Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“KONSEP MENUA”

OLEH
KELOMPOK 5
KELAS A11-A

I Ketut Antono 17.321.2669


Komang Purnama Sari 17.321.2676
Luh Putu Nia Budi Martsiani 17.321.2680
Luh Putu Sukmayanti 17.321.2681
Ni Made Septyari 17.321.2696
Ni Nengah Ayu Sudiantari 17.321.2697
Ni Putu Linda Kusuma Wardani 17.321.2701
Ni Putu Yunita Diyantari 17.321.2703
Ni Wayan Novi Uliandari 17.321.2704
Putu Eka Wulandari 17.321.2707
Tjok Istri Nita Dewi 17.321.2710

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tentang “Konsep Menua”. Dengan harapan makalah ini dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan gerontik yang berkaitan
dengan konsep menua. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk
menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan gerontik secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Denpasar, 02 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI. .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Pembahasan. ............................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................... 2
1.5 Metode Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan teori-teori dari Menua. ......................................................... 3
2.2 Perubahan bio, psiko, sosial, spiritual, dan kultural yang terjadi pada
proses Menua.................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan. ............................................................................................ 15
3.2 Saran. ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Proses menua tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan dan merupakan proses sepanjang hidup
(Nugroho, 2015).
Secara global populasi lanjut usia (lansia) diprediksi akan terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2015 Asia dan Indonesia sudah memasuki era penduduk
menua (ageing population) yang dikarenakan jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7 persen. Komposisi penduduk
lanjut usia bertambah pesat baik di negara maju ataupun di negara berkembang
yang disebabkan karena penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas
(kematian) serta peningkatan angka harapan hidup (life expectancy) yang
mengubah struktur penduduk secara keseluruhan (Kemenkes, 2017).
Populasi penduduk lanjut usia di dunia pada tahun 2015 adalah sebesar 12,3%
sedangkan pada tahun 2010 adalah sebesar 13,5% dari total keseluruhan penduduk.
Berdasarkan data proyeksi penduduk, presentase penduduk lansia di Indonesia pada
tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa (9,03%). Jumlah ini akan diprediksi menjadi
27,08 juta pada tahun 2020, dan diperikirakan akan mengalami kenaikan lagi
menjadi 33,69 juta pada tahun 2025 (Kemenkes, 2017).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah baik secara fisik, biologis,
mental maupun sosial ekonomis. Menurut Melati dkk (2012) mengatakan bahwa
penurunan yang terjadi pada hampir semua fungsi yang ada pada lansia akan
berakibat terganggunya konsep diri. Konsep diri erat kaitannya dengan apa yang
lansia rasakan dengan menjadi tua. Kebanyakan lansia dianggap sebagai gambaran
yang negatif, seperti tua mengartikan mudah sakit, lemah, buruk rupa,
membosankan ataupun julukan negatif lainnya. Menurut Nugroho (2015) banyak
perubahan yang terjadi pada lanjut usia, seperti penurunan fungsi fisik dan
psikologis. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai masalah dan mempengaruhi
penilaian terhadap dirinya sendiri atau biasa sering disebut dengan konsep diri.
Menurut Rahayu dalam Setyowati (2012), konsep diri yang menurun akan
mempengaruhi pemikiran pada lanjut usia dalam menilai dirinya baik itu penilaian

1
diri secara positif maupun negatif. Menurut Maryam dkk (2008) mengatakan bahwa
konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu beriteraksi dengan
mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Konsep diri
yang positif akan menghasilkan tingkah laku yang positif pula, yang dalam hal ini
dapat mengurangi sifat rendah diri, takut, kecemasan yanng berlebihan dan
sebagainya (Fitriyani, Winarti, & Sunarsih, 2014).
Menyadari proses menua merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam
kehidupan manusia yang akan mengalami perubahan-perubahan dalam bio, psiko,
sosial, spiritual dan kultural, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah konsep
menua ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dan teori-teori dari penuaan?
2. Bagaimanakah perubahan bio, psiko, sosial, spiritual, dan kultural yang terjadi
pada proses penuaan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dalam penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dan teori-teori dari penuaan.
2. Untuk mengetahui perubahan bio, psiko, sosial, spiritual, dan kultural yang
terjadi pada proses penuaan.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini yaitu
sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat wajib mengetahui dan mampu
memahami konsep menua pada keperawatan gerontik.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, metode yang penulis gunakan yaitu tinjauan
pustaka dan media internet. Penulis mencari sumber dari berbagai media tersebut
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Teori-Teori Menua


A. Pengertian Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Siti Bandiyah, 2009). Proses
menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup. Proses menua
setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang
belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami kekurangan-
kekurangan yang menyolok atau diskrepansi (Wahyudi Nugroho, 2006).
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja,
dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun
psikologis (Padila, 2013).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetpai
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila,
2013). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit

3
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure tubuh
yang tidak proposional (Nugroho, W. 2012).

B. Teori-Teori Menua

Menurut Kholifah (2016):

a. Teori-Teori Biologi

1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)


Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari
sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

4
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup)
Dilanjutkan pada cara hidup dari lansia. Mempertahankan hubungan
antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan
ke lanjut usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni:
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
Sedangkan teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:

5
a. Teori Biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika seldari
tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium terlihat jumlah sel–
sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf,
sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam
sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau
mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali
untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
2) Sintesis protein (kolagen dan elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa
protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh
dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan
perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan cenderung
berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada system
musculoskeletal (Azizah dan Lilik, 2011).
3) Keracunan oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin tersebut membuat
struktur membran sel mengalami perubahan serta terjadi kesalahan genetik.
Membran sel tersebut merupakan alat sel supaya dapat berkomunikasi
dengan lingkungannya dan berfungsi juga untuk mengontrol proses
pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh.
Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi
proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran. Konsekuensi dari

6
kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang
mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal
ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah dan
Lilik, 2011).
4) Sistem imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari
sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan
protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan
inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses
menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
5) Teori menua akibat metabolisme menurut Mc. Kay et all., (1935) yang
dikutip Darmojo dan Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada
rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan
karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya
insulin dan hormon pertumbuhan.
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan
Ma’rifatul, L., 2011).

7
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada
lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan
dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga
dan hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).

2.2 Perubahan Bio, Psiko, Sosial, Spiritual, Dan Kultural Yang Terjadi Pada
Proses Penuaan
A. Perubahan Bio
1) Sistim persyarafan: cepatnya menurun hubungan persyarafan/ kemampuan
berkurang, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stres, mengecilnya saraf panca indera, berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecil syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu.
2) Sistim penglihatan: kornea lebih berbentuk sfevis (bola), lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
3) Sistim kardiovaskuler: kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah,kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak), tekanan darah
meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer.
4) Sistim kulit: kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit kepala dan rambut menipis
berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal.

8
5) Rambut : penurunan pigmen yang menyebabkan rambut berwarna abu – abu
atau putih, penipisan seiring penurunan jumlah melanosit, rambut pubik
rontok akibat perubahan hormonal.
6) Telinga : Atrofi organ korti dan saraf auditorius , ketidakmampuan
membedakan konsonan bernada tinggi , perubahan struktural degeneratif
dalam keseluruhan sistem pendengaran.
7) Sistem meskuluskletal: Peningkatan jaringan adiposa, penurunan masa
tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh, penurunan
pembentukan kolagen dan masa otot, penurunan viskositas cairan sinovial
dan lebih banyak membran sinovial yang fibritik (Stockslager, 2003).
B. Perubahan Psikososial
1) Kesepian Terjadi, pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
2) Duka Cita (Bereavement), meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau
bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah
rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
3) Depresi Duka Cita, yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu
episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan Cemas, dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi,
efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia Suatu, bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau
berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi
atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes, suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena

9
lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat
terulang kembali.
Selain perubahan diatas, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut :
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi
merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang
lain atau cenderung membuat susah dirinya.
C. Perubahan Sosial

1. Peran: post power syndrome, single women, dan single parent

2. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan

3. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaaan kapan


akan meninggal

4. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak


diberi makan)

10
5. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan pribadi
yang dikumpulkan sejak masih muda.

6. Pension: kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun). Kalau tidak,
anak dan cucu yang akan memberi uang

7. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia


dan income security

8. Rekreasi: untuk ketenangan batin

9. Keamanan: jatuh terpeleset

10. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi lansia.

11. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan masukan
dalam sistem politik yang berlaku

12. Agama: melaksanakan ibadah.

13. Pendidikan: berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan


untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia

14. Panti jompo: merasa dibuang/diasingkan.

D. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia


semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari (Kolifah, 2016).
Menurut Azizah (2011) spiritualitas pada lansia bersifat universal,
intrinsic dan merupakan proses individual yang berkembang sepanjang rentang
kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia,
keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan
dari kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi
perubahan hidup melalui mekanisme pendekatan spiritual akhirnya dihadapkan
pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan lansia dengan memliki
keimanan spiritual atau religius untuk bersiap siap menerima kehilangan atau
kematian. Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang
lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa

11
lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan relitas kematian, tahap
perkembangan usia lanjut merasakan atau sadar akan kematian.
Spiritualitas merupakan kualitas dasar manusia, yang dialami oleh lansia
dari semua keyakinan dan bahkan oleh orang-orang yang tidak berkeyakinan.
Spiritualitas mengatasi kehilangan yang terjadi sepanjang hidup dengan
harapan, asuhan keperawatan dalam kebutuhan spiritualitas pada lansia
mengalir dari sumber spiritual perawat. Perawat tidak dapat memenuhi
kebutuhan kebutuhan spiritual lansia tanpa memenuhi terlebih dahulu
kebutuhan spiritual mereka sendiri (Stenley & Beare, 2007).
Perubahan yang terjadi pada lansia yang berhubungan dengan
perkembangan spiritualnya adalah dari segi agama/kepercayaan lansia yang
akan semakin terintegerasi dalam kehidupan, pada perubahan spiritual ini ketika
usia mencapai 70 tahun lansia akan berfikir dan bertindak dalam memberikan
contoh bagaimana cara mencintai dan bagaimana cara berlaku adil. Perubahan
yang lain yaitu lansia akan semakin matur dalam kehidupan keagamaannya
yang tercermin dalam perilaku sehari-hari (Nugroho, 2008: 36).
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi
kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, serta merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya di dunia. Rasa percaya diri dan perasaan berharga terhadap
dirinya akan mampu membuat lansia merasakan kehidupan yang terarah, hal
ini dapat dilihat melalui harapan, serta kemampuan mengembangkan
hubungan antara manusia yang positif. Manusia adalah. manusia ciptaan
Tuhan, sebagai pribadi yang utuh dan unik, seseorang memiliki aspek bio–
psiko–sosiokultural dan spiritual. Kebutuhan spiritual pada lansia tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor usia yang sudah
mulai renta dan kondisi tidak aktif karena sudah tidak bekerja. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual lansia adalah
dengan melibatkan peran keluarga sebagai orang terdekat, diharapkan keluarga
mampu untuk mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia,
khususnya kesejahteraan spiritual mereka. Kebutuhan spiritual pada usia lanjut
adalah kebutuhan untuk memenuhi kenyamanan, mempertahankan fungsi
tubuh dan membantu untuk menghadapi kematian dengan tenang dan damai.
Lingkup asuhannya berupa preventif dan caring. Preventif merupakan upaya
yang dilakukan dengan mengadakan penyegaran dan pengajian. Caring

12
merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam kegiatan spiritual lansia untuk
saling belajar menerima keadaan, dan memberikan dukungan, spirit untuk bisa
menerima ketika menghadapi kematian. Kebutuhan keperawatan gerontik
adalah memperoleh kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima
kondisinya dan menghadapi ajal.
E. Perubahan Kultural
a. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki
standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok
seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan
pikiran dan perilaku mereka.

b. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang
kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang
menolong, ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh
orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara
efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan
kepercayaan. Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari
tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Penting untuk
perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang berbeda budaya
sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan
memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.
c. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa
yang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk
melihat isi dari budaya. Tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan
seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan.
Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara
dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang
sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat
penting untuk menentukan bahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti
maksudnya .
13
d. Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian
tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan
proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat klien. Profesional
kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah badan
klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik,
perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan
mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk
melindungi hak privasi.
e. Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cara
memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi kepada siapa mereka
harus mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan berapa lama
mereka berada dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor –
faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan,
status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara
budaya yang berbeda – beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan
biologis individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan
akseptabilitas status kesehatan atau perubahab kondisi yang tidak bisa
diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status kesehatan saling
keterkaitkan dan sistem kesehatan

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure
tubuh yang tidak proposional. Ada 2 teori menua yaitu teori biologi dan teori
kejiwaan sosial. Adapun beberapa perubahan yang terjadi pada proses
penuaan yaitu perubahan bio, psiko, sosial, spiritual dan kultural.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan ada kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah kami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha


Ilmu
Diana. (2013). Perubahan Kultural Pada Lansia. Diakses pada Senin, 02
November 2020 Pukul 17.00 WITA melalui
http://www.scribd.com/document/149095533/Perubahan-Cultural-pada-
Kesehatan-Lansia
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusdik SDM
Kemenkes RI
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nurcahyawati. (2017). Hubungan antara Fungsi Kognitif dengan Interaksi Sosial
pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Sidoarum Kecamatan Sempor
kabupaten Kebumen. Skripsi STIKes Muhammadiyah Gombong. Diakses
pada Senin, 02 November 2020. Tersedia pada
http://jurnal.stikes.muhammadiyah.gombong.ac.id
Stanley dan Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Uraningsari. (2016). Konsep Dasar Menua. Diakses pada 2 November 2020 pukul
16.00 WITA. Tersedia pada
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-
pdf&fid=11652&bid=4651#:~:text=Menjadi%20tua%20(menua)%20adal
ah%20suatu,tetapi%20dimulai%20sejak%20permulaan%20kehidupan

16

Anda mungkin juga menyukai