kesatuan
dalam mencari atau menemukan kebenaran, sebab cara berpikir deduksi
akan membawa para pemikir cenderung untuk membenarkan cara sendiri,
sedangkan cara berpikir induksi juga tidak sampai kepada kebenaran kalau
fakta yang ada tidak diberi arti oleh pencari ilmu.  Cara berpikir keilmuwan
merupakan cara berpikir induksi-deduksi atau dengan deduksi-induksi .
kebenran yang telah ada secara relative akan ditinjau kem,bali untuk
selanjutnya diuji secara empiris, menurut langkah-langkah dalam metode
ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Burhan, metodologi penelitian social dan ekonomi jakarta : kencana

www.google.com/search?/manusia.dan.ilmu
RESUME DASAR LOGIKA

DAN PENELITIAN ILMIAH

Hakekat Penelitian, Ciri Dan Fungsinya

Disusun Oleh :

NAMA : EGA WIJANARTA


NIM : 200203005
PRODI : PBKI

DOSEN PEMBIMBING
AGUNG SATRIA WIJAYA, S,Pd, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN 2022
Hakekat Penelitian, Ciri Dan Fungsinya

A. Pengertian Penelitian
Peneltian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh
kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah.
Menurut Yoseph (1979) penelitian adalah art and science guna mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan karena seni dan ilmiah maka penelitian akan
memberikan ruang-ruang yang akan mengakomudasi adanya perbedaan tentang
apa yang dimaksud dengan penelitian.
Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut :
1. David H Penny. Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai
jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran
fakta-fakta.
1.      J. Suprapto. Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan
yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar,
hati-hati, serta sistematis.
2.      Sutrisno Hadi. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
3.      Mohammad Ali. Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui
penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan
masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh
pemecahannya.
4.      The New Horison Ladder Dictionary. Pengertian research ialah a careful study to
discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan
secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar. Secara etimologi,
penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali, dan search
berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah usaha seseorang yang
dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya
observasi secara sistematis, dikontrol dan mendasarkan pada teori yang ada dan
diperkuat dengan gejala yang ada.
B. Ciri-Ciri Penelitian
Suatu penelitian tentunya memiliki sebuah ciri, antaralain :
1. Bersifat ilmiah, artinya sebuah penelitian harus mengikuti prosedur serta
selalu menggunakan bukti yang meyakinkan dalam bentuk fakta yang
diperoleh secara objektif.
2. Penelitian, proses yang berjalan dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan karena hasil dari penelitian bisa selalu disempurnakan.
3. Konstribusi, penelitian harus memiliki konstribus (nilai tambah) sehingga
ada hal baru yang bisa ditambahkan dalam sebuah penelitian.
4. Analitis, artinya penelitian yang dikerjakan harus dibuktikan dan diuraikan
dengan menggunakan metode ilmiah dan harus ada sebab akibat diantara
variabelnya.

C. Fungsi Penelitian
Fungsi dari suatu penelitian adalah:
1.  Sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik berupa temuan baru,
pengembangan ilmu atau teori yang ada maupun koreksi terhadap ilmu atau teori
yang telah usang.
2.  Sebagai cara untuk pengembangan teknologi
3.  Sebagai penyumbang informasi bagi pengambilan kebijakan dan perencaanaan
program pembangunan
4.   Sebagai alat pemecahan masalah praktis di lapangan
5.      Menemukan sesuatu yang baru
Walaupun banyak cara untuk menemukan informasi atau karya baru dalam dunia
pengetahuan penemuan yang dilakukan melalui sesuatu kegiatan penelitian adalah
hasil yang andal dan mendapat pengakuan dari kalangan ilmuan
6.  Menemukan permasalahan penelitian.
Untuk mengenal dan memilih penelitian permasalahan diperlukan kejelian dan
penggunaan kriteria yang baik dari para peneliti.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Moh. Kasiram, 2008, Metodologi Penelitian, Malang: UIN-Malang Press


Sukardi, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara
Sukmadinata Syaodih Nana, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
RESUME DASAR LOGIKA

DAN PENELITIAN ILMIAH

Persyaratan Penelitian

Disusun Oleh :

NAMA : EGA WIJANARTA


NIM : 200203005
PRODI : PBKI

DOSEN PEMBIMBING
AGUNG SATRIA WIJAYA, S,Pd, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN 2022
Persyaratan Penelitian

A. Persyaratan penelitian
Penelitian memiliki tiga syarat penting, yakni: Sistematis Penelitian
dilaksanakan dan disusun dengan menggunakan pola, mulai dari yang paling
sederhana hingga yang paling kompleks. Terencana Penelitian dilaksanakan
dengan pertimbangan dan rencana yang matang. Hal ini termasuk penggunaan
metode penelitian yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Menerapkan konsep
ilmiah Penelitian dilaksanakan dari awal hingga akhir dengan menerapkan
konsep ilmiah sesuai dengan bidang ilmu pengetahuannya.
Adapun untuk jenis penelitian jikalau dilihat pada tujuannya terbagi atas
beragam bentuk. Antara lain;
1. Eksplorasi
Seperti namanya, penelitian eksplorasi bertujuan untuk mengeksplorasi
sekelompok pertanyaan. Riset ini dilakukan untuk menangani permasalahan
baru yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya. Proses eksplorasi ini
meletakkan dasar untuk penelitian dan pengumpulan data yang lebih
konklusif.
2. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berfokus pada perluasan
pengetahuan tentang isu-isu terkini melalui teknik pengumpulan data.
Tujuan utama dilakukannya penelitian deskriptif ialah untuk
mendeskripsikan, menjelaskan, dan memvalidasi suatu temuan baru.
Contoh Penelitian Deskriptif
Misalnya, sebuah studi yang dilakukan untuk mengetahui apakah pimpinan
manajemen tingkat atas di abad ke-21 memiliki hak moral untuk menerima
sejumlah besar uang dari laba perusahaan.
3. Eksplanatori
Penelitian eksplanatori yang dikenal pula dengan penelitian kausal
hakekatnya dilakukan untuk memahami dampak dari perubahan tertentu
dalam prosedur standar yang ada. Melakukan eksperimen adalah bentuk
penelitian eksplanatori yang paling populer.

B. Proses Pelaksanaan Penelitian Ilmiah


Penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang menerapkan prinsip
metode ilmiah. Langkah-langkah yang harus dilakukan selama melakukan
penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2. melakukan studi pendahuluan
3. merumuskan hipotesis
4. mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel
5. menentukan rancangan dan desain penelitian
6. menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian
7. menentukan subjek penelitian
8. melaksanakan penelitian
9. melakukan analisis data
10. merumuskan hasil penelitian dan pembahasan
11. menyusun laporan penelitian dan melakukan desiminasi.

C. Klasifikasi Penelitian
1. berdasarkan Bidang Ilmu yang Dikaji
Penelitian berdasarkan bidang ilmu secara umum terbagi menjadi dua,
yaitu penelitian kemasayarakatan (kebijakan) dan penelitin kealaman.
Penelitian kemasyarakatan adalah penelitian yang dilakukan dengan
menganalisis gejala-gejala sosial atau aspek-aspek kehidupan
bermasyarakat (seperti masalah pendidikan, kehidupan gotong royong,
sejarah sosial, interaksi sosial, konflik dan integrasi) untuk mengumpulkan
informasi secara komprehensif dan diperuntukan sebagai perumusan
kebijakan. Penelitian ini harus dapat memaksimalkan data agar dapat
memetakan permasalahan dengan seksama dengan menyusun alternative
kebijakan.
Sebaliknya, penelitian kealaman adalah penelitian yang obyeknya berupa
gejala gejala alam, yaitu berkenaan dengan gejala-gejala diluar tindakan
kemanusiaan, misalnya dibidang oceanografi (kelautan), disika, kimia,
geologi dan biologi
2. Klasifikasi Penelitian berdasarkan Sifat Masalahnya
a. Penelitian Historis
Adalah penelitian yang ditujukan untuk merekontruksi peristiwa-
peristiwa masa lalu secara sistematis dan obyektif, melalui
pengumpulan dan evaluasi dari berbagai sumber, sehingga dapat
ditetapkan sebagai fakta untuk membuat suatu kesimpulan yang
sifatnya masih tetap hipotesa. Contoh: penelitian tentang kerajaan
Mataram Kuno di Jawa Tengah. [6]
b. Penelitian Deskriptif
Adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing-
masing variabel, baik satu variabel atai lebih yang sifatnya independen
(terikat) tanpa membuat hubungan maupun perbandingan dengan
variabel lain. Variabel tersebut dapat menggaambarkan secara
sistematik dan akurat mengenai bidang tertentu. Contoh: analisis
perkembangan jumlah penduduk di wilayah Gunung Kidul Yogyakarta.
c. Penelitian Komparatif
Adalah penelitian yang bersifat membandingkan satu variabel dengan
variabel yang lain atau dengan variabel yang standar. Contoh: analisis
perbedaan jumlah motor yang ada di desa dan di kota.
d. Penelitian Eksperimen
Adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu
terhadap variabel yang lain yan kemunculannya itu dipicu oleh keadaan
yang terkontrol ketat dengan tujuannya untuk mencari hubungan sebab
antara kedua variabel tersebut. Contoh: penelitian dampak musik klasik
terhadap prestasi belajar siswa.
RESUME DASAR LOGIKA

DAN PENELITIAN ILMIAH

Masalah Penelitian

Disusun Oleh :

NAMA : EGA WIJANARTA


NIM : 200203005
PRODI : PBKI

DOSEN PEMBIMBING
AGUNG SATRIA WIJAYA, S,Pd, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN 2020
Masalah Penelitian

A. Pengertian Masalah Penelitian


Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa penelitian dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang dimulai dengan adanya penyimpangan. Stonner
(1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari
apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara
apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Menurut Suryabrata (1994 : 60) masalah merupakan kesenjangan antara
harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan
yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what
it is) (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup
kesenjangan (what can be).
John Dewey dan Kerlinger secara terpisah memberikan penjelasan
mengenai masalah berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun
seorang peneliti. Kesulitan ini menghalangi tercapai sebuah tujuan baik itu
tujuan individu maupun sebuah kelompok. Masalah dalam penelitian
diekspresikan dalam bentuk kalimat tanya bukan kalimat pernyataan. Masalah
dalam ini selanjutnya dijawab melalui penelitian.

B. Jenis-Jenis Masalah Dalam Penelitian


Masalah dalam penelitian menurut Sugiono (2019) dapat dikategorikan
berdasarkan tiga jenis
1. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan dengan variabel mandiri
baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri).
Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat perbandingan variabel yang
satu pada sampel yang lain, hanya mencari hubungan variabel yang satu
dengan variabel yang lain.
Contoh permasalahan deskriptif : Seberapa tinggi minat baca dan lama
belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia?
2. Permasalahan Komparatif
Permasalahan ini merupakan rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda. Contoh :
Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah A dan
sekolah B ? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel
sekolah A dan sekolah B).
3. Permasalahan Asosiatif
Merupakan rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan,
yaitu :
a) Hubungan simetris
b) Hubungan kausal
c) Hubungan interaktif/ resiprocal/ timbal balik

C. Sumber Masalah dalam Penelitian


Permasalahan dalam penelitian bisa saja berasal dari berbagai sumber,
bergantung dari dari banyak hal seperti kebutuhan yang mendesak saat itu,
keinginan peneliti, keterbatasan teori atau konsep dan lain-lian.
Menurut James H. MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996 : 40 – 42),
masalah dapat bersumber dari :
1. Observasi
Masalah yang muncul dari observasi merupakan jenis masalah yang
didapatkan dari pengamatan pada sebuah objek terkait dari banyak
kuantitas atau casualitas. Sebuah fenomenaakan dianggap sebuah masalah
jika hal tersebut sudah terbatas atau tidak sesuai antara keharusan dan
fakat yang ada di lapangan.

2. Dedukasi dari Teori


Banyak hasil penelitian akan menghasilkan banyak teori, dan biasanya
beberapa teori akan saling menguatkan atau salaing melemahan satu sama
lain. Kebenaran dari teori ini tidak hanya benar terhadap rasio tapi juga
harus dibuktikan secara empirs atau pada praktiknya di lapangan.

3. Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan
penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat
meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk
digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga
menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu
diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan
masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.

4. Masalah sosial
Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita
terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian.
Misalnya :
Adanya perkelahian antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi
sekolah dan warga sekitar. Penggalakan program 3 M (menguras,
mengubur, menimbun) sebagai upaya pencegahan penyakit demam
berdarah. Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk
dilakukan penelitian evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan
dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.

5. Situasi praktis
Situasi praktis yang dimaksudkan adalah masalah yang muncul setelah
sebuah program akan dilaksanakan, sedang dalam proses pelakasanaan
atau setelah selesai dilakasanakan.

6. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menimbulkan masalah yang memerlukan
jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
(Purwanto 2010:109-111).

D. Batasan masalah penelitian


Batasan masalah penelitian adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam
mendekatkan pada pokok permasalahan yang akan dibahas. Hal ini supaya
tidak terjadi kerancuan ataupun kesimpangsiuran dalam menginterpretasikan
hasil penelitian. Ruang lingkup penelitian dimaksudkan sebagai penegasan
mengenai batasan-batasan objek.
Tahapan membatasi masalah adalah sebagai berikut:
 Identifikasi dan klasifikasikan masalah yang akan dikaji 
 Menegaskan permasalahan dengan cara membuat definisi operasional
permasalahan
 Dukung permasalahan dengan data sesuai lapang secara rinci
 Deskripsikan menggunakan kalimat efektif dan menarik untuk dipahami
dengan cara mengungkapkan bagian harapan atau juga teori, kemudian
gambarkan kondisi riil saat ini.
Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Membuat Batasan Masalah:
 Terhadap masalah yang dibatasi ada baiknya agar masih dapat dijangkau
oleh kemampuan peneliti.
 Sebaiknya pada masalah yang dibatasi harus disesuaikan dengan berbagai
data yang nantinya mudah didapatkan di lapangan.
 Sebaiknya pada masalah yang dibatasi harus diteliti terlebih dahulu.
 Sebaiknya dalam menyusun masalah yang dibatasi ialah tentang suatu hal
yang dianggap mempunyai daya tarik dan disesuaikan dengan minat
peneliti.
Fungsi Batasan Masalah
Adapun fungsi dari batasan masalah adalah sebagai berikut:
1. Membantu mengidentifikasi masalah yang akan dibahas
2. Memfokuskan pada satu persoalan
3. Membatasi jangkauan proses yang akan dibahas
4. Menghasilkan sebuah permasalahan yang terselesaikan
5. Gambaran apa saja yang akan dibahas pada penelitian, percobaan atau
pemecahan masalah ini.

SUMBER BACAAN

Hadjar, I. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan.


PT RadjaGrafindo, Jakarta

Karlingger, Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Bevavioral. Yogyakarta : UGM

Stoner, James AF. 1982 Principal of Managemen II Edition. Publisher, Prentice-


Hall

Sukardi, 2009. Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya


Jakarta: Bumi Aksara
RESUME DASAR LOGIKA

DAN PENELITIAN ILMIAH

Memahami Cara Merumuskan Masalah Penelitian

Disusun Oleh :

NAMA : EGA WIJANARTA


NIM : 200203005
PRODI : PBKI

DOSEN PEMBIMBING
AGUNG SATRIA WIJAYA, S,Pd, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN 2022
Memahami Cara Merumuskan Masalah Penelitian
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Masalah merupakan kesenjangan
antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Maka rumusan masalah itu
merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Namun denikian, karena setiap rumusan masalah penelitian
harus didasarkan pada masalah. Masalah yang perlu di jawab melalui penelitian
cukupbanyak dan bervariasi, misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja
dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan, yaitu masalah kualitas,
pemerataan, relevansi, dan efisiensi pendidikan

A. Perlunya merumuskan masalah


Perumusan masalah dalam Penelitian merupakan langkah pertama dan
langkah paling penting pada proses penelitin hal ini sama saja seperti
menentukan tujuan atau destnasi ketika hendak berpergian. Rumusan masalah
berperan seperti halnya pondasi sebuah bangunan. Rumusan masalah penelitian
berperan sebagai pondasi suatu penelitian itu sendiri, jika masalah dirumuskan
dengan baik, maka seorang peneliti dapat berharap bahwa studi atau penelitian
atau penelitian yang dilakukan juga akan berlangsung dengan baik. Seperti
dikemukakan oleh Kerlinger, 1986:
Jika seseorang ingin menyelesaikan suatu masalah, orang tersebut secara
umum harus mengetahui apa permasalahan yang dimaksud. Dapat dikatakan
bahwa bagian terbesar suatu permasalahan adalah terletak pada mengetahui apa
yang hendak dicoba dislesaikan oleh seseorang. Rumusan masalah bisa jadi
mempunyai beberapa bentuk, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
kompleks. Namun apapun bentuknya, sebaiknya harus selalu memperhatikan
beberapa hal. Dengan demikian, rumuan masalah bagaikan masukan atau input
dalam penelitian, sedangkan luar atau outputnya ilmiahnya pembahasan yang
menyertainya.
Penelitian dapat dilihat sebagai proses yang mencakup dua tahap:
penemuan masalah dan pemecahan masalah. Penemuan masalah merupakan
tahap penelitian yang paling sulit dan krusial, karena masalah penelitian
mempengaruhi strategi yang akan diterapkan dalam pemecahan penelitian.
Tahap penemuan masalah penelitian meliputi:
1. Identifikasi bidang masalah,
2. Penentuan atau pemilihan pokok masalah (topik), dan
3. Perumusan atau formulasi masalah.
Einstein dan Infeld (1938): formulasi masalah penelitian sering
merupakan tahap penelitian yang jauh lebih esensial dibandingkan dengan
tahap pemecahan masalah. Isaac dan Michael (1989): formulasi masalah
penelitian dengan baik merupakan setengah dari tahap pemecahan masalah.
Masalah penelitian sering dirumuskan terlalu umum sehingga dengan pokok
permasalahan yang tidak jelas akan menyulitkan pemecahan masalah. Tahap
pemecahan masalah meliputi:
1. Penentuan konsep-konsep teoritis yang ditelaah, dan
2. Pemilihan metode pengujian data.
Semakin spesifik perumusan masalah penelitian semakin mudah untuk
dilakukan pengujian secara empiris. Mengingat pentingnya tahap penemuan
masalah penelitian, perlu pendekatan sistematis untuk merumuskan masalah
penelitian yang baik sehingga memudahkan tahap pemecahan masalah.

B. Bagaimana merumuskan masalah


Ada beberapa cara membuat rumusan masalah yang baik dan benar
untuk menulis laporan skripsi, makalan, maupun karya ilmiah. Berikut cara
membuat rumusan masalah, yaitu:
1. Buat secara Spesifik
Cara membuat rumusan masalah yang paling utama adalah membuat
rumusan secara spesifik. Dalam menulis rumusan masalah, tidak perlu
dijabarkan secara panjang lebar. Sebab justru akan menghilangkan inti yang
ingin disampaikan. Selain itu, rumusan masalah bentuknya sebuah
pertanyaan, jadi cukup ditulis secara singkat padat dan jelas.

2. Menentukan Metode Penelitian yang Sesuai


Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan
menentukan metode penelitian yang sesuai. Tentu saja Anda harus
menentukan terlebih metode penelitian yang sekiranya tepat dengan tema
yang Anda angkat. Membicarakan tentang metode penelitian, Anda bisa
memutuskan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif atau
kuantitatif.
3. Mencari Wawasan Teori-teori yang Mendukung Metode Penelitian
yang Dipilih
Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan
mencari wawasan teori-teori yang mendukung metode penelitian yang
dipilih. Menentukan metode penelitian hal yang tidak kalah penting. Jangan
sampai salah menempatkan urutan menimbulkan salah tindakan. Kesalahan
dalam bertindak akan mempengaruhi pada proses penyelesaian penelitian.
Kelebihan menentukan metode penelitian ini membantu peneliti
menentukan konsep yang pas dan cocok digunakan.
4. Kreatif Melihat Fenomena Di Sekeliling
Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan
kreatif melihat fenomena di sekeliling kita. Poin ini sebenarnya sederhana,
tetapi sulit dalam praktiknya. Kecuali bagi Anda yang terbiasa berpikir,
mungkin tidak begitu kesulitan dalam membuat rumusan masalah.
Sebenarnya rumusan masalah itu banyak sekali di sekeliling kita, jika kita
peka membidik. Umumnya, kesulitan utama dalam membuat rumusan
masalah karena terlalu jauh memikirkan berpikir. Padahal penelitian bisa
diambil dari kasus-kasus kecil dan sederhana yang sering dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Gunakan 5W + 1H
Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan
menggunakan rumusan 5W + 1H. Jika Anda mengalami kesulitan
menentukan topik atau tema penelitia, Anda bisa menerapkan 5W + 1 H.
Caranya cukup membuat pertanyaan yang menarik, sebanyak mungkin yang
Anda minati.

Contoh Rumusan Masalah Tentang Lingkungan Kesehatan

Berdasarkan latar belakang penelitian tentang lingkungan kesehatan, maka


bisa dirumuskan beberapa masalah berikut ini:
a. Apa pengertian kesehatan lingkungan? 
b. Apa syarat lingkungan dikatakan sehat? 
c. Bagaimana ruang lingkup kesehatan lingkungan? 
d. Bagaimana cara memelihara kesehatan lingkungan? 
e. Apa tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan? 

SUMBER :

Arikunto Suharsimi . 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. PT Rineka Cipta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suhardi. 2011. Bergiat dalam Penelitia Ilmiah Remaja. Flamingo.
Widi Kartiko Restu, 2010, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
RESUME DASAR LOGIKA

DAN PENELITIAN ILMIAH

Cara Menentukan Variabel Penelitian

Disusun Oleh :

NAMA : EGA WIJANARTA


NIM : 200203005
PRODI : PBKI

DOSEN PEMBIMBING
AGUNG SATRIA WIJAYA, S,Pd, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN 2022
Cara Menentukan Variabel Penelitian

A. Pengertian Variabel
     Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-
kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan
dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa
variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel
penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang diteliti.
   Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya
ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis
suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
            Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi,
dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas
serta sempitnya panelitian yang akan digunakan. Dalam ilmu-ilmu eksakta,
variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat
dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya
lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu
sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya
sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
          Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2007).

B. Jenis-jenis variabel
a. Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau
karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi,
pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain.
b. Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk
menerangkan hubungan-hubungan dengan fenomena yang diobservasi.
Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain, jadi secara
bebas berpengaruh dalam variabel lain.

(Variabel Independen) (Variabel Dependen)


Motivasi Belajar Prestasi Belajar
C. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Machfoedz (2007:29) dikutip dari statistikian.com, memaparkan bahwa
ada tiga jenis hubungan antarvariabel penelitian,yaitu, hubungan asimetris,
simetris, dan timbal balik. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Hubungan Asimetris
Hubungan asimetris antarvariabel penelitian adalah hubungan antara satu
variabel dengan beberapa variabel bebas atau dengan variabel terikat. Ada
2 jenis hubungan asimetris, yaitu sebagai berikut.
a. Hubungan variabel bivariate
Hubungan variabel bivariat adalah hubungan antar dua variabel.
Contohnya adalah “Hubungan antara Kecerdasan Intelektual dengan
Prestasi Belajar Siswa”. Kecerdasan Intelektual adalah variabel bebas
(X) dan prestasi belajar adalah variabel terikat (Y).
b. Hubungan variabel multivariat
Hubungan variabel multivariat adalah hubungan antara tiga variabel
atau lebih. Contohnya adalah “Hubungan antara Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosional, dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar”.
Variabel bebasnya adalah kecerdasan intelektual (X1), kecerdasan
emosional (X2), dan motivasi belajar (X3), sedangkan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar (Y). 

2. Hubungan Simetris
Hubungan variabel simetris adalah hubungan yang terjadi antara dua
variabel, namun variabel satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Dapat dikatakan bahwa salah satu variabel tidak
terpengaruh oleh variabel lain.
Contohnya adalah variabel tinggi badan (Y1) dan variabel berat badan
(Y2) merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
pertumbuhan (X). Kedua variabel terikat tersebut berhubungan, akan tetapi
satu variabel tidak bisa dipengaruhi oleh variabel lain.
3. Hubungan Timbal balik
Hubungan variabel timbal balik adalah hubungan yang terjadi ketika salah
satu variabel mempengaruhi variabel lainnya, dan sebaliknya. Contohnya
adalah variabel rasa percaya diri (X) mempengaruhi prestasi belajar (Y),
dan sebaliknya prestasi belajar (Y) juga mempengaruhi rasa percaya diri
(X).
4. Ilustrasi Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Ilustrasi mengenai interaksi antara variabel bebas, terikat, dan kontrol
dapat dipahami pada contoh di bawah ini. Misalnya kita meneliti
mengenai “Hubungan antara Latar Belakang Sosial Ekonomi (LBSE)
dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa Kedokteran di Surakarta”. Maka
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat digambarkan
seperti contoh berikut.

Daftar Pustaka

Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan


Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt Rinehart and
Winston, 1981.
Sogiyono. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2009.
___________. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative
Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi.  Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
_______________, Statistik, Jilid 2, 3, UGM, 1986.
RESUME DASAR LOGIKA

DAN PENELITIAN ILMIAH

memahami kutipan dan daftar rujukan/pustaka

Disusun Oleh :

NAMA : EGA WIJANARTA


NIM : 200203005
PRODI : PBKI

DOSEN PEMBIMBING
AGUNG SATRIA WIJAYA, S,Pd, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN 2022
memahami kutipan dan daftar rujukan/pustaka

A. Pengertian kutipan
Kutipan merupakan bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi,
rumusan atau hasil penelitian dari penulis lain sendiri yang telah
terdokumentasi, serta dikutip untuk dibahas dan ditelaah berkaitan dengan
materi penulisan. Atau kutipan adalah pinjaman sebuah kalimat ataupun
pendapat dari seseorang pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan
dalam buku, kamus, ensiklopedia, artiket, laporan, majalah, koran, surat
kabar atau bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan misal media
elektronika seperti TV, radio, internet, dan lain sebagainya. Tujuannya
sebagai pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan.
Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang
tidak atau belum menjadi pengetahuan umum, hasil-hasil penelitian terbaru
dan pendapat-pendapat seseorang yang tidak atau belum menjadi pendapat
umum. Jadi, pendapat pribadi tidak perlu dimasukkan sebagai kutipan.
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan
sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip
dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut.

B. Fungsi Kutipan
Fungsi kutipan diantaranya :
1. Untuk menunjang/mendukung pendapat tersebut
2. Sebagai landasan teori.
3. Penguat pendapat penulis.
4. Penjelasan suatu uraian.
5. Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.
6. Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
7. Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.
8. Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
9. Meningkatkan estetika penulisan.
10. Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan
memudahkan penyuntingan naskah yang terkait dengan data pustaka
Sedangkan fungsi utama kutipan dalam karya ilmiah adalah menegaskan
isi uraian atau membuktikan kebenaran yang diajukan oleh penulis
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari literatur, pendapat seseorang
atau pakar, bahkan pengalaman empiris. Peletakan kutipan dilakukan
dalam dua cara yakni, pada teks atau menjadi bagian catatan kaki.
Peletakan pada catatan akhir (endnote) umumnya dilakukan andaikata
penulis tidak menginginkan adanya penjelasan yang akan mengganggu
keruntutan uraian pada teks
C. Jenis-jenis kutipan
1. Kutipan Langsung
Apabila penulis mengambil pendapat orang lain secara lengkap
kata demi kata, kalimat demi kalimat, sesuai teks asli, tidak mengadakan
perubahan sama sekali. Dengan kata lain kutipan langsung adalah
pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap atau persis kata
demi kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli. Kutipan langsung
terdiri dari kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang.
Cara penulisannya sebagai berikut :
a. Kutipan langsung pendek adalah kutipan langsung yang terdiri
dari tiga baris atau kurang dari baris ketikan:
 Diketik seperti ketikan teks.
 Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“ “).
 Jarak antar baris kutipan dua spasi.
 Sesudah kutipan selesai, diberi nomor urut penunjukan
setengah spasi ke atas, atau langsung ditulis di belakang
yang dikutip dalam tandakurungditulis sumber dari mana
kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau
nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman
tempat kutipan itu diambil (Penulis, Tahun:Halaman).
b. Kutipan langsung panjang adalah kutipan langsung yang
panjangnya lebih dari empat baris (empat baris ke atas) :
 Jarak antar baris kutipan satu spasi.
 Dimulai 5-7 ketukan dari batas tepi kiri sesuai dengan
alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai
dengan alinea baru, maka baris pertama kutipandimasukkan
lagi 5-7 ketukan.
 Kutipan dipisahkan dari teks sejarak 2.5 spasi.
 Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.
 Apabila pengutip memandang perlu untuk menghilangkan
beberapa bagian kalimat,pada bagian itu diberi titik
sebanyak tiga buah.
 Di belakang kutipan diberi sumber kutipan.
 Kutipan diapit oleh tanda kutip atau tidak diapit tanda kutip.
 Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih,
maka pada bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan
titik-titik sepanjang satu baris.
 Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau
menggarisbawahi bagian yang dianggap penting, pengutip
harus memberikan keterangan. Keterangan tersebut berada
diantara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh
pengutip). Apabila penulis menganggap bahwa ada satu
kesalahan dalam kutipan, dapat dinyatakan dengan
menuliskan symbol (sic!) langsung setelah kesalahan
tersebut.
Kutipan langsung ditampilkan untuk mengemukakan konsep
atau informasi sebagai data. Titik-titik sepanjang satu baris
menandai penghilangan sebuah kalimat, titik-titik sebanyak tiga
menandai penghilangan kata, dan (sic!) menandai adanya
kesalahan dalam kalimat.

Contoh kutipan langsung:


Anderson and Clancy (1991:12) memberi pengertian biaya adalah
sebagai berikut: “Cost is an exchange price, or a sacrifice made obtain a
benefit”. Dalam pendapat tersebut Anderson dan Clancy menyatakan
bahwa biaya adalah nilai tukar atau suatu pengorbanan untuk
mendapatkan sesuatu keuntungan.
2. Kutipan Tidak Langsung
Penulis menggunakan kalimat-kalimat yang disusunnya sendiri
(hanya mengambil pokok pikiran/inti sari dari sumber yang dikutip)
untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip
menjadi ikhtisar atau intisari berdasarkan apa yang dikutipnya. Adapun
cara peraturan dalam pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis
dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa.
b. Semua kutipan harus dirujuk.
c. Kutipan di integrasikan dengan teks.
d. Kutipan tidak diapit tanda kutip.
e. Sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-
kalimat yang mengandung kutipan.
f. Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti
dengan tahun terbitan diantara tanda kurung.
g. Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara
tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan
tahun terbitan.
Contoh kutipan tidak langsung:
Anderson and Clancy (1991:12) Dalam pendapat tersebut
Anderson dan Clancy menyatakan bahwa biaya adalah nilai tukar
atau suatu pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu keuntungan
atau “Cost is an exchange price, or a sacrifice made obtain a
benefit”.
Kutipan tidak langsung terdiri dari kutipan tidak langsung pendek
dan kutipan tidak langsung panjang. Adapun cara penulisannya
adalah :
 Kutipan tidak langsung pendek adalah kutipan tidak langsung
yang terdiri dari tiga atau kurang.
 Kutipan tidak langsung panjang adalah kutipan tidak langsung
yang panjangnya lebih dari tiga baris (empat baris ke atas)
Cara menyadur kutipan tidak langsung ada dua macam :
1. Meringkas , yaitu menyajikan suatu karangan atau bagian
karangan yang panjang dalam bentuk ringkas. Meringkas
bertujuan untuk mengembangkan ekspresi penulisan ,
menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah asli dan
memperkuat pembuktian.
Contoh :
.............
Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan
mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat
penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis
(Keraf,1983:3).
.............
2. Cara ikhtisar, yaitu menyajikan suatu karangan yang panjang
dalam bentuk ringkas, bertolak dari naskah asli, tetapi tidak
mempertahankan urutan,tidak menyajikan keseluruhan isi,
langsung kepada inti bahasan yang terkait dengan masalah
yang hendak dipecahkan.
Contoh :
..............
Seperti dikatakan oleh Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada
dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan
pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau
melakukan apa yang dikatakan penulis.
...............
3. Kutipan pada catatan kaki
Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu
singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.
4. Kutipan atas ucapan lisan
Harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya(bila pembicara
seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan
langsung atau tidak langsung.
5. Kutipan dalam kutipan
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat kutipan. Dapat
dilakukan dengan dua cara: bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip,
kutipan dalam kutipan dapat mempergunakan tanda kutip tunggal atau
tanda kutip ganda. Bila kutipan asli memakai tanda kutip tunggal,
kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip ganda. Sebaliknya bila
kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan dalam kutipan
memakai tanda kutip tunggal.
6. Kutipan langsung pada materi
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hingga penghentian
terdekat (dapat berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan
sisipan penjelas siapa yang berbicara.
Contoh:
“Jelas,” kata Prof. Haryati, “kosa kata bahasa Indonesia banyak
mengambil dari kosa kata bahasa Sansekerta.”

D. Membuat daftar rujukan/pustaka

1. Pengertian Daftar Pustaka


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar
yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, peneliti, dan
sebagainya. Yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karya tulis atau
buku dan disusun berdasarkan abjad. Menurut Gorys Keraf (1997:213),
daftar pustaka/ bibliografi ialah sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang
mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan
karangan yang tengah digarap. Dan, menurut Ninik M. kuntaro
(2007:195), daftar pustaka ialah salah satu teknik notasi ilmiah yang
merupakan kumpulan sumber bacaan atau sumber referensi saat
menulis karangan ilmiah.
Melalui daftar pustaka, para pembaca dapat mengetahui sumber
dari makalah atau karya tulis yang kita buat. Mereka juga dapat
mengukur kedalaman bahasan, serta dapat memperluas pengetahuannya
dengan berbagai referensi tersebut.
2. Fungsi Daftar Pustaka
Daftar pustaka memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Untuk memberikan informasi bahwa pernyataan dalam karangan itu
bukan hasil pemikiran penulis sendiri, tapi hasil pemikiran orang lain
yang penulis.
b. Untuk memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya tulis
yang ingin meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan
ulang terhadap sumber aslinya.
c. Untuk memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis
buku atau karya tulis yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang
turut menyumbang peraran dalam penulisan karya tulis yang kita
tulis.
d. Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia
buat..
e. Untuk melihat kebenaran bahan yang dikutip. Tentu saja penyusunan
sebuah daftar pustaka harus mengedepankan asas kemudahan. Oleh
karena itu, diterbitkanlah sebuah format atau cara penulisan daftar
pustaka.

3. Unsur-unsur Daftar Pustaka


Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam penulisan daftar
pustaka, diantaranya:
a. Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap
b. Judul buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data publikasi, nama penerbit, tempat terbit, edisi buku tersebut.
Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang
bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun.
Yang sering membingungkan kita dalam menulis daftar pustaka
diantaranya adalah cara menuliskan nama pengarang. Pada daftar
pustaka, nama pengarang kita tuliskan terbalik yaitu nama belakang
terlebih dahulu di ikuti tanda koma(,) baru nama depannya. Berikut ini
tata cara membalikan nama pengarang dalam daftar pustaka:
a. Nama belakang ditulis lebih dahulu daripada nama depan, meskipun
bukan merupakan nama keluarga. Misalnya: Dewi
Rieka…………..> ditulis sebagai:  Rieka, Dewi.
b. Nama belakang yang bagian akhirnya berupa singkatan tidak
diletakkan di bagian depan pembalikan. Misalnya: Triani Retno A 
………………>  ditulis sebagai:  Retno A, Triani  dan bukan A,
Triani Retno.
c. Nama yang mencantumkan gelar tradisi, maka nama yang diletakkan
di depan dalam pembalikan adalah nama yang tercantum setelah
gelar. Misalnya: Rahman Sutan Radjo  ………………..>  ditulis
sebagai: Rajo, Rahman Sutan.
d. Nama yang mencantumkan kata bin atau binti, maka yang
dicantumkan di depan dalam penulisan daftar pustaka adalah nama
yang tercantum setelah kata bin atau binti tersebut. Misalnya: Siti
Nurhaliza binti Rustam  ……………..> ditulis sebagai: Rustam, Siti
Nurhaliza binti.
e. Nama pengarang memiliki nama majemuk. Misalnya: Hillary
Rodham-Clinton ………………………> ditulis sebagai: Rodham-
Clinton, Hillary  dan bukan Clinton, Hillary Rodham.
f. Nama keluarga berada di bagian depan nama seperti nama-nama
orang Cina, maka tidak perlu ada pembalikan nama dalam penulisan
daftar pustaka. Misalnya: Wong Kam Fu   ………..> ditulis sebagai:
Wong, Kam Fu. Kecuali jika mencantumkan nama Barat, maka asas
pembalikan nama ini tetap berlaku. Misalnya: Michelle Yeoh 
………….>  ditulis sebagai: Yeoh, Michelle
g. Penulisan nama-nama pengarang dari Eropa yang memiliki kata
depan, kata sandang, atau perpaduannya juga memiliki peraturan
tersendiri dalam penulisan daftar pustaka. Misalnya nama-nama
Italia yang nama keluarganya didahului dengan awalan, maka kata
utama ada pada awalan tersebut. Misalnya:  Leonardi
Di Caprio …………………> ditulis sebagai:  Di Caprio, Leonardo.
Akan tetapi, nama-nama Italia yang nama keluarganya berawalan d’,
de, de’, degli, dei, dan de li, maka kata utama ada nama setelah
awalan itu. Misalnya: Lorenzo d’Montana …………>  ditulis
sebagai: Montana, Lorenzo d’

SUMBER
. (2011). Makalah Bahasa Indonesia “Kutipan Dan Daftar Pustaka”.
http://aromblog.blogspot.com/2011/12/kutipan-dan-daftar-pustaka.html.
Diakses pada tanggal 18 April 2014 pukul 14.31
Hariyadani, Yogi. (2013). Daftar Pustaka.
http://yogihariyadani.blogspot.com/2013/10/daftar-pustaka.html. Diakses
pada tanggal 20 April 2014 pukul 15.05.
Indah R. (2010). Kutipan dan Daftar Pustaka.
http://girlycious09.wordpress.com/tag/jenis-kutipan/. Diakses pada tanggal
20 April pukul 15.11.
Isnain, Kharis. (2000). Laporan  Kumpulan Artikel Bahasa.
http://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/21/penulisan-daftar-pustaka/.
Diakses pada tanggal 20 April 2014 pukul 15.14.
Kangmoes. Daftar Pustaka. (2011). http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-
menarik-kreatif.ulasan/daftar-pustaka.html. Diakses pada tanggal 19 April
2014 pukul 14.39

Anda mungkin juga menyukai