Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

Perbedaan Peranan dan Karakteristik Pakan Sumber Serat


antara Limbah Pertanian dan Hijauan

Mata Kuliah: Ilmu dan Manajemen Tanaman Pakan Ternak


Dosen Pengampu: Artharini Irsyammawati, S. Pt, MP.

KELOMPOK 2
KELAS F
Disusun oleh:
1. Miftakhul Jannah 215050100111191
2. Iwan Surya Gemilang 215050100111199
3. Lutfidia Rahmania 215050100111218
4. Pramandhika Ramadhani I. S. 215050100111242
5. Agnesha Hertiana Syahri 215050100111265
6. Dea Ayu Retno Palupi 215050100111267
7. Rizqi Akbar Hidayatullah 215050101111006
8. Dini G.M. Pasaribu 215050101111029
9. Indi Rachmaning Budiarti 215050101111053
10. Asifa Meila 215050101111059
11. Hana Rayi Azzahra 215050101111114

Program Studi Peternakan


Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu dan Manajemen Tanaman Pakan
Ternak dengan judul “Perbedaan Peranan dan Karakteristik Pakan Sumber Serat
antara Limbah Pertanian dan Hijauan”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah
Ilmu dan Manajemen Tanaman Pakan Ternak, Ibu Artharini Irsyammawati, S. Pt,
MP. yang telah memberikan project kepada kami. Tak lupa kami juga turut
mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Tentunya laporan ini masih jauh dari kata sempurna, namun besar harapan
kami laporan ini dapat memenuhi kriteria penugasan serta sebagai tambahan
referensi ilmu. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan dan terima.

Malang, 17 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................


A. Limbah Pertanian ..................................................................................................
B. Hijauan ..................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................
A. Pengertian Limbah Pertanian dan Hijauan............................................................
B. Perbedaan Peranan Limbah Pertanian dan Hijauan sebagai Pakan Sumber
Serat.......................................................................................................................
C. Perbedaan Karakteristik Limbah Pertanian dan Hijauan sebagai Pakan
Sumber Serat ........................................................................................................

KESIMPULAN .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peternakan ruminansia merupakan salah satu bidang peternakan yang paling
banyak diminati dan ditekuni, mengingat dengan tingginya permintaan produksi
olahan daging maupun susu. Untuk meningkatkan kualitas akan produksi ternak,
maka dilakukan berbagai upaya agar menghasilkan ternak yang sehat, salah
satunya adalah pemberian bahan pakan. Kategori bahan pakan yang dapat
diberikan yaitu hijauan pakan dan pakan yang berasal dari limbah pertanian.
Hijauan pakan ternak merupakan bahan pakan yang dapat dengan mudah
dikonsumsi oleh ternak ruminansia. Hijauan pakan ini memiliki kandungan gizi
yang tinggi sehingga akan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak
ruminansia. Hijauan ini pada umumnya menjadi sumber energi utama bagi ternak
dan hampir 90% kebutuhan pokok ternak ruminansia bersumber dari hijauan ini.
Hijauan yang digunakan sebagai bahan pakan dapat berupa rumput dan legum
atau kacang – kacangan.
Limbah pertanian yang berasal dari limbah tanaman pangan memiliki
beraneka macam, seperti jerami padi, jerami jagung, tempurung kelapa, dedak
padi, dll. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak merupakan
salah satu cara efektif dalam mengatasi krisis hijauan pakan. Meskipun kandungan
gizi dalam limbah pertanian tidaklah sebanyak hijauan, namun untuk mengatasi
kelaparan pada ternak ruminansia, limbah pertanian ini dapat dijadikan solusinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan limbah pertanian dan hijauan?
2. Apa perbedaan peran jerami padi dengan Indigofera?
3. Apa saja perbedaan karakteristik yang dimiliki jerami padi dengan
Indigofera?
C. Tujuan
1. Mengetahui Memaparkan pengertian dari limbah pertanian dan hijauan.
2. Mengetahui perbedaan peran antara jerami padi dengan Indigofera.
3. Mengetahui karakteristik antara jerami padi dengan Indigofera.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Pertanian

Limbah pertanian adalah sisa atau hasil ikutan dari produk utama pertanian
seperti tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, dan kotoran
ternak. Limbah pertanian diartikan sebagai bagian tanaman pertanian di atas
tanah. atau bagian pucuk, batang utamanya. Limbah pertanian merupakan
alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan, khususnya ruminansia
(Yunita,dkk, 2016).
Sektor Pertanian berupa tanaman pangan akan berimplikasi pada
meningkatnya produksi limbah. Limbah tanaman pangan tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pakan pengganti hijauan yang ketersediaanya semakin
terbatas. Dengan demikian, pemanfaatan limbah tanaman pangan merupakan
salah satu solusi untuk tanaman yang terdapat di lahan pertanian dapat
dimanfaatkan sebagai pakan pengganti hijauan untuk ternak ruminansia
(Anita,dkk,2016 ).

B. Hijauan
Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari
tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun
yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar yang berasal dari pemanenan
bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijauan yang meliputi daun, batang,
kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif sebagai sumber makanan
ternak ruminansia. Identifikasi genus hijauan pakan semakin penting dilakukan
mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak.
Identifikasi hijauan pakan khususnya rumput dapat dilakukan berdasarkan pada
tanda-tanda atau karakteristik vegetatif Termasuk kelompok makanan hijauan ini
ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan
lain seperti daun nangka, daun waru dan lain sebagainya (Nurlaha,dkk,2014).

2
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah Pertanian dan Hijauan

Limbah pertanian adalah sisa dari proses produksi pertanian. Limbah


pertanian antara lain dapat berupa jerami tanaman pangan, limbah tanaman
perkebunan, dan kotoran ternak.

a) Produksi limbah pertanian dan agroindustri sampai saat ini masih


merupakan produk yang belum dimanfaatkan secara baik
b) Limbah tanaman pertanian dapat dibedakan menjadi dua golongan pokok,
yaitu limbah tanaman pertanian pasca panen dan limbah tanaman pertanian
sisa industri pengolahan hasil pertanian
c) Contoh dari limbah pertanian adalah jerami jagung, jerami padi, jerami
sorgum, jerami tebu, jerami kacang tanah, sabut dan tempurung kelapa,
dedak padi, dan sejenisnya.
Hijauan pakan adalah semua jenis tanaman hijau yang dapat dikonsumsi
oleh ternak ruminansia, tidak meracuni tubuh ternak, dan zat gizinya dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak. Rumput dan legum seperti rumput gajah
(Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelota), rumput bede
(Brachiaria decumbens), kalopo (Colopongonim mucunoides), sentro
(Centrocemo pubescens), dan gamal (Gliricidia maculate) memiliki kualitas yang
tinggi. Selain itu hijauan seperti daun gamal, lamtoro, santen, nangka, pisang dan
kelapa juga memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber pakan, namun kurang
dimanfaatkan oleh petani/peternak. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa jenis

3
hijauan yang bisa dibilang termasuk kurang disukai dan hanya cukup disukai oleh
sekelompok ternak sapi tertentu saja.

Hijauan pada umumnya merupakan sumber energi utama bagi ternak


ruminansia. Hampir 90% kebutuhan pokok ternak ruminansia bersumber dari
hijauan, sehingga ternak sering dijuluki sebagai mesin berbahan baku hijauan
yang menghasilkan daging dan susu. Oleh karena itu, penting bagi para peternak
untuk memahami bagaimana pengelolaan dan manajemen pakan yang bersumber
dari hujauan dengan cara yang tepat.
B. Perbedaan Peranan Limbah Pertanian dan Hijauan sebagai Pakan
Sumber Serat
Jerami Padi
1. Jerami padi sebagai pakan ternak berarti ketersediaan pakan akan
bertambah, sehingga akan membuka peluang peternak sapi untuk
menambah jumlah ternaknya untuk dipelihara tanpa terkendala
ketersediaan pakan.
2. Mencegah kekurangan pakan khususnya pada musim kemarau,
sehingga ternak tidak kurus karena kekurangan pakan,
3. Produktivitas ternak akan meningkat, dengan amoniaisasi jerami
padi, daya cerna akan meningkat, sehingga pertumbuhan ternak
akan lebih baik.
4. Memperbaiki nilai nutrisi dan kecernaan, serta meningkatkan
fermentasi ruminal dengan menambahkan elemen yang kurang.
5. Meningkatkan konsumsi dengan cara memperbaiki palatabilitas
dan meningkatkan ketersediaan energi

4
Hijauan (Indigofera)

1. Salman, dkk. (2017) melaporkan bahwa penggunaan legum


Indigofera mampu menggantikan 2,92 kg/ekor/hari atau 15%
konsentrat dalam ransum komplit tanpa memberikan dampak
negatif pada konsumsi dan produksi susu.
2. Indigofera sp. juga mengandung antioksidan yang juga sekaligus
sebagai zat anti nutrisi berupa fenol 0,22% dan flavonoid 0,14%.
Zat anti nutrisi lain yang terdapat pada Indigofera sp. antara lain
tanin, saponin, alkaloid, carbohydrate glycosides, terpenoid, steroid
dan indospicine. Kandungan flavonoid, saponin dan tanin dalam
Indigofera sp. berperan sebagai antioksidan dan antibiotik yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri, virus dan jamur.
3. Indigofera mengandung karbohidrat struktural dan karbohidrat non
structural yang mudah terfermentasi (gula dan pati), yang
kemudian keduanya akan terfermentasi menjadi asam lemak
terbang (ALT), dan (Van Soest, 1994). Asam lemak terbang (ALT)
dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme rumen yang
membantu mencerna serat kasar dalam rumen serta sebagai sumber
kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba (Sakinah,
2005).
4. Kandungan protein yang tinggi dari Indigofera mengakibatkan
pertumbuhan mikroba dalam rumen akan tumbuh optimal karena
hasil degradasi protein pakan oleh mikroba rumen selain
menghasilkan konsentrasi NH3 yang tinggi juga akan menjadi
sumber makanan bagi mikroba dalam rumen untuk pertumbuhan
dan perkembangannya bersama dengan kerangka karbon yang
dihasilkan ALT menjadi protein mikrobial (Preston dan Leng,
1987).

5
C. Perbedaan Karakteristik Limbah Pertanian dan Hijauan sebagai Pakan
Sumber Serat
3.1 Jerami Padi
Jerami merupakan bagian dari batang tanaman padi tanpa akar yang
dibuang setelah diambil butir buahnya. Karakteristik jerami padi ditandai
dengan rendahnya kandungan nitrogen, kalsium, fosfor, serta kandungan serat
kasar termasuk tinggi sehingga mengakibatkan daya cerna rendah dan
konsumsinya menjadi terbatas.
 Morfologi
1. Batang (lidi jerami)
Bagian batang jerami kurang lebih sebesar lidi kelapa dengan rongga udara
memanjang di dalamnya.
2. Ranting jerami
Ranting jerami merupakan tempat dimana butiran-butiran menempel.
Ranting jerami ini lebih kecil, seperti rambut yang bercabang–cabang
meskipun demikian ranting jerami mempunyai tekstur yang kasar dan
kuat.
3. Selongsong jerami
Selongsong jerami adalah pangkal daun pada jerami yang membungkus
batang atau lidi jerami.

 Umur Padi
Secara umum padi berumur 110-120 hari.
 Fase Pertumbuhan
1. Fase Vegetatif, terjadi pada umur 0-60 hari.
2. Fase Generatif, terjadi pada umur 60-90 hari.
3. Fase Pemasakan, terjadi pada umur 90-120 hari.
 Kandungan Nutrisi
Mengandung 84,22% bahan kering (BK), 4,60% protein kasar (PK),
28,86% serat kasar (SK), 1,52% lemak kasar (LK), 50,80% bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN).
 Produksi
Dimanfaatkan sebagi stok pakan ternak :

6
1.Jerami padi ditumpuk 30 cm, kalau perlu diinjak-injak lalu ditaburi urea
dan starbio masing-masing 0.6%/berat jerami padi dan kemudian disiram
air secukupnya mencapai kelembaban 60%, dengan tanda-tanda jerami
padi diremas, apabila air tidak menetes tetapi tangan basahberarti kadar air
mendekati 60%.
2.Tahapan point tersebut diulangi hingga ketinggian mencapai ketinggian
tertentu (minimal 1,5 meter).
3.Tumpukan jerami padi dibiarkan selama 21 hari dan tidak perlu dibolak-
balik.
4.Setelah 21 hari jerami padi dibongkar laludiangin-anginkan atau
dikeringkan.
5.Jerami padi diberikanpada ternak sapi atau dapat disimpan sebagi stok
pakan.
 Pemanfaatan
Jerami padi dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak,jerami padi
juga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk subtitusi
penggunaaan pupuk kimia.
3.2 Indigofera
Indigofera sp. merupakan tanaman pakan ternak (TPT) dari kelompok
leguminosa pohon. Tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik
sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan
energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi) karena
toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera zollingeriana dapat
dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya
ketersedian hijauan terutama selama musim kemarau.
 Morfologi
Spesies Indigofera kebanyakan berupa semak meskipun ada beberapa yang
herba, dan beberapa lainnya membentuk pohon kecil dengan tinggi
mencapai 5 sampai 6 meter. Ciri tanaman Indigofera memiliki daun yang
menyirip dengan ukuran 3-25 cm, dengan bunga kecil berbentuk raceme
dengan ukuran panjang 2-15 cm. Tanaman Indigofera sp. dapat
beradaptasi tinggi pada kisaran lingkungan yang luas, dan memiliki

7
berbagai macam morfologi dan sifat agronomi yang sangat penting
terhadap penggunaannya sebagai hijauan dan tanaman penutup tanah
(Hassen dalam Suharlina, 2012).
 Umur Indigofera
Tanaman indigofera siap dipanen saat berumur kurang lebih 120 hst untuk
satu kali pemanenan, selanjutnya dapat dipanen kembali dengan selisih
waktu 90 hari dari saat pemanenan pertama.Pemanenan dilakukan dengan
cara membabat tanaman dari batang sampai daun dan disisakan batang
bawah untuk pertumbuhan tunas berikutnya. Umur tanaman indigofera
dapat mencapai 3 tahun.
 Fase Pertumbuhan
Umumnya, diperlukan waktu sekitar 7-10 hari hingga benih berkecambah.
Setelah itu, kecambah dipindahkan ke dalam media tanam yang baru.
Dalam waktu 1 bulan, akan didapat tanaman indigofera muda. Tamanam
muda inilah yang akan ditanam pada lahan perkebunan dan dapat dipanen
setelah 60 hari. Setelah itu, tumbuhan dapat terus dipanen dalam interval
60 hari. Pertumbuhan indigofera dapat dipercepat melalui beberapa hal.
Secara tradisional, diperlukan adanya empat kali pemangkasan atau
defoliase dalam setiap interval panen untuk mendapat biomassa daun
muda yang lebih banyak.
 Kandungan Nutrisi
Produksi bahan kering (BK) total Indigofera zollingeriana mencapai 51 ton
hijauan kering/ha tahun dengan interval defoliasi 60 hari dapat
menghasilkan hijauan berkualitas dan kandungan asam amino yang
lengkap serta vitamin larut lemak (Suharlina, belum dipublikasi). Tepung
daun Indigofera zollingeriana mengandung protein kasar (PK) berkisar
23,66–31,1%, NDF 48,39-54,09%, ADF 47, 25-51,08% ; Ca 3,08-3,21%,
P 0,22-0,35%, dan koefisien cerna in vitro bahan organik dan protein
masing-masing berkisar 65,33-70,64% dan 87,15-90,64%. Uji coba
palatabilitas dan penggunaan hijauan segar Indigofera zollingeriana pada
kambing kacang menunjukkan peningkatan efisiensi pakan dan bobot
badan hingga 45%.

8
 Produksi
Pengembangab daun indigofera menjadi pelet pakan kambing

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa proses pembuatan


daun indigofera menjadi pelet adalah daun dikeringkan kemudian
dikemas dalam plastik dan disimpan, digiling atau ditepung lalu
setelah itu cetak menjadi pelet.
Daun Indigofera zollingeriana diberikan kepada ternak
berupa pellet. Pembuatan pellet indigofera dimulai dengan panen
daun Indigofera zollingeriana. Kemudian dijemur selama 2 hari.
Pengeringannya antara lain dengan sinar matahari yang suhunya 29
– 30 derajat celcius. Dioven pada suhu 40 derajat celcius, 55
derajat celcius dan 70 derajat celcius.selanjutnya digiling halus
dengan saringan 0,5 mm. Tepung daun Indigofera zollingeriana
dicampur secara homogen dengan molasses, tepung gaplek, garam
dan mineral dengan perbandingan 90 : 3 : 5 : 1 : 1 untuk
selanjutnya dibuat menjadi pellet.
Hasil analisis kandungan nutrisi pellet Indigofera di
Laboratorium Pengujian Loka Penelitian Kambing Potong adalah
Bahan Kering (BK) 85,16%; Protein Kasar (PK) 23,69%; Lemak
Kasar (LK) 3,24%; dan Serat Kasar (SK) 14,01%. Pakan diberikan
kepada ternak dengan perbandingan hijauan dan konsentrat 60:40.
Konsentrat diberikan setiap pagi hari sebanyak 1,4 % bobot badan.
Sedangkan hijauan segar diberikan sebanyak 2,1% bobot badan
(dalam bahan kering). Pelet daun Indigofera zollingeriana
diberikan sebelum pemberian konsentrat.

9
Gambar di atas adalah gambar grafik dari waktu dan jumlah
kandungan air daun indigofera dari masing-masing perlakuan
pengeringan. Pengeringan paling cepat dilakukan dengan sinar
matahari dan dioven pada suhu 70 derajat celcius.
Hal tersebut dapat dilihat dari grafik bahwa 1-2 jam
pertama pengeringan, jumlah kadar air langsung turun ke angka
dibawah 30%. Semua proses pengeringan berhenti di jumlah kadar
air sebesar ±25% (perkiraan dari gambar tabel) kecuali dengan
sinar matahari menunjukkan hasil akhir kandungan air sedikit lebih
tinggi dari yang lainnya.
 Pemanfaatan
Indigofera sebagai pakan hijauan. Leguminosa pohon sebagai tanaman
pakan di daerah tropis memegang peranan penting dalam penyediaan
pakan hijauan yang bergizi tinggi untuk kebutuhan konsumsi ternak. Salah
satu contoh leguminosa pohon yang dapat menghasilkan hijauan sepanjang
tahun adalah Indigofera zollingeriana.

10
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas,maka hal-hal yang dapat disimpulkan adalah:

1. Dengan teknologi pakan yang diterapkan secara tepat pada limbah pertanian dan
hijauan,mampu meningkatkan nilai gizi untuk memenuhi kebutuhan pakan
ternak,menuju peningkatan populasi dan produksi ternak,serta untuk mengurangi
polusi akibat limbah yang dapat merusak lingkungan atau menciptakan kondisi
yang ramah lingkungan.
2. Kesulitan hijauan pakan ternak dapat dipenuhi dengan penggunaan berbagai limbah
pertanian seperti jerami padi yang mana produksinya cukup melimpah setiap
tahunnya,namun karena nilai gizi limbah tersebut yang lebih rendah dibanding
hijauan,maka perlakuan awal secara fisik,kimia,dan biologi perlu diterapkan.
3. Nilai nutrisi jerami padi dapat di tingkatkan dengan berbagai metode
perlakuan.meskipun demikian,berbagai metode tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan basal ternak sehingga tidak dapat digunakan sebagai pakan tunggal
kecuali diberikan pakan tambahan dari sumber yyang lainnya.
4. Indigofera sp. Memiliki potensial sebagai hijauan pakan ternak kerena mengandung
nutrisi yang tinggi dan dapat tumbuh di lahan yang kering. Tanaman ini memiliki
kandungan protein yang tinggi yang sangat bermanfaat bagi nutrisi hewan ternak.
5. Taraf penggunaan tanaman indigofera sp. Sebagai pakan basal berkisar antara 25-
75% dari total bahan kering pakan sehingga dapat di simpulkan bahwa tanaman ini
dapat digunakan sebagai pakan basal pengganti rumput pada ternak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustono, B., Lamid, M., Ma’ruf, A. and Purnama, M.T.E., 2017. Identifikasi
limbah pertanian dan perkebunan sebagai bahan pakan inkonvensional di
Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 1(1), pp.12-22.
Anita Sari,Liman dan Muhtarudin.2016. Potensi Dayab Dukung Limbah
Tanaman Palawija Sebagai Pakan Ternak Ruminansia Di Kabupaten
Pringsewu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 4(2): 100- 107
Badrudin, Ubad. 2011. Teknologi Amonisasi untuk Mengolah Limbah Jerami
Padi sebagai Sumber Pakan Ternak Bermutu di Desa Pabuaran Kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Jurnal Abdimas. 15(1): 52-58.
Diakses dari:
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/abdimas/article/view/2875.
Dasar-Dasar Pakan Ternak. 2019. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah. Diakses dari: http://repositori.kemdikbud.go.id/9949/.
Febrina, D., & Liana, M. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan
ruminansia pada peternak rakyat di kecamatan rengat barat kabupaten
indragiri hulu. Jurnal peternakan, 5(1).
Hasan, I.S., 2019. Hijauan Pakan Tropik. PT Penerbit IPB Press.
Indigofera zollingeriana. 2018. Departemen INTP Fapet IPB (online),
(http://intp.fapet.ipb.ac.id/?p=1790), diakses pada 14 Februari 2022.
Lena Yunita,Edy Marsudi dan Suyanti Kasimin.2016. Pola Pemanfaatan Limbah
Pertanian Untuk Usahatani Di Kabupaten Pidie Provinsi
Aceh.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah.(1) 1: 369-370

Listyarini, I. (2019). Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Sapi.


Diakses pada 28 Oktober 2019, dari
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77250/Pemanfaatan-Jerami-
Padi-Sebagai-Pakan-Ternak-Sapi/

12
N.Suningsih, W. Ibrahim, O.Liandris, dan R.Yulianti. 2019. Kualitas Fisik dan
Nutrisi Jerami Padi Fermentasi pada Berbagai Penambahan Starter. Jurnal
Sains Peternakan Indonesia. 1(1):191-198
Nurhala,Agus Setiana dan Nur Shanty Asminaya. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan
Makanan Ternak Di Lahan Persawahan Desa Babakan Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor.Jurnal Ilmu Teknologi Peternakan Tropis
1(1):54-55

Ondho, Y.S. 2020. Manfaat Indigofera sp. Dibidang Reproduksi Ternak.


Semarang : UNDIP Press.
Preston dan T. R. Leng. 1987. Matching Ruminant Produktion System With
Available Research in The Tropic. Penambul Books Armidale. New South
Wates, Australia. Hal. 21-28.

Rauf, J., & Rasbawati, R. 2015. Kajian Potensi Limbah Pertanian Sebagai Pakan
Ternak Sapi Potong di Kota Pare-Pare. Jurnal Galung Tropika, 4(3), 173-
178.

Sakinah, D. 2005. Kajian Suplementasi Probiotik Bermineral Terhadap Produksi


VFA, NH3, dan Kecernaan Zat Makanan pada Domba. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Salman L. B., I. Hernaman, I. Sulistiawati, M. Maisarah, H. Yuhani, R. Salim, &
A. Arfiana. 2017. Penggunaan Indigofera zollingeriana untuk
menggantikan konsentrat dalam ransum sapi perah. Laporan Penelitian
Hibah Internal Unpad.
Van Soest, J.P. 1994. Nutrional Ecology of Ruminant. 2nd Edition. Cornell
University Press.

Yanuartono, S.Indarjulianto, H.Purnamaningsih,A.Nururrozi, dan S.Raharjo.


2019. Fermentasi: Metode untuk Meningkatkan Nilai Nutrisi Jerami Padi.
Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 1(1):49-54

13
14

Anda mungkin juga menyukai