Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMUNIKASI POLITIK A

(Ruang Lingkup Komunikasi Politik)

Alfito Dianova
E041201011
Ilmu Politik

DEPARTEMEN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya, yang berjudul “Ruang Lingkup Komunikasi Politik”.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan
kepada kita semua tentang Ruang lingkup komunikasi Politik. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, Sehubungan dengan hal ini, kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun tentu saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah senantiasa Meridhoi segala
usaha kita. Aamiin

Makassar, 02 Maret 2022

Alfito Dianova
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I........................................................................................................................................ 1

PENDAHILUAN...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 1

C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN....................................................................................................................... 3

A. Pemaknaan Pesan............................................................................................................ 3

B. Memanfaatkan Fungsi Media Dalam Komunikasi.............................................................4

C. Memahami dan Mempengaruhi Khalayak........................................................................ 6

D. Efek Komunikasi Politik.................................................................................................. 8

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP............................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan.....................................................................................................................10

DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi secara sederhana dapat defenisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui/ tanpa media yang menimbulkan akibat tertentu.
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan secara
sederhana. Dengan demikian kegiatan komunikasi dapat dipahami sebagai kegiatan
penyampaian ide atau pesan dari satu pihak kepada pihak lain dengan tujuan meghasilkan
kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disamapaikan.

Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha
mencapai kehidupan yang baik. Politik dapat di pahami dalam prespektif Negara, kekuasaan
kebijakan umu, dan pengmabilan keputusan, serta alokasi atau distribusi.

Komunikasi politik adalah komunikasi yang di arahkan kepada pencapaian suatu pengaruh,
sehingga masalah yang di bahas oleh kegiatan komuniksai ini dapat mengikat semua
warganya dengan sangsi yang ditentukan bersama melalui lembaga politik. Rush dan Althoff
(1997) mendefebisikan komunikasi politik sebagai proses ketika informasi politik yang
relevan ditentukan dari suatu bagian system politik ke bagian lainnya, dan diantara system
social dengan system politik.

B. Rumusan Masalah

Mengikut pada manufer politik seiring denga perkembangan zaman dengan harapan untuk
menyakinkan yaitu mengingat kembali historis yang sangat di butuhkan di kehidupan
individu. Lebih jelas mengenai kepentingannya maka pembahasan ini mencatat 3 aspek,
yaitu:

1. Menjelaskan Makna Dari Pesan?

2. Bagaimana Pemanfaatan Fungsi Media Dalam Komunikasi?

3. Menjelaskan Cara Memahami dan Mempengaruhi Khalayak?

4. Menjelaskan Efek Komunikasi Politk?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penyusunan penelitian ini, maka dibuatlah
tujuan ini untuk mengetahui lingkup permasalahan-permasalahan yang ada didalamnya:

1. Mampu menjelaskan makna dari pesan itu sendiri

2. Mampu menjelaskan pemanfaatan fungsi media dalam komukikasi


3. Mampu mendeskripsikan cara memahami dan mempengaruhi khalayak

4. Mampu menjelaskan efek komunikasi politik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemaknaan Pesan

Pesan adalah suatu perintah, permintaan, nasehat, amanat dan semacamnya untuk
disampaikan (kepada orang lain). Definisi pesan tersebut di atas diambil dari KBBI atau
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam KBBI kata pesan dikategorikan sebagai kata benda
atau NOMINA. Pesan sendiri adalah kata dasar. Adapun kata turunannya antara lain
berpesan, memesan, memesani, pesanan, pemesan, pemesanan dan lain sebagainya.

Pemaknaan pesan bergantung pada latar belakang budaya dan pengalaman hidup
khalayak itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa makna dalam sebuah teks tidak melekat
pada teks, tetapi dibentuk pada hubungan antara teks dan pembaca. Dalam teori yang
dikemukakan oleh Stuart Hall ini,proses komunikasi (encoding dan decoding)berlangsung
lebih kompleks. Khalayak tidak hanya menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim
pesan (pengirim-pesan-penerima),tetapi juga bisa mereproduksi pesan yang disampaikan
(produksi, sirkulasi, distribusi atau konsumsi-reproduksi).

B. Memanfaatkan Fungsi Media dalam Komunikasi

Dalam perspektif media komunikasi Indonesia kontemporer, kehadiran media massa


menghadapi dilema terkait dengan tuntutan reformasi media massa. Terutama terkait dengan
komunikasi politik, Idy Subandy Ibrahim mencermati komunikasi politik pasca reformasi
ditandai dengan meleburnya politik dalam budaya pop. Dari berbagai literatur yang dikaji
mengenai komunikasi politik, umumnya dikaitkan dengan peranan media massa dalam proses
komunikasi yang dilaluinya. Hal ini mencerminkan adanya kecenderungan makalah dan
karya tulis yang terkait komunikasi politik masih didominasi mengenai kampanye politik
untuk mendulang suara atau membangun kekuatan politik yang diorientasikan pada
kekuasaan. Kampanye politik tersebut tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh media massa,
baik media cetak maupun elektronik. Konsekuensinya, pendekatan analisis yang
digunakannyapun pada gilirannya lebih banyak menggunakan analisis media massa, terutama
berkaitan dengan teori-teori hubungan antara media dan masyarakat, seperti teori tentang
pesan, mekanisme penyebaran informasi yang terjadi, serta efek-efek psikologis dan
sosiologis yang ditimbulkannya. Terkait dengan hal ini, Kraus dan Davis dalam bukunya The
Effects of Mass Communication on Political Behaviour menegaskan tema komunikasi politik
telah dilakukan dan dipublikasikan sejak 1959, memberikan informasi bahwa media juga
melakukan konstruksi realitas politik dalam masyarakat. Disamping itu, juga mengungkap
masalah-masalah posisi komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan politik praktis dalam
proses transformasi dan pembentukan komunikasi politik masyarakat.

Sementara itu, Graber memandang bahwa komunikasi politik merupakan proses


pembelajaran, penerimaan dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-
aturan (rules), struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan
politik. Sementara itu, Dan D. Nimmo dan Keith Sanders dalam Handbook of Political
Communication (1981), juga mengungkap masalah-masalah komunikasi politik dalam kasus-
kasus kegiatan politik praktis yang dikaitkan dengan peran media massa. Dalam konteks
komunikasi politik, Dan Nimmo menjelaskan pengaruh-pengaruh politik dimobilisasi dan
ditransmisikan antara institusi pemerintahan formal di satu sisi dan komunikasi memilih
masyarakat pasa sisi lain.

Pentingnya media massa dalam penyebaran politik diuraikan Reese dan Shoemaker telah
coba membuka tabir tentang faktor-faktor yang sangat mempengaruhi isi media. Menurutnya,
terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap isi suatu media, di antaranya adalah
pengaruh pekerja media (penyiar atau jurnalis), pengaruh organisasi media, pengaruh
ekstramedia, dan pengaruh ideologi. Makalah Reese dan Shoemaker tersebut menunjukkan
bahwa pengaruh "siapa" (menurut taksonomi Lasswell) atau "kelompok yang mempengaruhi
isi media" (menurut Reese dan Sheomaker) atau juga "komunikator politik" (yang oleh
Nimmo disebut sebagai komunikator profesional) dalam menyampaikan "isi pesan" ternyata
tidak kalah pentingnya dari pengaruh lainnya, seperti "media", "khalayak", dan "efek atau
akibat komunikasi" yang dilakukan. Media juga mengembangkan pengkajian wacana politik
dengan menggunakan analisis wacana. Wacana (discourse) tidak hanya mencakup ucapan-
ucapan dan bentuk-bentuk komunikasi nonverbal, tetapi juga mencakup segala macam "teks"
dalam pengertiannya yang luas. Bila dilihat dari perspektif extra linguistic, kata "text" dapat
diperlebar pemakaiannya meliputi pesan-pesan yang dirumuskan melalui sistem tanda, seperti
tanda lampu lalu lintas, upacara-upacara ritual keagamaan, atau adat masyarakat tertentu,
gaya-gaya pakaian, gerak tubuh, atau juga kode indikator yang bersifat elektronik.

C. Memahami dan Mempengaruhi Khalayak

Audiens Secara harfiah audiens disebut juga dengan khalayak. Kata audiens berasaldari
bahasa Yunani yaitu audier yang berarti “mendengar”. Audiens dapat diartikan sebagai
pendengar, pembaca, atau penerima. Dalam kajian retorika atau public speaking kata audiens
lebih dikenal dengan khalayak. Kajian teoritismengenai khalayak merupakan kajian yang
dipelajari lebih awal dari teori-teori komunikasi. Teori khalayak sendiri adalah teori yang
mencoba untuk menjelaskan bagaimana seorang khalayak dalam mendengar, menerima dan
menanggapi sebuah teks. Karena kecenderungan khalayak yang selalu berkembang, tidak
statis tapi juga tidak selamanya dinamis. Maka akan lebih mudah melakukan pendekatan
apabila kita memahami karakteristik dari khalayak tersebut. Khalayak selalu berkembang
mengikuti bagaimana teknologi juga berkembang. Berangkat dari sebuah teknologi tulisan
yang menjadikan merekaada dan berkembang pada teknologi digital seperti saat ini. Ketika
dulu halayakhanya pasif dan kini bisa menjadi aktif dengan perubahan teknologi. Dari
sanalah kita dapat mengetahui bagaimana cara atau langkah yang tepat dalam menghadapi
khalayak Setelah memahami apa itu khalayak dan bagaimana karakteristik khalayak.
Selanjutnya adalah pesan apa yang akan kita sampaikan. Fungsi khalayak sudah jelas untuk
menerima apa yang akan komunikator sampaikan. Lalu bagaimana sebuah pesan itu
terbentuk? Apa saja yang mempengaruhinya?. Banyak hal yang mendorong bagaimana
sebuah pesan dapat terbentuk. Dilihat diri komunikator sendiri dan dari khalayak terdapat
sebuah penyesuaian. Dari diri seorang komuniaktor ketika akan menyampaikan suatu pesan
pasti memiliki suatu dorongan-dorongan yang mempengaruhi terbentuknya pesan,
diantarnya:

1. Keinginan menginformasikan, yaitu suatu keinginan untuk memberi suatu informasi yang
ia miliki atau juga ingin khalayak mengtahui apa yang komuniaktor fikirkan.

2. Keinginan menyamakan makna, yaitu suatu keinginan agar khalayak dapat mengerti apa
yang komunikator fikirkan.

3. Keinginan mempengaruhi, yaitu keinginan untuk mengajak khalayak setuju dengan apa
yang komunikator sampaikan. Dan membuat suatu perubahan dalam pemikiran atau sikap.

Langkah ini juga sama seperti yang dikatakan oleh Prof. Onong Uchana Efendi (2007 : 31)
"ketika seorang komunikator berniat menyampaikan suatu pesan kepada komunikan,maka
dalam dirinya terjadi suatu proses. Yaitu proses "mengemas" atau "membungkus" pikiran
dengan bahasa. Proses ini merupakan langkah terbentuknya pesan yang dilakukan oleh
komunikator, dalam bahasa komunikasi dinamakan Encoding. Hasil encoding berupa pesan,
kemudian ditransmisikan atau dioperkan atau dikirimkan kepada komunikan.

C.Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik sangat besar pengaruhnya. Komunikasi politik adalah fungsi penting
dalam sistem politik. Pada setiap proses politik, komunikasi politik menempati posisi yang
strategis. Bahkan, komunikasi politik dinyatakan sebagai “urat nadi” proses politik.
Bagaimana tidak, aneka struktur politik seperti parlemen, kepresidenan, partai politik,
lembaga swadaya masyarakat, kelompok kepentingan, dan warganegara biasa memperoleh
informasi politik melalui komunikasi politik ini. Setiap struktur jadi tahu apa yang telah dan
akan dilakukan berdasarkan informasi ini. Berikut beberapa efek komunikasi politik yang
harus dipelajari ketika mengkaji tentang komunikasi politik :

1. Hypodermic Model

Hypodermic Model berkembang selama 1930-an sebagai respon atas berkembangkan


Fasisme dan Nazisme di Eropa. Efek komunikasi politik dalam model ini dipersamakan
dengan efek bola billyard, dalam mana proses komunikasi politik langsung memunculkan
efek yang bisa diprediksi dan diukur.

2. Mediated-Limited Model

Mediated-Limited Model mendominasi studi komunikasi pada 1960-an dan turut


dipopulerkan oleh para sarjana semiologi semisal Umberto Eco. Bagi model ini, efek
komunikasi membutuhkan pemahaman atas semiotika sosial tatkala suatu komunikasi politik
berlangsung, pluralitas makna yang mungkin diperoleh oleh audiens yang berasal dari aneka
kelompok berbeda, serta variasi respon yang kemudian muncul. Variasi makna dan respon ini
bergantung utamanya pada konteks tatkala pesan diterima, yang memasukkan faktor-faktor
seperti afiliasi politik, usia, etnisitas, dan gender serta tipe pesan yang ditransmisikan.

Mediated-Limited Model terdiri atas:

- Dominant Decoding : di mana Komunikan saling berbagi pandangan dunia dengan


komunikator dalam hal menginterpretasi fakta-fakta yang “bergerak” di bawah
perdebatan ekonomi dan politik yang berlangsung serta solusi-solusi yang harus
ditempuh.
- Negotiated Decoding: di mana komunikasi menyetujui sejumlah aspek dari pesan
sambil menolak sebagian lainnya.
- Oppositional Decoding: di mana komunikan menolak baik nilai ataupun proposal
penyelesaian yang ada di pesan politik.

Dalam proses komunikasi efek komunikasi merupakan akibat yang diberikan oleh
komunikator kepada komunikan, setidaknya efek komunikasi merupakan tahap awal adanya
feedback (umpan balik) yang merupakan indikator berlanjut tidaknya proses komunikasi
tersebut:

Proses efek komunikasi politik berkaitan dengan sosialisasi komunikasi politik. David Easten
dan Jack Denis dalam bukunya “Children in The Political System: Origins of Political
Legimacy” Memberikan suatu batas tentang sosialisasi komunikasi politik adalah suatu
proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola
tingkah laku.

Sumber dari sosialisasi politik adalah kelompok yang memiliki pengaruh cukup efektif dalam
menyalurkan pemikiran dan perilaku politik komunikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemikiran Dalam konteks politik modern, media massa tidak hanya menjadi bagian integral
dari politik, tetapi juga memiliki posisi yang sentral dalam politik. Rancangan kebijakan
harus disebarluaskan agar rakyat mengetahui dan ikut mendiskusikannya dalam berbagai
bentuk forum diskusi publik. Tuntutan atau aspirasi msyarakat yang beraneka ragam harus
diartikulasikan. Semuanya membutuhkan saluran atau media untuk menyampaikannya.
Media massa merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan untuk
kepentingan-kepentingan seperti ini. Hal tersebut dikarenakan sifat media massa yang dapat
mengangkat pesan-pesan (informasi dan pencitraan) secara massif dan menjangkau khalayak
atau publik yang beragam, jauh, dan terpencar luas. Pesan politik melalu media massa akan
sangat kuat mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Pentingnya perilaku politk dalam
menunjang keberhasilan pembangunan politik tampak dari perhatian ilmuwan politik yang
tetap besar terhadap masalah ini. Asumsi umum menunjukkan bahwa demokrasi dapat
dipelihara dan dipertahankan karena terdapat partisipasi warga negara yang aktif dalam
urusan kewarganegaraan. Partisipasi aktif mereka dalam kehidupan politik tidak dapat
dipisahkan dari ketersediaan informasi, dan saluran atau media yang paling efektif untuk
penyebaran informasi adalah media massa.
DAFTAR PUSTAKA

Wahid, Umaimah. 2016. Komunikasi Politik Teori, Konsep, Dan Aplikasi Pada Media Baru.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

(https://www.researchgate.net/publication/337894175_MEMAHAMI_KHALAYAK_PUBLI

K_AUDIENS diakses pada tanggal 01 maret 2022

(https://www.e-jurnal.com/2014/02/pengertian-pesan.html diakses pada tanggal 01 maret


2022,

Internet)

(https://id.scribd.com/doc/220742407/Ruang-Lingkup-Komunikasi-Politik diakses pada

tanggal 01 maret 2022, internet)

https://www.e-jurnal.com/2013/12/efek-komunikasi-politik.html

Anda mungkin juga menyukai