Muhammad Roziqin Qamar - 1810125310062 - 5B (40) - B.Inggris
Muhammad Roziqin Qamar - 1810125310062 - 5B (40) - B.Inggris
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Rina Listia, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Kemampuan berkomunikasi
dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan
memahami dan atau menghasilkan teks lisan dan atau tulisan yang direalisasikan dalam
empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan
wacana dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran Bahasa Inggris
diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan
mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu. Pendidikan Bahasa Inggris pada jenjang pendidkan SD identik dengan
mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-anak kita di sekolah
dasar belum mengenal Bahasa Inggris, sehingga hal itu akan berdampak pada pola
pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD yang lebih bersifat pengenalan. Sehingga
diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa yang disebut “kesan pertama yang
mengesankan” yang selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi
wawasan berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut.
Bahasa Inggris sama halnya dengan Bahasa Indonesia adalah merupakan alat
komunikasi yang mengandung beberapa sifat yaitu sistemik, manasuka, ujar,
manusisawi dan komunikatif. Disebut sistemik karena bahasa merupakan sebuah sistem
terdiri dari sistem bunyi dan sistem makna. Manasuka karena antara makna dan bunyi
tidak ada hubungan logis. Disebut ujaran karena dalam bahasa yang terpenting adalah
bunyi, karena walaupun ada yang ditemukan dalam media tulisan tapi pada akhirnya
dibaca dan menimbulkan bunyi. Disebut manusiawi karena bahasa ada jika manusia ada
dan masih memerlukannya. Dalam pengenalan Bahasa Inggris untuk siswa pengguna
bahasa ibu bahasa Indonesia, kita hendaknya menganggap siswa tersebut seorang bayi
yang baru akan belajar bahasa. Kita tidak bisa memulai pengenalan belajar bahasa
dengan cara menghafalkan kata dan arti, mengenalkan tensis, dan yang lainnya seperti
kita belajar waktu di bangku SMA. Banyak sekali buku-buku pelajaran Bahasa Inggris
untuk SD yang ditulis dengan gaya seperti itu. Pola pembelajaran Bahasa Inggris dengan
tingkat pengenalan sedapat mungkin diciptakan suasana bahwa di ruangan itu adalah
ruangan yang segala bentuk tampilan berbahasa menggunakan Bahasa Inggris.1
Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari
prosesmembaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recordingmerujuk pada kata-
kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan
sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada
proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan
decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I,II dan III) yang
dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah
proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi
bahasa. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-
kelas tinggi SD. Di samping keterampilan decoding, pembaca juga harus memiliki
keterampilan memahami makna (meaning). Pemahaman makna berlangsung melalui
berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal sampai kepada pemahaman
interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa membaca
merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif.
Dari uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa hakikat membaca
adalah memahami isi bacaan, ada tahapan-tahapan kemampuan membaca yang perlu
dilaui. Dengan memahami adanya tahapan-tahapan kemampuan membaca tersebut maka
guru diharapkan dapat menyesuaikan tujuan-tujuan pembelajaran dengan tahapan
kemampuan belajar membaca tersebut.
Komponen Kegiatan Membaca Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua
bagian, yaitu proses dan produk. Proses membaca mencakup sembilan aspek untuk
menghasilkan produk. Proses Membaca yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah
kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns dkk, proses membaca terdiri atas sembilan
aspek yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi,
sikap dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh
melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. grafis (huruf atau
kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan. Kegiatan berikutnya adalah
tindakan perseptual, yaitu aktivitas mengenal suatu makna berdasarkan pengalaman
yang lalu. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti
rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman
dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Pengalaman merupakan aspek penting dalam
proses membaca. Anakanak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai
kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep
yang mereka hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki
pengalaman terbatas.
Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa tidak mungkin dapat memahami
teks. Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan
memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaram membaca (sesuai dengan
minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca. Aspek
kesembilan ialah aspek pemberian gagasan. Aspek gagasan dimulai dengan penggunaan
sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta
membangun makna teks yang dibacanya secara pribadi. Makna dibangun berdasarkan
pada teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui dalam teks. Teks tersebut
ditransformasikan oleh pembaca dari informasi yang diambil dari teks. Pembaca dengan
latar belakang pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan
menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama.
Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis
dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi
pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks.
Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh
seluruh aspek proses membaca. Pemahaman terhadap bacaan sangat bergantung pada
semua aspek yang terlibat dalam proses membaca. Di samping kemampuan yang
dituntut dalam melaksanakan kegiatan, berbagai aspek proses membaca pun harus
dipenuhi oleh pembaca. Aspek kesembilan (aspek gagasan) akan diperoleh apabila
aspek-aspek proses membaca yang lain telah bekerja secara harmonis. Agar hasil
membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan
dalam proses membaca tersebut. Oleh sebab itu, guru-guru SD memegang peranan
penting dalam membimbing para siswa agar mereka mampu menguasai kegiatan-
kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik.
d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses
membaca
f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai
tingkat kelas